Setelah menjalani hubungan selama enam tahun, Reagan mengajukan putus kepada Nadine sambil merangkul pacar barunya. Nadine juga tidak membuat keonaran sama sekali. Dia hanya menarik koper, lalu membawa sejumlah uang perpisahan dan pindah begitu saja. Teman-teman Reagan mulai bertaruh, berapa lama Nadine akan bertahan kali ini. Sebab, semua orang tahu bahwa Nadine sangat mencintai Reagan. Saking cintanya, dia bahkan rela kehilangan harga diri dan emosi. Tidak ada yang percaya dia bisa bertahan lebih dari tiga hari sebelum datang untuk minta balikan kembali. Namun, hari demi hari berlalu .... Akhirnya, Reagan yang tidak tahan. Untuk pertama kalinya, dia mencoba meredakan ketegangan dan menelepon Nadine, "Kamu sudah cukup main-mainnya? Kalau sudah selesai, pulanglah ...." Namun, yang terdengar dari ujung telepon adalah suara tawa pria yang rendah, "Pak Reagan, kalau sudah putus, nggak bisa nyesal lagi." "Berikan teleponnya ke Nadine, aku mau bicara dengannya!" Reagan memaksa. "Maaf, pacarku lelah dan baru saja tertidur," jawab pria itu dengan tenang.
View MoreInez menatap ponselnya yang baru saja diputus dengan penuh amarah, lalu dengan geram membalikkan nampan di depannya.Nampan berisi sarang burung walet yang baru saja dimasak itu pun terbalik dan tumpah ke lantai. Mangkuk porselen jatuh dan pecah dengan suara nyaring yang menggema di ruangan."Nyonya ...." Para pelayan menatap kejadian itu dengan ketakutan."Keluar! Semuanya keluar dari sini ...." Inez menunjuk ke arah pintu, ekspresi yang biasanya terawat dengan baik kini tampak penuh amarah.Para pelayan buru-buru berjalan keluar dan tidak berani membantah.Inez mundur dua langkah lalu jatuh terduduk di sofa. Dadanya naik turun dengan cepat, napasnya memburu karena emosi yang meluap.Selama bertahun-tahun, dia sudah berusaha keras untuk memperbaiki hubungannya dengan kedua orang tuanya. Meski awalnya ayahnya sangat dingin dan menyalahkannya, lambat laun mulai bersikap lebih tenang. Meskipun hubungan mereka tidak sehangat dulu, setidaknya masih bisa dikatakan cukup baik.Namun, ibunya
Terlebih lagi, saat Aileen menghilang, dia sudah berusia 22 tahun. Meskipun saat itu mungkin dia tidak punya pilihan, tetapi sekarang lebih dari 20 tahun telah berlalu. Jika dia benar-benar masih hidup, seharusnya dia sudah menemukan cara untuk menghubungi orang tuanya.Namun, tidak ada satu pun telepon ataupun kabar. Akan tetapi, kedua orang tua itu tetap tidak mau menyerah. Di usia yang seharusnya bisa menikmati masa tua dengan damai, mereka justru harus berkelana ke negeri asing.Hati Stendy tersentuh, tetapi dia hanya berkata, "Ayo, kita ke halaman belakang.""Oke! Dulu Aileen paling suka ayunan di halaman belakang dan bunga wisteria di sana ...."Stendy menggandeng neneknya dan berjalan masuk. Di tengah perjalanan, ponselnya bergetar. Dia melirik layar dan melihat nama penelepon. Ekspresinya tetap tenang, tetapi dia sengaja menggenggam ponsel lebih erat agar neneknya tidak melihat."Nenek, aku keluar sebentar untuk menerima telepon.""Baik."Setelah keluar dari bangunan utama, Ste
Perlu diketahui, Irene adalah orang yang mudah tersesat.Bukan hanya di taman sebesar ini. Bahkan di gang kecil yang belum pernah dia kunjungi saja, dia sering kehilangan arah."Ibu, kok bisa nemuin jalan?" tanya Nadine penasaran.Irene tampak terdiam sejenak, lalu menjawab dengan ragu-ragu, "Aku ... aku juga nggak tahu. Rasanya kayak ada suara di dalam kepala yang membimbingku ke sini. Aku pikir, coba saja dulu ... eh, ternyata berhasil."Jeremy tertawa santai. "Percaya istri, hidup bahagia selamanya!"Ayah dan anak itu hanya menganggap Irene beruntung telah memilih jalur yang benar.Namun, Irene tanpa sadar menoleh ke belakang. Melihat taman yang indah dan gerbang kecil yang tersembunyi itu ... seolah-olah semua ini sudah ada dalam memorinya.....Di waktu yang sama, di bagian lain Wahyudi Garden.Stendy menemani kakek dan neneknya mengunjungi tempat ini lagi setelah bertahun-tahun. Sudah lebih dari 10 tahun sejak terakhir kali mereka menginjakkan kaki di sini.Melihat Bangunan Utama
