Seorang sahabat yang di bohongi untuk menjadi pengantin pengganti karena pengantin yang sesungguhnya, memilih untuk pergi dan mengejar karier. Keysana meminta Kaira untuk menemaninya mencoba gaun pengantin namun, Keysana juga meminta Kaira untuk mencoba memakai gaun pengantin yang cocok dengan wajah anggunnya. Kaira tidak mengerti apapun tentang rencana sahabatnya.Hari H pernikahanpun tiba, Keysananya meminta Kaira untuk memakai gaun pengantin yang pernah di cobanya, dengan alasan sebagai pengiring pengantin. Kaira yang sangat mempercayai Keysana, menurut dan memakai gaunnya. Kaira sudah masuk ke dalam mobil, tapi mobil itu di hias secara mendadak setelah Kaira terkunci di dalam mobil. Siapa yang sangka, tanpa memberitahu rencananya, Keysana menempatkan Kaira dalam posisi yang sulit karena pernikahan Keysana dan Jay, adalah sebuah perjodohan paksa. Kaira hanya mendapat sebuah pesan singkat sebelum turun dari mobil yang di naikinya. Sedangkan Keysana, sudah berangkat menuju bandara untuk pergi mengejar mimpinya."Kaira, maaf! Aku tidak punya pilihan lain," tulis Keysana dalam sebuah pesan.Karpet merah dan orang-orang yang siap menyambutnya dengan hormat sudah berkumpul, menunggu sang pengantin wanita untuk turun. Wajah tampan milik Jay, serta uluran tangan lembutnya, membuat Kaira terpesona pada pandangan pertama. Keluarga Keysana, tidak ada yang muncul setelah nama pengantin wanita di rubah. Kaira hidup seorang diri, hingga hari pernikahannya, diapun hanya sendiri."Kalau mau berakting, tuntaskan hingga akhir!" bisik Jay
Lihat lebih banyakLONDON...
"Kaira, maaf! Aku tidak punya pilihan lain!"
Kaira mengepalkan tangannya setelah menerima sebuah pesan singkat dari Keysana. Sebuah pernyataan yang menohok hatinya. Sebuah pesan, yang membuat sekujur tubuhnya seperti mati rasa.
Di luar mobil yang di pakainya, sudah ada segerombolan orang-orang yang berpakaian sangat elit, berbaris rapi dan di tengah-tengah mereka, ada karpet merah yang di penuhi taburan bunga. Di ujung barisan, ada pria tampan yang memakai pakaian pengantin dengan sangat gagah.
Pria itu adalah pengantin yang seharusnya menikah dengan Keysana, tapi keysana memilih pergi untuk mengejar mimpinya. Keysana mengorbankan masa depan Kaira demi keegoisan dirinya sendiri.
Pria itu berjalan mendekat ke arah Kaira yang tak kunjung turun dari mobil setelah pintunya terbuka. Pria itu mengulurkan tangannya tapi Kaira yang masih bingung, hanya diam menatap wajah pria yang sebentar lagi akan menjadi suaminya.
"Jay!" panggil pria paruh baya pada pria yang ada di hadapan Kaira.
Jay hanya menoleh lalu mengangguk. Jay menggendong tubuh Kaira, yang sedari tadi tidak ada pergerakan sama sekali. Kaira terkejut dengan dengan tindakan Jay yang sangat tiba-tiba baginya.
"Ehem... Saya... Saya bisa jalan sendiri!" ucap Kaira dengan suara yang terbata-bata setelah sadar dari lamunan.
"Kalau mau berakting, tuntaskan hingga akhir!" bisik Jay.
DEG... DEG... DEG...
Suara detak jantung Jay, maupun Kaira saling bersahutan satu sama lain. Wajah Kaira memerah seketika setelah Jay menurunkannya di hadapan semua orang yang siap menyambutnya untuk menyelesaikan upacara pernikahan yang tertunda karena harus mengganti nama pengantin wanita.
Kaira tidak tahu harus memulai dari mana untuk mengatakan bahwa dirinya bukan wanita yang seharusnya di jodohkan dengan pria yang saat ini ada di hadapannya. Keluar Keysanapun, tidak ada yang muncul di pesta pernikahan.
