Share

Kamu Milikku

Penulis: Afnasya
last update Terakhir Diperbarui: 2025-03-01 18:36:23

“Setuju tidak setuju, kamu harus menikahi Agatha minggu depan!”

Hanya kalimat itu yang masih terdengar saat Eleanor melewati pintu masuk. Dia berjalan beriringan dengan sang suami menuju ruang keluarga. Suasana menjadi hening saat melihatnya dan Darren tiba.

Eleanor segera menyalami orang yang ada di sana satu per satu. Namun, hanya Agatha dan Alden yang menolak. Dia tak ambil pusing dan duduk di samping suaminya.

“Kenapa Kakek memanggil kami?” tanya Darren langsung pada intinya.

“Kakek cuma mau ajak kalian makan siang bersama saja. Sekalian ada yang mau Kakek bicarakan sama kamu, Darren. Kita ke ruang kerja Kakek sekarang.”

Eleanor menatap sekilas sang suami sebelum mengangguk. Lalu, menatap punggung lelaki itu hingga hilang di balik pintu bercat hitam.

“Bagaimana kabarmu, Elea? Maaf kalau Ayah belum bisa menjengukmu.”

“Tidak apa-apa, Yah. Aku baik-baik saja.”

Danu hendak bangkit dari duduk untuk mendekati Eleanor, tetapi Helena segera mencegahnya.

“Duduk di sini saja, Pa. Buat apa kamu dekati anak yang sudah membuatku dan Agatha luka begini.” Helena menunjukkan luka seperti bekas cakaran di lengannya. Sontak, Eleanor membeliak melihatnya. Dia hendak membuka mulut, tetapi Agatha segera menghalangi.

“Enggak usah sok terkejut begitu kamu, Elea. Sudah salah, bukannya minta maaf malah pergi begitu saja. Masih untung aku enggak teriak dan minta tolong warga buat bawa kamu ke rumah RT.”

“Diam!” seru Alden sambil bangkit dari duduk. Dia menatap nyalang Agatha sebelum beralih kepada Eleanor. Lalu, mendengkus kesal dan pergi meninggalkan ruangan.

“Lihat, kan? Gara-gara kamu Alden jadi marah sama aku.” Agatha langsung bangkit dari duduk dan berjalan tergesa-gesa menyusul Alden.

“Tapi ....”

“Halah, sudahlah, Elea. Harusnya tadi kamu enggak usah mau diajak ke sini.” Helena berbicara dengan wajah ketus.

“Ma, sudahlah. Elea juga tidak tahu apa-apa.”

“Bela saja terus anak kamu itu, Pa. Awas saja nanti kalau sampai rumah.”

“Tapi, Ma ....”

“Elea enggak apa-apa, kok, Yah.”

Akhirnya Danu mengalah dan memilih diam. Sementara, Eleanor menghela napas berat melihat betapa tersiksanya sang ayah. Di satu sisi pasti dia ingin merangkul Eleanor, tetapi di sisi lain Helena dan Agatha punya seribu cara untuk memperunyam keadaan.

Melihat situasi yang tidak mengenakkan, Eleanor memilih bangkit dari duduk dan pamit hendak ke kamar mandi. Ternyata, dia tidak sungguhan ke kamar mandi, melainkan pergi ke halaman belakang di mana terdapat kolam renang dan juga gazebo. Dia duduk di sana sambil menatap awan yang bergerumul.

Eleanor memejamkan mata sejenak dan membiarkan angin menerpa wajah cantiknya. Senyumnya tersumir samar saat bayangan tentang sang ibu terlintas di kepala.

“Apa kamu bahagia, El?”

Eleanor langsung membuka mata dan menoleh saat mendengar suara Alden menyapa rungu. Dia menelan ludah dengan susah payah kala pria itu mendekat dan duduk tak jauh darinya.

“Apa Darren memperlakukanmu dengan baik, El? Apa dia tidak pernah menyakitimu, El?”