Irene memperhatikan papan informasi dengan saksama, lalu menggeleng. "Nggak ada."Dia berjalan mendekat, berdiri di samping putrinya, dan menatap papan informasi dengan mata penuh pertimbangan. "Di sini tertulis bahwa setelah reformasi, Wahyudi Garden dikembalikan kepada keturunan Keluarga Wahyudi. Kalau dikembalikan, berarti taman ini seharusnya milik pribadi."Namun, kalau memang itu milik pribadi, kenapa taman ini dibuka untuk umum? Yang lebih aneh lagi, tidak ada tiket masuk sama sekali, seolah-olah ini proyek amal.Aneh sekali.Namun, Irene tidak terlalu memikirkan hal itu lebih jauh. Mereka bertiga melanjutkan perjalanan menuju gerbang timur.Tak bisa disangkal, taman ini sangat luas. Mereka berjalan lebih dari sepuluh menit sebelum akhirnya sampai di sebuah bangunan paviliun berikutnya.Di samping paviliun, terdapat hutan bambu kecil. Jalan setapak berbatu membentang di sepanjang tepi hutan bambu, mengarah ke bagian yang lebih dalam.Tempat ini memberi kesan ketenangan dan miste
"Apa?" Philip tertegun, tidak terlalu mengerti."Dulu saat aku putus dengan Nadine, apa aku melakukan kesalahan?""Kak ...." Philip menatapnya dengan ekspresi yang sulit diungkapkan. "Kamu baru menyadari ini sekarang?"Reagan tidak bisa berkata-kata."Kak Nadine itu wanita yang luar biasa! Kalau aku jadi kamu, aku pasti akan menjaganya baik-baik. Aku ...."Eh! Menyadari ucapannya bisa disalahartikan, Philip buru-buru memperbaiki, "Tentunya, aku nggak punya maksud aneh apa pun. Aku cuma berandai. Kalau aku jadi kamu, aku pasti nggak akan melepaskan Kak Nadine."Wanita baik seperti itu, mana ada yang masih beredar di pasaran? Begitu dilepas, pasti ada banyak yang mengejar!"Jujur saja, waktu hari ulang tahunku, Kak Nadine datang dengan senang hati untuk merayakan. Tapi, kamu malah memilih momen itu untuk putus dengannya di depan semua orang! Aku sampai terkejut setengah mati!""Teddy juga! Setelah kejadian itu, dia diam-diam bilang padaku, cepat atau lambat kamu pasti akan menyesal."Sia
Begitu keluar, mereka bertiga mulai mencari sopir pengganti masing-masing karena sama-sama minum.Sambil menunggu, Philip ingin merokok. Dia menggigit sebatang rokok di bibirnya dan siap untuk menyalakan, tetapi tidak menemukan pemantik api.Dia bertanya kepada Teddy. Teddy hanya menunjuk ke mobilnya. "Di kursi belakang, ambil sendiri."Philip membuka pintu mobil, membungkuk, dan mulai mencari. "Heh, ketemu ...."Dia menyalakan rokoknya, lalu mengembalikan pemantik api kepada Teddy. Saat teringat pada syal yang dilihat, dia menyeringai sambil melirik ke kursi belakang, "Sejak kapan kamu mulai suka melakukannya di mobil?"Teddy menatapnya dengan heran. "Melakukan apa?""Kamu pikir sendiri. Kalau bukan karena itu, dari mana asal syal ini? Barang seperti ini cuma dipakai wanita, 'kan? Warnanya kuning pastel. Ayo jujur, siapa yang meninggalkannya?"Ujung bibir Teddy berkedut. "Jangan asal bicara.""Eh, masih nggak mau mengakui? Biasanya kamu nggak begini.""Mengakui apa? Itu milik ibu Nadi
