Share

Sang Pengganti

Penulis: Afnasya
last update Terakhir Diperbarui: 2025-02-20 17:54:30

Nayana menoleh dan menatap pria paruh baya dengan rambut abu-abu yang tadi sempat memarahi Alden. Pria yang bernama Wijoyo dan merupakan kakek Alden itu mengangguk pelan sebelum mengulas senyum tipis.

“Tapi aku menolaknya.”

Nayana segera menoleh saat mendengar suara bariton yang berasal dari sudut ruangan. Tatapannya segera tertuju kepada seorang pria dengan setelan jas berwarna abu terang. Mereka berserobok sesaat sebelum Nayana memutus pandangan dengan menunduk.

“Kakek tidak bisa sesuka hati menyuruhku untuk menikahinya.”

“Kenapa tidak? Kamu sudah terlalu lama sendiri, Darrel. Kamu bukan lagi anak muda yang berumur dua puluh lima tahun.” Wijoyo tersenyum tipis kala ucapannya tak dapat dibantah Darrel. “Keputusan Kakek sudah bulat. Kamu harus menikahi Nayana sekarang juga.”

“Tidak bisa, kek. Kami belum saling mengenal, bahkan aku baru bertemu dia di sini.”

“Itu bukan masalah besar, Darrel. Setelah menikah, kalian pasti akan saling mengenal dan tumbuhlah rasa cinta itu.”

“Tapi, Kek ....”

“Jangan membantah, Darrel!”

Darrel mengembuskan napas kasar sebelum menghunuskan tatapan setajam belati kepada Nayana. Dia mengepalkan tangan dan mengetatkan rahang, lalu bangkit dari duduk. Dengan langkah pasti, pria itu mendekati Nayana yang masih mematung. Mengamati sesaat sebelum berlalu tanpa kata.

“Persiapkan dirimu, Nay. Sebentar lagi pernikahan ini akan berlangsung “ Wijoyo menepuk bahu Nayana sekilas sebelum meninggalkan ruangan.

Nayana menghela napas berat sebelum meninggalkan ruangan. Namun, suara di belakang membuatnya kembali berhenti melangkah.

“Makasih, ya, Nay. Akhirnya aku akan menikah dengan Alden. Ingat, jangan coba-coba untuk merebutnya dariku.”

Nayana mengembuskan napas kasar sebelum menoleh kepada Agatha yang terlihat memegang erat lengan Alden. “Mau kamu kasih dia gratis pun, aku akan segera membuangnya. Memang benar kata orang, mantan lebih baik di buang ke tempat sampah.”

Agatha membola sambil menghentakkan kaki. “Lihat, Al! Wanita sombong itu menghinamu, balas dia, Al!”

“Buat apa buang-buang waktu mengurusi dia. Lebih baik kamu segera bersiap karena kita akan segera menikah bukan?” tanya Alden sambil mencubit gemas hidung Agatha.

Agatha dan Alden melangkah melewati Nayana sambil menyunggingkan senyum mengejek. Namun, sebelum benar-benar menghilang di balik pintu, Alden masih sempat melemparkan kata.

“Jangan pernah membuat Darrel marah karena bisa saja kamu berakhir di rumah sakit ... atau pemakaman.”

Nayana tergemap mendengar ucapan Alden. Dia berusaha mencerna apa yang dikatakan pria itu sambil bergumam. “Apa benar Darrel seperti itu? Terus apa yang harus aku lakukan? Batalkan pernikahan lagi?”

Wanita itu menggeleng lemah sebelum memukul kepalanya sendiri. “Bodoh! Kenapa harus percaya omongan Alden? Bisa saja dia berkata begitu untuk menakuti dan membuatku ragu, kan?”

Nayana memejamkan mata sambil mengatur napas, berusaha untuk meredam gelebah dalam dada sebelum akhirnya mengempaskan tubuh di kursi. Tak berselang lama, para perias datang dan membenarkan riasan di wajah Nayana.

Nayana menatap pantulan dirinya di cermin dan mencoba untuk tersenyum, meskipun rasanya tak sama lagi. Entah harus bahagia atau sedih untuk semua yang telah terjadi dalam hidupnya. Wanita itu menghela napas berat sebelum bangkit dan melangkah menuju pelaminan.

