Home / Romansa / Oh, My Brother! / 1. Grace Elizabet

Share

1. Grace Elizabet

last update Last Updated: 2025-01-11 01:02:27

Grace Elizabeth, hanya itu. Tidak ada nama keluarga di belakangnya. Kecantikannya di dapatkan dari silsilah keluarga ayah kandungnya yang merupakan bangsawan di Eropa. Gadis itu memiliki manik mata berwarna biru kehijauan, rambutnya kuning kemerahan, kulitnya seindah batu pualam, bibirnya berwarna merah alami seolah menandakan itu memiliki cita rasa yang manis. Melepaskan nama keluarga yang melekat di belakang namanya adalah pilihan terbesar dalam hidupnya. Ibu yang melahirkan Grace hingga kini masih mendekam di dalam penjara bersama komplotannya.

Di dunia ini yang Grace tahu, seekor singa tidak akan memangsa anaknya. Tetapi, berbeda dengan ibu kandung Grace. Wanita itu biadab, wanita itu sangat kejam. Sekejam Wilona, wanita yang membeli bayi Grace kemudian menukarnya dengan bayi Sidney Johanson.

Grace Elizabeth Johanson, itu namanya dulu. Nama yang sangat indah, nama yang di berikan oleh kedua orang tua yang menyayangi Grace dengan penuh cinta kasih dan sayang selayaknya putri mereka sendiri. Namun, kedatangan putri asli keluarga Johanson membuat Grace merasa tertekan. Grace diam-diam beranggapan jika ia tetap berada di tengah-tengah keluarga itu ia khawatir akan cemburu kepada Sidney karena kasih sayang keluarga Johanson tentu saja akan terbagi kepada Sidney.

Alexander Johanson dengan hati-hati kala itu mengatakan jika Grace memiliki kebebasan untuk memilih di mana ia akan tinggal dan memilih keluraganya. Grace mengerti, keluarga Johanson memberi tahu asal usul Grace bukan untuk mengusirnya dari tengah-tengah keluarga tetapi karena ia harus tahu jati diri yang sebenarnya. Grace adalah seorang keturunan keluarga bangsawan di Eropa, tidak buruk. Darah yang mengalir di nadinya adalah darah bangsawan, seharusnya Grace bangga. Sayangnya, ia hanya anak dari selingkuhan sang Duke dengan wanita yang tak berperasaan.

Awalnya Grace lapang dada menerima semua itu karena jelas terlihat keluarga angkatnya tidak ingin Grace menjauh dari mereka terutama Alexander Johanson. Ayah angkat Grace, pria itu sangat memanjakan Grace sejak kecil. Juga ibunya Prilly Johanson yang sikapnya tidak pernah berubah, tetap menyayangi Grace selayaknya putri kandungnya. Begitu juga dengan William, Leonel dan adik bungsunya Alexa.

Sepertinya Sidney mengalami hal yang sama terhadap Grace, gadis itu lebih suka tinggal di kediaman neneknya Victoria Johanson. Hanya beberapa kali dalam seminggu Sidney datang dan menginap di kediaman orang tua kandungnya. Ia selalu beralasan tidak bisa berlama-lama tinggal di kediaman orang tua kandungnya karena tertarik mempelajari bisnis perhiasan bersama neneknya Sandra Smith, ibu dari Prilly Johanson. Sesungguhnya nasib mereka berdua sama-sama buruk karena Sidney di culik oleh Wilona dan di jadikan alat untuk menekan keluarga Johanson di masa lalu. Tetapi, cara berpikir Grace dan Sidney mungkin berbeda.

Melihat Sidney yang seolah menghindarinya membuat Grace merasa ia tidak seharusnya berada di sana, Sidney yang lebih berhak atas semua yang Grace nikmati. Ia tidak berhak menikmati seluruh fasilitas dan kemewahan yang tidak seharusnya menjadi miliknya. Itu menurut pemikiran Grace.

