Share

Pernikahan

Author: Afnasya
last update Last Updated: 2025-02-20 17:55:17

Eleanor menghela napas berat sebelum mengangguk, lalu berjalan beriringan keluar ruangan. Sepanjang koridor menuju pelaminan, jantung wanita itu tak pernah berhenti berdegup kencang. Kedua tangannya sedingin es dan berkeringat. Bayangan tentang wajah Darren terus saja berkelebat di kepala.

“Tenang saja, Elea. Semua pasti baik-baik saja.”

Eleanor mencoba mengulas senyum. Namun, bibirnya terasa sangat kaku, bahkan kakinya bergetar pelan saat pelaminan sudah tampak di depan mata. Dia berhenti sejenak kala melihat sosok pria yang mengenakan baju pengantin berwarna putih duduk membelakanginya.

Eleanor menelan ludah yang terasa pahit saat melewati tenggorokan. Jika dilihat dari belakang, Darren adalah pria yang gagah. Tubuhnya tampak proporsional. Namun, Eleanor langsung menggeleng ketika mengingat julukan yang diberikan untuk pria itu, si buruk rupa.

Wanita yang memakai kebaya berwarna putih dengan bagian belakang yang menjuntai menyapu lantai itu mengalihkan tatapannya kepada sang ayah. Pria yang telah membuat Eleanor ada di dunia itu mengulas senyum bahagia. Ah, Eleanor kembali menguatkan hati demi melihat senyum itu tak pernah pudar dari bibir Danu Santoso.

Sudut bibir Eleanor tertarik ke atas sebelum melanjutkan langkah mendekati pelaminan. Tanpa sengaja, dia melihat Agatha dan Helena yang duduk di belakang Danu tampak terkejut dan saling berbisik.

Eleanor berpikiran mereka berdua pasti sedang membicarakan wajah buruk Darren. Mengingat itu, dia hanya bisa menghela napas berat sebelum menghempaskan bobot tubuhnya di kursi samping calon suaminya.

Pikirannya mengelana jauh membayangkan betapa beratnya pernikahan tanpa cinta yang harus dijalani. Belum lagi omongan orang tentang wajah sang suami. Eleanor menggeleng lemah membayangkan itu. Kepalanya penuh dengan berbagai kemungkinan buruk yang akan terjadi, hingga suara gemuruh yang kompak menyebut kata sah membuyarkan semuanya.

Eleanor tergagap dan seketika bulir bening di kedua pelupuk mata luruh. Inilah awal kehidupannya dimulai.

“Elea, cium tangan suamimu.”

Eleanor bergegas menyeka air matanya sebelum bangkit dan meraih tangan pria di depannya. Dengan takzim, dia mencium punggung tangan sang suami sambil menutup mata. Lalu, menghidu parfum beraroma woody saat sesuatu yang hangat menyentuh dahinya. Sesaat, wanita itu mendongak dan sepasang mata dengan sorot mata tajam bagai elang berhasil memenjarakannya.

“Si-siapa kamu?” tanya Eleanor sambil tergagap karena takjub dengan pria di depannya.

'Tidak mungkin dia Darren, kan? Bukankah kata orang dia buruk rupa? Lalu, dia ini siapa? Apakah Darren itu makhluk jadi-jadian yang bisa berubah wujud menjadi sosok setampan ini?'

Berbagai pertanyaan memenuhi tempurung kepala Eleanor. Mendadak pandangannya mengabur seiring dengan kesadarannya yang menghilang. Dia pingsan dalam pelukan suaminya, Darren.

Aroma parfum Woody langsung tercium saat Eleanor membuka mata pertama kali. Dia mengerjap perlahan dan semua kejadian yang menimpanya hingga pingsan kembali berputar bagai pita kaset.

“Sudah bangun?”

Eleanor langsung menoleh saat mendengar suara bariton tak jauh dari sofa yang ditidurinya. Dia perlahan duduk dan terkejut ketika mendapati sorot mata tajam itu menatapnya. Dengan susah payah, Eleanor menelan ludah yang terasa kelat. Lalu, menatap penuh selidik pria di depannya.

