MEET AISHA IN 1998

MEET AISHA IN 1998

By:  Brata Yudha  Ongoing
Language: Bahasa_indonesia
goodnovel18goodnovel
10
15 ratings
9Chapters
944views
Read
Add to library

Share:  

Report
Overview
Catalog
Leave your review on App

Kondisi negara yang tidak baik-baik saja di tahun 1998, mendorong Rega Simbala, mahasiswa yang memiliki jiwa patriotik tinggi terhadap tanah air, bergerak menuju gedung DPR/MPR untuk demonstrasi. Pagi itu, Rega bertemu Aisha-gadis bercadar keturunan Tionghoa, yang sedang menyelamatkan diri setelah terjadi peristiwa kerusuhan. Ketakutan Aisha yang membawanya menggunakan pakaian serba hitam, membawa pula gadis itu pada pergolakan batin tentang keyakinan. Seiring berjalannya waktu kedekatan mereka semakin intens. Baik Aisha maupun Rega sama-sama memiliki perasaan yang sama. Namun tentu saja terbentur oleh keyakinan. Saat Aisha memutuskan menjadi mualaf, keluarganya membawa paksa Aisha dalam pelarian mereka ke luar negeri, selain mereka juga menentang kedekatan Aisha dengan Rega sang muslim pribumi. Bagaimanakah kelanjutan kisah cinta mereka? Temukan jawabannya disini.

View More

Latest chapter

Interesting books of the same period

To Readers

Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.

Comments

user avatar
Siti Yusuf
masih setia menunggu lanjutan nya
2023-08-22 15:48:13
0
default avatar
Paulina Nurhadiati Petrus
bu situ marfuah kalo mau rega cepet cari jodoh usaha carikan bu jangan nunggu ke kondangan kan jodoh itu wajib di cari wkwkw
2023-07-18 17:16:44
1
default avatar
Paulina Nurhadiati Petrus
memang kerusuhan di ibukota semakin ruwet ya tapi pemikiran rega berbeda ini sama orang lain dia mau mengispirasikan suara bukan malah membikin panas keadaan. uhuyy dari buku bacaan nanti jadi ke yg lain ini gas ken pdkt nya
2023-07-18 17:06:10
1
default avatar
Paulina Nurhadiati Petrus
ya ampun rega baru pertama ketemu Aisha udah kepincut ini wkwkw waduh pas banget ini mana ketemu asiha eh jadi salting gitu sih kamu ya. nah pak yini bicara apa ini sama rega ya bikin kepo
2023-07-18 17:04:47
1
user avatar
Qianas Shopp
di tunggu lanjutannya Thor..
2023-07-17 01:19:44
0
default avatar
Paulina Nurhadiati Petrus
nah itulah akibatnya gak dengerin orangtua kamu rega sekarang ke timpah musibah, tp biar kata kena celaka niat rega ke Jakarta blm surut masih tetep dong. loh jadi papanya rega itu seorang perwira TNI yg gugur di medan perang ya pantes aja ini jiwa patrionalismenya kuat banget ya
2023-07-14 13:37:10
1
default avatar
Paulina Nurhadiati Petrus
setelah di jelaskan duduk perkaranya akhirnya jelas ini cuma salah paham belaka ya niat rega murni karena mau nolong phey akhirnya malah dia yg ketiban apes kena pelepah kelapa wkwkw. aihh si phey bisaan banget ya ini bilang namanya aisyah dr aceh pula
2023-07-14 13:35:39
1
default avatar
Paulina Nurhadiati Petrus
aihh ketemu phey ini rega waduh niat rega baik loh phey dia mau nolongin kamu jangan gitu dong wkwkw pasti kamu nyangka nya udah yang gak2 deh ini pake teriak minta tolong segala lagi hahaha
2023-07-14 13:27:20
1
default avatar
Paulina Nurhadiati Petrus
gak sangka ya ini bu Halimah baik oake banget dia kasih dong tuh baju muslimah secara percuma buat phey. gak sabar ya ohey langsung coba dan ternyata kamu langsung merasa nyaman jadinya sekarang kamu bebas buat keluar inj
2023-07-14 13:16:59
1
default avatar
Paulina Nurhadiati Petrus
duh phey mulai kepo ini sama itu wanita aih phey dia bukan tertular penyakit atuh tapi itu wanita memakai pakaian Muslimah yg tertutup serta gunakan cadar
2023-07-14 13:02:38
1
default avatar
Paulina Nurhadiati Petrus
demi apa ini aq bacanya deg2an tapi aq salut sama keberanian pak yono dia bertaruh membela sang majikan walau nyawa taruhannya tapi untung pak yono mampu bersandiwara dgn apik dgn melibatkan bumbu2 sang istri mau lahiran akhirnya lolos pemeriksaan ya walau yang 200rb melayang
2023-07-14 12:46:21
1
default avatar
Paulina Nurhadiati Petrus
kasihan amat ini phey harus di ungsikan oleh mama niu dan papa wang secara kondisi usah gak memadai untuk tinggal moga dengan ikut pak yono phey akhirnya selamat ya. tapi gimana dengan nasip mama dan papa phey ini
2023-07-14 12:40:35
1
default avatar
Paulina Nurhadiati Petrus
gendre cerita baru yg di suguhkan wah jarang2 ini cerita berlatar tahun 90an hadir menemani jadi ingat flashback masa itu kelam menakutkan bagi kamu kaum minoritas
2023-07-14 12:38:32
1
user avatar
Siti Yusuf
sukses terus
2023-07-13 19:21:16
0
user avatar
Qianas Shopp
Mampirrr sini..
2023-07-13 18:17:44
0
9 Chapters