Satu bulan setelah Grace mengetahui siapa dirinya, ia memutuskan untuk kembali ke dalam keluarga kandungnya. Di sana ia memang memiliki ayah kandung, ia juga memiliki dua kakak laki-laki. Kedua kakak laki-lakinya sangat acuh pada Grace, di sana hanya ayah kandungnya yang ramah kepada Grace. Anggota keluarga lain selalu mengacuhkan Grace, ia tak ubahnya bagai sebuah bayangan di keluarga itu atau justru terkesan seperti udara yang tak terlihat. Mereka memperlakukan Grace dengan dingin. Terutama ibu tirinya, wanita itu sangat membenci Grace dengan terang-terangan. Grace mengerti mereka tidak bisa menerima kehadirannya begitu saja karena ia adalah anak yang dilahirkan dari hasil perselingkuhan ayah kandungnya dengan wanita iblis. Ya, Grace lebih senang memanggilnya dengan sebutan wanita iblis karena sifat ibunya itu tidak seperti manusia menurut Grace.

Lelah dengan semuanya Grace memutuskan untuk tinggal di sebuah asrama yang disediakan oleh fakultas tempat ia menimba ilmu. Ia tidak ingin tinggal di sebuah bangunan yang lebih mirip dengan sebuah kastel, itu adalah tempat tinggal ayah kandungnya beserta keluarga resminya dan ia juga tidak mungkin kembali ke tengah-tengah keluarga Johanson. Kini Grace seperti seorang putri yang terbuang. Hidup sebatang kara, sungguh ironis.

Dua tahun berlalu Grace tinggal di asrama, ia tidak sekali pun pernah kembali baik ke kediaman keluarga ayah kandungnya maupun ke kediaman keluarga Johanson. Awalnya saudaranya yang bernama William, Leonel serta Alexa selalu menemuinya setiap Minggu, begitu juga Prilly dan Alexander, kedua orang tua angkatnya. Mereka biasanya juga menghubungi Grace untuk menanyakan keadaanya juga mengirimkan barang-barang keperluan Grace. Tetapi, sejak Grace memutuskan melepas nama belakangnya semua berubah. Hanya Leonel dan Alexa yang masih sesekali mengunjunginya.

Perlahan Grace menolak kunjungan Leonel dan Alexa dengan alasan ia tidak ada di kamar asrama setiap kali penjaga asrama meneleponnya. Ia merasa tidak nyaman dengan kebaikan keluarga Johanson. Grace mulai mencari pekerjaan sampingan untuk membiayai hidupnya sendiri, paling tidak ia harus bisa mandiri agar hidupnya tidak terlunta-lunta di usia muda.

Semua yang Grace alami teramat pelik tetapi nyatanya keluarga Johanson tidak pernah melepaskannya begitu saja meski ia telah melepaskan nama Johanson. Keluarga Johanson tetap membayar seluruh keperluan Grace untuk pendidikannya hingga kelak ia meraih gelar sarjananya. Ia tidak perlu memikirkan uang saku dan biaya kehidupannya sehari-hari. Tetapi, harga diri Grace terlalu tinggi, ia tidak pernah lagi menyentuh uang dari keluarga Johanson. Grace menyimpannya dengan baik, suatu saat ia akan mengembalikan semua yang ia terima dari keluarga Johanson sebagai balas budi.

Grace paham kenapa keluarga Johanson menjamin kehidupannya bukan semata-mata karena sayang tetapi jika Grace melakukan sesuatu yang mencoreng nama keluarga Johanson, keluarga itu pasti akan merasa tertampar. Mereka tentu saja harus menjaga nama baik mereka sendiri. Bagaimana jika anak adopsi keluarga Johanson tiba-tiba bekerja sebagai pelayan restoran? Konyol bukan? Mereka pasti tidak ingin di jadikan bahan gosip oleh publik yang gemar mencari informasi tentang keluarga para kalangan atas.