Suara Alden bergetar pelan. Eleanor merasa ada gundah yang sedang dipendam pria itu. Namun, wanita itu langsung menggeleng dan tidak ingin tahu mengingat status mereka sekarang.

“A-aku pergi dulu, Al.”

Eleanor bergegas bangkit, tetapi Alden menghalangi langkahnya. Pria itu berusaha memegang lengan Eleanor, tetapi segera ditepis.

“Jangan macam-macam, Al. Aku sudah menikah.”

“Aku enggak peduli, El! Aku masih sangat mencintaimu.”

Eleanor segera mundur ketika Alden terus mendekat, hingga kakinya tiba di tepian kolam renang. Dia menatap air yang tenang berwarna biru di depannya sebelum menoleh kepada Alden.

“Mundur, Al! Aku enggak mau orang salah paham sama kita.”

“Bukannya malah bagus. Dengan begitu Darren akan segera menceraikanmu dan kamu bisa kembali padaku, Elea.”

“I-itu enggak akan terjadi, Al.”

Eleanor mundur karena Alden terus maju hingga tubuh mereka berjarak hanya satu inchi. Lalu, wanita itu terpeleset hingga akhirnya jatuh ke kolam renang. Panik, itulah yang dirasakan Eleanor karena tidak bisa berenang. Tangannya menggapai-gapai dengan mulut yang terengah-engah hampir kehabisan napas. Sementara, Alden hanya berdiri tanpa berbuat apa-apa.

“Jika aku tak dapat memilikimu, maka tak ada yang boleh memilikimu juga, Elea.”

Alden masih berdiri sambil tertawa puas melihat Eleanor gelagapan di dalam air. Namun, tawa itu berubah keterkejutan saat melihat seseorang berlari dan terjun ke air untuk menolong Eleanor.

Saat tubuh Eleanor perlahan diam karena lelah dan mulai tenggelam, sepasang tangan kekar berhasil menggapai dan menariknya ke atas. Lalu, membaringkan wanita itu di tepi kolam dan segera memberikan pertolongan pertama.

Kepala Eleanor ditengadahkan, kemudian mulai memberikan napas buatan setelah sebelumnya mengompresi dadanya. Hal itu dilakukan beberapa kali hingga Eleanor terbatuk dan mengeluarkan air.

“Kamu tidak apa-apa?”

Eleanor hanya mengangguk sebagai jawaban karena masih terbatuk. Lalu, berusaha menarik napas panjang yang terasa berat.

“Tunggu di sini sebentar.”

Darren bangkit dan menyusul Alden yang sudah pergi lebih dulu. Dadanya bergemuruh hebat karena saat Eleanor tenggelam, adik sepupunya itu sama sekali tidak menolong. Darren segera menarik bahu Alden dan memepetnya ke tembok.

“Kamu sengaja, hah! Apa mau kamu sebenarnya, Alden?”

Alih-alih merasa takut, Alden melepaskan tangan Darren dan menatapnya tajam. “Aku mau dia mati agar kamu tidak bisa memilikinya.”

Darren langsung memukul rahang kiri Alden hingga membuatnya tersungkur. Lalu, kembali menarik bahu pria itu dan memukul tepat di area pelipisnya. Kali ini, Alden membalas dengan memukul balik Darren.

“Stop! Apa yang kalian lakukan? Berkelahi seperti anak kecil, memalukan!”

Darren dan Alden spontan menggantungkan tangan di udara begitu mendengar suara tegas milik Kakek William. Keduanya langsung beangun dan berdiri agak berjauhan. Kakek William menggeleng lemah sambil menelisik kedua cucunya.

Ada luka lebam di rahang kiri dan pelipis Alden yang mengeluarkan darah segar. Sementara, Darren memiliki lebam di rahang dan sudut bibirnya berdarah. Kakek William kembali menggeleng dan hendak membuka suara, tetapi tertahan saat melihat Eleanor masuk dengan keadaan basah kuyup dan dipapah salah satu asisten rumah tangganya.

