Chapter: Kenapa Aku Deg-degan?Yudha yang mendengar pernyataan mendadak dari Vina sontak membelalak kaget. “Tunggu sebentar, maksudnya gimana?” tanya Yudha. Vina terisak. Ia sudah tidak bisa menahan tangisnya lagi. Entahlah, ia benar-benar lelah dengan kehidupannya. Selalu saja ada masalah baru sementara masalah yang lama belum terselesaikan. “Om, Bapak masuk rumah sakit lagi. Aku nggak tau harus minta tolong ke siapa lagi selain ke Om Yudha. Aku beneran butuh pertolongan. Om bisa bantu aku lagi nggak?”Jujur saja, ketika mengatakan itu, Vina malu luar biasa. Ia sudah pernah dibantu oleh Yudha, dan sekarang ia malah meminta bantuan lagi. Vina yakin sekali dirinya pasti sudah menjelma menjadi sosok yang tidak tahu diri. Masalahnya, Vina juga terdesak di sini. Ia tidak bisa meminta bantuan saudaranya, yang ada nanti malah dimaki-maki dan disebut tidak tahu diri. “Iya, insyaallah saya bantu. Bapak kamu dibawa ke rumah sakit yang kemarin, ‘kan?” tanya Yudha memastikan.“Iya, Om. Tadi aku telepon ambulans buat bawa k
Terakhir Diperbarui: 2025-02-03
Chapter: Apapun Demi Orang TuaVina kelihatan bingung. Tiba-tiba saja Yudha ada di sana dan bertingkah seolah-olah mereka adalah sepasang kekasih. Teman Vina yang merundungnya sejak tadi mengernyit. Sherly jelas terkejut melihat Vina tiba-tiba dirangkul oleh pria dewasa yang bahkan juga memanggilnya sayang. Belum lagi, Yudha memakai seragam tentara, jadi Sherly yang tadi bertingkah sok berkuasa dan bisa memperlakukan Vina sesuka hati mendadak ciut. Ia takut karena Yudha adalah seorang aparat. “Ditanyain kok malah bengong sih, Yang? Udah belum beli kopinya?” Yudha kembali menatap Vina. Meskipun ekspresi Vina masih tampak kebingungan, Yudha tetap memasang senyum di hadapan gadis itu. Vina melirik Reyhan yang berdiri di belakang Sherly. Pemuda itu tidak melakukan apa-apa sejak tadi. Ia bahkan membiarkan saja Sherly menghinanya habis-habisan. Sekarang ketika Yudha datang, Reyhan malah kelihatan sedang menahan amarah. “A-Aku kayaknya nggak jadi beli di sini deh, Yang. Aku pengen beli es boba aja,” kata Vina. Ia tidak
Terakhir Diperbarui: 2025-02-03
Chapter: Dipermalukan Reyhan langsung menoleh menatap Vina. Pandangannya begitu tajam, membuat Vina sampai tidak berani balas menatap matanya. “Oh iya, kalau Nak Reyhan mau ngobrol sama Vina silakan masuk aja, Ibu ke dalam dulu mau nemenin Bapak.” Ibunya Vina pamit kemudian segera ke dalam. Saat ini, hanya ada Reyhan dan Vina saja di depan. Suasana benar-benar canggung di antara mereka berdua. “Vin, apa maksud Ibu kamu itu, hah?” tanya Reyhan.Vina langsung menarik lengan Reyhan dan membawanya agak menjauh dari depan pintu. Hanya melihat dari ekspresi Reyhan saja, Vina tahu kalau pemuda itu murka. Vina hanya tidak mau kalau nanti suara amarah Reyhan terdengar dari dalam rumah.“Jelasin apa maksud Ibu kamu tadi, Vin. Apa-apaan itu? kenapa tiba-tiba kamu punya calon suami, hah?”Vina menarik napas panjang. “Aku bisa jelasin, Yang. Ini semua nggak seperti yang kamu pikirkan kok, aku…”“Jadi selama ini kamu selingkuhin aku, Vin?” potong Reyhan. Vina menggeleng. “Enggak, bukan gitu, Rey. Aku nggak selingkuh
Terakhir Diperbarui: 2025-02-02