Mengingat kejadian beberapa waktu lalu, saat ibu Eva mengamuk di perusahaan Reagan, ditambah lagi dengan adiknya yang tukang buat onar ... Untung saja anak itu tidak jadi lahir. Kalau tidak ....Rebecca pasti sudah menangis pingsan di toilet, 'kan?Teddy berdecak pelan. Tak lama kemudian, sopir pengganti yang dia pesan tiba."Pak! Pak! Sebentar ...." Ketika Teddy baru saja membuka pintu belakang mobil dan hendak masuk, manajer restoran tiba-tiba berlari keluar memanggilnya."Ada apa?""Begini, tadi saat pelayan kami membersihkan ruang privat, mereka menemukan sebuah syal dengan bros terpasang di atasnya. Sepertinya milik salah satu tamu wanita tadi ...."Keluarga Nadine sudah pergi sejak lama. Manajer restoran hanya melihat Teddy, yang ikut dalam acara makan tadi, sehingga langsung menghentikannya."Kasih aku saja, nanti aku yang mengembalikannya ke mereka.""Baik, terima kasih."Teddy menerima syal itu dan meletakkannya di kursi belakang, berencana besok pagi memanggil kurir untuk men
Irene awalnya berkata, "Kalau nggak tahu mau makan apa, pilih saja yang paling mahal. Harga memang bukan segalanya, tapi setidaknya itu juga bentuk ketulusan."Benar saja, saat mendengar nama restoran, Teddy sedikit mengangkat alis. Namun, setelah dipikir-pikir, dia merasa ini bukan hal yang aneh.Karena ini sebagai bentuk terima kasih, sudah jelas makan malam ini pasti tidak murah.Jumat, sore hari. Teddy tiba 10 menit lebih awal, tetapi ternyata keluarga Nadine sudah lebih dulu sampai dan menunggu di ruang privat.Sebenarnya, Nadine juga mengundang Kelly. Namun, karena pekerjaannya sedang sibuk dan sudah lembur dua hari berturut-turut, Kelly benar-benar tidak sempat.Nadine bertanya, "Benaran nggak mau datang? Teddy juga ada lho."Kelly memutar bola matanya dan mendengus sombong. "Terus kenapa? Dia ada berarti aku harus datang?""Kalian 'kan pacaran. Habis makan, dia bisa jadi pangeran berkuda putih yang mengantarmu pulang.""Cih, siapa juga yang butuh dia antar? Aku bukan nggak puny
"Benar-benar nggak perlu, aku ...." Arnold terdiam sesaat, lalu meneruskan, "Aku sudah punya seseorang yang kusukai.""Apa?" Jeremy sontak dipenuhi antusiasme. "Serius? Sudah nembak belum? Kenapa masih belum jadian?"Tiga pertanyaan mematikan. Arnold membatin, 'Seharusnya aku nggak usah jawab tadi.'Di depan rumah, mereka berpisah.Arnold belok kiri dan masuk, sementara Irene, Jeremy, dan Nadine belok kanan. Sebelum masuk, Irene tersenyum dan berterima kasih, "Arnold, terima kasih atas traktirannya.""Sama-sama. Hari ini aku malah merasa untung karena bisa dapat tanda tangan Bibi." Satu kalimat itu langsung membuat Irene tersenyum lebar.Nadine pergi mandi. Seperti biasa, dia mengikat rambutnya ke belakang, lalu mengenakan kudung mandi agar tidak basah.Namun, saat tangannya meraih belakang kepala, dia sontak merasakan jepit rambut. Dia baru sadar bahwa rambutnya sudah tertata rapi.Melihat bayangannya di cermin, Nadine menggoyangkan kepalanya dengan kuat. Jepitannya tetap kokoh tanpa
Semua teman dekat di lingkungan pertemanan mereka tahu bahwa Nadine Wicaksono sangat mencintai Reagan Yudhistira. Saking cintanya, Nadine sampai tidak punya kehidupannya sendiri, seolah-olah ingin berada di dekatnya selama 24 jam sehari.Setiap kali mereka putus, belum sampai tiga hari saja Nadine akan kembali untuk meminta balikan. Di dunia ini, siapa pun mungkin bisa mengatakan kata "putus", kecuali Nadine. Ketika Reagan masuk sambil memeluk kekasih barunya, ruangan itu menjadi hening selama lima detik.Gerakan Nadine yang sedang mengupas jeruk terhenti, "Kenapa kalian semua diam? Kenapa pada lihat aku?""Nadine ...." Teman-temannya memandangnya dengan tatapan khawatir.Namun Reagan tetap santai memeluk wanita itu dan langsung duduk di sofa. "Selamat ulang tahun, Philip" ucapnya. Begitu terang-terangan, seolah-olah tidak terjadi apa pun.Nadine langsung berdiri. Ini hari ulang tahun Philip, jadi dia tidak ingin membuat kekacauan. "Aku ke toilet sebentar." Saat menutup pintu, dia mend...
Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.
Comments