“Kamu kenapa, Elea?”

Eleanor hanya melayangkan tatapan penuh amarah kepada Alden sebelum kembali dibawa menuju salah satu kamar di dekat tangga. Meskipun hanya sebuah tatapan, Kakek William tahu apa yang sebenarnya terjadi. Pria dengan rambut keperakan itu menggeram kesal sambil menggenggam erat tongkat di tangan kanannya.

“Alden, ikut Kakek sekarang. Darren segera temui Elea dan bawa pulang jika keadaannya sudah membaik.”

Kedua pria yang hanya berbeda dua tahun itu saling menatap tajam sebelum berpisah jalan. Alden mengikuti Kakek William menuju ruang kerjanya. Sementara, Darren berjalan menuju salah satu kamar di mana Eleanor berada.

Ketika di depan pintu, Darren bergeming sesaat sambil mengatur napas. Lalu, memutar gagang pintu dan membukanya. Tubuhnya belum sepenuhnya masuk, ketika terdengar suara Eleanor.

“Aaargh!”

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terkait

  • Suami Penggantiku Bukan Pria Buruk Rupa   Degup Pertama

    Darren kembali menutup pintu dan bergeming sesaat. Namun, bayangan tentang apa yang dilihat berhasil membuatnya mengumpat. Dia menghela napas berat sebelum mengetuk pintu.Eleanor berdiri di dekat ranjang dengan wajah kuyu. Rambutnya masih basah, bahkan bibirnya sedikit membiru karena kedinginan. Namun, wanita itu berusaha untuk menyunggingkan senyuman.“Ma-maaf, aku tadi kaget karena ada yang tiba-tiba masuk.”Darren hanya menatap sang istri, kemudian menelisiknya sebelum melempar tanya. “Apa kamu baik-baik saja?”“Iya, cuma agak sedikit kedinginan saja.”“Kita pulang sekarang.”Eleanor terkejut dengan ucapan suaminya. Dia ingin bertanya, tetapi pria itu kembali membuka suara. “Lupakan makan siangnya, kita pulang sekarang. Kakek sudah memberi izin.”Eleanor mengerti. Namun, dia terkejut saat melihat Darren berjalan mendekatinya. Dia segera mundur sampai menabrak lemari. Lalu, memejamkan mata ketika melihat sang suami makin mendekat dan mengulurkan tangannya.“Pakai ini! Aku l

    Terakhir Diperbarui : 2025-03-02
  • Suami Penggantiku Bukan Pria Buruk Rupa   Selembar Foto

    Eleanor mengerjap saat mendengar suara alarm. Dia meraba untuk mencari ponsel dan mematikan alarmnya. Lalu, duduk dan meregangkan otot sejenak sebelum berlalu ke kamar mandi untuk membersihkan diri. Senyumnya terkembang ketika berdiri sambil mematut diri di depan cermin. Pagi itu dia mengenakan gaun sebatas betis berwarna kuning pastel.Sambil bersenandung lirih, Eleanor menuruni tangga menuju dapur. Namun, langkahnya terhenti saat melihat Darren ada di ruang olahraga. Dia segera memutar arah dan berjalan mengendap-endap sampai di sudut luar ruangan.Dalam ruangan berukuran sekitar enam puluh meter persegi itu, Darren sedang berlatih memukul samsak menggunakan sarung tinju. Peluh telah membanjiri wajah dan rambutnya. Bahkan baju bagian belakangnya basah kuyup oleh keringat.Eleanor tak melepaskan tatapannya dari sang suami hingga tanpa sadar senyum tipis tersumir di bibirnya. Namun, aksinya terhenti kala mendengar suara bel. Dia bergegas berlari ke depan untuk membukakan pintu.Wa

    Terakhir Diperbarui : 2025-03-02
  • Suami Penggantiku Bukan Pria Buruk Rupa   Kesepakatan