Wajah tampan itu diciptakan begitu sempurna oleh Tuhan. Alis tebal menaungi mata dengan sorot tajam. Hidungnya juga mancung dengan bibir seksi berwarna merah. Lalu, rahang tegas makin menambah daya tarik pria itu.

Eleanor memastikan pria itu memiliki tinggi sekitar seratus delapan puluh. Tubuh yang ideal terbungkus sempurna di balik baju pengantin warna putih.

“Benarkah kamu Darren?” Eleanor tanpa sadar melontarkan pertanyaan. Merasa konyol, dia segera membekap mulutnya.

Pria di depannya hanya menghela napas berat sebelum berjalan mendekat dan berdiri tepat di depan Eleanor. Dia membungkuk untuk menatap sang istri sambil tersenyum miring.

“Kamu kira siapa?”

“Tapi kata orang-orang kamu itu ....”

“Buruk rupa?”

Eleanor mengangguk menjawab pertanyaan Darren. Lalu, segera menunduk saat sorot mata tajam milik Darren seakan-akan mengulitinya.

“Maaf, bukan maksud aku begitu.”

“Lupakan.” Darren menegakkan tubuh dan mundur selangkah. “Bersiaplah, tamu undangan sudah menunggu.”

Tak berselang lama, tiga orang yang bertugas merias Eleanor masuk ke ruangan dan membantunya untuk berganti baju. Kali ini dia mengenakan gaun berpotongan A-line berwarna putih. Rambutnya disanggul modern dengan hiasan bunga baby breath di bagian kiri.

Eleanor sengaja memilih gaun itu karena ingin memberikan kesan santai sekaligus elegan di acara resepsinya.

Seulas senyum tipis menghiasi bibir yang dipoles lipstik merah milik Eleanor. Dia mematut diri di cermin sebelum mengucapkan terima kasih kepada para perias. Lalu, melangkah meninggalkan ruangan dengan dada berdegup kencang.

Sepanjang koridor menuju tempat resepsi, Eleanor berulang kali menghela napas panjang untuk meredam gelebah dalam dada. Langkahnya pun terhenti saat di ujung koridor, Darren sudah menunggu.

Darren segera berbalik saat merasa ada yang memperhatikan. Dia menatap wanita yang telah resmi menjadi istrinya itu sebelum berjalan mendekat, kemudian mengulurkan tangannya.

“Saatnya menyapa tamu undangan.”

Eleanor mematung di tempat. Dia hanya menatap tangan yang terulur di depannya, lalu tatapannya beralih kepada Darren. Sedikit ragu, wanita itu meraih tangan Darren berjalan beriringan menuju tempat resepsi untuk menyapa tamu yang datang.

Sengaja Eleanor memilih halaman belakang gedung sebagai tempat resepsi. Dia ingin suasana santai dan akrab sebagai temanya. Beruntungnya, Kakek William menyetujui usulan wanita itu.

Eleanor mengumbar senyum saat melewati tamu undangan yang hadir. Lalu, menyalami mereka satu per satu sebelum berbaur dan berbincang. Meskipun, semua orang sudah tahu fakta sebenarnya jika Darren bukanlah pria buruk rupa, masih saja suara sumbang terdengar di belakang. Tak terkecuali Agatha dan Helena.

Dua wanita itu mendekati Eleanor yang sedang berdiri di depan meja penuh dengan hidangan. Lalu, sengaja menyenggol bahu Eleanor, hingga membuatnya terhuyung.

“Ups, maafin aku, ya, El. Sengaja.”

Eleanor mendengkus kesal sebelum menjauh sedikit dari Agatha dan Helena. Tak mau ambil pusing, dia mengambil piring kecil dan mulai mengisinya dengan aneka kudapan ringan.

“Enggak nyangka, ya, Ma. Darren ternyata setampan itu. Apa jangan-jangan dia operasi dulu sebelumnya?”