Harus Berpisah

Hampir menjelang senja, tetapi seluruh lampu di rumah itu sengaja dipadamkan, kecuali di teras belakang. Di sana ada satu sosok sedang duduk dalam diam, sedangkan yang lain tampak tergesa keluar masuk dari pintu penghubung dua area—interior, ekterior. Semua memiliki mimik wajah yang serupa: cemas dan muram.Wanita paruh baya yang duduk termenung itu, bernama Ibu Niu. Dia menangkupkan kedua tangan lalu memejamkan mata. Ia menangis tertahan, untuk ke sekian kalinya. Dari ambang pintu gadis berambut lurus hitam dikuncir kuda, menyadari apa yang terjadi pada sang ibu. Bergegas ia duduk, dan memeluk erat.“Ma, jangan nangis lagi,” bisik sang gadis dengan suara parau. Annchi Phey, si gadis, wajahnya pun tampak bengkak dengan mata sembab. Ia berusaha untuk tetap kuat, tetapi melihat sang ibu menumpahkan lagi air mata, Phey akan kembali ikut jatuh terpuruk. Hari itu, semua berubah. Kehidupan mereka yang damai, baik-baik saja, tidak ada konflik berarti, tiba-tiba dalam satu jentikan jari, ru
Read more

Ibukota Bak Kota Peperangan

Mobil dinyalakan, lalu tidak lama kemudian meluncur dari kediaman keluarga kecil tersebut. Phey hanya bisa merasakan getaran mobil, mendengar suara-suara ramai dari luar kendaraan. Gadis itu menangis dalam sunyi. Batinnya menjerit, Tuhan, kenapa jadi begini?*Telunjuk Pak Yono menekan tombol ‘off’ tape mobil. Berita di radio justru membuat suasana jauh lebih mencekam. Sehingga dia membiarkan atmosfer di dalam mobil, benar-benar senyap. Namun, di luar mobil berbanding terbalik dengan apa yang terjadi. Jakarta yang biasanya masih cukup padat oleh kendaraan bermotor, apalagi pada jam-jam pulang kantor, sekarang nyaris sepi. Ada satu dua mobil berpapasan, itu pun memicu kecepatan tinggi. Orang-orang turun ke jalanan, berjalan beramai-ramai. Ada dalam kelompok kecil, kelompok besar, di mana Pak Yono berusaha untuk hindari.Di beberapa titik, bangunan-bangunan terbakar dan tidak ada yang memadamkan api. Mobil, motor tidak luput dari sasaran pembakaran. Pak Yono bisa mendengar gemeretak s
Read more

