Share

Menerima Keputusan

Author: Afnasya
last update Last Updated: 2025-02-20 17:54:30

Siapa yang tak mengenal Darren di kota Malima ini?

Pria itu adalah sosok anomali yang selalu dianggap sebagai aib bagi keluarga Wijaya. Sebab sepeninggal ayah dan ibunya yang merupakan pewaris utama, Kakek William melewatkan Darren sebagai pewaris selanjutnya. Dia langsung memberikan perusahaan kepada orang tua Alden. Padahal usia Darren saat itu sudah cukup untuk memimpin perusahaan.

Tindakan itu memunculkan rumor kalau Darren adalah sosok yang tak berguna dan tak memiliki kemampuan berbisnis.

Bahkan ada rumor lain yang mengatakan kalau Darren adalah sosok yang buruk rupa dan mengerikan sehingga tak pernah memunculkan dirinya pada siapa pun. Bahkan kepada sesama anggota keluarga Wijaya. Membayangkan itu saja membuat Eleanor merinding.

“Elea?”

Eleanor tergagap mendengar namanya disebut. Dia menoleh ke arah Kakek William dan menatapnya penuh tanya. Apa sebenarnya maksud pria paruh baya itu menikahkannya dengan Darren. Apakah Kakek William hendak menjerumuskannya ke dalam pelukan pria buruk rupa seperti kata orang-orang. Ah, Eleanor makin bingung dibuatnya. Namun, hati yang kebas membuat wanita yang masih berbalut kebaya itu memilih diam.

“Hanya itu solusi terbaik yang bisa Kakek berikan, Elea.”

Eleanor masih membeku di tempat. Hal itu membuat dengung yang berasal dari para tamu terdengar jelas.

“Kasian banget, ya. Mau enggak mau dia harus menikahi Darren, daripada jadi perawan tua “

“Mendingan jadi perawan tua, daripada nikah sama pria buruk rupa. Bisa jatuh harga diri.”

“Iya, enggak bisa dipamerin ke mana-mana. Malulah pastinya.”

Lalu, tawa renyah mengakhiri pembicaraan mereka. Eleanor sadar pasti hal itu akan terjadi. Itulah konsekuensi yang harus ditanggung. Namun, dia tak peduli karena kebenaran harus diungkap, meskipun sakit yang diterima.

Eleanor menghela napas berat dan menggeleng lemah sebelum melangkah. Namun, suara sang ayah berhasil menghentikan langkahnya.

“Kamu harus menikah dengan Darren, Elea.”

Eleanor menoleh ke arah pria yang menjadi cinta pertamanya. Dia melihat tatapan penuh harap dari Danu Santoso. Hati anak mana yang tidak luluh kala sorot mata itu didapatinya. Meskipun selama ini Danu keras kepadanya. Ya, setelah lulus SMA, Eleanor harus berjuang sendiri untuk membiayai kuliahnya. Karena Danu beralasan hanya bisa menyekolahkan satu anak saja, tentu saja Agatha yang dimaksud.

Eleanor tak mengapa, toh dia sudah terdidik untuk menebalkan hati menerima semua perlakuan buruk keluarganya. Sayangnya, dia tak dapat membenci Danu meskipun berkali-kali harus mengalah demi Agatha.

“Ayah mohon, Elea. Ini demi kebaikan kita semua.”

Ah, Eleanor tanpa sadar menghela napas berat. Dadanya terasa sesak membayangkan apa yang akan dilaluinya jika menikah dengan Darren. Seumur hidup pasti hanya cemoohan yang didapat mengingat pria yang tak pernah menunjukkan batang hidungnya di hadapan umum itu terkenal buruk rupa.

'Ya, Tuhan. Tak pantaskah aku bahagia walau hanya sekejap? Apakah aku harus terus mengalah dan mengalah demi kebahagiaan orang lain? Apa sebenarnya yang Engkau mau dariku?'