"Jangan katakan apapun! Aku sudah mengetahuinya. Kau, hanya perlu menyelesaikan akting yang sudah kau lakukan hingga selesai. Apa kau paham?" bisik Jay, saat melihat Kaira dengan wajah takut.
Kaira hanya mengangguk dan mengikuti saran Jay, karena posisinya saat ini tidak bisa bernegosiasi. Posisi yang hanya membuatnya memiliki 1 pilihan, yaitu menikah dengan pria yang sama sekali tidak di kenalnya.
Suasana di ruang pernikahan, penuh dengan tangis haru setelah kedua pengantin berjanji di hadapan Tuhan untuk hidup sehidup semati.
Jay menyematkan cincin di jari Kaira, begitu yang di lakukan oleh Kaira. Tanpa menunggu lama, Jay mengecup hangat bibir Kaira yang memakai lipstik berwarna peach. Mata Kaira terbelalak karena ciuman itu adalah ciuman pertamanya.
"Apa kau menyukainya?" bisik Jay di telinga Kaira.
Tepuk tangan para tamu, terdengar begitu ramai. Tubuh yang di buat merinding oleh bisikan Jay, teralihkan dengan suara para tamu.
***
MALAM PERTAMA
Acara pernikahan yang sama sekali tidak Kaira inginkan, berakhir tanpa sebuah hambatan. Jay yang pada saat di dalam ruang pernikahan terlihat sangat cerewet, sekarang menjadi pendiam dan begitu dingin. Auranya sangat berbeda, hingga Kaira tidak berani mengucapkan sepatah kata sekalipun dari mulutnya.
Jay menarik tangan Kaira yang sedang berusaha melepaskan gaun pengantin yang di pakainya. Kaira hanya menoleh dan matanya bertatapan dengan mata bening yang di miliki Jay.
"Kau bisa membuka mulutmu untuk meminta tolong!" ucap Jay sembari tangannya melepaskan resleting gaun yang di pakai Kaira.
Bibir Kaira seperti kelu, meskipun hanya ingin mengucapkan kata terimakasih. Kata yang sangat sederhana, tapi seperti tertanam di tenggorokannya.
"Tuan, terimakasih!" akhirnya suara Kaira keluar dari bibir mungilnya.
"Cepat mandi dan keluar dari kamarku!" jawab Jay dengan tegas.
Air dingin mulai membasahi tubuh Kaira. Kaira menangisi nasib yang selalu di penuhi ketidak beruntungan. Kaira bersyukur, selama ini Keysana mau menjadi sahabatnya. Tapi, mengingat dirinya di korbankan oleh Keysana untuk menikah, hatinya terasa sangat sakit.
"Key, kenapa kau lakukan ini? Kenapa kau tidak mengajakku untuk kabur bersamamu? Kenapa kau menjebakku? Hiks... Hiks... Hiks.." tangis Kaira terdengar oleh telinga Jay.
Jay tetap sibuk dengan laptopnya. Ponselnya juga berdering tanpa henti tapi Jay tidak menghiraukannya. Jay sedang teliti membaca berkas yang di kirim sekretarisnya, Jade. Bibirnya tersenyum senang setelah membaca hal itu.
"Rupanya, hidupmu sangat sulit," batin Jay.
Kaira keluar dari kamar mandi dengan menggunakan baju tidur yang di belikan oleh Jay. Jay melihat rambut Kaira yang sedang di lilit dengan handuk. Dengan cepat, Jay memberikan hairdryer pada Kaira.
"Cepat keringkan rambutmu dan tidurlah di sampingku. Aku tidak jadi mengusirmu keluar," ucap Jay dengan sombong.
Kaira tidak bisa berkata apa-apa untuk menghadapi prianyang bersikap misterius seperti Jay. Pria yang berhati hangat tapi bersikap begitu dingin. Kaira di buat bingung oleh sikap Jay yang sebenarnya.