    Eleanor mengulas senyum tipis untuk meredam sejenak gelebah dalam dada. Lalu, beranjak ke dapur untuk membuat sarapan. Meskipun hatinya merapuh, kewajiban menghidangkan makanan untuk sang suami tetap utama. Bagi wanita itu bentakan dan amarah yang datang dari Darren masih lebih baik dibanding saat Helena dan Agatha yang melakukannya. Kedua wanita yang telah mengambil seluruh hati sang ayah itu telah berhasil memporakpondakan kehidupannya. Namun, Eleanor terus berusaha untuk kuat dan tegar. Asalkan masih bisa tinggal dan hidup di rumah bersama Danu. Sepuluh menit berselang, Eleanor baru selesai membuat ayam panggang. Dia menatap pintu ruang kerja sang suami sebelum menghela napas berat. Lalu, kembali menyelesaikan masakan sebelum menatanya di nampan. Eleanor menarik napas panjang dan mengembuskannya berulang kali sebelum mengetuk pintu ruang kerja Darren. Lalu, membuka pintu dan masuk perlahan. Dia melirik sekilas sang suami yang fokus menatap kertas di tangannya sambil meletakkan

    Terakhir Diperbarui : 2025-03-03
  • Suami Penggantiku Bukan Pria Buruk Rupa   Pembalasan Eleanor

    Eleanor tiba setelah hampir satu setengah jam terjebak di jalan karena macet. Bertepatan dengan itu, Danu keluar rumah bersama Helena. Melihat sang anak datang, pria yang memakai kemeja abu-abu itu tersenyum.Eleanor mempercepat langkah dan hendak menyalami sang ayah, tetapi Helena menghadang.“Bukankah kamu buru-buru, Pa? Ayo, jalan sekarang daripada nanti kejebak macet.”“Tapi, Ma. Elea baru saja datang. Lagipula masih ada sepuluh menit lagi, enggak apa-apa, kan?”Helena mendengkus kesal sebelum berlalu ke dalam rumah, sedangkan Danu menyambut kedatangan sang anak sambil tersenyum.“Ayah mau balik ke kantor? Maaf, kalau aku datang sekarang. Ada yang mau aku kasih ke Ayah.”“Enggak apa-apa, Elea. Kita masuk, ya?”Eleanor menggamit lengan sang ayah dan mengajaknya masuk. Lalu, duduk di ruang tamu. Wanita itu segera membuka kotak yang dibawa dan membukanya.“Selamat ulang tahun, Ayah. Semoga sehat selalu.”“Terima kasih, Elea. Seharusnya tidak perlu repot begini.”“Ini hanya

    Terakhir Diperbarui : 2025-03-05
  • Suami Penggantiku Bukan Pria Buruk Rupa   Keputusan Eleanor

    Eleanor segera berjalan ke lemari untuk mengambil gelas, kemudian mengisinya dengan air. Sementara, Darren bersikap biasa sambil merapikan kotak obat. Setelahnya, tatapan pria itu mengarah kepada sang tamubyang tak lain adalah Kakek William.“Ada perlu apa Kakek ke sini?”“Kenapa? Tak bolehkah Kakek mengunjungi cucunya?” tanya Kakek William balik sambil terkekeh saat melihat Eleanor salah tingkah di depan kompor. “Oh, apakah Kakek harus menghubungi dulu sebelum ke sini? Takutnya hal seperti tadi terjadi lagi?”Eleanor menunduk dalam sambil memejamkan mata mendengar celoteh Kakek William. Wajahnya memerah seperti kepiting rebus sekarang. Berulang kali dia menarik napas panjang dan mengembuskannya perlahan sebelum mengambil cangkir dan membuat teh hangat. Lalu, menghidangkannya kepada pria dengan rambut keperakan itu.“Terima kasih, Elea. Duduklah! Ada yang mau Kakek tanyakan padamu.”Eleanor menurut. Dia segera menarik kursi yang ada di samping sang suami sebelum mengempaskan bobo