Eleanor terus bertanya dalam hati atas nasib yang menimpanya. Dia memejamkan mata sesaat untuk meredam gelebah dalam dada. Perlahan, matanya terbuka sebelum menatap Danu dan Kakek William.

“Baik, aku terima saran Kakek untuk menikah dengan Darren.”

Senyum mengembang menjadi jawaban atas keputusan Eleanor. Tanpa mereka sadari setetes bulir bening jatuh membasahi pipi wanita dengan kebaya pengantin itu. Buru-buru Eleanor menghapus agar tak ada seorang pun tahu.

Kakek William segera mengeluarkan ponsel dan menelepon seseorang. Senyum tak pernah lepas dari bibir keriput pria itu. Semuanya tak luput dari perhatian Eleanor. Ya, semua orang tersenyum bahagia di atas penderitaan satu orang yaitu Eleanor.

“Persiapkan dirimu, Elea. Darren akan tiba satu jam dari sekarang.”

Dengan langkah gontai, Eleanor berjalan menuju ruang ganti. Dia menjatuhkan bobot tubuhnya di kursi dan menatap cermin di depannya.

“Akhirnya aku bisa bernapas lega karena kamu mau menikah dengan Darren.”

“Terang saja mau, Ma. Daripada ketiban sial karena jadi perawan tua.”

Sontak Eleanor menoleh dan mendapati Agatha beserta Helena—ibunya—memasuki ruang ganti. Keduanya tampak bahagia karena senyum penuh kemenangan taknpernah lepas dari bibir bergincu merah itu.

Eleanor menggeram kesal sambil mengepalkan tangan mendengar ucapan kedua wanita yang telah merenggut semua perhatian ayahnya.

“Nanti kalau sudah menikah, jangan pernah bawa suami buruk rupamu itu ke rumah, ya? Malu kalau jadi gunjingan tetangga “

“Sudah buruk rupa, jadi beban keluarga, hidup lagi.”

Tawa renyah langsung terdengar usai Agatha menghina Darren. Spontan, Eleanor bangkit dan menggebrak meja.

“Puas kalian, hah! Puas sudah merusak kebahagiaanku lagi?”

Eleanor mendekat sambil memberikan tatapan penuh amarah kepada Agatha. Tangannya hendak menampar Agatha, tetapi ditahan oleh Helena.

“Jangan pernah menyakiti Agatha! Atau kamu akan kehilangan ayahmu selamanya!”

Eleanor terhuyung kala Helena menyentak kasar tangannya. Lalu, mendorongnya hingga terjerembab sebelum meninggalkan ruangan dengan iringan tawa bahagia. Melihat itu, Eleanor menggeram kesal sambil mengepalkan tangannya.

Dia segera bangkit dan merapikan kebayanya sebelum kembali menoleh ke arah pintu. Dia mendengkus kesal saat melihat siapa yang masuk.

“Mau apalagi kamu ke sini, Al?”

Alden bergegas mendekati Eleanor usai menutup pintu. Dia memegang kedua lengan wanita itu dan memepetnya ke tembok.

“Pikirkan lagi keputusanmu, El. Apa kamu benar-benar mau menikahi Darren?”

Eleanor memalingkan wajah saat Alden menghunuskan tatapan penuh tanya. Dia tidak mau goyah hanya gara-gara melihat wajah pria yang menemaninya selama lima tahun itu memelas.

“Keputusanku sudah bulat, Al. Aku akan melanjutkan pernikahan ini dengan Darren.”

“Apa kamu sudah tidak mencintaiku lagi, El?” tanya Alden sambil mencengkeram dagu Eleanor dan memaksa untuk menatapnya. “Jawab, Eleanor!”

“Asal kamu tahu, Al. Cintaku masih sebanyak dan sebesar dulu sebelum aku tahu bahwa kamu dan Agatha berkhianat.”

“Itu hanya satu kesalahan, El. Aku mohon beri aku satu kesempatan lagi.”

“Hanya? Kamu bilang hanya? Iya, itu memang satu kesalahan, tapi fatal bagiku. Sekarang pergilah!”