“Bisa jadi, Tha. Tapi setampan-tampannya dia, masih kalah tampan sama Alden. Kamu masih menang banyak, Tha.”

“Tentu, dong, Ma. Alden itu udah tampan, mapan, pewaris tunggal Wijaya Grup lagi. Walaupun Darren sekarang muncul, tetap saja enggak akan diakui.”

Eleanor hanya melirik sebelum berlalu. Namun, langkahnya terhenti saat Agatha menghadangnya.

“Sudah mulai berani kamu, hah!” seru Agatha sambil mendorong bahu kiri Eleanor.

“Minggir, Tha! Aku enggak mau cari ribut.”

Eleanor tak mengindahkan tatapan penuh kebencian yang diberikan Agatha. Dia melewatinya dan terus berjalan. Sementara, Agatha mendengkus kesal dan segera mengambil gelas berisi air berwarna merah. Lalu, menyusul Eleanor dan bersiap menyiramkannya.

Namun, seseorang berhasil menangkap tangan Agatha. Alhasil, isi dalam gelas itu mengenai kepala Agatha. Dia menggeram kesal sambil mengentakkan kaki.

“Sialan! Beraninya kamu lakukan ini ke aku!”

Agatha mengusap wajahnya yang basah dan kembali hendak menumpahkan sumpah serapah. Namun, dia segera membeku saat melihat siapa yang ada di depannya.

“Ka-kamu ....”

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Related chapters

  • Suami Penggantiku Bukan Pria Buruk Rupa   Kesepakatan

    Eleanor segera berbalik dan tergemap melihat wajah dan sebagian rambut Agatha basah. Namun, belum sempat bertanya apa yang terjadi, suara bariton milik Darren terdengar. “Kelakuanmu tak ubahnya seperti rubah, sangat licik. Jika berani hadapi dari depan.” Dengan susah payah, Eleanor berusaha menelan ludah yang terasa kelat melewati tenggorokan saat mendengar nada dingin dan tajam milik Darren. Sedikit banyak dia tahu apa yang hendak dilakukan Agatha kepadanya. Lalu, tatapannya tertuju kepada sang suami yang berdiri tak jauh darinya. Mereka berserobok sesaat sebelum Darren memilih untuk berlalu. “Sialan! Awas saja kamu, Darren!” seru Agatha sambil mengentakkan kaki. Dia segera berlalu sambil menarik tangan ibunya. Eleanor mengedikkan bahu dan kembali menikmati kudapan di tangannya. Tanpa dia sadari ada seseorang di samping gedung yang menatap sejak tadi. Orang itu mengepalkan tangan sambil menggeram kesal. Lalu, pergi meninggalkan tempat dengan memendam amarah. Tiga jam yang melelah

    Last Updated : 2025-02-20
  • Suami Penggantiku Bukan Pria Buruk Rupa   Menjalankan Peran

    Eleanor memukul kepalanya ketika mengingat pertanyaan konyol yang meluncur dari mulutnya. “Bodoh! Kenapa juga ini mulut enggak bisa direm!” rutuk Eleanor sambil memukul mulutnya. “Untung saja tadi ada telepon, jadi aku bisa langsung kabur. Coba kalau enggak?” Eleanor merebah dan menatap langit-langit kamarnya. Kamar dengan cat dinding berwarna putih itu tampaknya lega karena hanya ada ranjang, lemari serta kursi yang terletak di sudut. Jendela berukuran besar pun menambah kesan luas, sehingga cahaya matahari masuk dengan leluasa. Wanita itu segera bangkit dan berjalan menuju pintu kaca yang mengarah ke balkon. Dia menghirup udara sore hari sambil tersenyum lebar. Lalu, berjalan keluar dan bersandar di pagar besi. Dia mengedarkan pandangan, kemudian tatapannya tertuju pada kolam renang yang berada tepat di bawah. Eleanor berbalik dan berjalan keluar kamar. Bosan yang melanda membawa langkahnya menjelajahi seisi rumah. Dia turun ke lantai satu dan berjalan menuju dapur. Tangannya me