Grace menyeret langkah kakinya menyusuri koridor bangunan fakultas, hari ini ia benar-benar tidak mampu berkonsentrasi untuk menerima pelajaran. Besok lusa ia akan mulai magang di Johanson Corporation. Satu-satunya harapan Grace adalah perusahaan yang menjadi tempat magangnya dipegang oleh orang lain bukan oleh Alexander Johanson ayah angkatnya. Meski di dalam benaknya ia sangat merindukan kedua orang tua angkatnya itu tetapi kecemburuannya kepada Sidney membuatnya merasa harus terus menjauh. Jujur saja Grace merasakan rasa sakit harus terpisah dari keluarga angkatnya.

Memikirkan semua itu membuatnya merasa begitu lelah, ia lebih baik kembali ke asrama untuk mengistirahatkan tubuh dan pikirannya yang kacau.

***

Grace duduk di sofa sambil memejamkan matanya, besok ia akan mulai magang di perusahaan milik Johanson Corporation. Perusahaan itu sangat besar, seharusnya tidak mungkin kan anak magang bertemu CEO? Mengingat seorang CEO pasti sangat sibuk, tidak akan ada waktu mengurusi hal-hal kecil seperti siapa yang magang di perusahaannya.

"Wajahmu seperti orang yang akan menaiki tiang gantungan," ucap Aida sambil melemparkan sebungkus masker ke pangkuan Grace membuat gadis itu perlahan membuka matanya.

"Aplikasikan masker itu ke wajahmu, besok kita harus tampil cantik di hari pertama kita magang," kata Aida penuh percaya diri, pendar di matanya tampak berkilat.

Dengan gerakan malas Grace merobek kemasan masker menarik isinya kemudian menempelkan kertas putih yang bergambar topeng ke wajahnya. Ia kembali memejamkan matanya tanpa membuka mulutnya.

Sekarang Grace benar-benar merindukan William, Leonel, Alexa dan Sidney. Ia merindukan semua anak-anak di keluarga Johanson yang hangat. Rasanya Grace ingin menangis karena menyesali perbuatannya meninggalkan keluarga Johanson yang menyenangkan dan dengan bodohnya kembali ke dalam keluarga ayah kandungnya.

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Related chapters

  • Oh, My Brother!   2. Evil's Plan

    Selama bekerja menjadi karyawan magang Grace mengubah penampilannya. Ia selalu menggunakan rambut palsu berwarna hitam dengan model sebahu, ia juga menggunakan kacamata cukup tebal untuk menyamarkan penampilannya. Bukan hanya itu, pakaian yang ia kenakan juga sangat longgar dan tidak modern. Tetapi, semua bayangan ketakutan Grace ternyata hanya ketakutannya, faktanya di lapangan semua baik-baik saja. Hingga satu bulan ia berada di Johanson Corporation, ia sama sekali tidak pernah bertemu dengan keluarga Johanson. Grace ditempatkan di bagian keuangan, tidak banyak yang dikerjakan, para karyawan juga memperlakukan Grace selayaknya karyawan magang dan Grace berusaha bekerja dengan baik. Akan tetapi ketenangan Grace selama satu bulan bekerja buyar seketika. Hidupnya sebagai karyawan magang yang damai berubah menjadi awal kisah hidupnya yang seperti layaknya seorang gadis yang bermain sebuah drama sambil menaiki sebuah roller coaster di mulai dari kepala ruangan memanggilnya dan mengat