Eleanor berusaha melepaskan tangan Alden yang masih berada di dagunya. Sekuat tenaga dia mendorong tubuh pria itu agar menjauh, tetapi susah. Melihat itu, Alden menyeringai dan kembali mencengkeram dagu Eleanor.

“Jangan sampai kamu menyesal karena menikahi si buruk rupa itu. Dia adalah monster yang akan membuatmu menderita. Camkan itu, El!”

Alden menyeringai sebelum mendekatkan wajahnya. Dia bermaksud hendak mendaratkan ciuman di bibir, tetapi Eleanor segera melayangkan tamparan tepat di pipi kirinya.

“Jangan macam-macam kamu, Al! Cepat pergi dari sini sebelum ada yang tahu.”

Alden mengusap pipi kirinya sambil menyeringai. Dia kembali hendak mendekati Eleanor, tetapi suara pintu dibuka membuatnya mundur selangkah.

“Mau apa kamu di sini, Alden?”

“A-ada yang mau aku bahas dengan Elea, Kek.”

Kakek William berjalan mendekati keduanya. Alden menatap Eleanor sekilas sebelum kembali menjauh.

“Cepat keluar! Darren sudah datang. Kakek tidak mau dia melihat kalian berdua di sini.”

Alden menurut. Dia kembali menatap Eleanor sebelum melangkah meninggalkan ruangan. Untuk sesaat, Eleanor bisa bernapas lega. Namun, suara tegas milik Kakek William berhasil membuatnya kembali tergemap.

“Bersiaplah, Elea. Darren sudah menunggu.”

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Related chapters

  • Suami Penggantiku Bukan Pria Buruk Rupa   Pernikahan

    Eleanor menghela napas berat sebelum mengangguk, lalu berjalan beriringan keluar ruangan. Sepanjang koridor menuju pelaminan, jantung wanita itu tak pernah berhenti berdegup kencang. Kedua tangannya sedingin es dan berkeringat. Bayangan tentang wajah Darren terus saja berkelebat di kepala. “Tenang saja, Elea. Semua pasti baik-baik saja.” Eleanor mencoba mengulas senyum. Namun, bibirnya terasa sangat kaku, bahkan kakinya bergetar pelan saat pelaminan sudah tampak di depan mata. Dia berhenti sejenak kala melihat sosok pria yang mengenakan baju pengantin berwarna putih duduk membelakanginya. Eleanor menelan ludah yang terasa pahit saat melewati tenggorokan. Jika dilihat dari belakang, Darren adalah pria yang gagah. Tubuhnya tampak proporsional. Namun, Eleanor langsung menggeleng ketika mengingat julukan yang diberikan untuk pria itu, si buruk rupa. Wanita yang memakai kebaya berwarna putih dengan bagian belakang yang menjuntai menyapu lantai itu mengalihkan tatapannya kepada sang

    Last Updated : 2025-02-20
  • Suami Penggantiku Bukan Pria Buruk Rupa   Kesepakatan

    Eleanor segera berbalik dan tergemap melihat wajah dan sebagian rambut Agatha basah. Namun, belum sempat bertanya apa yang terjadi, suara bariton milik Darren terdengar. “Kelakuanmu tak ubahnya seperti rubah, sangat licik. Jika berani hadapi dari depan.” Dengan susah payah, Eleanor berusaha menelan ludah yang terasa kelat melewati tenggorokan saat mendengar nada dingin dan tajam milik Darren. Sedikit banyak dia tahu apa yang hendak dilakukan Agatha kepadanya. Lalu, tatapannya tertuju kepada sang suami yang berdiri tak jauh darinya. Mereka berserobok sesaat sebelum Darren memilih untuk berlalu. “Sialan! Awas saja kamu, Darren!” seru Agatha sambil mengentakkan kaki. Dia segera berlalu sambil menarik tangan ibunya. Eleanor mengedikkan bahu dan kembali menikmati kudapan di tangannya. Tanpa dia sadari ada seseorang di samping gedung yang menatap sejak tadi. Orang itu mengepalkan tangan sambil menggeram kesal. Lalu, pergi meninggalkan tempat dengan memendam amarah. Tiga jam yang melelah