Chapter: Dia Calon Suami VinaYudha menatap Vina dengan serius. “Jadi kamu maunya apa?” tanya pria itu. Vina mengembuskan napas panjang. “Aku mau urusan kita sampai di sini. Om nggak boleh ngajak aku pura-pura jadi pacar lagi, tapi urusan pengobatan orang tuaku tetap Om yang bayar sampai keluar dari rumah sakit.”Yudha mendengarkan semua permintaan Vina dengan seksama. Ia memejamkan mata sebentar sebelum kemudian merespon, “kamu benci sama saya ya sampai nggak mau urusan sama saya lagi?”Vina menggeleng. “Bukan gitu, aku cuma mau hidup normal semestinya aja.”Yudha menaikkan sebelah alisnya. “Memangnya kalau berurusan dengan saya hidup kamu jadi nggak normal? Iya saya akui kalau saya salah atas kejadian yang sebelumnya, tetapi saya sedang berusaha bertanggung jawab sekarang.”“Ya intinya aku mau balik ke kehidupanku yang biasanya aja, Om,” kata Vina. “Tapi ‘kan saya udah melakukan sesuatu yang buruk ke kamu. Kenapa kamu nggak mau saya tanggung jawab?”Vina terdiam. Ia bukannya tidak menghargai Yudha yang mau ber
Terakhir Diperbarui: 2025-02-02
Chapter: Kamu Harus Bertanggung Jawab Yudha terbangun di rumah sakit dengan kondisi kepala pening luar biasa. Ia panik, sebab terakhir kali yang diingatnya, ia sedang kebingungan bagaimana mengatasi kondisinya yang panas luar biasa akibat dijebak oleh Wulan. Orang terakhir yang bersama dengannya adalah Vina. Yudha membelalak. Benar, Vina. “Vina…” gumam Yudha.Ketika menoleh, bukan Vina yang ia lihat, melainkan wajah garang papanya yang melotot ganas kepadanya. Kalingga berdiri di samping ranjang rumah sakit Yudha, kedua lengannya menyilang di depan dada, dan rahangnya mengeras luar biasa. Tak hanya itu, sorot mata papanya begitu tajam sampai Yudha sendiri tanpa sadar menelan ludahnya.“Pa…pa…” gumam Yudha. Ia bingung mengapa papanya ada di sini, dan lebih bingung lagi karena melihat ekspresi marah pria itu.Yudha segera bangkit dari posisi berbaring dan beralih duduk sambil menyandarkan punggungnya pada kepala ranjang.“Papa kenapa di sini? memangnya ada ap—” ucapan Yudha terhenti. Di ruangan itu, Vina duduk di sofa bers
Terakhir Diperbarui: 2025-02-01
Chapter: Tolong Saya Vina“Aku kabur, Mas Yudha,” ulang Wulan.“Kabur gimana maksudnya?” tanya Yudha. Ia bingung mengapa Wulan tiba-tiba memberi kabar seperti ini kepadanya. Terlebih, bukankah apapun urusan Wulan sekarang bukan urusan Yudha lagi? mereka sudah putus waktu itu.“Ya kabur dari rumah Mas,” kata Wulan.“Iya, kenapa kabur dari rumah? Bukannya hari ini kamu menikah?”Terdengar helaan napas panjang dari seberang panggilan. “Aku nggak bisa jelasin di telepon, Mas. Bisa enggak kalau kita ketemuan di luar aja?”Yudha memijat sekat hidungnya. “Saya nggak bisa. Saya ada piket hari ini.”“Tolonglah Mas, sebentar aja.” Suara Wulan terdengar semakin memelas ketika memohon. Ia seperti sudah sangat putus asa untuk ingin bertemu dengan Yudha. “Nggak bisa, Wulan. Maaf, saya harus piket.”“Mas Yudha beneran nggak mau ketemu sama aku? Sebentar pun nggak mau?” Yudha mengernyit. Nada suara Wulan terdengar agak aneh. “Kan saya udah bilang, saya nggak bisa ketemu karena mau piket. Kamu kenapa sih?”“Oke, nggak papa
Terakhir Diperbarui: 2025-02-01
