Share

Wanita Berbaju Hitam

Penulis: Afnasya
last update Terakhir Diperbarui: 2025-02-20 17:56:23

Nayana menatap pergelangan tangannya yang masih memerah. Perih yang dirasa, tak seperti perihnya luka akibat pengkhianatan. Tak ingin terlalu larut dalam sakit hati, dia pun membuka salep yang diberikan Darrel dan mengoleskan tipis-tipis pada lukanya. Wanita sesekali mengipasi dan meniup lukanya karena perih.

Lima menit berselang, Nayana kembali menutup salep dan memasukkannya ke dalam tas. Dia menatap cermin dan membenahi sedikit riasannya. Tepat saat itulah, pintu bilik di belakangnya terbuka. Lalu, seorang wanita berbaju hitam keluar.

Nayana berserobok dengan wanita itu dan melempar senyum. Lalu, membenahi baju sebelum keluar toilet. Dia melenggang menuju ruangan di mana acara akan berlangsung. Melihat Darrel sedang berbincang dengan Wijoyo, dia segera mendekat sambil mengulas senyum.

“Ayo, duduk! Acara segera dimulai.” Darrel segera memeluk pinggang Nayana dan membawa ke kursi paling depan. Pria itu menarik kursi dan mempersilakan sang istri duduk.

Semua perlakuan manis Darrel kepada Nayana menarik perhatian seseorang yang duduk di bagian belakang. Orang itu tersenyum tipis sebelum mengambil gelas dan meneguk isinya.

Nayana merasa gugup berada dalam sebuah acara besar. Sesekali dia meremas ujung bajunya. Lalu, menggigit bibir dan menghela napas berat. Air dalam gelas di depannya bahkan tandas sejak tadi. Tangan Nayana sudah sedingin es sekarang. Namun, dia berusaha keras untuk menyembunyikannya.

“Rileks, jangan tegang begitu. Ini hanya acara biasa. Kakek akan memperkenalkanku sebagai menantunya.” Darrel mendekatkan tubuhnya ke arah Nayana. Lalu, meraih tangan sang istri dan menggenggamnya erat.

“Kamu hanya perlu tersenyum dan serahkan semuanya kepada Kakek.”

Darrel kembali duduk tegak dan menepuk pelan punggung tangan Nayana sebelum meletakkan di pangkuan. Lalu, dia terlibat percakapan dengan orang di sampingnya. Sementara, Nayana mengulas senyum tipis dan fokus menatap ke depan di mana Wijoyo sedang berbicara.

Pria paruh baya itu tampak membahas tentang arti keluarga hingga akhirnya menceritakan tentang pernikahan kedua cucunya. Lalu, memanggil satu per satu orang yang dimaksud.

Darrel segera berdiri dan mengulurkan tangannya. Nayana menerima uluran tangan itu sambil menyunggingkan senyuman. Tepuk tangan langsung terdengar begitu keduanya berjalan menaiki podium.

Nayana segera menebar senyum saat Wijoyo memperkenalkannya. Dia mengedarkan pandangan. Setelahnya, dia kembali duduk bersama sang suami.

“Ternyata tak semenakutkan yang aku bayangkan.” Nayana mencondongkan tubuh ke arah suami dan berbisik. Dia mengulas senyum tipis sebelum kembali duduk tegak dan menatap ke depan.

Selesai acara, Nayana menggamit lengan Darrel sebelum berkeliling untuk menyapa tamu yang datang. Senyum tak pernah pudar dari bibirnya. Dengan ramah, dia menanggapi semua ucapan para tamu sebelum berpindah ke area makan.

“Mau aku ambilkan makan?” tanya Nayana sambil mengambil piring.

“Kamu saja dulu. Aku pergi sebentar, ada yang mau aku urus.”

Tanpa menunggu jawaban Nayana, Darrel segera berlalu. Dia berjalan tergesa-gesa keluar ruangan sebelum menghilang di belokan. Melihat itu, Nayana mengedikkan bahu dan mulai mengisi piring dengan beberapa makanan. Lalu, membawa ke meja dan menikmatinya.