Jay mematikan laptop dan meletakkannya di atas meja. Jay menarik selimut dan segera memejamkan matanya tanpa menunggu Kaira.
"Apa aku harus tidur bersamanya?" batin Kaira dengan kebimbangan hatinya.
"Tuan, emmm... Besok, bolehkah saya tetap masuk bekerja?" tanya Kaira dengan hati-hati.
"Terserah!" jawab Jay.
Kaira tidak tidur di samping Jay, melainkan tidur di atas sofa tanpa selimut. Diam-diam, Jay mendatangi Kaira dengan langkah hati-hati supaya tidak menimbulkan suara yang bisa membangunkan Kaira.
Lagi-lagi, Jay tersenyum dengan wajah dinginnya itu saat melihat Kaira tertidur dengan sangat pulas setelah kelelahan dengan pesta pernikahan yang begitu mewah dan ribuan tamu yang datang.
"Kalau aku menciummu, apa kau akan bangun?" gumam Jay.
Jay mencium bibir Kaira yang sedang tertidur dengan pulas. Kaira merasakan sesuatu yang basah dan kenyal sedang menempel pada bibirnya yang tertutup dengan rapat. Mata Kaira terbelalak seketika, saat melihat Jay sedang memejamkan matanya dan menikmati bibirnya.
"Hukumanmu karena tidak mendengarkan perintahku! Aku sudah perintahkan untuk tidur di sebelahku, tapi kau memilih di atas sofa. Kalau kau..."
"Saya akan tidur di sana, sekarang!" Kaira yang terkejut, memotong ucapan Jay lalu berlari dan tidur di tempat tidur.
"Sangat kekanak-kanakan!" gumam Jay.
DEG... DEG... DEG...
Suara detak jantung Kaira berdetak sangat cepat. Debaran itu terdengar hingga ke telinga Jay. Jay meletakkan tangannya untuk memeluk perut Kaira. Bibirnya mengecup ujung kepala Kaira. Debaran jantung Kaira, saling bersahutan dengan jantung Jay.
"Aku kira dia sudah tidur," batin Jay.
"Apa ini tidak terlalu dekat? Bagaimana bisa, dia memeluk wanita yang baru di kenalnya?" batin Kaira.
Jay membalikkan tubuh Kaira untuk duduk di atas tubuhnya. Tubuh Kaira yang kecil, bisa dengan mudah di angkat oleh Jay.
"Ternyata kau belum tidur? Aku akan menidurkanmu!" ucap Jay.
"Maaf!" Kaira berusaha melepaskan diri tapi Jay sengaja menjatuhkan dirinya di atas tubuh Kaira.
"Kau ingin bermain kucing-kucingan?"
Sebuah kesepakatan akhirnya terjalin setelah Jay dan Loreta saling berjabat tangan. Rasya bisa menghela napasnya sedikit lega membiarkan Tuannya itu pergi bersama Loreta.Perjanjian itu akan terpenuhi setelah Loreta mempertemukan Jay dan Kaira. Lalu, Jay melepaskan Orthela untuk kembali ke negara asalnya.Perseteruan sudah cukup membuat kacau. Loreta tidak ingin semuanya berlanjut semakin jauh karena banyak hal yang terbengkalai karena masalah yang tidak juga kunjung selesai.Loreta membawa Jay pergi ke tempat pemakaman. Pria tersebut menyipitkan matanya heran sembari melirik curiga ke arah Loreta.“Apa yang kau rencanakan dengan membawaku ke sini?” tanya Jay. Bariton suara yang tegas itu, membuat sekujur tubuh Loreta merinding.“Anda jangan salah paham, Tuan. Saya membawa Anda ke sini bukan tanpa sebab,” ujar Loreta.Dari pandangan yang cukup jauh, terlihat dua orang sedang menghadap ke salah satu makam yang tidak asing. Jay berlari tidak sabar ingin segera memeluk wanita yang be