Dengung suara lebah terdengar memenuhi ruangan saat Nayana duduk di pelaminan. Dia tahu hal ini pasti akan terjadi saat orang-orang menyadari ada yang berbeda dengan pengantin prianya. Wanita itu memejamkan mata sejenak sebelum suara sang pemandu acara terdengar sebagai tanda bahwa pernikahan ini akan terjadi.

Setetes air mata luruh membasahi punggung tangan Nayana saat Darrel mengucapkan janji sucinya di hadapan Tuhan. Resmi sudah wanita itu menyandang status sebagai seorang istri dari pria yang baru saja dikenal. Lima belas menit berselang, suara Alden menggema kala mengucapkan janji sucinya. Sayangnya bukan nama Nayana yang disebut, melainkan nama sang adik.

Nayana berusaha menguatkan diri. Namun, melihat tawa bahagia Agatha yang duduk di samping Alden bagai ejekan atas nasib yang menimpanya. Andai bisa, Nayana memilih untuk segera pergi meninggalkan ruangan itu.

Tiga jam yang sangat menyiksa bagi Nayana akhirnya berakhir. Satu per satu tamu undangan pergi dan hanya menyisakan keluarga inti kedua mempelai. Raga yang lelah membuat Nayana memilih duduk menyendiri di sudut ruangan sambil menyandarkan punggungnya. Perlahan kedua matanya terasa berat hingga akhirnya tertutup karena kantuk.

“Ayo, pulang!”

“Astaga!”

Nayana tergeragap dan hampir jatuh dari kursi kala suara bariton Darrel menyapa gendang telinganya. Dia mendengkus kesal sebelum menatap sinis sang suami.

“Bisa enggak nanti dulu? Kaki aku pegel banget.”

Enggan menanggapi ucapan sang istri, Darrel berbalik dan berjalan meninggalkan ruangan. Melihat itu, Nayana menghela napas berat dan berjalan lesu mengikuti sang suami.

Setibanya di luar gedung, sebuah mobil hitam merk terkenal dengan seri terbaru sudah menunggu keduanya. Nayana sempat dibuat takjub dengan kendaraan itu hingga tanpa sadar mengembangkan senyum.

“Cepat naik atau aku tinggal!”

Nayana segera tersadar dan memasuki mobil, lalu duduk di samping Darrel yang memberi instruksi kepada sang sopir. Mobil perlahan bergerak meninggalkan tempat. Sepanjang perjalanan, Darrel hanya menatap keluar jendela. Sementara di sampingnya, Nayana menunduk sambil menganyam jemari.

Hening membuat perjalanan selama empat puluh lima menit itu terasa panjang. Kantuk yang sempat mendera, membuat Nayana perlahan menyandarkan kepala di jendela, lalu memejam. Lima menit berselang, suara pintu mobil yang terbuka membuat wanita itu tergeragap.

“Lanjutkan tidurmu di dalam.”

Nayana mengangguk dan segera keluar mobil. Dengan langkah tergesa-gesa, dia mengikuti Darrel ke dalam. Dia mematung sesaat kala beberapa orang berpakaian seragam hitam putih berdiri berjajar menyambut kedatangannya. Lalu, senyum tipis tersungging di bibir merah Nayana sebelum kembali melangkah.

Nayana berjalan menaiki tangga melingkar hingga tiba di depan sebuah pintu berwarna coklat tua mengilap. Dia bergeming sesaat, lalu menatap sang suami yang berdiri di sampingnya. Tak berselang lama, Darrel membuka pintu dan melangkah masuk. Sementara, Nayana masih mematung. Hatinya meragu untuk masuk.

“Mau sampai kapan berdiri di situ?”

Lagi, suara bariton Darrel berhasil menyentak kesadaran Nayana. Wanita itu menelan ludah dengan susah payah sebelum melangkah masuk. Namun, kata-kata yang diucapkan Alden tadi kembali berkelebat di kepala. Dia kembali berhenti dan menatap penuh selidik pria yang berdiri di dekat ranjang itu.

Nayana menguatkan hati dan kembali melangkah sebelum berdiri di hadapan Darrel. Mata setajam elang milik pria itu berhasil membuat Nayana gentar. Wanita itu memilih mundur saat melihat sang suami berjalan mendekatinya. Namun, langkahnya terhenti kala menabrak dinding. Melihat Darrel makin mendekat, Nayana menunduk sambil memejamkan mata.