    Last Updated : 2025-02-20
  • Suami Penggantiku Bukan Pria Buruk Rupa   Menjalankan Peran

    Eleanor memukul kepalanya ketika mengingat pertanyaan konyol yang meluncur dari mulutnya. “Bodoh! Kenapa juga ini mulut enggak bisa direm!” rutuk Eleanor sambil memukul mulutnya. “Untung saja tadi ada telepon, jadi aku bisa langsung kabur. Coba kalau enggak?” Eleanor merebah dan menatap langit-langit kamarnya. Kamar dengan cat dinding berwarna putih itu tampaknya lega karena hanya ada ranjang, lemari serta kursi yang terletak di sudut. Jendela berukuran besar pun menambah kesan luas, sehingga cahaya matahari masuk dengan leluasa. Wanita itu segera bangkit dan berjalan menuju pintu kaca yang mengarah ke balkon. Dia menghirup udara sore hari sambil tersenyum lebar. Lalu, berjalan keluar dan bersandar di pagar besi. Dia mengedarkan pandangan, kemudian tatapannya tertuju pada kolam renang yang berada tepat di bawah. Eleanor berbalik dan berjalan keluar kamar. Bosan yang melanda membawa langkahnya menjelajahi seisi rumah. Dia turun ke lantai satu dan berjalan menuju dapur. Tangannya me

    Last Updated : 2025-02-20
  • Suami Penggantiku Bukan Pria Buruk Rupa   Luka

    Eleanor bergegas mendekati Agatha dan Helena yang berdiri tak jauh dari sumber api. Dia menatap tumpukan barang yang telah terbakar api sebelum kembali menatap kedua wanita di depannya.“Kenapa kalian bakar semua barangku? Bukankah aku bilang kalau akan mengambilnya.”“Kalau dipikir-pikir mendingan dibakar saja. Lagipula buat apa kamu ributin barang rombeng itu. Masa suami kamu tidak bisa belikan yang baru?” Helena tertawa mengejek saat kembali memasukkan satu helai baju ke dalam kobaran api.Eleanor mematung dengan kedua mata memerah menahan tangis. Kedua tangannya terkepal erat hingga buku-buku jarinya memutih. Dia menggeram kesal sebelum akhirnya menyambar buku yang hendak diambil Helena.“Setidaknya semua barang rombeng ini hasil keringatku sendiri, bukan karena merengek kepada Ayah.”“Jaga mulut kamu, Elea!” pekik Helena sambil memelotot. Wajahnya merah padam karena menahan amarah. “Mulai berani kamu, hah!”“Memang benar apa yang aku bilang, kan?”“Kita kasih dia pelajaran saja,

    Last Updated : 2025-02-28
  • Suami Penggantiku Bukan Pria Buruk Rupa   Mengingat Masa Lalu

    “Terima kasih.”Eleanor langsung memeluk Darren setelah mendapati foto sang ibu utuh kembali. Senyumnya mengembang karena bahagia. Namun, menyadari tindakannya salah, dia segera melerai pelukan.“Ma-maaf.” Eleanor kembali menyunggingkan senyum sambil menatap lekat foto di tangannya. Lalu, setetes bulir bening membasahi pipinya. Namun, dia segera menyekanya. “Sekali lagi terima kasih banyak. Tapi, bagaimana bisa?” Alih-alih menjawab, Darren justru melontarkan tanya. “Apa kamu senang?”“Iya, aku sangat senang sekali.” Eleanor menatap Darren sekalinlagi sebelum kembali ke foto di tangannya. “Semua foto ibu sudah dibuang sama Mama Helena. Untung saja aku berhasil menyembunyikan ini dan menyimpannya.”Eleanor menghela napas berat saat ingatannya kembali beberapa tahun sebelumnya. Helena yang dia anggap bisa memberikan kasih sayang sebagai sosok seorang ibu, justru memberikan beribu luka di hati. Semua sikapnya dianggap salah oleh ibunya Agatha itu. Tak terhitung lagi berapa banyak ka