    Last Updated : 2025-02-20
  • Suami Penggantiku Bukan Pria Buruk Rupa   Luka

    Eleanor bergegas mendekati Agatha dan Helena yang berdiri tak jauh dari sumber api. Dia menatap tumpukan barang yang telah terbakar api sebelum kembali menatap kedua wanita di depannya.“Kenapa kalian bakar semua barangku? Bukankah aku bilang kalau akan mengambilnya.”“Kalau dipikir-pikir mendingan dibakar saja. Lagipula buat apa kamu ributin barang rombeng itu. Masa suami kamu tidak bisa belikan yang baru?” Helena tertawa mengejek saat kembali memasukkan satu helai baju ke dalam kobaran api.Eleanor mematung dengan kedua mata memerah menahan tangis. Kedua tangannya terkepal erat hingga buku-buku jarinya memutih. Dia menggeram kesal sebelum akhirnya menyambar buku yang hendak diambil Helena.“Setidaknya semua barang rombeng ini hasil keringatku sendiri, bukan karena merengek kepada Ayah.”“Jaga mulut kamu, Elea!” pekik Helena sambil memelotot. Wajahnya merah padam karena menahan amarah. “Mulai berani kamu, hah!”“Memang benar apa yang aku bilang, kan?”“Kita kasih dia pelajaran saja,

    Last Updated : 2025-02-28
  • Suami Penggantiku Bukan Pria Buruk Rupa   Mengingat Masa Lalu

    “Terima kasih.”Eleanor langsung memeluk Darren setelah mendapati foto sang ibu utuh kembali. Senyumnya mengembang karena bahagia. Namun, menyadari tindakannya salah, dia segera melerai pelukan.“Ma-maaf.” Eleanor kembali menyunggingkan senyum sambil menatap lekat foto di tangannya. Lalu, setetes bulir bening membasahi pipinya. Namun, dia segera menyekanya. “Sekali lagi terima kasih banyak. Tapi, bagaimana bisa?” Alih-alih menjawab, Darren justru melontarkan tanya. “Apa kamu senang?”“Iya, aku sangat senang sekali.” Eleanor menatap Darren sekalinlagi sebelum kembali ke foto di tangannya. “Semua foto ibu sudah dibuang sama Mama Helena. Untung saja aku berhasil menyembunyikan ini dan menyimpannya.”Eleanor menghela napas berat saat ingatannya kembali beberapa tahun sebelumnya. Helena yang dia anggap bisa memberikan kasih sayang sebagai sosok seorang ibu, justru memberikan beribu luka di hati. Semua sikapnya dianggap salah oleh ibunya Agatha itu. Tak terhitung lagi berapa banyak ka

    Last Updated : 2025-03-01
  • Suami Penggantiku Bukan Pria Buruk Rupa   Kamu Milikku

    “Setuju tidak setuju, kamu harus menikahi Agatha minggu depan!”Hanya kalimat itu yang masih terdengar saat Eleanor melewati pintu masuk. Dia berjalan beriringan dengan sang suami menuju ruang keluarga. Suasana menjadi hening saat melihatnya dan Darren tiba.Eleanor segera menyalami orang yang ada di sana satu per satu. Namun, hanya Agatha dan Alden yang menolak. Dia tak ambil pusing dan duduk di samping suaminya.“Kenapa Kakek memanggil kami?” tanya Darren langsung pada intinya.“Kakek cuma mau ajak kalian makan siang bersama saja. Sekalian ada yang mau Kakek bicarakan sama kamu, Darren. Kita ke ruang kerja Kakek sekarang.”Eleanor menatap sekilas sang suami sebelum mengangguk. Lalu, menatap punggung lelaki itu hingga hilang di balik pintu bercat hitam.“Bagaimana kabarmu, Elea? Maaf kalau Ayah belum bisa menjengukmu.”“Tidak apa-apa, Yah. Aku baik-baik saja.”Danu hendak bangkit dari duduk untuk mendekati Eleanor, tetapi Helena segera mencegahnya.“Duduk di sini saja, Pa. B