Wanita Berpakaian Aneh

Mobil berhenti, dan Phey pun sontak terbangun dari tidur sesaat. Tubuhnya terasa sakit, karena dia berbaring di lantai mobil, bahkan tak berani bergerak sedikit pun. Pintu penumpang belakang mobil terbuka, lalu Pak Yono menyingkap terpal yang menutupi tubuh Phey.“Non, kita sudah sampai,” ucap Pak Yono dengan suara pelan.Phey tidak menjawab. Hanya mengeluh lirih, lalu setengah merangkak keluar dari dalam mobil. Ia dipapah oleh Pak Yono, melewati halaman yang gelap dan cukup luas. Suasana di sekitar nyaris senyap. Mata Phey mengitari sekeliling, menatap pada bangunan satu lantai yang sederhana dihadapannya.“Rumah siapa ini, Pak Yono?” tanya Phey.“Rumah saya, Non.”Tangerang. Nama itu terlintas begitu saja di benak Phey. Keluarga Pak Yono tinggal di sana, sedangkan Pak Yono sendiri pulang satu minggu sekali. Phey diasingkan ke Tangerang, bukan karena keinginan, melainkan paksaan. Perasaan sedih mendera Phey, bagaimana orangtuanya? Bagaimana mereka bisa bertahan di Jakarta? Kenapa me
Read more

Sebuah Ide

Mendengar pertanyaan Phey, Pak Yono tersentak kaget, begitu juga dengan istrinya yang sedang menata hidangan di meja makan. Pak Yono tidak bisa menahan lagi, akhirnya derai tawa laki-laki itu terdengar di seantero ruangan.“Ya Allah, Non Phey,” ucap Pak Yono masih berusaha untuk mengendalikan tawa.“Siapa, Pak? Pasti Bu Hamidah, ya?” tanya sang istri.Pak Yono mengangguk. “Iya, Bu Hamidah.”Bu Puji menghampiri Phey, lalu mempersilakan gadis itu untuk makan. Belum ada jawaban maupun penjelasan dari Pak Yono maupun istrinya, sehingga Phey menurut, dan duduk di meja makan. Dia masih menatap bergantian pada Pak Yono juga istrinya.“Ini supaya Non Phey paham, ya? Ibu Hamidah itu enggak sakit, dia sehat walafiat,” kata Pak Yono.“Tapi kenapa bajunya seperti itu? Memang supaya apa bajunya tertutup semua?” tanya Phey. Dia menyendokkan nasi goreng ke dalam mulut, lalu bergegas mengunyah dan menelan cepat-cepat. “Enggak kepanasan apa, ya? Kan gerah kalau pakai baju hitam mana tertutup semua.”“
Read more

Merasa Lebih Cantik

Kedua lengan Phey bersandar pada kusen jendela, dan matanya menatap ke area sekitar rumah Pak Yono. Rasa bosan menerjang, selama seharian penuh Phey hanya tinggal di dalam rumah. Dia tidak boleh membantu di dapur oleh istri Pak Yono. Otomatis, tidak ada kegiatan apa pun yang dapat Phey lakukan. Tetap saja, pada akhirnya dia lagi-lagi hanya tinggal di kamar.Sebentar lagi hari akan berganti, tampak matahari sudah memerah di ufuk barat. Lalu Phey mendengar sayup suara celoteh, yang makin mendekat. Rupanya rombongan anak-anak yang baru pulang mengaji. Phey memperhatikan dengan saksama, mereka tampak senang. Bahagia, tanpa beban. Memang, anak-anak tidak tahu menahu dengan masalah apa yang terjadi. Namun, Phey melihat bahwa dia ingin berada di tempat yang nyaman, seaman anak-anak itu yang tak memiliki kekhawatiran lebih. Phey bergegas keluar dari kamar, ia melihat Pak Yono dan istrinya sedang duduk di ruang tengah sembari berbincang pelan. Melihat Phey, keduanya langsung berhenti mengobr
Read more

Sebuah Gelenyar Rasa

“Regaaa … astagfirullahaladzim!”Intonasi suara wanita setengah baya itu terdengar gemas, kesal, bercampur lelah. Ada senyum simpul ditunjukkan pemuda yang sedang memasang tali sepatunya di teras. Dia langsung menolehkan kepala ke samping, masih dengan senyumnya.“Kenapa, Bu?” tanya pemuda itu santai.“Mau ke mana lagi?”“Kan Ibu udah tahu.”Mata sang ibu melotot. “JAKARTA, MAKSUDNYA?”“Kalau udah tahu, kenapa harus nanya lagi?” kata Rega dengan suara tenang. Lagi-lagi tersenyum.Tiba-tiba Bu Siti Marfu’ah menjewer telinga putranya yang bernama Rega itu. Lengkapnya Rega Pranata Simbala—berumur dua puluh tahun. Sontak sang anak langsung mengaduh-aduh kesakitan. Bu Siti Marfu’ah melepaskan telinga Rega dengan jengkel.“Kuping kamu rusak?” hardik Bu Siti Marfu’ah.“Aduh, Bu. Sakit banget, ya Allah.”“Kalau masih kerasa sakit, berarti enggak rusak, kan?”Rega meringis kesakitan. “Ya, enggak.” Jawabannya berkebalikan dengan apa yang ia rasakan.“Eeeh!! Malah jawab!”Serbasalah, Rega memili
Read more