    Last Updated : 2025-01-11
  • Oh, My Brother!   3. Grace's Eyes

    Satu bulan kemudian, yang Grace takutkan belum terjadi. Sepertinya William belum mengenalinya, sepertinya begitu meski ia sendiri sebenernya tidak yakin. William yang sekarang menjadi bos di tempatnya magang hanya menumpuk dokumen-dokumen pekerjaan yang tidak ada habisnya di meja kerjanya membuat Grace bekerja begitu keras, hampir setiap malam Grace harus lembur karena pekerjaan yang diberikan oleh William benar-benar tidak bisa di ajak berkompromi. Ingin rasanya Grace mengumpat dan memaki-maki William setiap hari karena menjadikannya seperti seekor sapi perah. Bagaimana tidak? Setiap hari ia harus pulang pukul sembilan malam dan pukul tujuh pagi ia harus berada di perusahaan kembali. Atasannya memperlakukannya dengan sikap dingin, gemar memerintah seenaknya, kaku, tidak pernah mengajaknya berbicara dengannya dan bersahabat. William juga selalu menatap Grace dengan tatapan yang mengisyaratkan permusuhan seolah-olah Grace memiliki kesalahan, bukankah William tidak mengenalinya hing

    Last Updated : 2025-01-11
  • Oh, My Brother!   4. Moscow

    Dua tahun kemudian di Moscow. William baru saja tiba di Moscow karena ibunya yang sangat cerewet itu memintanya untuk datang ke kota itu untuk mewakili ibunya dalam rangka menghadiri sebuah pameran perhiasan. Seharusnya ini adalah tugas Sydney karena pekerjaan ini adalah bidangnya. Tetapi, nyatanya Sidney adik gadisnya itu justru memiliki urusan yang lebih penting. Urusan yang katanya tidak bisa ditinggalkan. Jadilah William harus mengalah untuk menghadiri pameran perhiasan yang bertabur dengan berlian, benda yang sama sekali tidak ia mengerti meski ia telah didampingi oleh satu asisten ibunya yang sangat terlatih di dalam bidang perhiasan. William berulang kali menguap karena merasa bosan menyaksikan orang-orang yang terkagum-kagum melihat desain perhiasan yang bertabur berlian di depannya. Bagi William melihat perhiasan mewah bukan hal yang aneh karena sejak kecil ia terbiasa melihat ibu dan neneknya, mereka menggambar rancangan perhiasan kemudian berangkainya menjadi berwujud

    Last Updated : 2025-01-11
  • Oh, My Brother!   5. Lazy Prince

    "Of course. I'm fine," jawab Alicia dengan nada acuh. Sikap Alicia memang sedikit unik, ia selalu menjaga jarak dengan siapa pun termasuk Ford yang merupakan model sekaligus kekasihnya. Ford mendekati Alicia dan membelai rambutnya. Gerakannya sangat lembut dan penuh kasih sayang. "Kau marah kepadaku?" "Apa hakku marah kepadamu?" "Ayolah, kau sangat manis jika marah, sayangku." Ford bangkit dari duduknya. Ia berdiri di samping Alicia yang duduk dengan posisi malas di kursi. "Kau manajerku sekaligus kekasihku jadi kau berhak memanfaatkan kekasihmu ini, tepatnya kau bisa memeras tenagaku sesukamu," ucap Alicia dengan nada ketus. Selalu begitu, Ford sama sekali tidak terkejut dengan mulut pedas kekasihnya. "Kau kasar sekali sayangku, kita adalah pasangan yang paling serasi. Suatu saat kita akan membangun bisnis kita, membangun sebuah agensi model melebihi Le Model," kata Ford dengan nada bersungguh-sungguh. Alicia mencebik. Ia memutar bola matanya dengan enggan, Ford adala

    Last Updated : 2025-01-11
  • Oh, My Brother!   6. Le Model

    "Aku memiliki tugas untukmu," kata William. Ia mendekati di mana adiknya berada. "Berikan saja kepada sekretarisku," jawab Leonel cepat. Ia tidak memerlukan waktu lama jika hanya untuk mengajukan penolakan. "Kau bahkan belum bertanya tugas apa yang akan aku berikan kepadamu." "Arhg...! Aku enggan, pekerjaan itu pasti melelahkan. Aku tahu siapa dirimu," ucap Leonel sambil mengempaskan tubuhnya sendiri ke atas ranjang dengan posisi tertelungkup. "Kau ini pemalas sekali." William memukul pelan adiknya menggunakan bantal. Leonel membalikkan badannya, ia kembali menguap dan berucap, "Santai itu perlu, tapi malas itu wajib." Semua orang di rumah itu tahu prinsip hidup Leonel, ia tidak akan sudi berpikir terlalu banyak, ia tidak akan mau melakukan sesuatu yang dianggapnya terlalu menguras tenaga dan pikirannya. Setiap hal yang di lakukannya di hitung dengan cermat agar tidak merugikan dirinya, tidak mengganggu waktunya bermain game dan tidak mengurangi jatah tidurnya. Hidup