“A-aku tidak akan membuatmu marah. Aku akan jadi istri yang penurut. Aku janji.”

Darrel mengernyit mendengar ucapan Nayana. Dia bergeming sesaat sebelum tersenyum sinis sambil mengangguk-angguk. Lalu, mengembuskan napas kasar dan berbalik. Tampak pria itu membuka pintu dan segera menghilang di balik pintu. Mendengar itu, Nayana segera membuka mata dan menghela napas lega.

Nayana berjalan menuju ranjang dan menghempaskan tubuhnya. Dia memijat leher sejenak sambil menggerakkan kepala ke kiri dan kanan.

“Ugh, mandi enak kali, ya?”

Wanita itu bergegas bangkit dari ranjang dan berusaha membuka kancing kebaya pengantinnya. Senyum masih menghiasi bibir indahnya hingga terdengar pintu dibuka oleh seseorang. Dia terkejut dan berusaha untuk menutupi area dada yang sedikit terbuka.

“Jangan mendekat! Aku ... aku ....”

“Aku juga tidak akan tergoda. Terlalu kecil buatku.”

“Hah?”

Bab terkait

  • Suami Penggantiku Bukan Pria Buruk Rupa   Rencana Balas Dendam

    “Memangnya apa yang kecil?”Darrel mengabaikan pertanyaan Nayana dan memilih untuk menuju area wardrobe. Dia melepas jas dan kancing kemeja bagian atas sebelum mengetahui bahwa sang istri tengah mengintip. Pria itu tersenyum tipis sambil membuka jam yang melingkar di pergelangan tangan kirinya.“Penasaran?”Akhirnya pertanyaan itu terlontar dari bibir Darrel karena melihat Nayana masih mengintip. Merasa keberadaannya diketahui, wanita itu mengerucutkan bibir dan segera berlalu.“Enak saja bilang kecil! Memangnya seberapa besar yang pernah dia pegang!”Nayana bersungut-sungut sebelum berjalan menuju kamar mandi. Dia membuka baju dan menyalakan shower, lalu berdiri di bawahnya. Dia biarkan air dingin mengguyur seluruh kepala dan tubuhnya. Sekejap mata bayangan tentang kejadian tadi pagi kembali menyentak. Wanita itu menggeleng kuat, berusaha untuk mengenyahkan pikiran buruk.“Awas saja kamu, Alden! Aku tidak akan membiarkanmu bahagia sedetik pun. Kamu harus kembalikan tiga tahunku yang

    Terakhir Diperbarui : 2025-02-20
  • Suami Penggantiku Bukan Pria Buruk Rupa   Permainan Dimulai

    Nayana membuka mata kala suara alarm terdengar memekakkan telinga. Dia perlahan duduk dan mengangkat tangan untuk meregangkan otot. Dengan mata sedikit terbuka, wanita itu meraih ponsel dan membuka layarnya.“Jam lima pagi?”Wanita itu menguap dan melempar ponsel ke samping sebelum menoleh ke ranjang di mana Darrel semalam tidur. Dahinya mengernyit kala tak menjumpai sang suami. Dia mengedarkan pandangan, tetapi tak menemukan batang hidungnya.Nayana beranjak dari sofa dan mengambil ponsel milik Darrel yang berada di nakas, lalu mematikan alarmnya. Dia menguap sekali lagi sebelum berjalan ke pintu yang menuju ke balkon, lalu membuka gordennya. Tangannya memutar handel pintu dan mendorongnya keluar. Udara segar langsung terasa begitu Nayana menginjakkan kaki di balkon. Nayana mengulas senyum sambil mengedarkan pandangan. Seketika tatapannya terhenti pada ruangan yang terletak di samping kolam renang. Dalam minimnya cahaya, wanita itu bisa melihat ada seseorang yang sedang berlari di t

    Terakhir Diperbarui : 2025-02-20
  • Suami Penggantiku Bukan Pria Buruk Rupa   Wanita Berbaju Hitam