    Last Updated : 2025-03-01
  • Suami Penggantiku Bukan Pria Buruk Rupa   Kamu Milikku

    “Setuju tidak setuju, kamu harus menikahi Agatha minggu depan!”Hanya kalimat itu yang masih terdengar saat Eleanor melewati pintu masuk. Dia berjalan beriringan dengan sang suami menuju ruang keluarga. Suasana menjadi hening saat melihatnya dan Darren tiba.Eleanor segera menyalami orang yang ada di sana satu per satu. Namun, hanya Agatha dan Alden yang menolak. Dia tak ambil pusing dan duduk di samping suaminya.“Kenapa Kakek memanggil kami?” tanya Darren langsung pada intinya.“Kakek cuma mau ajak kalian makan siang bersama saja. Sekalian ada yang mau Kakek bicarakan sama kamu, Darren. Kita ke ruang kerja Kakek sekarang.”Eleanor menatap sekilas sang suami sebelum mengangguk. Lalu, menatap punggung lelaki itu hingga hilang di balik pintu bercat hitam.“Bagaimana kabarmu, Elea? Maaf kalau Ayah belum bisa menjengukmu.”“Tidak apa-apa, Yah. Aku baik-baik saja.”Danu hendak bangkit dari duduk untuk mendekati Eleanor, tetapi Helena segera mencegahnya.“Duduk di sini saja, Pa. B

    Last Updated : 2025-03-01
  • Suami Penggantiku Bukan Pria Buruk Rupa   Degup Pertama

    Darren kembali menutup pintu dan bergeming sesaat. Namun, bayangan tentang apa yang dilihat berhasil membuatnya mengumpat. Dia menghela napas berat sebelum mengetuk pintu.Eleanor berdiri di dekat ranjang dengan wajah kuyu. Rambutnya masih basah, bahkan bibirnya sedikit membiru karena kedinginan. Namun, wanita itu berusaha untuk menyunggingkan senyuman.“Ma-maaf, aku tadi kaget karena ada yang tiba-tiba masuk.”Darren hanya menatap sang istri, kemudian menelisiknya sebelum melempar tanya. “Apa kamu baik-baik saja?”“Iya, cuma agak sedikit kedinginan saja.”“Kita pulang sekarang.”Eleanor terkejut dengan ucapan suaminya. Dia ingin bertanya, tetapi pria itu kembali membuka suara. “Lupakan makan siangnya, kita pulang sekarang. Kakek sudah memberi izin.”Eleanor mengerti. Namun, dia terkejut saat melihat Darren berjalan mendekatinya. Dia segera mundur sampai menabrak lemari. Lalu, memejamkan mata ketika melihat sang suami makin mendekat dan mengulurkan tangannya.“Pakai ini! Aku l

    Last Updated : 2025-03-02
  • Suami Penggantiku Bukan Pria Buruk Rupa   Selembar Foto

    Eleanor mengerjap saat mendengar suara alarm. Dia meraba untuk mencari ponsel dan mematikan alarmnya. Lalu, duduk dan meregangkan otot sejenak sebelum berlalu ke kamar mandi untuk membersihkan diri. Senyumnya terkembang ketika berdiri sambil mematut diri di depan cermin. Pagi itu dia mengenakan gaun sebatas betis berwarna kuning pastel.Sambil bersenandung lirih, Eleanor menuruni tangga menuju dapur. Namun, langkahnya terhenti saat melihat Darren ada di ruang olahraga. Dia segera memutar arah dan berjalan mengendap-endap sampai di sudut luar ruangan.Dalam ruangan berukuran sekitar enam puluh meter persegi itu, Darren sedang berlatih memukul samsak menggunakan sarung tinju. Peluh telah membanjiri wajah dan rambutnya. Bahkan baju bagian belakangnya basah kuyup oleh keringat.Eleanor tak melepaskan tatapannya dari sang suami hingga tanpa sadar senyum tipis tersumir di bibirnya. Namun, aksinya terhenti kala mendengar suara bel. Dia bergegas berlari ke depan untuk membukakan pintu.Wa