    Terakhir Diperbarui : 2025-03-05
  • Suami Penggantiku Bukan Pria Buruk Rupa   Rasa yang Menyesakkan

    Eleanor setengah berlari memasuki sebuah ruangan begitu sampai. Dia mengedarkan pandangan sebelum berjalan tergesa-gesa ke sudut ruangan di mana seorang pria sedang ditemani dua orang wanita.“Ayah enggak apa-apa?” tanya Eleanor begitu sampai. Dia hendak memeluk Danu, tetapi Helena segera menyeretnya keluar ruangan.“Masih berani kamu ke sini, Elea? Ayah kamu begini gara-gara kamu!”“Maksud Mama apa? Kenapa gara-gara aku?”Helena mendengkus kesal sebelum menatap tajam sang anak tirinya. “Bukannya kamu disuruh minta maaf tadi? Kenapa enggak kamu lakukan?”Helena merasa dibatas awan melihat kedua mata Eleanor memerah karena menahan tangis. Wanita yang masih terlihat cantik di usianya yang tak lagi muda itu tersenyum sinis sebelum melanjutkan ucapannya. “Kerjaan Ayah kamu sudah banyak, ditambah kamu yang membangkang sekarang. Jadinya kepikiran dan kurang fokus mengemudi. Untung saja mobilnya cuma masuk parit, coba kalau lebih fatal lagi. Apa enggak menyesal kamu, Elea?”“Cukup, M

    Terakhir Diperbarui : 2025-03-06
  • Suami Penggantiku Bukan Pria Buruk Rupa   Pesta Pernikahan Agatha

    Lima hari pasca dirawat, Danu sudah diperbolehkan pulang. Bertepatan dengan itu, dia disibukkan dengan pesta pernikahan antara Agatha dengan Alden. Kaki yang masih dibalut perban menyebabkannya hanya bisa duduk sambil memperhatikan sekitar. Senyum tak pernah lepas dari bibir pria itu saat para tamu yang datang mengucapkan selamat. Tak berselang lama, rombongan keluarga besar Wijaya memasuki ruangan. Tampak Alden diapit oleh kedua orang tuanya, Roni dan Erina. Di belakang mereka ada Kakek William yang menggenggam erat tongkat di tangan kanannya. Lalu, di barisan paling belakang ada Eleanor yang menggamit lengan suaminya, Darren. Danu menatap lekat Eleanor yang memilih duduk di barisan paling depan bersama para tamu. Ada setitik bahagia di hati kala melihat sang anak tersenyum sumringah. Lima menit berselang, Helena memasuki ruangan sambil menggandeng Agatha yang berbalut kebaya putih. Riasan wanita itu tampak lebih tegas dengan pemilihan lipstik berwarna merah terang. Senyum tak p

    Terakhir Diperbarui : 2025-03-07
  • Suami Penggantiku Bukan Pria Buruk Rupa   Rencana Agatha

    “Apa maksud kamu, Alden? Pisah? “ Agatha menatap penuh tanya pria yang baru beberapa jam lalu menjadi suaminya. Namun, bukan jawaban yang didapat, melainkan kepergian Alden. Agatha berang. Dia berdecak marah sebelum menyusul suaminya. “Mau ke mana kamu, Sayang?” tanya Agatha berusaha meredam emosinya. Senyumnya tersumir samar di bibir sambil berusaha memegang lengan Alden. “Bukan urusan kamu. Aku tidak mau satu kamar denganmu.” Alden menepis kasar tangan Agatha sebelum memutar gagang pintu. Namun, belum sampai pintu terbuka, Agatha kembali berkata. “Apa kamu lupa dengan ucapan Kakek William, Sayang? Apa perlu aku ingatkan sekarang?” Alden menarik tangannya dari gagang pintu dan menghela napas berat. Dia menunduk dalam sambil mengepalkan tangan. Lalu, memejamkan mata sebelum menyugar rambutnya kasar. Sementara di belakang, Agatha tersenyum puas karena usahanya berhasil untuk mencegah kepergian suaminya. Dia memegang lengan Alden dan membawanya duduj di tepi ranjang.