    Last Updated : 2025-01-11
  • Oh, My Brother!   7. Glamour Entertainment

    Chapter 7 MOSCOW. "Ck...." Alicia meletakkan pensil di tangannya kemudian ia menutup buku agenda di depannya. Wajahnya tampak kesal karena lagi-lagi Ford memanggilnya untuk datang ke dalam ruangan kerjanya, Alicia tahu Ford selalu memanggilnya berkaitan dengan kontrak baru yang berhasil didapatkannya yang akhir-akhir ini membuat Alicia kewalahan. Ford seolah tidak peduli dengan waktu dan tenaganya. Sekarang Alicia merasa bukan lagi seperti seorang wanita biasa yang memiliki waktu santai dan bersenang-senang, bahkan Alicia merasa tidak bisa lagi menggambar dengan tenang karena waktunya nyaris habis untuk pekerjaannya dan setibanya di tempat tinggalnya ia kelelahan lalu tertidur. Alicia memasuki ruangan kerja Ford kemudian duduk di kursi tepat di depan meja kerja Ford. "Ada apa kau memanggilku?" tanyanya sedikit ketus. "Sayangku, kuucapkan selamat kepadamu, kau benar-benar mengejutkan. Kau tahu, Alicia? Aku baru saja menyetujui sebuah kontrak baru untukmu." Mata Ford tampak berkil

    Last Updated : 2025-02-18
  • Oh, My Brother!   8. Missing Her Virgin

    Chapter 8 Dengan perasaan tidak menentu Grace mengemudikan mobilnya menuju tempat tinggalnya. Sesampainya di dalam kamar Grace menghempaskan tubuhnya ke atas tempat tidur dan memejamkan mata, sementara pikirannya kembali mengembara pada dua tahun yang lalu di mana ia dan William kembali dari pesta makan malam. Sepanjang acara perjamuan makan malam Grace beberapa kali meneguk anggur di gelasnya karena orang-orang di sekitarnya yang terus mendentingkan gelas kepada Grace, ia tidak mungkin menolak karena khawatir dianggap tidak sopan. Apa lagi perjamuan itu di hadiri oleh orang-orang penting sehingga Grace sebisa mungkin menerima ajakan mereka bersulang. Lagi-lagi demi kesopanan. Paginya Grace membuka mata kepalnya terasa berdenyut dan merasakan ada sesuatu yang tidak benar, bukan hanya kepalanya yang berdenyut tetapi seluruh tubuhnya terasa sakit. Pinggangnya juga berada di dalam kungkungan lengan kekar seorang pria, lebih parahnya lagi mereka berdua tidak mengenakan pakaian. Grace

    Last Updated : 2025-02-18
  • Oh, My Brother!   9. I Hate Willy

    Chapter 9Setelah membiarkan William memeluknya beberapa saat, Grace mengubah posisinya menjadi duduk. Telapak tangannya menutupi bagian depan dadanya. "Di mana pakaianku?""Kau tidak memerlukan itu," jawab William yang juga telah mengubah posisinya."Willy, aku harus kembali ke asrama," kata Grace lirih."Tempatmu di sini, tinggal bersamaku," ujar William dengan nada diktator.Grace menghela napasnya. Demi Tuhan, William sekarang adalah orang yang paling dibenci oleh Grace tetapi pria itu bersikap seolah ia tidak memiliki dosa apa pun kepada Grace.Suatu saat aku akan membalas semua perbuatanmu kepadaku, William. Tidak peduli kau seorang Johanson. Bahkan jika langit terbelah dua sekalipun aku tidak akan pernah memaafkanmu.Tanpa memedulikan ucapan William, Grace menurunkan kakinya bermaksud melangkah menuju kamar mandi. Namun, baru saja satu langkah ia tak mampu lagi melanjutkan langkahnya karena area sensitif di antara kedua pahanya terasa sangat sakit. Ia terduduk dan tangisnya kem