Namanya Aisha

Teriakan Aisha di pagi itu membuat heboh seketika. Pak Yono berlari tergopoh-gopoh keluar dari rumah, begitu juga tetangga yang lain. Hal itu membuat Rega benar-benar syok sekaligus malu. “Rega?” Pak Yono sendiri terkejut melihat Rega terkapar di jalan dan Phey duduk tak jauh dari pemuda itu.“Pak, saya bersumpah. Saya enggak ngapa-ngapain! Saya kejatuhan pelepah kelapa!” seru Rega berusaha membela diri.Phey yang tidak berbicara sepatah kata pun, langsung beranjak berdiri dan berlari ke dalam rumah. Sedangkan Pak Yono membantu Rega untuk berdiri. Tetangga yang lain hanya menonton, bingung dengan apa yang terjadi.“Kenapa, Ga? Kamu gak apa-apa?” tanya tetangga depan rumah Pak Yono penasaran.Rega menggeleng cepat. “Kejatuhan pelepah kelapa.”Sang tetangga hanya menatap prihatin. “Hati-hati makanya kalau naik motor, jangan meleng.”Rega mengeluh dalam hati. Belum juga naik motor, kok tiba-tiba urusannya sama mengendarai motor. Justru Rega berusaha menolong wanita yang tinggal di rumah
Read more

Gayung Bersambut atau Keberuntungan?

Rasanya Rega memiliki bodyguard baru karena sang ibu sudah berdiri di teras sembari berkacak pinggang, ditambah dengan mata melotot yang cukup intimidatif. Pemuda itu hanya memberi senyum tidak berdosa.“MAU KE MANA LAGI? DEMO?” Suara Bu Siti Marfu’ah sudah naik beberapa desibel.“Mau jalan-jalan aja. Biar kakinya enggak kerasa sakit.”“Ampuuun … punya anak kok begini amat, ya Allah!” Bu Siti Marfu’ah menepak dahinya sendiri. Kesal.“Masa jalan-jalan enggak boleh?” “Kan kamu lagi sakit kaki. Mau maksa jalan-jalan?” keluh sang ibu. “Rega, kamu itu kenapa, sih? Enggak punya pikiran sama sekali.”“Rega bosen di rumah, Bu.”Bu Siti Marfu’ah melihat penampilan Rega. Memakai kaus yang dipadu padankan dengan kemeja kotak-kotak, celana denim panjang, memang setelan ke kampus. Tetapi, dia tidak membawa tas atau alat tempur. Mungkin Rega berkata jujur, begitu pikir sang ibu.“Pakai sendal atau sepatu?” selidik Bu Siti Marfu’ah.“Penting, ya Bu?”“Oh, penting. Kalau pakai sendal, berarti bener.
Read more

Jangan Takut, Aisha

Mungkin keputusan Phey mengiyakan permintaan Rega tempo hari lalu, membawa suasana baru bagi gadis itu. Mungkin benar apa yang dikatakan oleh Pak Yono, Rega pemuda baik dan tidak macam-macam. Lagipula, Rega kelihatan cerdas, dan mampu mengimbangi pola pikir Phey yang banyak ingin tahu tentang berbagai macam dalam sudut pandang ilmu.Selama beberapa hari, Rega rutin datang. Hari itu pun ia bertandang kembali ke rumah Pak Yono, membawa buku-buku yang sama sekali tak pernah Phey baca sebelumnya. Ada beberapa buku yang bagus, tetapi entah kenapa Phey menyukai buku-buku bacaan anak, tentang kisah nabi. Tadinya buku itu dibawa Rega untuk bacaan anak-anaknya Pak Yono, tetapi justru Phey yang begitu tertarik. Di sana ada gambar ilustrasi, hanya saja sosok nabi hanya dituliskan dengan huruf arab dan pendaran cahaya. Itu membuat Phey penasaran.“Kenapa ya, gambar nabinya enggak ada?” tanya Phey sembari melihat lekat-lekat pada buku bacaan anak di tangannya.Rega tercenung sesaat. Sebetulnya di
Read more
DMCA.com Protection Status