    Last Updated : 2025-03-01
  • Suami Penggantiku Bukan Pria Buruk Rupa   Degup Pertama

    Darren kembali menutup pintu dan bergeming sesaat. Namun, bayangan tentang apa yang dilihat berhasil membuatnya mengumpat. Dia menghela napas berat sebelum mengetuk pintu.Eleanor berdiri di dekat ranjang dengan wajah kuyu. Rambutnya masih basah, bahkan bibirnya sedikit membiru karena kedinginan. Namun, wanita itu berusaha untuk menyunggingkan senyuman.“Ma-maaf, aku tadi kaget karena ada yang tiba-tiba masuk.”Darren hanya menatap sang istri, kemudian menelisiknya sebelum melempar tanya. “Apa kamu baik-baik saja?”“Iya, cuma agak sedikit kedinginan saja.”“Kita pulang sekarang.”Eleanor terkejut dengan ucapan suaminya. Dia ingin bertanya, tetapi pria itu kembali membuka suara. “Lupakan makan siangnya, kita pulang sekarang. Kakek sudah memberi izin.”Eleanor mengerti. Namun, dia terkejut saat melihat Darren berjalan mendekatinya. Dia segera mundur sampai menabrak lemari. Lalu, memejamkan mata ketika melihat sang suami makin mendekat dan mengulurkan tangannya.“Pakai ini! Aku l

    Last Updated : 2025-03-02
  • Suami Penggantiku Bukan Pria Buruk Rupa   Selembar Foto

    Eleanor mengerjap saat mendengar suara alarm. Dia meraba untuk mencari ponsel dan mematikan alarmnya. Lalu, duduk dan meregangkan otot sejenak sebelum berlalu ke kamar mandi untuk membersihkan diri. Senyumnya terkembang ketika berdiri sambil mematut diri di depan cermin. Pagi itu dia mengenakan gaun sebatas betis berwarna kuning pastel.Sambil bersenandung lirih, Eleanor menuruni tangga menuju dapur. Namun, langkahnya terhenti saat melihat Darren ada di ruang olahraga. Dia segera memutar arah dan berjalan mengendap-endap sampai di sudut luar ruangan.Dalam ruangan berukuran sekitar enam puluh meter persegi itu, Darren sedang berlatih memukul samsak menggunakan sarung tinju. Peluh telah membanjiri wajah dan rambutnya. Bahkan baju bagian belakangnya basah kuyup oleh keringat.Eleanor tak melepaskan tatapannya dari sang suami hingga tanpa sadar senyum tipis tersumir di bibirnya. Namun, aksinya terhenti kala mendengar suara bel. Dia bergegas berlari ke depan untuk membukakan pintu.Wa

    Last Updated : 2025-03-02
  • Suami Penggantiku Bukan Pria Buruk Rupa   Kesepakatan

    Eleanor mengulas senyum tipis untuk meredam sejenak gelebah dalam dada. Lalu, beranjak ke dapur untuk membuat sarapan. Meskipun hatinya merapuh, kewajiban menghidangkan makanan untuk sang suami tetap utama. Bagi wanita itu bentakan dan amarah yang datang dari Darren masih lebih baik dibanding saat Helena dan Agatha yang melakukannya. Kedua wanita yang telah mengambil seluruh hati sang ayah itu telah berhasil memporakpondakan kehidupannya. Namun, Eleanor terus berusaha untuk kuat dan tegar. Asalkan masih bisa tinggal dan hidup di rumah bersama Danu. Sepuluh menit berselang, Eleanor baru selesai membuat ayam panggang. Dia menatap pintu ruang kerja sang suami sebelum menghela napas berat. Lalu, kembali menyelesaikan masakan sebelum menatanya di nampan. Eleanor menarik napas panjang dan mengembuskannya berulang kali sebelum mengetuk pintu ruang kerja Darren. Lalu, membuka pintu dan masuk perlahan. Dia melirik sekilas sang suami yang fokus menatap kertas di tangannya sambil meletakkan