Sesekali Nayana menoleh ke arah pintu masuk. Namun, sosok Darrel belum juga tampak. “Ke mana, sih, dia? Katanya sebenar, tapi ini sudah mau satu jam.”

Nayana menghela napas panjang sebelum menyudahi makannya. Lalu, meneguk air dan hendak bangkit dari duduk. Namun, gerakannya terhenti kala melihat sang suami berjalan mendekat.

“Kita pulang sekarang.”

“Tapi acaranya belum ....”

“Nanti aku bilang ke Kakek. Sekarang kita pulang.”

Nayana tak dapat membantah lagi. Dia bergegas menyambar tas dan setengah berlari menyusul sang suami. Sebenarnya ada banyak tanya yang bercokol dalam tempurung kepalanya. Namun, segera dikubur dalam kala melihat raut wajah Darrel yang suram.

Sepanjang perjalanan pulang, Nayana merasa cemas. Dia meremas kuat sabuk pengaman sambil membaca doa. Pasalnya, Darrel mengemudi melebihi ambang batas normal. Rahangnya mengetat dengan mata tak pernah lepas dari jalanan. Wanita itu bahkan dapat melihat punggung sang suami yang tegang.

“Ehm, apa yang ....”

“Diamlah! Kita bicara nanti di rumah.”

Nayana mengangguk lemah sambil menunduk mendengar jawaban Darrel. Dia menunduk sambil mengunci rapat mulutnya hingga sampai di rumah.

Braaak

Nayana tergemap kala mendengar Darrel menutup pintu agak keras. Dia menelan ludah dengan susah payah sebelum turun dari mobil dan berjalan lesu menuju kamar. Namun, hatinya meragu saat hendak membuka pintu.

Setelah menarik napas panjang dan mengembuskannya perlahan, Nayana memberanikan diri untuk membuka pintu. Namun, belum sempat memutar handel, pintu di depannya terbuka.

“Mau ke mana?” tanya Nayana kala melihat Darrel sudah mengganti kemeja dan jas dengan kaos berkerah.

“Ada urusan. Jangan tunggu aku.”

Nayana bergegas mundur dan memberi jalan saat melihat Darrel melangkah. Lalu, tatapannya tak lepas dari pria itu hingga hilang di balik tangga. Aneh, itu yang dirasakan Nayana saat melihat Darrel.

“Sebenarnya mau ke mana dia?”

“Mungkin mau ketemu selingkuhannya.”

Nayana segera menoleh begitu mendengar ada yang menyahut. Dia mendengkus kesal, tetapi harus mengumbar senyuman di depan Agatha. Enggan untuk merespon, Nayana memilih masuk ke kamar. Namun, saat hendak menutup pintu, Agatha malah menahannya dengan tangan.

“Lepas, Tha! Apa mau kamu, hah?” tanya Nayana sambil berusaha menutup pintu, tetapi Agatha masih menahannya.

“Kamu sungguh enggak mau tahu kenapa suamimu begitu aneh tadi?”

“Bukan urusan kamu “

Nayana dan Agatha masih saling dorong hingga akhirnya Nayana menyerah. Dia membuka lebar pintu kamar, sehingga Agatha terdorong dan menabraknya. Nayana memegang kedua lengan sang adik dan menatapnya lekat.

“Aku heran, kenapa suami istri hobinya hanya ikut campur urusan orang saja, ya? Enggak kamu, enggak Alden sama saja. Selalu ingin tahu."

Nayana tersenyum saat melihat raut wajah Agatha yang kesal. Dia segera melepaskan tangannya dan mendorong sang adik keluar. Namun, saat hendak menutup pintu, suara Agatha kembali terdengar.

“Aku melihatnya bicara dengan wanita berbaju hitam tadi di depan tangga darurat. Malam ini mereka akan bertemu di kafe X.”

Nayana bergeming sesaat sebelum menutup pintu. Dia menuju sofa dan meringkuk di balik selimut. Berusaha untuk memejamkan mata, tetapi kalimat yang diucapkan Agatha terus saja terngiang.

Nayana segera bangkit dan menyambar ponsel, lalu keluar kamar. Dia tergesa-gesa menuruni tangga dan segera keluar rumah. Memesan ojek online untuk mengantarkannya ke kafe X.