    Last Updated : 2025-03-02

Latest chapter

  • Suami Penggantiku Bukan Pria Buruk Rupa   Demi Kamu

    Darren berjalan ke depan untuk membukakan pintu. Saat melihat Pak Surya yang datang, dia segera mempersilakan masuk dan mengajak ke ruang kerja.“Ada masalah apa, Pak?” tanya Darren sambil menjatuhkan bobot tubuhnya di kursi kerjanya.“Ada customer baru yang ingin bertemu dengan Bapak.” Pak Surya mengangsurkan sebuah berkas ke meja dan menjelaskan sedikit tentang pelanggan baru mereka.“Bukankah Bapak bisa menghandle sendiri? Kenapa harus aku diundang juga?”“Saya minta maaf, Pak. Tapi, besok itu saya ... ehm, saya ada keperluan yang tidak bisa ditunda. Ini customer besar, makanya saya tidak bisa sembarangan menyerahkannya kepada orang lain.”Darren menarik napas panjang dan mengembuskannya perlahan sebelum akhirnya menyetujui pertemuan besok. Setelah memberikan kepastian, Pak Surya pamit. Sementara itu, Darren kembali ke kamar dan melihat Eleanor duduk di meja rias sambil mengeringkan rambut dengan hair dryer. Dia mendekat dan langsung mengambil alih alat di tangan istrinya. Lalu, me

  • Suami Penggantiku Bukan Pria Buruk Rupa   Demi Kamu

    Darren berjalan ke depan untuk membukakan pintu. Saat melihat Pak Surya yang datang, dia segera mempersilakan masuk dan mengajak ke ruang kerja. “Ada masalah apa, Pak?” tanya Darren sambil menjatuhkan bobot tubuhnya di kursi kerjanya. “Ada customer baru yang ingin bertemu dengan Bapak.” Pak Surya mengangsurkan sebuah berkas ke meja dan menjelaskan sedikit tentang pelanggan baru mereka. “Bukankah Bapak bisa menghandle sendiri? Kenapa harus aku diundang juga?” “Saya minta maaf, Pak. Tapi, besok itu saya ... ehm, saya ada keperluan yang tidak bisa ditunda. Ini customer besar, makanya saya tidak bisa sembarangan menyerahkannya kepada orang lain.” Darren menarik napas panjang dan mengembuskannya perlahan sebelum akhirnya menyetujui pertemuan besok. Setelah memberikan kepastian, Pak Surya pamit. Sementara itu, Darren kembali ke kamar dan melihat Eleanor duduk di meja rias sambil mengeringkan rambut dengan hair dryer. Dia mendekat dan langsung mengambil alih alat di tangan istr

  • Suami Penggantiku Bukan Pria Buruk Rupa   Kenangan di Masa Lalu

    Darren tersadar dan segera menjauh mendengar pertanyaan dari istrinya. Dia memilih berjalan ke balkon dan duduk di salah satu bangku yang ada di sana. “Kamu belum jawab pertanyaanku?” Pria itu menoleh sekilas sebelum kembali menatap ke depan. Merasa diabaikan, Eleanor mendekat dan duduk di samping suaminya. Dia hendak membuka mulut, tetapi sang suami lebih dulu membuka kata. “Ya, maksudnya dulu saat kita belum dilahirkan ke dunia. Tapi nama kita sudah disandingkan dalam takdir-Nya.” Bibir Eleanor membulat membentuk huruf O setelah mendengar jawaban suaminya. Dia tersenyum semringah sambil menatap langit yang kelabu. “Sepertinya akan turun hujan. Aku harap tak ada geledek yang datang.” “Kenapa kamu takut geledek, Sayang?” Eleanor menarik napas panjang sebelum mengembuskannya perlahan, kemudian pikirannya menerawang jauh menembus masa kelam di saat dia masih berumur sepuluh tahun. “Aku pernah pulang telat karena terlalu asyik bermain dengan temanku. Waktu itu lang