    Terakhir Diperbarui : 2025-03-08

Bab terbaru

  • Suami Penggantiku Bukan Pria Buruk Rupa   Ambisi Helena

    Waktu terasa seperti berhenti berputar saat Eleanor mendapati sang ayah tersungkur di dekat Helena. Dia bergegas mendekati dan merengkuh kepala sangvayah untuk dibaringkan di pahanya. Tangannya bergetar saat mengusap pipi pria yang menjadi cinta pertamanya. Suaranya bahkan tersapu oleh kencangnya isak tangis.“Ayah, bangun. Ayah kenapa?”Eleanor masih berusaha membangunkan sang ayah meskipun tak ada respon. Dia bahkan berontak ketika Helena berusaha menyingkirkannya.“Mau apa kamu ke sini, Elea? Mau apa!” bentak Agatha setelah melihat sang ibu dan Eleanor berusaha memeluk Danu. “Bikin kacau saja!”Melihat keributan yang terjadi, Darren yang baru masuk setelah memarkir mobil segera mendekati ayah mertuanya. Pria itu memeriksa Danu sebelum mengusap bahu sang istri untuk menenangkan.“Ayah hanya pingsan, Elea. Kita bawa ke kamar, nantibaku telepon dokter buat ke sini.”Eleanor segera menyusut air matanya, kemudian berusaha mengangkat tubuh sang ayah bersama Darren dan Helena. Semen

  • Suami Penggantiku Bukan Pria Buruk Rupa   Tahu Batasan

    “Pak Kevin?”Eleanor dan pria yang berdiri di depannya kompak menoleh ke arah datangnya suara. Tampak Darren menatap keduanya bergantian sebelum memaku pandangan kepada sang istri. “Kalian saling kenal?”Eleanor gelagapan mendapat pertanyaan dari suaminya. Dia segera bangkit dan mengulas senyum dan mendekati suaminya sambil menatap Kevin.“Kita satu SMA dulunya, tapi beda kelas. Kevin ini adalah pa—““Jadi Anda ini bos besar yang selalu disebut oleh Pak Surya?” tanya Kevin menginterupsi kalimat Eleanor sambil mengulurkan tangannya. Kevin terkekeh sambil terus menggantungkan tangannya di udara. Sementara Darren menatap pria di depannya sekilas sebelum menyambut uluran tangannya. “Dunia terlalu sempit ternyata.”Darren segera menarik tangannya sebelum duduk bersama dengan Eleanor, sedangkan Kevin menatap keduanya sebelum tersenyum.“Aku sama sekali tidak menyangka akan bertemu lagi denganmu, Elea. Sekian lama tidak ada kabar, sekarang malah kamu datang bersama pemilik RDW Company.

  • Suami Penggantiku Bukan Pria Buruk Rupa   Pertemuan Tak Terduga

    Darren menoleh untuk menatap wajah istrinya, kemudian mendongak untuk memaku pandangan pada awan yang berarak. “Kamu mempercayainya, Elea?” Eleanor hanya bungkam sambil menatap sang suami. Jujur, hatinya meragu akan berita yang disampaikan tentang kematian orang tua Darren. Siapa yang tidak kenal pengusaha sekaligus penerus perusahaan Wijaya Grup, Rama dan istrinya Indira? Semua orang di Kota Malima pasti mengenalnya, tak terkecuali Eleanor. Wanita itu masih bungkam dan melarikan tatapannya ke hamparan bunga kuning di sekitarnya. “Aku yang paling tahu bagaimana Papa dan Mama selama ini, tapi mereka membuatnya seolah-olah jauh dari gambaranku.” Eleanor kembali menatap sang suami yang kini juga menatapmya. Wanita itu bisa menangkap ada gurat kesedihan yang tercetak di balik manik mata sekelam malam milik suaminya. Terdengar helaan napas panjang yang keluar dari mulut Darren sebelum kembali melanjutkan ucapannya. “Papa orang paling jujur yang aku kenal setelah Kakek. Dia jug

