Share

Bab 3

Author: Patricia
last update Last Updated: 2024-10-09 11:56:48
"Nggak nemu tempat parkir yang bagus ya? Aku keluar untuk bantu ...." Saat menyadari ekspresi Reagan yang muram, Philip baru tersadar. "Hah! Kak Reagan, jangan-jangan ... Kak Nadine masih belum kembali?"

Sekarang ini sudah lewat dari tiga jam.

Reagan membuka tangannya sambil mengangkat bahu. "Balik apanya? Kamu kira putus itu candaan?" Setelah berkata demikian, dia berjalan melewati Philip dan duduk di sofa.

Philip menggaruk kepalanya. Apakah kali ini mereka benar-benar putus? Namun, dia langsung menggelengkan kepala mengenyahkan pemikiran itu. Dia percaya bahwa Reagan tega memutuskan hubungan, tetapi Nadine ....

Semua wanita di dunia ini mungkin bisa menerima putus, tapi Nadine sudah pasti tidak bisa. Hal ini adalah fakta yang telah diakui dalam lingkaran pertemanan mereka selama ini.

"Reagan, kenapa kamu sendirian?" tanya Teddy sambil tersenyum sinis. "Tiga jam sudah lewat, sekarang sudah seharian."

Reagan menyeringai, "Aku kalah taruhan, jadi harus terima hukumannya. Apa hukumannya?"

Teddy mengangkat alis, "Hari ini kita main yang beda, nggak usah minum alkohol."

Reagan kebingungan.

"Kamu telepon Nadine, lalu ngomong dengan suaramu yang paling lembut, 'Maaf, aku salah. Aku cinta kamu.'"

"Hahaha ...." Semua orang langsung tertawa terbahak-bahak.

Philip bahkan langsung mengambil ponsel Reagan dan menelepon Nadine. Setelah beberapa kali nada tunggu, terdengar pesan suara, "Maaf, nomor yang Anda tuju tidak dapat dihubungi ...."

Ini ... apakah dia sudah diblokir? Reagan terlihat agak terkejut. Tawa di sekitar mereka mereda dan semua orang mulai saling memandang.

Philip segera memutuskan sambungan telepon, lalu menyerahkan kembali ponsel Reagan sambil mencoba mencairkan suasana, "Mungkin memang lagi nggak bisa dihubungi. Mana mungkin Kak Nadine blokir Reagan, kecuali turun hujan batu ... hahaha ...."

Pada akhirnya, dia sendiri merasa canggung.

Teddy terlihat merenung saat berkata, "Mungkin kali ini Nadine serius."

Reagan mendengus ringan, "Memangnya ada yang main-main waktu mengatakan putus? Aku nggak mau main permainan yang sama lagi untuk kedua kalinya. Mulai sekarang, siapa pun yang berani menyebut nama Nadine lagi, jangan harap kita masih bisa berteman."

Mata Teddy agak memicing, lalu setelah beberapa saat, dia berkata pelan, "Asal kamu nggak nyesal saja nanti."

Reagan menyeringai tipis dengan tak acuh. Dia tidak pernah menyesali apa pun yang dilakukannya. Melihat situasi yang semakin tegang, Stendy segera mencoba mencairkan suasana "Jangan terlalu serius, hahaha .... Kita semua sahabat, bukan?"

....

Pukul tujuh pagi keesokan harinya.

Kelly baru saja selesai jogging pagi. Begitu masuk rumah, dia langsung mencium aroma masakan yang lezat. Nadine keluar dari dapur dengan membawa bubur hangat dan mengenakan gaun motif houndstooth yang menampilkan kaki putih dan jenjangnya.

Meski tanpa riasan, kecantikannya tampak begitu mencolok. "Cepat mandi, habis mandi sarapan" kata Nadine.

Kelly mengerutkan alisnya, "Eh? Kamu ganti model rambut? Rambut hitam dengan kucir kuda? Dandan secantik ini, mau balik ke rumah? Atau Reagan mau jemput kamu?"

Nadine tertawa pelan, "Bisa nggak kamu doain yang baik-baik saja buat aku?"