"Jangan mendekat!" teriak Kaira. Rasanya cukup mengerikan. Kaira menjadi ketakutan. Ia berusaha pergi meski cukup sulit, tapi Orthela sudah lebih dulu memegang kendali kursi rodanya."Kenapa kau tkut? Bukankah aku sudah cukup membuatmu tenang? Kau bahkan sudah melihat bagaimana aku sangat menyesal," kata Orthela. Ia bahkan tidak merubah ekspresinya. Tetap terlihat sangat menyedihkan."Pergi! Aku memiliki keluargaku sendiri, Orthela. Aku tidak akan pernah pergi denganmu. Tidak akan pernah!" teriak Kaira."Bagaimana kalau Ziel sudah bersamaku? Apa kau tetap akan menolakku?""Apa? Kau menyandera Ziel? Orthela, dia tidak tahu apapun. Ziel msih anak-anak." Pada dasarnya, Kaira bukan wanita yang pandai mengumpat atau berkata kasar. Ia hanya berteriak meluapkan emosinya dengan kata-kata yang masih tertata dengan lembut."Aku tahu kalau kau akan menolakku. Maafkan
Tiga hari Kaira menghilang. Orang yang paling tertekan dan hampir gila adalah Jay. Jay yang tidak pernah menggunakan kekuasaannya, sekarang menekan semua orang untuk mencari Kaira sampai Kaira ditemukan. Nyonya Luna membawa Ziel pergi. Ziel yang tidak tahu apa-apa, tidak boleh terkecoh dengan keadaan yang ada. Orthela tidak memiliki niatan buruk. Racun yang sudah masuk ke dalam tubuh Kaira adalah buatan dari orangnya. Meski sudah mendapatkan penawar, tapi masih ada satu penawaran lagi yang harus hati-hati dan perlahan disuntikan ke dalam tubuh Kaira."Ini di mana?" gumam Kaira. Kaira terbangun dari tidurnya yang cukup panjang. Kepalanya terasa berdenyut dan berkunang-kunang. Tempat itu sangat asing, apalagi seseorang yang menatapnya."Kau sudah sadar? Syukurlah. Aku bisa mengembalikanmu tanpa rasa bersalah," ucap Orthela."Kau!" pekik Kaira."Jangan terlalu banyak gerak dan bicar
Kaira belum sadar setelah pengobatan. Tapi, kondisinya berangsur-angsur membaik. Tuan Alrecha dan Nyonya Luna, akhirnya mengetahui kalau keadaan sedang kacau saat ini. Keysana menemani Kaira sembari mengasuh Ziel. Rasya sibuk mengurus gugatan untuk Orthela dan Jay sekeluarga, mengurus pemakaman Grace karena keluarga Grace, semuanya sudah mengakhiri hidupnya sendiri."Grace, sejauh ini..." Jay terdiam dengan kedua matanya yang sembab. "Sejauh ini, aku tidak membencimu. Kau menunjukkan perubahan yang sangat besar. Sebagai rasa terima kasihku, aku akan merawat rumah terakhirmu," lanjutnya. Nyonya Luna mengusap-usap punggung Jay. Jay yang sedang bersimpuh menaburkan bunga di atas gundukan tanah yang masih basah, tangannya terus saja gemetar. Tuan Alrecha tidak banyak bicara. Ia cukup paham dengan perasaa
Jay masuk ke dalam rumah Orthela. Dia menggendong Grace yang sudah tiada. Tidak hanya itu, Paul yang datang berniat membawa Grace tapi dia malah menjadi sasaran utama kemarahan Jay. Jay menarik kerah kemeja yang Paul kenakan. Jay sudah membuat wajah dan tubuh Paul memar, terluka, berdarah, kesakitan, merintih dan memohon.Srek! Srek! Srek! Suara tubuh Paul yang diseret paksa membuat Delon, Orthela dan Loreta terperanjat kaget. Mata mereka terbelalak lebar. Lantai yang Jay lewati, dibanjiri oleh darah yang mengalir dari Paul dan juga Grace. Wajah Jay suram. Sorot matanya begitu tajam. Delon menelan salivanya karena baru kali ini dia melihat ekspresi iblis dari aura Jay. Jay yang ia kenal sebagai suami yang sangat lembut dan hangat tapi kali ini, ekspresinya begitu kejam.“Menarik!” ujar Jay