    Last Updated : 2025-02-18

Latest chapter

  • Oh, My Brother!   66. Realized

    Chapter 21RealizedGrace memasuki tempat tinggalnya yang tampak tidak lagi rapi meski hanya ditinggalkan kurang lebih dua puluh empat jam. Menurut Grace, mungkin Meghan merasa telah memenangkan permainannya dan bisa menguasai tempat itu. Ruang santai di apartemen seolah berubah menjadi tempat tinggal Meghan, di atas sofa tergeletak beberapa kantong belanja, dua tumpuk kotak sepatu yang masih utuh tertutup, juga beberapa kotak sepatu yang dibiarkan terbuka, juga beberapa buah tas berada di sana. Sebuah cermin kecil berbentuk bulat dengan pinggiran berwarna putih dan kotak make-up tergeletak di atas meja bersama beberapa kaleng bir yang tampaknya telah kosong. Grace hanya tersenyum tipis melihat tempat tinggalnya yang nyaman berubah menjadi seperti tempat antah berantah. Nina menatap Grace seolah melemparkan pertanyaan melalui tatapannya dan dijawab oleh Grace dengan menaikkan kedua alisnya bersamaan dengan kedua bahunya yang mengedik. Baru saja Grace berniat hendak mengajak Nina un

  • Oh, My Brother!   65. Innocent

    Chapter 20InnocentGrace tertawa hambar. "Kau kecewa padaku. Tapi, aku lebih kecewa padamu." Ia menelan ludah. "Willy, kau menghianati pernikahan kita yang baru saja berjalan beberapa bulan," ucapnya pelan. Dadanya dilingkupi rasa kecewa meski ia sendiri sebenarnya sedikit ragu terhadap prasangkanya sendiri."Kau mengenalku sejak kecil," ucap William dengan dingin. "Kukira kau adalah orang yang paling memahamiku dan seharusnya kau percaya kepadaku. Kukira hubungan kita memiliki ikatan yang sangat kuat. Ternyata aku salah. Kau bahkan meninggalkanku, meninggalkan tempat tinggal kita hanya karena badai sekecil ini." "Sekecil ini?" Grace tidak mengerti, perselingkuhan bukan perkara kecil, seperti dirinya yang lahir dari perselingkuhan kedua orang tua kandungnya. Ia tidak ingin ada perselingkuhan di dalam hidupnya lagi, ia tidak ingin ada bayi yang akan terlahir dari hubungan perselingkuhan lagi. "Kau bahkan tidak memiliki bukti dari tuduhanmu, kau tidak melihat dengan mata kepalamu sa

  • Oh, My Brother!   64. Dissapoint 2

    Chapter 19 Dissapoint 2 Ketika William tiba di area parkir sebuah gedung apartemen, William buru-buru keluar dari mobilnya karena ia mendapati Grace, Nina dan Aida. Ia mendekati ketiga orang itu dan meraih lengan Grace. "Grace, kita harus bicara." William menatap mata Grace yang tampak sedikit bengkak. Ia tahu jika istrinya pasti baru saja menangis. Grace membalas tatapan William dengan dingin. "Tidak sekarang." Nina masuk ke dalam mobil, sedangkan Aida tidak. Ia menepuk pundak Grace. "Kurasa kalian memang harus berbicara." Grace menghela napasnya. "Tidak penting, masalahmu lebih penting." Aida menggelengkan kepalanya. "Suamimu lebih penting." Ia menatap William. "Aku harus pergi ke kantor polisi untuk penyelidikan temanmu yang menghilang, jika kalian sudah selesai, kalian menyusullah ke sana." William mengerutkan keningnya. "Siapa menghilang?" Grace dan Aida saling menatap dan mengerutkan keningnya lalu beralih memandang William. "Calvin," ujar mereka berbarengan. "A

  • Oh, My Brother!   63. Liar!