"Reagan sudah inisiatif jemput kamu, itu masih belum cukup bagus?" Kelly berjalan ke samping meja makan dan melihat sarapan yang mewah.

"Mandi sana." Nadine menepis tangan Kelly yang mencoba mengambil makanan sambil mengeluh, "Kamu kotor sekali."

"Kamu ini pilih kasih, ya? Waktu Reagan pakai tangan, kenapa kamu nggak nepis tangannya?" tanya Kelly.

"Ya, kalau ada kesempatan lagi pasti akan kupukul."

"Siapa juga yang percaya ...."

Setelah Kelly selesai mandi, Nadine sudah pergi membawa kotak makanan.

"Cih, padahal sarapannya dimasakkin buatku, tapi tetap saja nggak lupa untuk nyisihkan sebagian buat pria itu. Dasar pilih kasih ...."

Di kamar rawat inap pribadi Rumah Sakit Weston.

"Freya, gimana perasaanmu hari ini?"

Freya menurunkan jurnal ilmiah yang sedang dibacanya dan mendorong kacamatanya ke atas, "Mario? Kenapa kamu bisa di sini?"

"Jangan bergerak." Mario buru-buru menambahkan bantal di belakang Freya sambil berkata, "Lukamu belum sembuh sepenuhnya."

"Radang usus buntu, operasi kecil saja, kok. Cuma karena sudah tua, kemampuan pemulihannya juga sangat lambat, makanya dokter menahanku lebih lama. Ngomong-ngomong, kuota penerimaan mahasiswa magister sudah turun tahun ini?"

"Sudah turun. Kamu dapat tiga, aku empat."

"Tiga ya ...," gumam Freya.

"Kenapa? Kamu tetap cuma mau ambil dua orang tahun ini?"

"Iya, sudah tua, jadi cuma bisa bimbing dua orang."

Mario mencibir. Padahal Freya memang sengaja mau menyisakan satu kuota untuk orang itu, tapi malah tidak mau mengakuinya.

"Bu Freya ... eh? Pak Mario juga ada di sini?" Taufan membawa dua adik kelasnya sambil meletakkan buah dan bunga segar. "Kami datang untuk jenguk Bu Freya."

Di tengah obrolan mereka, salah satu mahasiswa mengungkit, "Kudengar tahun ini ada adik kelas yang hebat sekali. Dia bisa langsung mendapatkan kualifikasi program S1 sampai S3 di fakultas kita."

Perlu diketahui, di Fakultas Ilmu Hayati Universitas Brata, jumlah mahasiswa yang langsung masuk program doktor tidak lebih dari tiga orang dalam sepuluh tahun terakhir.

"Katanya, tahun lalu adik kelas ini meraih dua medali emas di Olimpiade Matematika dan Komputer Internasional, lalu langsung diterima di fakultas kita."

"Dua medali emas? Biasa saja. Seingatku, ada seorang kakak kelas ... sepertinya murid Bu Freya, ya? Waktu masuk kuliah, dia sudah punya empat medali emas di tangannya ... matematika, fisika, kimia, dan komputer, semua diborongnya! Sepertinya namanya Na ... Nadine?"

"Oke, waktunya sudah habis." Mario langsung bergegas menghentikannya, "Kalian balik saja dulu ke kampus."

"Oh, kalau begitu ... kami pamit dulu."

"Ya."

Setelah keluar dari kamar pasien, mahasiswa itu menunduk dengan lesu. "Kak Taufan, aku salah bicara ya? Kenapa wajah Bu Freya sama Pak Mario kelihatannya muram sekali?"

Taufan juga merasa heran.

Di dalam kamar pasien.

Mario menghiburnya, "Anak-anak itu nggak sengaja, nggak usah diambil hati."

Freya melambaikan tangan, tetapi bibirnya terus gemetaran. Air mata yang menggenang, akhirnya berlinang juga.

"Genius sepertinya itu benar-benar nggak seharusnya begitu! Tapi kenapa ... kenapa dia nggak menghargai bakatnya sendiri?"

Mario menghibur, "Jangan emosi ...."