    Last Updated : 2025-03-03

Latest chapter

  • Suami Penggantiku Bukan Pria Buruk Rupa   Mengulang Kembali

    Eleanor terkejut melihat kaca tempat foto yang terpajang di nakas pecah usai terjatuh karena ulahnya. Dia segera berjongkok dan berusaha untuk mengambil benda itu, tetapi tangannya langsung ditahan seseorang. Wanita itu langsung mendongak dan terkejut melihat sang suami.“Ma-maaf, aku benar-benar tidak sengaja. Ini salahku, nanti akan aku ....”“Lupakan! Memangnya kamu mau ke mana lagi?”Darren menghela napas panjang sebelum mengangkat Eleanor dan membaringkannya ke ranjang. Lalu, mengambil foto tadi dan menaruhnya ke nakas sebelum keluar kamar dan kembali sambil membawa sapu. Tanpa bicara, pria itu membersihkan sisa pecahan kaca dan membawanya keluar.Sementara itu, Eleanor merasa sangat bersalah. Dia menatap hampa foto yang tergeletak asal di nakas sebelum menunduk sambil meremas jemarinya. Mendengar suara langkah mendekat, dia mendongak dan bersitatap dengan sang suami.“Aku minta maaf. Seharusnya aku tidak ....”“Aku bilang lupakan! Itu hanya sebuah foto, yang terpenting kam

  • Suami Penggantiku Bukan Pria Buruk Rupa   Setulus Perhatian

    “Aku juga tidak tahu. Aku ingat plat nomor mobilnya dan aku yakin itu adalah Alden. Tapi waktu aku mau mendekat, dia malah tancap gas.” Darren mendengkus kesal mendengar ucapan istrinya. Dia menggeretakkan gigi karena menahan amarah. Melihat itu, Eleanor segera mengusap lembut lengan suaminya. “Mungkin dia hanya iseng, jangan dimasukkan ke hati, ya?” Eleanor tersenyum manis, berusaha untuk meredam amarah suaminya. Lalu, saat menyadari tindakannya, dia segera menarik kembali tangannya. “Maaf, aku hanya spontan tadi.” Darren menghela napas panjang sebelum bangkit dari duduk. Namun, saat hendak berlalu, suara Eleanor berhasil menahannya. “Sarapan sudah siap. Sebaiknya segera makan sekarang sebelum dingin dan tidak enak lagi.” Darren mengangguk dan menunggu Eleanor bangkit dari duduk. Meskipun kesakitan, wanita itu tetap memaksakan diri untuk berjalan. Eleanor berjalan lebih dulu, sedangkan Darren di belakangnya sambil diam-diam mengamati. Saat tiba di meja makan, senyum

  • Suami Penggantiku Bukan Pria Buruk Rupa   Dosa Terindah

    Agatha terjaga ketika ingin berkemih. Dia berusaha untuk bangun, tetapi tangan kekar seseorang melingkari perutnya. Dia menoleh dan mendapati Kevin masih tertidur pulas di sampingnya. Tangan wanita itu terulur untuk mengusap lembut pipi sang pria sebelum memindahkan tangan dari perutnya. Perlahan Agatha bangkit dan hendak turun dari ranjang, tetapi Kevin mencekal pergelangan tangannya. “Mau ke mana, Sayang?” “Aku harus ke kamar mandi, Kevin.” “Jangan lama-lama. Aku masih menginginkanmu.” Agatha tersenyum manis sebelum bangkit dari ranjang dan berjalan ke kamar mandi. Dia sama sekali tak merasa risih meskipun Kevin menatapnya lekat. Lekuk tubuh wanita itu sudah membuat Kevin mabuk kepayang dan ingin kembali mengulang indahnya dosa beberapa jam yang lalu. Saat Agatha keluar kamar mandi, Kevin langsung duduk dan mengulurkan tangan. Senyum lebarnya tersumir di bibir kala sang wanita setengah berlari dan menerjangnya hingga terjengkang di ranjang. “Mau lagi?” tanya Agat