Chapter: Akhirnya Bertemu Lagi“Kenapa ya, kamu ini malah pergi ke tempat-tempat yang bahaya?” keluh Bu Siti Marfu’ah.Perempuan itu tampak sudah pasrah melihat Rega sudah bersiap-siap untuk pergi ke ibukota, karena siangnya ia akan bertolak ke Aceh bersama rombongan relawan. Selang dua hari setelah menghubungi rekan-rekan almamater kampus, Rega dan Pak Mangara ikut dalam rombongan relawan.“Bahaya apanya, Bu? Di sana kan justru banyak orang butuh bantuan.”“Kita gak tahu kalau gempa susulan nanti datang, gimana?”“Doain Rega yang baik-baik, Bu. Dateng ke sana baik-baik aja, pulang pun selamat. Setuju?”“Terserah kamu aja lah.”Pergi ke Aceh bersama relawan, tentu saja ditolak mentah-mentah oleh Bu Siti Marfu’ah pada awalnya. Namun, saat Rega mengatakan dia harus ke sana, karena mendampingi atasan, akhirnya mau tidak mau Bu Siti Marfu’ah melepaskan izin. Tetap saja Bu Siti Marfu’ah selalu memberikan mimik wajah khawatir berlebih, sebelum Rega benar-benar berangkat.“Berapa lama kamu di sana?” tanya sang ibu. “Engg
Terakhir Diperbarui: 2024-12-29
Chapter: Kabar GentingAisyah.Nama itu terus terngiang-ngiang di batin Rega, saat semalam Bu Siti Marfu’ah menyebut lagi. Tidak ada pembicaraan panjang setelah itu, karena Rega langsung pergi ke masjid. Menghindar, iya. Akan tetapi, dia juga tak mau dituduh terus memupuk harapan tak pasti pada sosok bernama Aisyah selama bertahun-tahun.Rega tidak memungkiri, bahwa dia tidak melupakan Aisyah.Sosok Anchie Phey yang sudah mengikrarkan hatinya untuk menjadi muslimah. “Rega!” Pintu kamar setengah digedor dari luar. “Kamu tidur lagi abis Subuh, heh?”“Enggak, Bu.” Rega membuka pintu kamar, dan melihat sosok sang ibu sudah berdiri di depan sana. Salah satu tangannya menenteng rantang dari bahan stainless. “Ini Syafa bawain sarapan. Cepet, kita makan dulu.” Bu Siti Marfu’ah langsung meletakkan rantang ke atas meja. “Kamu ajakin Syafa masuk, biar kita makan sama-sama.”“Ibu aja lah. Rega mau keluar ini.”“Lho? Mau ke mana?”“Olah raga!”Karena tidak mau dipusingkan oleh masalah percintaan, Rega bergegas keluar
Terakhir Diperbarui: 2024-12-29
Chapter: Sosok pengganti AishaSebuah tepukan keras mendarat di bahu Rega, sehingga pemuda yang sedang mendengarkan musik dari pemutar MP3 itu tersentak kaget. Rega menoleh dan melihat sosok pemuda lain berambut plontos duduk di sampingnya.“Tapa terus,” komentar pemuda itu sembari terkekeh pelan.“Dengerin lagu,” balas Rega enteng.“Eh, dengerin tuh nasihat orangtua. Bukan lagu.”“Orangtua yang mana? Yang lo denger aja nasihat orangtua botolan.”“Anjir, setan!”Pemuda itu tergelak keras. Namanya Robby, satu almamater dengan Rega. Mereka sama-sama mengambil lanjutan advokasi, dan magang di kantor advokat yang sama. Robby dan Rega memiliki sifat yang bertolak belakang. Rega lebih cenderung diam, sedangkan Robby ke mana-mana antara membuat suasana heboh atau kacau. Akan tetapi, mereka selalu kompak. Bahkan orang-orang di kantor advokat, selalu menganggap keduanya “partner in crime”. Yang sebetulnya, Rega amit-amit dalam hati.“Makan dulu, lah. Biar otak lancar,” celetuk Robby.Dia memesan sepiring ketoprak di mana t
Terakhir Diperbarui: 2024-12-29