Selama dua puluh menit perjalanan, Nayana tak tenang dalam boncengan. Dia memegang erat ponselnya sambil terus menatap jalanan. Lalu, meloncat dari motor begitu sampai di tujuan.

Nayana bergegas masuk kafe X. Dia celingukan mencari keberadaan sang suami sebelum akhirnya merasakan seseorang menepuk bahunya. Wanita itu berbalik dan terkejut melihat siapa yang ada di depannya.

"Mau apa ke sini?"

Bab terkait

  • Suami Penggantiku Bukan Pria Buruk Rupa   Adik Adalah Maut

    “Aku mau menghentikan pernikahan karena Alden telah menghamili Agatha.” Perkataan Nayana membuat wajah Alden memucat dan semua anggota keluarga yang hadir untuk melihatnya menikah terkejut. “Nayana! Apa maksudmu?!” Alden bertanya dengan tergagap, tapi kemudian dia menatap ke arah Agatha yang tengah menyunggingkan seringai tipis di sebelah ibunya. Kakek William yang sedang duduk langsung berdiri dan menatap Nayana dengan tatapan tidak senang. “Ini adalah hari baik, Nayana. Bagaimana bisa kamu bercanda dengan membawa topik seperti ini disaat kamu akan menikah!” Mendengar itu, Nayana menyunggingkan senyum miris yang hampir tak kelihatan. Dalam hati, dia juga berharap kalau semua ini memang hanya sebuah lelucon yang akan hilang setelah semua orang tertawa. Namun, kenyataan tak sebaik itu padanya. Sebab, alih-alih menemukan bunga sebagai kejutan pernikahan, Nayana malah menemukan sebuah surat berstempel rumah sakit yang menyatakan Alden sebagai ayah dari bayi yang dikandung

    Terakhir Diperbarui : 2025-02-20
  • Suami Penggantiku Bukan Pria Buruk Rupa   Sang Pengganti

    Nayana menoleh dan menatap pria paruh baya dengan rambut abu-abu yang tadi sempat memarahi Alden. Pria yang bernama Wijoyo dan merupakan kakek Alden itu mengangguk pelan sebelum mengulas senyum tipis.“Tapi aku menolaknya.”Nayana segera menoleh saat mendengar suara bariton yang berasal dari sudut ruangan. Tatapannya segera tertuju kepada seorang pria dengan setelan jas berwarna abu terang. Mereka berserobok sesaat sebelum Nayana memutus pandangan dengan menunduk.“Kakek tidak bisa sesuka hati menyuruhku untuk menikahinya.”“Kenapa tidak? Kamu sudah terlalu lama sendiri, Darrel. Kamu bukan lagi anak muda yang berumur dua puluh lima tahun.” Wijoyo tersenyum tipis kala ucapannya tak dapat dibantah Darrel. “Keputusan Kakek sudah bulat. Kamu harus menikahi Nayana sekarang juga.”“Tidak bisa, kek. Kami belum saling mengenal, bahkan aku baru bertemu dia di sini.”“Itu bukan masalah besar, Darrel. Setelah menikah, kalian pasti akan saling mengenal dan tumbuhlah rasa cinta itu.”“Tapi, Kek ..

    Terakhir Diperbarui : 2025-02-20
  • Suami Penggantiku Bukan Pria Buruk Rupa   Rencana Balas Dendam

    “Memangnya apa yang kecil?”Darrel mengabaikan pertanyaan Nayana dan memilih untuk menuju area wardrobe. Dia melepas jas dan kancing kemeja bagian atas sebelum mengetahui bahwa sang istri tengah mengintip. Pria itu tersenyum tipis sambil membuka jam yang melingkar di pergelangan tangan kirinya.“Penasaran?”Akhirnya pertanyaan itu terlontar dari bibir Darrel karena melihat Nayana masih mengintip. Merasa keberadaannya diketahui, wanita itu mengerucutkan bibir dan segera berlalu.“Enak saja bilang kecil! Memangnya seberapa besar yang pernah dia pegang!”Nayana bersungut-sungut sebelum berjalan menuju kamar mandi. Dia membuka baju dan menyalakan shower, lalu berdiri di bawahnya. Dia biarkan air dingin mengguyur seluruh kepala dan tubuhnya. Sekejap mata bayangan tentang kejadian tadi pagi kembali menyentak. Wanita itu menggeleng kuat, berusaha untuk mengenyahkan pikiran buruk.“Awas saja kamu, Alden! Aku tidak akan membiarkanmu bahagia sedetik pun. Kamu harus kembalikan tiga tahunku yang