  • Suami Penggantiku Bukan Pria Buruk Rupa   Hati Yang Terluka

    Alden tersentak mendengar peringatan yang diucapkan Darren. Kedua matanya langsung menatap lekat ponsel yang tergeletak di depannya. Dahinya berkerut dalam sebagai pertanda bahwa dia sedang berpikir keras.“Jangan berpura-pura lagi, Alden! Aku tahu kamu menyuruhnya untuk memata-matai Elea.”Alden mengalihkan tatapan dari ponsel di depannya kepada Darren. Tahu ke mana arah pembicaraan pria itu, Alden mendengkus kesal. Lalu, menyandarkan punggung sambil menatap penuh ejekan kepada sepupunya.“Kalau iya kenapa?” Alden tersenyum miring sebelum bangkit dari duduk dan mencondongkan tubuhnya ke depan. “Aku akan merebutnya kembali darimu, Darren. Lihat saja nanti.”Darren mendengkus kesal sebelum berbalik dan hendak berlalu, tetapi suara Alden berhasil membuat langkahnya terhenti.“Kamu tak akan berhasil mengambil apa yang seharusnya menjadi milikku, Darren!”Darren mengepalkan kedua tangannya sebelum segera pergi meninggalkan ruangan. Tidak ada gunanya juga meladeni semua omong kosong

  • Suami Penggantiku Bukan Pria Buruk Rupa   Sebuah Peringatan

    Eleanor tersenyum tipis setelah memasang sabuk pengaman, kemudian melirik sang suami sekilas sebelum menatap jalanan. Sementara, Darren perlahan mulai melajukan mobil meninggalkan rumah. Sepanjang perjalanan, hanya suara musik yang terdengar memenuhi kabin.“Kamu senang, Elea?”Eleanor menoleh saat mendengar suara suaminya. Dia tersenyum sambil mengangguk sebagai jawaban. Setelahnya, dia kembali menatap jalanan.“Ehm, bukankah ini urusan bisnismu, apa tidak apa-apa jika aku ikut?”Darren melirik sang istri sekilas sebelum kembali fokus menatap jalanan. “Aku lebih tenang jika kamu ikut bersamaku. Dan ... anggap saja ini liburan.”Eleanor kembali tersenyum mendengar jawaban suaminya. Lalu, menikmati musik sambil sesekali ikut bersenandung. Sementara di sebelahnya, Darren memperhatikan sambil tersenyum.Hampir dua jam perjalanan, akhirnya mobil yang dikemudikan oleh Darren sampai di hotel yang dituju. Keduanya turun di lobi sebelum melangkah menuju resepsionis. Lalu, berjalan menuj

  • Suami Penggantiku Bukan Pria Buruk Rupa   Merindukannya

    Eleanor mengerjap pelan kala suara alarm menyapa rungu. Dia meraba untuk mencari ponsel dan segera mematikan alarm. Lalu, beringsut duduk dan menggeliat sejenak sebelum mengedarkan pandangan. “Selamat pagi, Eleanor,” ucap Eleanor pada dirinya sendiri sambil tersenyum. Lalu, mengangkat kedua tangan ke atas dan meregangkan otot. Masih teringat jelas dalam benak kejadian semalam saat Darren memintanya untuk tinggal sejenak di dapur. Wanita itu bergeming sambil menatap tangan sang suami sebelum beralih untuk menatap wajahnya. Aura dingin yang biasanya hinggap berganti dengan kesedihan. Entah apa yang sudah terjadi, yang pasti Darren sedang tidak baik-baik saja. Maka Eleanor memutuskan untuk berdiam diri dan menunggu apa yang akan dilakukan suaminya. Sekian menit berlalu, Darren hanya bungkam sehingga membuat Eleanor mengernyit heran. “Ada yang mau kamu sampaikan?” “Lupakan. Tidurlah!” Darren kembali seperti biasa. Dingin dan misterius sehingga membuat Eleanor menghela napas