  • Suami Penggantiku Bukan Pria Buruk Rupa   Aku Mencintaimu

    Eleanor menoleh dan terkejut melihat Alden berdiri dua meter darinya. Senyum yang semula tersumir di bibir lesap dan berganti dengan ketidaknyamanan. “A-Alden?” Hanya satu kata yang mampu diucapkan Eleanor begitu melihat Alden berjalan mendekat. Dia segera bangkit dari duduk dan melangkah mundur. “Lima tahun memang bukan waktu yang singkat untuk bisa melupakanku bukan?” Eleanor menggeleng sambil terus melangkah mundur saat Alden mendekat. Namun, saat kesekian kali menghindar, Alden sigap menangkap pergelangan tangannya. Pria itu menarik Eleanor hingga tak berjarak dengan tubuhnya. Alden tersenyum bahagia karena bisa menatap wajah cantik Eleanor yang dulu bisa membuatnya menggila. Sayangnya, senyum itu berubah dengkus kesal saat melihat sebuah tanda merah samar di ceruk leher Eleanor. “Kamu sudah tidur dengannya, El?” “Bukan urusan kamu lagi, Al!” sentak Eleanor sambil berusaha melepaskan tangan Alden. “Urus saja Agatha dan calon anak kamu!” “Aaargh!” Alden berte

  • Suami Penggantiku Bukan Pria Buruk Rupa   Ancaman

    Darren dengan sigap mendekap sang kakek dan menuntunnya menuju kamar. Dalam ruangan dengan nuansa serba putih itu, Darren membaringkan sang kakek dan duduk di tepi ranjang. Pria itu menoleh saat mendengar suara pintu dibuka dan melihat Eleanor masuk sambil membawa segelas air.“Terima kasih, Elea.” Darren mengambil gelas dan segera memberikannya kepada sang kakek. “Minum dulu, Kek. Di mana obatnya?”Darren bergegas membuka laci pertama dan menemukan satu botol kaca penuh dengan tablet berwarna putih. Dia mengambil satu butir dan memberikannya kepada Kakek William. Selang lima menit usai menenggak obat, nyeri di dada kiri Kakek William berangsur mereda.“Kamu masih ingat tempat menyimpannya, Darren?”“Ternyata Kakek yang tidak berubah.”Kedua pria beda generasi itu saling tatap sebelum tertawa bersama. Sementara di belakang Darren, Eleanor menatap penuh tanya.“Ini obrolan antar pria, Elea.” Kakek William seolah-olah menjawab pertanyaan di kepala Eleanor. Mendengar itu, Eleanor m

  • Suami Penggantiku Bukan Pria Buruk Rupa   Perseteruan Dimulai

    “Aku haus.” Darren segera berlalu dari kamar dan kembali sambil membawa segelas air minum, kemudian menyodorkan kepada istrinya. Usai meneguk air dalam gelas hingga tandas, Eleanor meletakkan gelas di nakas dan menatap Darren. “Kakek William menyuruhmu datang ke rumahnya?” Darren mengangguk lemah sebelum berlalu ke wardrobe dan mengganti bajunya dengan setelan celana kain hitam dan kemeja biru tua. Dia kembali menemui Eleanor sambil memegang jam tangan dan duduk di tepi ranjang. Lalu, mengganti tali jam tangannya dengan hadiah pemberian dari istrinya. Eleanor memperhatikan sang suami hingga selesai sebelum mencoba untuk bangkit sambil menahan nyeri. “Mau ke mana?” tanya Darren sambil mengernyit heran. “Aku mau ikut ke rumah Kakek William.” “Tidak perlu. Biar aku sendiri karena kamu masih kesakitan begitu.” Eleanor menggeleng lemah sebelum kembali berjalan menuju pintu. Dia sengaja mengulas senyum karena tidak mau sang suami mengkhawatirkannya. “Sakitnya sudah