    Terakhir Diperbarui : 2025-02-20
  • Suami Penggantiku Bukan Pria Buruk Rupa   Permainan Dimulai

    Nayana membuka mata kala suara alarm terdengar memekakkan telinga. Dia perlahan duduk dan mengangkat tangan untuk meregangkan otot. Dengan mata sedikit terbuka, wanita itu meraih ponsel dan membuka layarnya.“Jam lima pagi?”Wanita itu menguap dan melempar ponsel ke samping sebelum menoleh ke ranjang di mana Darrel semalam tidur. Dahinya mengernyit kala tak menjumpai sang suami. Dia mengedarkan pandangan, tetapi tak menemukan batang hidungnya.Nayana beranjak dari sofa dan mengambil ponsel milik Darrel yang berada di nakas, lalu mematikan alarmnya. Dia menguap sekali lagi sebelum berjalan ke pintu yang menuju ke balkon, lalu membuka gordennya. Tangannya memutar handel pintu dan mendorongnya keluar. Udara segar langsung terasa begitu Nayana menginjakkan kaki di balkon. Nayana mengulas senyum sambil mengedarkan pandangan. Seketika tatapannya terhenti pada ruangan yang terletak di samping kolam renang. Dalam minimnya cahaya, wanita itu bisa melihat ada seseorang yang sedang berlari di t

    Terakhir Diperbarui : 2025-02-20

Bab terbaru

  • Suami Penggantiku Bukan Pria Buruk Rupa   Wanita Berbaju Hitam

    Nayana menatap pergelangan tangannya yang masih memerah. Perih yang dirasa, tak seperti perihnya luka akibat pengkhianatan. Tak ingin terlalu larut dalam sakit hati, dia pun membuka salep yang diberikan Darrel dan mengoleskan tipis-tipis pada lukanya. Wanita sesekali mengipasi dan meniup lukanya karena perih. Lima menit berselang, Nayana kembali menutup salep dan memasukkannya ke dalam tas. Dia menatap cermin dan membenahi sedikit riasannya. Tepat saat itulah, pintu bilik di belakangnya terbuka. Lalu, seorang wanita berbaju hitam keluar. Nayana berserobok dengan wanita itu dan melempar senyum. Lalu, membenahi baju sebelum keluar toilet. Dia melenggang menuju ruangan di mana acara akan berlangsung. Melihat Darrel sedang berbincang dengan Wijoyo, dia segera mendekat sambil mengulas senyum. “Ayo, duduk! Acara segera dimulai.” Darrel segera memeluk pinggang Nayana dan membawa ke kursi paling depan. Pria itu menarik kursi dan mempersilakan sang istri duduk. Semua perlakuan manis Darre

  • Suami Penggantiku Bukan Pria Buruk Rupa   Permainan Dimulai

    Nayana membuka mata kala suara alarm terdengar memekakkan telinga. Dia perlahan duduk dan mengangkat tangan untuk meregangkan otot. Dengan mata sedikit terbuka, wanita itu meraih ponsel dan membuka layarnya.“Jam lima pagi?”Wanita itu menguap dan melempar ponsel ke samping sebelum menoleh ke ranjang di mana Darrel semalam tidur. Dahinya mengernyit kala tak menjumpai sang suami. Dia mengedarkan pandangan, tetapi tak menemukan batang hidungnya.Nayana beranjak dari sofa dan mengambil ponsel milik Darrel yang berada di nakas, lalu mematikan alarmnya. Dia menguap sekali lagi sebelum berjalan ke pintu yang menuju ke balkon, lalu membuka gordennya. Tangannya memutar handel pintu dan mendorongnya keluar. Udara segar langsung terasa begitu Nayana menginjakkan kaki di balkon. Nayana mengulas senyum sambil mengedarkan pandangan. Seketika tatapannya terhenti pada ruangan yang terletak di samping kolam renang. Dalam minimnya cahaya, wanita itu bisa melihat ada seseorang yang sedang berlari di t