  • Suami Penggantiku Bukan Pria Buruk Rupa   Demi Kamu

    Darren berjalan ke depan untuk membukakan pintu. Saat melihat Pak Surya yang datang, dia segera mempersilakan masuk dan mengajak ke ruang kerja. “Ada masalah apa, Pak?” tanya Darren sambil menjatuhkan bobot tubuhnya di kursi kerjanya. “Ada customer baru yang ingin bertemu dengan Bapak.” Pak Surya mengangsurkan sebuah berkas ke meja dan menjelaskan sedikit tentang pelanggan baru mereka. “Bukankah Bapak bisa menghandle sendiri? Kenapa harus aku diundang juga?” “Saya minta maaf, Pak. Tapi, besok itu saya ... ehm, saya ada keperluan yang tidak bisa ditunda. Ini customer besar, makanya saya tidak bisa sembarangan menyerahkannya kepada orang lain.” Darren menarik napas panjang dan mengembuskannya perlahan sebelum akhirnya menyetujui pertemuan besok. Setelah memberikan kepastian, Pak Surya pamit. Sementara itu, Darren kembali ke kamar dan melihat Eleanor duduk di meja rias sambil mengeringkan rambut dengan hair dryer. Dia mendekat dan langsung mengambil alih alat di tangan istr

  • Suami Penggantiku Bukan Pria Buruk Rupa   Kenangan di Masa Lalu

    Darren tersadar dan segera menjauh mendengar pertanyaan dari istrinya. Dia memilih berjalan ke balkon dan duduk di salah satu bangku yang ada di sana. “Kamu belum jawab pertanyaanku?” Pria itu menoleh sekilas sebelum kembali menatap ke depan. Merasa diabaikan, Eleanor mendekat dan duduk di samping suaminya. Dia hendak membuka mulut, tetapi sang suami lebih dulu membuka kata. “Ya, maksudnya dulu saat kita belum dilahirkan ke dunia. Tapi nama kita sudah disandingkan dalam takdir-Nya.” Bibir Eleanor membulat membentuk huruf O setelah mendengar jawaban suaminya. Dia tersenyum semringah sambil menatap langit yang kelabu. “Sepertinya akan turun hujan. Aku harap tak ada geledek yang datang.” “Kenapa kamu takut geledek, Sayang?” Eleanor menarik napas panjang sebelum mengembuskannya perlahan, kemudian pikirannya menerawang jauh menembus masa kelam di saat dia masih berumur sepuluh tahun. “Aku pernah pulang telat karena terlalu asyik bermain dengan temanku. Waktu itu lang

  • Suami Penggantiku Bukan Pria Buruk Rupa   Aku Mencintaimu

    Eleanor menoleh dan terkejut melihat Alden berdiri dua meter darinya. Senyum yang semula tersumir di bibir lesap dan berganti dengan ketidaknyamanan. “A-Alden?” Hanya satu kata yang mampu diucapkan Eleanor begitu melihat Alden berjalan mendekat. Dia segera bangkit dari duduk dan melangkah mundur. “Lima tahun memang bukan waktu yang singkat untuk bisa melupakanku bukan?” Eleanor menggeleng sambil terus melangkah mundur saat Alden mendekat. Namun, saat kesekian kali menghindar, Alden sigap menangkap pergelangan tangannya. Pria itu menarik Eleanor hingga tak berjarak dengan tubuhnya. Alden tersenyum bahagia karena bisa menatap wajah cantik Eleanor yang dulu bisa membuatnya menggila. Sayangnya, senyum itu berubah dengkus kesal saat melihat sebuah tanda merah samar di ceruk leher Eleanor. “Kamu sudah tidur dengannya, El?” “Bukan urusan kamu lagi, Al!” sentak Eleanor sambil berusaha melepaskan tangan Alden. “Urus saja Agatha dan calon anak kamu!” “Aaargh!” Alden berte