    Nayana menatap pergelangan tangannya yang masih memerah. Perih yang dirasa, tak seperti perihnya luka akibat pengkhianatan. Tak ingin terlalu larut dalam sakit hati, dia pun membuka salep yang diberikan Darrel dan mengoleskan tipis-tipis pada lukanya. Wanita sesekali mengipasi dan meniup lukanya karena perih. Lima menit berselang, Nayana kembali menutup salep dan memasukkannya ke dalam tas. Dia menatap cermin dan membenahi sedikit riasannya. Tepat saat itulah, pintu bilik di belakangnya terbuka. Lalu, seorang wanita berbaju hitam keluar. Nayana berserobok dengan wanita itu dan melempar senyum. Lalu, membenahi baju sebelum keluar toilet. Dia melenggang menuju ruangan di mana acara akan berlangsung. Melihat Darrel sedang berbincang dengan Wijoyo, dia segera mendekat sambil mengulas senyum. “Ayo, duduk! Acara segera dimulai.” Darrel segera memeluk pinggang Nayana dan membawa ke kursi paling depan. Pria itu menarik kursi dan mempersilakan sang istri duduk. Semua perlakuan manis Darre

    Terakhir Diperbarui : 2025-02-20
  • Suami Penggantiku Bukan Pria Buruk Rupa   Adik Adalah Maut

    “Aku mau menghentikan pernikahan karena Alden telah menghamili Agatha.” Perkataan Nayana membuat wajah Alden memucat dan semua anggota keluarga yang hadir untuk melihatnya menikah terkejut. “Nayana! Apa maksudmu?!” Alden bertanya dengan tergagap, tapi kemudian dia menatap ke arah Agatha yang tengah menyunggingkan seringai tipis di sebelah ibunya. Kakek William yang sedang duduk langsung berdiri dan menatap Nayana dengan tatapan tidak senang. “Ini adalah hari baik, Nayana. Bagaimana bisa kamu bercanda dengan membawa topik seperti ini disaat kamu akan menikah!” Mendengar itu, Nayana menyunggingkan senyum miris yang hampir tak kelihatan. Dalam hati, dia juga berharap kalau semua ini memang hanya sebuah lelucon yang akan hilang setelah semua orang tertawa. Namun, kenyataan tak sebaik itu padanya. Sebab, alih-alih menemukan bunga sebagai kejutan pernikahan, Nayana malah menemukan sebuah surat berstempel rumah sakit yang menyatakan Alden sebagai ayah dari bayi yang dikandung

    Terakhir Diperbarui : 2025-02-20

Bab terbaru

  • Suami Penggantiku Bukan Pria Buruk Rupa   Wanita Berbaju Hitam

    Nayana menatap pergelangan tangannya yang masih memerah. Perih yang dirasa, tak seperti perihnya luka akibat pengkhianatan. Tak ingin terlalu larut dalam sakit hati, dia pun membuka salep yang diberikan Darrel dan mengoleskan tipis-tipis pada lukanya. Wanita sesekali mengipasi dan meniup lukanya karena perih. Lima menit berselang, Nayana kembali menutup salep dan memasukkannya ke dalam tas. Dia menatap cermin dan membenahi sedikit riasannya. Tepat saat itulah, pintu bilik di belakangnya terbuka. Lalu, seorang wanita berbaju hitam keluar. Nayana berserobok dengan wanita itu dan melempar senyum. Lalu, membenahi baju sebelum keluar toilet. Dia melenggang menuju ruangan di mana acara akan berlangsung. Melihat Darrel sedang berbincang dengan Wijoyo, dia segera mendekat sambil mengulas senyum. “Ayo, duduk! Acara segera dimulai.” Darrel segera memeluk pinggang Nayana dan membawa ke kursi paling depan. Pria itu menarik kursi dan mempersilakan sang istri duduk. Semua perlakuan manis Darre

  • Suami Penggantiku Bukan Pria Buruk Rupa   Permainan Dimulai

    Nayana membuka mata kala suara alarm terdengar memekakkan telinga. Dia perlahan duduk dan mengangkat tangan untuk meregangkan otot. Dengan mata sedikit terbuka, wanita itu meraih ponsel dan membuka layarnya.“Jam lima pagi?”Wanita itu menguap dan melempar ponsel ke samping sebelum menoleh ke ranjang di mana Darrel semalam tidur. Dahinya mengernyit kala tak menjumpai sang suami. Dia mengedarkan pandangan, tetapi tak menemukan batang hidungnya.Nayana beranjak dari sofa dan mengambil ponsel milik Darrel yang berada di nakas, lalu mematikan alarmnya. Dia menguap sekali lagi sebelum berjalan ke pintu yang menuju ke balkon, lalu membuka gordennya. Tangannya memutar handel pintu dan mendorongnya keluar. Udara segar langsung terasa begitu Nayana menginjakkan kaki di balkon. Nayana mengulas senyum sambil mengedarkan pandangan. Seketika tatapannya terhenti pada ruangan yang terletak di samping kolam renang. Dalam minimnya cahaya, wanita itu bisa melihat ada seseorang yang sedang berlari di t