  • Suami Penggantiku Bukan Pria Buruk Rupa   Rencana Balas Dendam

    “Memangnya apa yang kecil?”Darrel mengabaikan pertanyaan Nayana dan memilih untuk menuju area wardrobe. Dia melepas jas dan kancing kemeja bagian atas sebelum mengetahui bahwa sang istri tengah mengintip. Pria itu tersenyum tipis sambil membuka jam yang melingkar di pergelangan tangan kirinya.“Penasaran?”Akhirnya pertanyaan itu terlontar dari bibir Darrel karena melihat Nayana masih mengintip. Merasa keberadaannya diketahui, wanita itu mengerucutkan bibir dan segera berlalu.“Enak saja bilang kecil! Memangnya seberapa besar yang pernah dia pegang!”Nayana bersungut-sungut sebelum berjalan menuju kamar mandi. Dia membuka baju dan menyalakan shower, lalu berdiri di bawahnya. Dia biarkan air dingin mengguyur seluruh kepala dan tubuhnya. Sekejap mata bayangan tentang kejadian tadi pagi kembali menyentak. Wanita itu menggeleng kuat, berusaha untuk mengenyahkan pikiran buruk.“Awas saja kamu, Alden! Aku tidak akan membiarkanmu bahagia sedetik pun. Kamu harus kembalikan tiga tahunku yang

  • Suami Penggantiku Bukan Pria Buruk Rupa   Sang Pengganti

    Nayana menoleh dan menatap pria paruh baya dengan rambut abu-abu yang tadi sempat memarahi Alden. Pria yang bernama Wijoyo dan merupakan kakek Alden itu mengangguk pelan sebelum mengulas senyum tipis.“Tapi aku menolaknya.”Nayana segera menoleh saat mendengar suara bariton yang berasal dari sudut ruangan. Tatapannya segera tertuju kepada seorang pria dengan setelan jas berwarna abu terang. Mereka berserobok sesaat sebelum Nayana memutus pandangan dengan menunduk.“Kakek tidak bisa sesuka hati menyuruhku untuk menikahinya.”“Kenapa tidak? Kamu sudah terlalu lama sendiri, Darrel. Kamu bukan lagi anak muda yang berumur dua puluh lima tahun.” Wijoyo tersenyum tipis kala ucapannya tak dapat dibantah Darrel. “Keputusan Kakek sudah bulat. Kamu harus menikahi Nayana sekarang juga.”“Tidak bisa, kek. Kami belum saling mengenal, bahkan aku baru bertemu dia di sini.”“Itu bukan masalah besar, Darrel. Setelah menikah, kalian pasti akan saling mengenal dan tumbuhlah rasa cinta itu.”“Tapi, Kek ..

  • Suami Penggantiku Bukan Pria Buruk Rupa   Adik Adalah Maut

    “Aku mau menghentikan pernikahan karena Alden telah menghamili Agatha.” Perkataan Nayana membuat wajah Alden memucat dan semua anggota keluarga yang hadir untuk melihatnya menikah terkejut. “Nayana! Apa maksudmu?!” Alden bertanya dengan tergagap, tapi kemudian dia menatap ke arah Agatha yang tengah menyunggingkan seringai tipis di sebelah ibunya. Kakek William yang sedang duduk langsung berdiri dan menatap Nayana dengan tatapan tidak senang. “Ini adalah hari baik, Nayana. Bagaimana bisa kamu bercanda dengan membawa topik seperti ini disaat kamu akan menikah!” Mendengar itu, Nayana menyunggingkan senyum miris yang hampir tak kelihatan. Dalam hati, dia juga berharap kalau semua ini memang hanya sebuah lelucon yang akan hilang setelah semua orang tertawa. Namun, kenyataan tak sebaik itu padanya. Sebab, alih-alih menemukan bunga sebagai kejutan pernikahan, Nayana malah menemukan sebuah surat berstempel rumah sakit yang menyatakan Alden sebagai ayah dari bayi yang dikandung

Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status