"Mario, tahu nggak apa yang dibilangnya waktu terakhir kali kita bertemu? Katanya dia menginginkan cinta ... hahaha ... cinta? Dia benar-benar menyakiti hatiku ...."

Nadine yang berdiri di luar pintu sambil memegang kotak makanan juga ikut meneteskan air mata. 'Maafkan aku, Bu Freya ...."

Pada akhirnya, Nadine tetap tidak berani masuk. Dia hanya meninggalkan kotak makanan itu di meja perawat. "Ini untuk Bu Freya, tolong bantu aku antarkan ya. Terima kasih."

"Hei ... kamu belum daftarkan namamu! Kenapa pergi begitu saja?"

Nadine berlari ke luar gedung dan menarik napas dalam-dalam untuk menghirup udara segar. Namun, perasaan bersalah itu masih tetap mencekiknya.

"Nadine?" Seorang wanita berpostur tinggi dengan riasan sempurna dan mengenakan sepatu hak tinggi, berjalan mendekatinya sambil membawa tas klasik berwarna hitam.

Dengan setelan blazer yang dipadukan dengan rok pensil dan rambut lurus yang terurai di bahu, sekujur tubuh wanita ini memancarkan aura yang elegan.

Wanita ini bernama Clarine, adik perempuan Reagan.

"Ternyata benar-benar kamu ya? Kenapa nggak di rumah, malah datang ke rumah sakit?" Clarine melirik sekilas gedung di hadapannya adalah gedung rawat inap. Jadi, Nadine seharusnya bukan datang untuk mengunjungi departemen kandungan.

Clarine menghela napas lega mewakili ibunya. Jika Nadine benar-benar harus menikah karena hamil, ibunya pasti akan jatuh pingsan saking kesalnya.

"Clarine," panggil Nadine sambil memaksakan senyuman.

"Kenapa matamu merah sekali? Baru nangis?"

Nadine tidak menjawab.

"Bertengkar sama kakakku lagi ya?" tanya Clarine.

"Bukan."

Clarine hanya menganggap Nadine sedang menyangkalnya, sehingga dia menunjukkan tatapan iba. Sebenarnya, Clarine lumayan menyukai Nadine. Penampilannya sangat cantik dan kepribadiannya jua baik. Sayangnya, dia masih kurang berkompeten untuk menikah ke keluarga mereka.

Terutama karena ibunya, Rebecca, sangat mementingkan jenjang pendidikan dan hanya menyukai menantu yang berasal dari perguruan tinggi ternama.

"Capek sekali ya pacaran sama kakakku? Temperamennya buruk, kamu harus banyak bersabar."

Nadine berkata, "Sebenarnya, kami sudah ...."

"Duh, aku lagi ada urusan, nggak bisa banyak ngobrol sama kamu." Setelah berkata demikian, dia melirik jam tangannya dan berjalan menuju gedung.

Clarine datang untuk menjenguk Profesor Freya. Berhubung dia mendengar orang mengatakan bahwa Freya menyukai mahasiswa yang pintar dan patuh, Clarine sengaja berdandan rapi. Apakah dia bisa mendapatkan kesempatan program doktor langsung atau tidak, semuanya bergantung pada kunjungan kali ini .…
Comments (1)
goodnovel comment avatar
haji nurhadiah
penasaran dengan lanjutnya tapi krn aku masih pemain baru jadi belon ngerti
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

  • Tak Sudi Merajut Cinta Dengan Mantan   Bab 4

    Reagan terlalu banyak minum semalam. Selain itu, si berengsek Philip malah mengajaknya untuk minum lagi di tengah malam. Saat Reagan diantar pulang oleh sopir, langit sudah mulai terang.Awalnya dia sudah terkapar di ranjang karena rasa kantuknya yang hebat. Namun, dia tetap memaksakan diri untuk pergi ke kamar mandi dan membersihkan dirinya sebentar.'Kali ini Nadine seharusnya nggak akan marah, 'kan?' batin Reagan dalam pikirannya yang setengah sadar. Saat membuka mata kembali, rasa sakit yang hebat membuatnya terjaga."Ugh ...." Sambil menekan perutnya, Reagan berusaha untuk bangkit."Aku sakit maag! Nad ...." