Terjerat Pernikahan Dadakan dengan CEO Duda

Terjerat Pernikahan Dadakan dengan CEO Duda

last updateLast Updated : 2024-01-15
By:  Clavita SA  Completed
Language: Bahasa_indonesia
goodnovel16goodnovel
10
3 ratings. 3 reviews
162Chapters
10.1Kviews
Read
Add to library

Share:  

Report
Overview
Catalog
Leave your review on App

Dahulu, Nara terlahir dari keluarga kaya yang memiliki perusahaan besar. Tetapi, karena ditipu sahabat Ayahnya, perusahaan Ayahnya mengalami kebangkrutan hingga jatuh miskin. Keadaan ini membuat Nara mengubur dalam-dalam impiannya menjadi seorang dokter. Demi membalaskan dendam, Nara terpaksa menjadi sekretaris dari perusahaan besar yang dipimpin Ardhan. Strategi ini dilakukan untuk mempermudah berjalannya misi mereka. Namun siapa sangka, Ardhan malah menikahinya. Dan sialnya, pernikahan tanpa cinta ini tak dapat ia tolak. Seiring berjalannya waktu, cinta tumbuh di antara mereka, tetapi cobaan datang dengan memberinya pilihan yang sulit, antara pernikahan atau keselamatan keluarganya!

View More

Latest chapter

Free Preview

Bab 1 Hari Pernikahan

"Aku sudah menjadi seorang istri ...."Nara terlihat begitu terpukul sekali atas perjodohan yang terjadi, dirinya tidak pernah menyangka bahwa ia akan menjadi jaminan dari hutang yang dimiliki keluarganya. "Apa yang harus aku lakukan setelah menjadi istrinya nanti? Aku takut ...." Mengingat sikap Ardhan yang dingin, Nara merasa ketakutan jika dirinya tidak mendapatkan perlakuan yang baik sebagai seorang istri.Siang ini mentari sedang panas-panasnya. Pesta pernikahan pun di gelar, walau tidak begitu mewah dan hanya dihadiri beberapa tamu undangan yang berasal dari keluarga saja. Tetapi, jamuan di meja begitu banyak.Kala itu, Nara mengenakan gaun putih yang menjuntai dengan bagian dada yang agak terbuka. Sedangkan Ardhan, ia hanya mengenakan setelan jas hitam dengan kemeja putih dan dasi pita. Mereka duduk berdampingan dengan perasaan terpaksa."Saya tidak tahu apa yang kamu pikirkan. Tapi, saya harap sikapmu tidak mengecewakan Kakek. Jadi, tersenyumlah. Kalau tidak, saya akan membat

Interesting books of the same period

To Readers

Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.

Comments

user avatar
Zaid Zaza
Izin promo ya Thor. Mampir Yo, di novel, ROH KAISAR LEGENDARIS
2024-03-02 08:30:38
0
user avatar
Novita M Nur
cerita y bagus
2023-12-30 00:29:20
1
user avatar
Clavita SA
Haii semuaa.... selamat datang dan selamat membaca
2023-10-14 04:51:54
0
162 Chapters

Bab 1 Hari Pernikahan

"Aku sudah menjadi seorang istri ...."Nara terlihat begitu terpukul sekali atas perjodohan yang terjadi, dirinya tidak pernah menyangka bahwa ia akan menjadi jaminan dari hutang yang dimiliki keluarganya. "Apa yang harus aku lakukan setelah menjadi istrinya nanti? Aku takut ...." Mengingat sikap Ardhan yang dingin, Nara merasa ketakutan jika dirinya tidak mendapatkan perlakuan yang baik sebagai seorang istri.Siang ini mentari sedang panas-panasnya. Pesta pernikahan pun di gelar, walau tidak begitu mewah dan hanya dihadiri beberapa tamu undangan yang berasal dari keluarga saja. Tetapi, jamuan di meja begitu banyak.Kala itu, Nara mengenakan gaun putih yang menjuntai dengan bagian dada yang agak terbuka. Sedangkan Ardhan, ia hanya mengenakan setelan jas hitam dengan kemeja putih dan dasi pita. Mereka duduk berdampingan dengan perasaan terpaksa."Saya tidak tahu apa yang kamu pikirkan. Tapi, saya harap sikapmu tidak mengecewakan Kakek. Jadi, tersenyumlah. Kalau tidak, saya akan membat
Read more

Bab 2 Mencapai Kesepakatan Bersama

"Tuan memanggil Anda ke ruang kerjanya, Nyonya!" ujar Rico dengan tubuh agak membungkuk sopan."Baiklah!" sahutnya.Saat itu, Nara tampak kebingungan. Entah harus kemana ia melangkah, sedangkan dirinya baru tinggal di sana beberapa jam lamanya. Ia belum begitu mengetahui setiap tempat di rumah itu.Untungnya, Rico dengan sigap langsung paham dengan kondisi Nara. Ia menunjukkan ruang kerja Ardhan yang letaknya memang agak jauh dari arah sana."Biar saya tunjukkan tempatnya kepada Anda, Nyonya!" kata Rico dengan tangan mempersilakan. Nadanya agak berat dan tegas, hingga membuat dirinya tersentak kaget saat tengah melamun."Baiklah."Pria muda dengan rambut cepak itu berjalan dengan tegap di depan Nara, sedangkan Nara hanya mengikuti.Sampai pada akhirnya langkah kaki itu terhenti di samping sebuah pintu besar dan kokoh yang masih dalam keadaan tertutup rapat."Kita sudah sampai, Nyonya. Silakan!" Rico membukakan pintu ruang kerja Ardhan sedikit. Dengan perasaan ragu, Nara memasuki ruang
Read more

Bab 3 Kenyataan Tak Terduga

Dengan tubuh sempoyongan, Nara menyelesaikan langkah kakinya untuk menuju kamar. Nafasnya tersengkal-sengkal membuat salah satu tangannya bertumpu di pintu kamar dengan badan agak condong ke depan. Perlahan, ia mengatur nafasnya sebentar sebelum memasuki kamar."Tatapannya membuatku sulit bernafas, apalagi saat membayangkan tubuhnya yang ....""Apakah aku akan kuat jika nanti dia memintanya?"Nara kembali dihantui bayangan menakutkan saat dirinya nanti harus meladeni birahi pria itu demi memenuhi kontrak pernikahan yang sudah tertulis yang menyatakan bahwa dirinya harus melahirkan seorang bayi yang sehat.Kriieett! Pintu dibuka perlahan.Setelah sekiranya nafas kembali normal, ia pun mengayunkan kakinya memasuki kamar, lalu pintu itu ditutupnya kembali. Namun, setibanya di sana ia malah dikagetkan dengan sosok pria bertubuh tegap dengan rambut ikal yang perlahan berbalik badan sembari melontarkan sebuah senyuman kepadanya."Reyhan ...!" seru Nara dengan kaki terhenti seketika.Pria it
Read more

Bab 4 Rencana Licik Mantan

Nara memandangi punggung Reyhan dari belakang. Jari jemari tangannya saling meremas karena perasaan gugup sekaligus bingung yang kian menguasai pikiran."Apa pilihan aku ini benar? Apa dia memang mau membantuku?"Namun, dibalik semua itu, tanpa sepengetahuan Nara. Rupanya, saat ini Reyhan sedang tersenyum jahat karena merasa sesuatu telah berjalan sesuai rencananya."Bagus! Teruslah begini dan percayalah padaku, yakinlah bahwa aku akan membantumu. Lalu, setelah itu masuklah ke dalam perangkapku yang lebih dalam!" batin Reyhan sebelum dirinya berbalik."Baik, aku akan mendengarkan kamu, tapi ... Aku mohon ... Kembalilah untuk mengatakan semua yang kamu ketahui itu!" seru Nara.Perlahan, Reyhan memutar tubuhnya lalu menghadapkan dirinya ke arah Nara. Dengan posisi kedua tangannya masih sama, di dalam saku celana.Reyhan tersenyum. Sementara, Nara hanya terdiam bingung sembari menatap wajah mantan kekasihnya itu."Aku tidak punya waktu lagi," batin Nara."Mari duduk!" ajak Nara ke sepasan
Read more

Bab 5 Sandiwara Suami

"Bersiaplah, Kakek meminta kita untuk menemuinya!" bisik Ardhan.Bisikan kalimat singkat yang membuat Nara berhenti berpikir kotor. Ia sedikit merasa lega karena ternyata pikirannya salah. Walaupun di samping itu ia merasa malu karena telah berpikir hal semacam itu."Kenapa aku bisa berpikir ke sana, sekarang aku merasa malu," batinnya sembari memejamkan mata saat ucapannya beberapa menit yang lalu semakin terngiang-ngiang di kepala. Ketika itu, mukanya sampai memerah. Ia terus menahan malu di depan suami sekaligus atasannya tersebut."Bersiap-siaplah!" Ardhan berjalan menuju walk in closet dan segera mengenakan piyama hitam di depan kaca besar. Nara hanya diam tak bergeming. Ia menutup wajahnya dengan kedua tangannya dengan hati yang terus menggerutu. "Harusnya aku tidak mengatakan hal memalukan begitu. Sekarang aku tidak tahu apa yang ada dalam pikirannya."Namun, kemudian ia teringat pada ucapan Ardhan yang mengatakan bahwa mereka akan bertemu Kakek Heraldo. Sontak, ingatan itu m
Read more

Bab 6 Tiket Bulan Madu

Keduanya terperangah kaget, bahkan Ardhan sendiri pun ternyata tidak mengetahui rencana Kakeknya ini. Sengaja, Kakek Heraldo menyiapkan tiket ini untuk cucunya agar harapannya memiliki cicit dapat segera terwujud. Itu karena berpikir bahwa di masa depan membutuhkan seorang penerus yang meneruskan usaha keluarga itu."Maksudnya?" tanya Nara dan Ardhan serentak.Baru kali ini mereka berbicara kompak begitu. Padahal, keduanya tidak dekat sama sekali.Kakek Heraldo melihat kepada mereka secara bergantian. Lalu, Kakek Heraldo menyodorkan sebuah tiket liburan.Mata Nara langsung tertuju pada tiket yang ada di meja itu. "Itu tiket apa? Apa jangan-jangan ...!" Ia begitu kaget sekaligus penasaran dengan apa yang dilihatnya saat itu."Kakek mau kalian berlibur ke pulau dewata. Tiketnya sudah Kakek siapkan, jadi bersiaplah untuk hari esok!" Dan benar saja dugaan Nara, Kakek Heraldo memang menginginkan agar keduanya pergi berbulan madu."Kenapa harus sampai bulan madu? Pasti tidak akan menyenangk
Read more

Bab 7 Sesuatu Yang Mengerikan

Malam semakin larut dan mata seakan membawa Ardhan untuk memasuki alam mimpi. Ardhan yang sudah membaringkan tubuhnya di atas sofa pun sudah memejamkan kedua matanya. Pemandangan ini membuat Nara terpancing untuk menoleh ke arah suaminya. Terlebih, melihatnya tidur tanpa selimut."Kenapa dia bisa tidur tanpa selimut begitu?" batin Nara. Bahkan, bantal yang digunakan pun hanya bantal sofa saja. Tak satupun bantal yang ada di tempat tidur itu diambilnya."Sekarang, setelah tinggal serumah bahkan sekamar, aku baru tahu bahwa dia tidak secuek kelihatannya," batin Nara.Selama ini, Nara berpikir bahwa dirinya akan mendapatkan perlakuan yang buruk karena melihat sikap Ardhan yang memang terkesan dingin seolah tidak peduli. Pria itu pun dikenal dengan keras kepala yang membuat siapapun tidak berani membantah terhadap apa yang diinginkannya tersebut.Namun, itu pikiran Nara dulu sebelum mereka tinggal serumah dan memiliki hubungan yang lebih dekat."Sepertinya dia memang tidur," gumam Nara pe
Read more

Bab 8 Rasa Malu

Mimpi buruknya semalam membuatnya ingin membersihkan dirinya dengan shower. Sampai tangannya keriput, ia baru menyadari bahwa dirinya telah begitu lama di kamar mandi.Nara segera menyelesaikan mandinya, lalu memakai baju handuk secara perlahan pada tubuhnya. Ia juga tidak lupa mengeringkan rambutnya dengan handuk kecil.Cklek! Pintu kamar mandi pun terbuka.Nara mengangkat wajahnya, tetapi di sana rupanya Ardhan pun sudah berpakaian rapi. Di tangannya ada sebuah majalah dengan secangkir kopi yang ia seruput perlahan."Mas, kamu sudah mandi?" tanya Nara.Ardhan pun menaruh kopi itu kembali dan menjawab pertanyaan Nara. "Kamu habis ngapain di kamar mandi selama itu?" tanya Ardhan dengan wajah serius. "Saya mandi sekaligus keramas, Mas. Maaf, tadi saya tidak sadar kalau ternyata selama itu."Mata Ardhan pun seolah langsung membidik rambut Nara yang memang tampak basah. "Ya sudah, sana ganti baju!"Nara pun kemudian pergi dari hadapan Ardhan dan langsung bergegas menuju walk in closet ya
Read more

Bab 9 Kalimat Manis Pagi Hari

Mereka menikmati makanan yang tersaji itu dengan lahap. Hingga, suara langkah kaki mulai berayun memasuki ruang makan dari sepasang kaki seorang asisten rumah tangga. Ia diam, berdiri sopan dan menghadap ke arah Ardhan.. "Tuan, mohon maaf jika saya mengganggu waktu sarapan Anda, saya hanya ingin menyampaikan ... Tuan besar meminta Anda agar segera pergi ke bandara. Sekarang dia sudah menunggu Anda di teras!" ucapnya dengan tubuh membungkuk dan kedua tangan terlipat di depan perut.Ardhan menoleh ke arah Suminah. Garpu yang ada di tangan kiri dan sendok di tangan kananya segera ia taruh di atas piring putihnya."Ma, saya harus pergi dulu! Mama lanjutkan makannya sendiri saja!" ujar Ardhan sembari beranjak dari duduknya. Ia tidak mempedulikan sisa makanan yang masih tersisa di atas piringnya tersebut.Ardhan pun melangkahkan kakinya menuju Kakek Heraldo. Suminah yang tadi memberitahu pun ikut berjalan di belakang Ardhan."Tuan, katanya dia akan mengantarkan Anda dan Nyonya muda sampai k
Read more

Bab 10 Di Dalam Pesawat

Baru lima belas menit Suminah menutup pintu rumah, menyaksikan majikannya pergi dengan mobil limousine mereka. Suara bel rumah sudah kembali berbunyi, membuatnya bergegas melihat. "Siapa yang datang? Apa Tuan besar sudah kembali?" gumamnya sembari mengayunkan langkah kaki menuju pintu."Tuan Rey? Mau menemui siapa?" kata Suminah.Reyhan yang tidak tahu jika pemilik rumah itu tak ada di rumah, ia pun masuk ke dalam rumah dengan santainya tanpa menjawab apa yang ditanyakan oleh Suminah. Ia mengedarkan pandangannya ke seluruh penjuru ruangan, sampai ia menyimpulkannya sendiri."Rumah ini sepi. Apa mereka sedang tidak ada di rumah?" tanya Reyhan, bicara pada dirinya sendiri.Tetapi, Suminah mendengarnya, ia pun lekas menjawab. "Benar, Pak Reyhan. Tuan dan Nyonya sedang pergi, mungkin untuk beberapa waktu mereka tidak akan tinggal di sini.Reyhan langsung tercengang kaget begitu mendengarnya. Ia memutar tubuhnya ke arah Suminah. "Kenapa? Memangnya mereka pergi ke mana?!""Saya dengar, Tuan
Read more
DMCA.com Protection Status