Chapter: Rasa sakit karena cintaMatahari sudah menggeliat bangun dari peraduan, dan sinarnya mulai memasuki celah jendela. Phey duduk dengan tenang di teras, menunggu Pak Yono memanaskan mobil, dan setelah itu mereka segera kembali ke ibukota.Kali ini Phey siap pergi tanpa rasa gundah, dia sudah benar-benar tenang.Bahkan merasakan bahagia.“Non Phey, itu kok gak diminum teh manisnya? Nanti keburu dingin,” tunjuk Bu Puji pada secangkir teh yang ia suguhkan di meja, dan belum disentuh sama sekali. Wajah perempuan itu tersembul dari balik pintu.“Mau kok, Bu. Ini tunggu nasinya turun, saya kekenyangan. Abis nasi goreng buatan Ibu enak banget, sampai nambah.”“Aduh, cuma nasi goreng, apa enaknya? Non Phey ini suka berlebihan aja, ah.”“Bu, sekarang nama saya jadi Aisyah. Jangan panggil Phey lagi.” Phey terkekeh pelan.Aisyah.Itu nama yang Phey pilih setelah mengikrarkan syahadat. Meski butuh waktu untuk membuat orangtuanya menerima pilihannya kelak, tetapi Phey sudah bertekad untuk mengubah identitas. “Oh iya, Non A
Terakhir Diperbarui: 2024-12-29
Chapter: Menjemput hidayahPhey masih berdiri mematung di depan rumah Bu Siti Marfu’ah, bingung karena rencana yang telah dibayangkan mendadak buyar. Kata tetangga Bu Siti Marfu’ah sedang pergi bersama ibu-ibu pengajian ke Banten, sejak pagi tadi. Lalu Rega ke kampus, dan entah pulang kapan. Bahkan menurut penuturan tetangga, Rega sering pulang larut malam.“Gimana, nih?” gumam Phey pelan sembari mengembuskan napas berat.Meski kecewa, akhirnya Phey putuskan kembali ke kediaman Pak Yono. Jika memang ia tidak bisa bertemu dengan Rega, maka memang itu yang harus ia terima dengan lapang dada. Namun, baru saja hendak melangkah, Phey melihat sebuah motor mendekat, dan suara derumannya ia kenali betul.Motor Rega!Laju motor melambat, dan berhenti di hadapan Phey. Wajah Rega tidak bisa berbohong, dia begitu terkejut melihat gadis pujaannya ada di sana. Bergegas Rega turun dari motor, membuka helm dan menghampiri Phey. Dia tidak berkata satu patah kata pun. Dalam hatinya, Rega ragu. Teringat akan permintaan Bu Siti M
Terakhir Diperbarui: 2024-12-29
Chapter: Berdiskusi dengan UstazPerbedaan keyakinan itu seperti dua sisi mata pedang. Jika tidak berhati-hati, maka salah satu akan tersakiti. Maka tidak sedikit yang memberi petuah bijak, baiknya tetap mencari sosok yang satu iman. Bahkan satu keyakinan pun, belum tentu memiliki visi dan misi yang beriringan. Apalagi jika berbeda?“Kita sendiri tahu, beda umur yang jauh bisa jadi gunjingan orang. Menikahi duda atau janda, bisa dicibir juga. Mau enggak mau, kita enggak bisa menutupi penilaian orang-orang, Rega,” ujar Pak Ustaz.“Ya, kan tinggal gak perlu digubris, Pak. Yang menjalani rumah tangga, justru yang mau menikah, kan?”“Terus kamu enggak hidup di dalam masyarakat memangnya?” Pak Ustaz terkekeh. “Harus siap mental, Rega. Karena kita ini hidup di budaya yang ragam, masyarakat plural juga.”Kembali Pak Ustaz menjelaskan pada Rega secara hati-hati. Namun, tidak menutup kemungkinan bahwa yang berbeda bisa menjadi satu. Tetap saja, ada yang dikorbankan. Karena masing-masing keyakinan percaya, bahwa agama yang seb
Terakhir Diperbarui: 2024-12-29