  • Suami Penggantiku Bukan Pria Buruk Rupa   Rahasia Yang Terpendam

    Agatha menatap Alden sebelum mengumbar senyuman. Dia mendekat dan hendak memeluk sang suami, tetapi langsung ditepis. “Tadi tanya ke mana aku pergi, sekarang malah cuek.” Agatha mengerucutkan bibir sambil bersedekap. “Aku cuma bertanya. Lagipula bukan urusanku juga mau ke mana saja kamu pergi.” Alden berlalu menuju pintu, tetapi Agatha segera mencegahnya. “Kita sudah menikah dua Minggu lebih, Alden. Tidak maukah kamu melewati malam pertama kita sebagai pengantin baru?” Alden kembali menepis kasar tangan Agatha yang mulai bergerilya di lengannya. Lalu, menatap nyalang sang istri sambil mendengkus kesal. “Inilah risiko yang harus kamu tanggung, Agatha. Kamu tahu aku tidak pernah menginginkan pernikahan ini. Jadi jangan berharap ada malam pertama bagi kita.” Usai berucap demikian, Alden langsung keluar kamar dan membanting pintu di belakangnya sehingga membuat Agatha tersentak. Wanita itu mendengkus kesal sebelum mengempaskan kasar tubuhnya ke ranjang. Lalu, memukul bant

  • Suami Penggantiku Bukan Pria Buruk Rupa   Cinta Lama

    Menjelang malam, Agatha mematut diri di cermin setelah mengenakan gaun sebatas lutut yang membentuk lekuk tubuh. Bibir bergincu merah terang itu mengulas senyum tipis sebelum menyambar tas selempang. Lalu, keluar kamar sambil berjalan mengendap-endap.Wanita itu menoleh ke kanan dan kiri untuk memastikan bahwa tak ada orang yang melihatnya keluar rumah. Sayang harapannya hanya sebatas angan karena sang mertua memergokinya saat membuka pintu utama.“Mau ke mana kamu, Agatha?”Agatha tergagap karena tak menyangka akan bertemu mertuanya. Dia mengusap tengkuk sambil tersenyum canggung sebelum menjawab.“Aku mau ke acara ulang tahun temanku, Ma. Terus pulangnya mau mampir ke rumah Papa dulu.”Erina menelisik penampilan sang menantu dari atas sampai bawah sebelum tersenyum sinis. “Alden sudah tahu?”“Nanti aku kasih tahu lewat pesan saja, Ma.” Agatha kembali mengusap tengkuk karena merasa diintimidasi oleh tatapan mertuanya. “Aku pergi dulu, Ma. Takut kemalaman.”Agatha berlalu begit

  • Suami Penggantiku Bukan Pria Buruk Rupa   Sebuah Impian

    Darren mengikuti arah pandang Eleanor, tetapi orang yang dimaksud tersebut sudah pergi. “Siapa?”Eleanor mengernyit heran sebelum menjawab. “Aku tidak yakin, tapi tadi sepertinya ... ah, lupakan saja.”Eleanor mengulas senyum sebelum menyendok makanan dan memasukkannya ke mulut. Dia berbinar karena rasa masakannya yang enak. Sementara di depannya, Darren menyantap makanan sambil sesekali melirik istrinya.Selama sesi makan itu, Eleanor dimanjakan lidahnya oleh berbagai rasa masakan. Meskipun terbilang masakan sederhana, tetapi rasanya seperti di restoran mewah.Usai menyantap makanan hingga selesai, mereka meninggalkan rumah makan itu setelah berpamitan kepada Hana.“Semua masakannya enak, padahal hanya menu sederhana. Seperti masakan rumahan, tetapi rasanya bisa diadu sama restoran mewah. Apa Hana yang memasak semuanya?”Eleanor menoleh dan menatap penuh harap kepada suaminya. Namun, sekian detik menunggu, hanya hening yang terasa. Wanita itu menghela napas panjang sebelum me

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status