  • Suami Penggantiku Bukan Pria Buruk Rupa   Rencana Balas Dendam

    “Memangnya apa yang kecil?”Darrel mengabaikan pertanyaan Nayana dan memilih untuk menuju area wardrobe. Dia melepas jas dan kancing kemeja bagian atas sebelum mengetahui bahwa sang istri tengah mengintip. Pria itu tersenyum tipis sambil membuka jam yang melingkar di pergelangan tangan kirinya.“Penasaran?”Akhirnya pertanyaan itu terlontar dari bibir Darrel karena melihat Nayana masih mengintip. Merasa keberadaannya diketahui, wanita itu mengerucutkan bibir dan segera berlalu.“Enak saja bilang kecil! Memangnya seberapa besar yang pernah dia pegang!”Nayana bersungut-sungut sebelum berjalan menuju kamar mandi. Dia membuka baju dan menyalakan shower, lalu berdiri di bawahnya. Dia biarkan air dingin mengguyur seluruh kepala dan tubuhnya. Sekejap mata bayangan tentang kejadian tadi pagi kembali menyentak. Wanita itu menggeleng kuat, berusaha untuk mengenyahkan pikiran buruk.“Awas saja kamu, Alden! Aku tidak akan membiarkanmu bahagia sedetik pun. Kamu harus kembalikan tiga tahunku yang

  • Suami Penggantiku Bukan Pria Buruk Rupa   Sang Pengganti

    Nayana menoleh dan menatap pria paruh baya dengan rambut abu-abu yang tadi sempat memarahi Alden. Pria yang bernama Wijoyo dan merupakan kakek Alden itu mengangguk pelan sebelum mengulas senyum tipis.“Tapi aku menolaknya.”Nayana segera menoleh saat mendengar suara bariton yang berasal dari sudut ruangan. Tatapannya segera tertuju kepada seorang pria dengan setelan jas berwarna abu terang. Mereka berserobok sesaat sebelum Nayana memutus pandangan dengan menunduk.“Kakek tidak bisa sesuka hati menyuruhku untuk menikahinya.”“Kenapa tidak? Kamu sudah terlalu lama sendiri, Darrel. Kamu bukan lagi anak muda yang berumur dua puluh lima tahun.” Wijoyo tersenyum tipis kala ucapannya tak dapat dibantah Darrel. “Keputusan Kakek sudah bulat. Kamu harus menikahi Nayana sekarang juga.”“Tidak bisa, kek. Kami belum saling mengenal, bahkan aku baru bertemu dia di sini.”“Itu bukan masalah besar, Darrel. Setelah menikah, kalian pasti akan saling mengenal dan tumbuhlah rasa cinta itu.”“Tapi, Kek ..

  • Suami Penggantiku Bukan Pria Buruk Rupa   Adik Adalah Maut

    “Aku mau menghentikan pernikahan karena Alden telah menghamili Agatha.” Perkataan Nayana membuat wajah Alden memucat dan semua anggota keluarga yang hadir untuk melihatnya menikah terkejut. “Nayana! Apa maksudmu?!” Alden bertanya dengan tergagap, tapi kemudian dia menatap ke arah Agatha yang tengah menyunggingkan seringai tipis di sebelah ibunya. Kakek William yang sedang duduk langsung berdiri dan menatap Nayana dengan tatapan tidak senang. “Ini adalah hari baik, Nayana. Bagaimana bisa kamu bercanda dengan membawa topik seperti ini disaat kamu akan menikah!” Mendengar itu, Nayana menyunggingkan senyum miris yang hampir tak kelihatan. Dalam hati, dia juga berharap kalau semua ini memang hanya sebuah lelucon yang akan hilang setelah semua orang tertawa. Namun, kenyataan tak sebaik itu padanya. Sebab, alih-alih menemukan bunga sebagai kejutan pernikahan, Nayana malah menemukan sebuah surat berstempel rumah sakit yang menyatakan Alden sebagai ayah dari bayi yang dikandung

Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status