  • Suami Penggantiku Bukan Pria Buruk Rupa   Pengalaman Pertama

    Eleanor mengerjap kala sinar mentari menyentuh kulitnya. Dia tergagap dan hendak bangkit, tetapi sesuatu menahannya. Dia menoleh dan mendapati seraut wajah terlihat damai dalam tidurnya. Lalu, sekelebat bayangan tentang kejadian semalam kembali berputar di kepala.Spontan Eleanor menggigit bibir bagian bawah sebelum memejamkan mata sejenak. Lalu, perlahan melepaskan tangan kiri sang suami yang semalaman memeluk perutnya. Dengan gerakan pelan, dia beringsut duduk dan hendak turun dari ranjang.“Aduh!” seru Eleanor saat merasakan bagian bawah tubuhnya berkedut nyeri. Dia sampai menggigit bibir untuk menahan sakit yang mendera sebelum kembali mencoba untuk bangkit.“Jangan dipaksakan. Tunggu sebentar.” Eleanor menoleh, tetapi segera berpaling saat melihat Darren sedang memakai celana boxernya. “Sakit?”Kali ini Eleanor mengangguk lemah saat melihat sang suami mendekat dan berdiri di hadapannya. Perlahan pria itu membopong sang istri, tetapi cengkeraman erat di lengan membuatnya menge

  • Suami Penggantiku Bukan Pria Buruk Rupa   Hadiah Terindah

    Bahu Eleanor merosot saat mengetahui bahwa Darren tengah terlelap di sofa sambil memeluk bantal. Wajah teduh pria itu membuat Eleanor tak sampai hati membangunkannya. Akhirnya dia memilih untuk meletakkan kue dan tas kertas ke meja kerja dan duduk di kursinya. Selang sepuluh menit kemudian, Darren terlihat menggeliat sebelum membuka mata. Tepat saat itulah Eleanor bangkit dan segera mendekatinya sambil membawa kue. “Selamat ulang tahun.” Darren bergeming sejenak setelah melihat kue di tangan istrinya. Lalu, tatapannya beralih kepada Eleanor yang ternyata masih mengenakan celemek dengan beberapa bagian wajahnya terkena tepung. “Kenapa? Kuenya jelek, ya? Maaf, aku hanya bisa membuatnya seperti ini. Tapi aku jamin rasanya pasti enak, kok.” Melihat suaminya masih bungkam, Eleanor yang awalnya antusias menjadi tak bersemangat. Dia menghela napas panjang sebelum menarik kembali kue di hadapan Darren. Dia memutar tumit dan hendak berlalu, tetapi Darren segera mencekal pergelang

  • Suami Penggantiku Bukan Pria Buruk Rupa   Kejutan

    Agatha memutar bola mata malas sebelum melangkah masuk dan mengempaskan kasar tubuhnya ke sofa. Dia memejamkan mata dan menghela napas panjang. Sementara, Helena duduk di sofa single dan menatap sang anak penuh tanya. “Kamu kenapa, Sayang? Ada masalah dengan suamimu?” Agatha melirik sekilas sebelum kembali memejamkan mata dan menghela napas panjang kembali. “Andai tahu begini akhirnya, aku tidak akan pernah mau mengikuti semua permainan Mama.” Helena membeliak mendengar ucapan sang anak, kemudian bangkit dari duduk dan mendekatinya. “Jangan keras-keras, Agatha. Jangan sampai papamu mendengarnya.” Wanita yang suka menggerai rambut bergelombangnya itu celingukan sebelum menepuk lengan Agatha. Agatha segera membuka mata dan beringsut duduk. Dia mengerucutkan bibir sambil mendengkus kesal. “Aku harus bagaimana sekarang, Ma? Punya suami, tapi seperti janda. Alden sama sekali tidak mau menyentuhku.” “Bukankah kamu sudah memberinya ‘itu’?” “Gagal semuanya, Ma. Sekarang

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status