“Key, Rasya, aku titip Kaira dan Ziel,” ujar Jay.“Kau mau ke mana? Bukankah pengobatan Kaira hampir selesai?” tanya Keysana.“Ada sesuatu yang harus aku kerjakan. Setelah kembali nanti, aku sendiri yang akan menjelaskannya pada Kaira.” Rasya hanya diam saja. Jay meminta Rasya supaya tetap berada di rumah sakit untuk menjaga situasi di sana. Jay menggenggam erat surat dari Grace yang di dalamnya ternyata ada chip milik Orthela. Jay berfikir kalau ia tidak bisa sepenuhnya lepas tangan dalam masalah ini dan menyerahkannya pada Delon. Kenangan pahit Delon, tragedi, trauma, masih membekas jelas. Jay tidak ingin malah Delon yang terseret lebih dalam lagi. Langkah dan tindakan Jay cepat. Ia berharap kedatangannya jauh lebih dulu dibandingkan Delon di kediaman Orthela.“Delon, aku ber
Brak!“Akh! Uhuk... Uhuk... Uhuk...” Grace memegang perutnya yang ditendang Orthela. Dari mulutnya, keluar darah segar karena ia tempental dan menabrak sisi meja.Plak! Plak! Ortela menarik rambut Grace. Ia menamparnya berkali-kali. Tapi tidak ada rintihan sakit atau permohonan untuk sekedar meminta ampun.“Meski kau sudah menghilangkan semua jejak, apa kau pikir aku tidak tahu kalau kau sudah mengambilnya untuk sample?” gertak Orthela tanpa melepaskan rambut Grace.“Hahahaha... Aku juga sudah tahu akan berakhir seperti ini.”“Aku melepaskanmu, bukankah seharusnya kau membalas budi padaku?” Mata Orthela mendelik, menatap tajam seakan-akan ia akan menelan Grace hidup-hidup. Grace tidak merasa takut karena sejak awal, dia sudah siap.“Apa ini yang kau sebut sebagai kebebasan?&rd
Jay dihubungi oleh rumah sakit untuk segera datang. Ia langsung bergegas, padahal ia baru saja menemukan cara untuk menemukan penawarnya. Hanya saja, Jay lebih mementingkan untuk datang dan mendengarkan apa ucapan Dr. Crombe.“Dokter sudah menunggumu,” ucap Keysana.“Aku langsung ke sana.” Jay langsung berlari dan menuju ruang Dr. Crombe. Ternyata tidak hanya ada Dr. Crombe saja, tapi ada Dr. Sansan.“Anda sudah datang, Tuan. Silahkan duduk!” pinta Dr. Crombe.“Apa ada sesuatu yang—““Anda tenang dulu. Silahkan Anda minum terlebih dahulu.” Dr. Sansan menenangkan Jay yang sangat gelisah. Di atas meja sudah ada sebuah obat. Jay tidak mengetahui obat apa itu. Ia tidak bisa berfikir jernih. Mungkin karena ia belum siap menerima apa yang akan ia dengar.“Se
Grace kembali ke rumah Orthela. Alamat yang sudah Loreta berikan untuknya. Grace datang tanpa persiapan. Ia hanya datang dengan keyakinan sesuai alur yang akan Tuhan takdirkan.“Grace, bukankah ada satu minggu untukmu bebas?” tanya Loreta.“Tidak ada yang ingin aku nikmati,” jawab Grace. Tidak ada siapapun di rumah. Loreta, Paul dan juga Orthela pergi. Grace belum diberi tugas olehnya. Kesempatan bagi Grace untuk menemukan obat penawar. Ia tidak peduli kalau dirinya sedang dalam pengawasan atau Orthela sudah memasang jebakan.Tap... Tap... Tap... Kakinya melangkah cepat memasuki kamar Paul. Sebelum masuk ke dalam neraka, Grace sudah mengetahui keahlian setiap penghuninya. Di dalam kamar paul, Grace mulai mencari formula untuk menetralkan racun yang ada ditubuh Kaira. Grace men
Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.
Komen