    Chapter 18LiarWilliam melihat mobil yang dikemudikan oleh Nina keluar dari area gedung apartemen tempat tinggalnya. Tanpa menaruh kecurigaan apa pun ia mengemudikan mobilnya lalu setelah memarkirkannya, ia menuju unit tempat tinggalnya dan langsung menuju ke kamarnya.Namun, ia terkejut mendapati siapa yang berada di dalam kamarnya bukan Grace, melainkan Meghan yang sedang mondar-mandir di kamarnya. Wajah Meghan tampak panik.Ia mengerutkan keningnya seraya bertanya, "Di mana Grace?"Megan memegangi handuk yang melingkar di tubuhnya, ia menatap William dan air matanya terjatuh. "Willy, syukurlah kau datang.""Apa sesuatu terjadi padamu?" Meghan menggelengkan kepalanya lalu air mata yang tergelincir di pipinya menggunakan lengannya. "Tidak, kau susul Grace, cepatlah.""Apa maksudmu?" William mengerutkan keningnya."Kehadiranku membuat hubunganmu dan Grace dalam masalah." Meghan terisak.William semakin tidak mengerti karena ia merasa jika ia dan Grace baik-baik saja, tidak ada masal

  • Oh, My Brother!   62. Another Taste

    Chapter 17Another TasteKetika William dan Grace bertemu Meghan di bandara mereka tidak terlalu curiga apa lagi mengira pertengkaran Meghan dan Calvin serius. William mengira jika pertengkaran mereka masih dalam tahap seperti biasa, tetapi saat mereka tiba di dalam mobil dan Meghan membuka kacamatanya, William sangat terkejut mendapati kedua mata Meghan tampak bengkak, tampak menyedihkan, dan selama bertahun-tahun mengenal Meghan, ia belum pernah melihat Meghan tampak menyedihkan seperti itu.Yang William tahu, Meghan adalah tipe gadis yang acuh. Ia hanya peduli dengan Calvin, kesenangan, dan penampilannya. Dan hal yang paling William tahu adalah keduanya saling mencintai bahkan mereka nyaris tidak pernah terlibat dalam pertengkaran yang serius, meski mereka terlibat perselisihan, perselisihan mereka hanya seputar keinginan Megan yang terlalu berlebihan dan ditentang oleh Calvin, tetapi pada akhirnya Calvin akan mengalah kepada Meghan. William menggeser tubuhnya menghadap ke belakan

  • Oh, My Brother!   61. Dissapointed 1

    Holla.....Selamat malam dan selamat membaca.Jangan lupa untuk tinggalkan komentar, RATE bintang yang ada di pojok kiri bawah layar ponsel kalian.Share juga cerita ini pada teman-teman kalian. ❤Chapter 16Dissapoint 1William bersedekap berdiri di depan Grace yang tertunduk duduk di kursi kerja. Tatapan matanya menyorot Grace tidak bersahabat, bahkan sedikit kesan mengintimidasi. Tidak seorang pun di antara keduanya memulai percakapan sejak Grace memasuki mobil hingga tiba di Bebe Shoes, suasana masih dipenuhi dengan kebisuan. Grace berapa kali menjilat bibirnya, sepenuhnya ia menyadari jika tidak seharusnya menyembunyikan sesuatu dari William. Demi Tuhan, ia tidak bermaksud demikian karena cepat atau lambat ia memang harus memberitahu William, tetapi ia tidak menyangka jika William lebih dulu memergoki langkahnya. Ia mengumpulkan keberaniannya, perlahan mengangkat wajahnya menatap William dengan tatapan memohon maaf. "Willy, aku akan menjelaskan padamu." William menyipitkan