  • Suami Penggantiku Bukan Pria Buruk Rupa   Ancaman

    Darren dengan sigap mendekap sang kakek dan menuntunnya menuju kamar. Dalam ruangan dengan nuansa serba putih itu, Darren membaringkan sang kakek dan duduk di tepi ranjang. Pria itu menoleh saat mendengar suara pintu dibuka dan melihat Eleanor masuk sambil membawa segelas air.“Terima kasih, Elea.” Darren mengambil gelas dan segera memberikannya kepada sang kakek. “Minum dulu, Kek. Di mana obatnya?”Darren bergegas membuka laci pertama dan menemukan satu botol kaca penuh dengan tablet berwarna putih. Dia mengambil satu butir dan memberikannya kepada Kakek William. Selang lima menit usai menenggak obat, nyeri di dada kiri Kakek William berangsur mereda.“Kamu masih ingat tempat menyimpannya, Darren?”“Ternyata Kakek yang tidak berubah.”Kedua pria beda generasi itu saling tatap sebelum tertawa bersama. Sementara di belakang Darren, Eleanor menatap penuh tanya.“Ini obrolan antar pria, Elea.” Kakek William seolah-olah menjawab pertanyaan di kepala Eleanor. Mendengar itu, Eleanor m

  • Suami Penggantiku Bukan Pria Buruk Rupa   Perseteruan Dimulai

    “Aku haus.” Darren segera berlalu dari kamar dan kembali sambil membawa segelas air minum, kemudian menyodorkan kepada istrinya. Usai meneguk air dalam gelas hingga tandas, Eleanor meletakkan gelas di nakas dan menatap Darren. “Kakek William menyuruhmu datang ke rumahnya?” Darren mengangguk lemah sebelum berlalu ke wardrobe dan mengganti bajunya dengan setelan celana kain hitam dan kemeja biru tua. Dia kembali menemui Eleanor sambil memegang jam tangan dan duduk di tepi ranjang. Lalu, mengganti tali jam tangannya dengan hadiah pemberian dari istrinya. Eleanor memperhatikan sang suami hingga selesai sebelum mencoba untuk bangkit sambil menahan nyeri. “Mau ke mana?” tanya Darren sambil mengernyit heran. “Aku mau ikut ke rumah Kakek William.” “Tidak perlu. Biar aku sendiri karena kamu masih kesakitan begitu.” Eleanor menggeleng lemah sebelum kembali berjalan menuju pintu. Dia sengaja mengulas senyum karena tidak mau sang suami mengkhawatirkannya. “Sakitnya sudah

  • Suami Penggantiku Bukan Pria Buruk Rupa   Pengalaman Pertama

    Eleanor mengerjap kala sinar mentari menyentuh kulitnya. Dia tergagap dan hendak bangkit, tetapi sesuatu menahannya. Dia menoleh dan mendapati seraut wajah terlihat damai dalam tidurnya. Lalu, sekelebat bayangan tentang kejadian semalam kembali berputar di kepala.Spontan Eleanor menggigit bibir bagian bawah sebelum memejamkan mata sejenak. Lalu, perlahan melepaskan tangan kiri sang suami yang semalaman memeluk perutnya. Dengan gerakan pelan, dia beringsut duduk dan hendak turun dari ranjang.“Aduh!” seru Eleanor saat merasakan bagian bawah tubuhnya berkedut nyeri. Dia sampai menggigit bibir untuk menahan sakit yang mendera sebelum kembali mencoba untuk bangkit.“Jangan dipaksakan. Tunggu sebentar.” Eleanor menoleh, tetapi segera berpaling saat melihat Darren sedang memakai celana boxernya. “Sakit?”Kali ini Eleanor mengangguk lemah saat melihat sang suami mendekat dan berdiri di hadapannya. Perlahan pria itu membopong sang istri, tetapi cengkeraman erat di lengan membuatnya menge

Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status