  • Oh, My Brother!   60. Grace's Offers

    Chapter 15Grace's OffersGrace berdiri di depan pintu masuk ruang rawat inap Theresia, ia sengaja tidak memasuki ruangan itu karena Nathalia berada di dalam sana. Wanita itu sedang menyisir rambut Theresia dengan penuh kasih sayang sambil bercakap-cakap. Terlihat akrab meski grace tidak bisa mendengar apa yang mereka bicarakan tetapi dari bahasa tubuh keduanya, Grace bisa memastikan jika Nathalia sangat menyayangi Theresia. Ada kecemburuan membakar dadanya meski tidak berkobar. Tetapi, ia merasakan panas yang bersumber dari sana lalu perlahan-lahan menjalari nadinya, menyebar ke seluruh raganya. Theresia diinginkan oleh Nathalia, sedangkan dirinya tidak. Grace benar-benar tidak mengerti bagaimana bisa seorang perempuan yang melahirkan dua anak, tetapi hanya mencintai satu dari keduanya. Bagaimana bisa Nathalia bisa bersikap berbeda dengan Prilly yang menyayanginya meski ia bukan putri kandungnya? Bukankah Nathalia dan Jack terlibat perselingkuhan, bukan pemerkosaan yang berujung me

  • Oh, My Brother!   59. Good Quality Sleep

    Chapter 14Good Quality SleepGrace membersihkan tubuhnya, sedangkan William menyiapkan makan malam untuk mereka berdua. Ketika Grace kembali ke dapur, ia melingkarkan kedua lengannya ke pinggang suaminya, memeluk William dari arah belakang dan bertingkah manja. "Makanan akan segera siap," ucap William sembari meletakkan teh teko yang terbuat dari keramik berisi teh hangat. "Apa kau butuh bantuan?" Grace menggesekkan keningnya di punggung William. "Semuanya telah siap," ujar William sembari berbalik menghadap Grace. Grace tersenyum menatap William, di dalam benaknya ia bersyukur menjadi anggota keluarga Johanson dan lebih bersyukur lagi ia memiliki William sebagai suaminya. Di samping tampan, William benar-benar memiliki kepribadian yang sangat baik, sikapnya juga lembut dan tentunya penyayang. "Sebaiknya kau membersihkan tubuhmu terlebih dulu." William menggeleng. "Teh akan dingin." "Baiklah kalau begitu aku yang akan membersihkan meja setelah kita makan," desah Grace. "Kubila

  • Oh, My Brother!   58. A Pretended

    Chapter 13A PretendedGadis kecil di depan Grace juga mengamati wajah Grace. "Aku tidak mengenalmu," ucapnya, tatapannya terlihat waspada. Ya, kebanyakan orang tua di negaranya melarang anak-anaknya berbicara dengan orang asing. Grace tersenyum seramah mungkin. "Aku adalah Alicia, kau memang tidak mengenalmu, tapi aku mengenal ibumu Nathalia Allen." Gadis itu mengerjakan matanya beberapa kali. "Kau sahabat Mommy?" Dengan kata lain gadis di depannya benar Theresia, anak Nathalia. Grace menggelengkan kepalanya pelan. "Tidak, kami tidak bersahabat. Tapi, ibumu mengatakan jika putrinya sakit, jadi aku ingin melihatmu." Gadis kecil itu menatap Grace dengan tatapan curiga, dari caranya menatap Grace, terlihat jika Theresia benar-benar tidak mengenal Grace. Grace duduk di bangku yang berada di samping ranjang pasien. "Di mana ibumu?" "Ini bukan waktunya Mommy di sini," sahut Nathalia pelan. "Jadi benar? Kau adalah Theresia Adney?" Grace harus memastikan, paling tidak ia mendapatka

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status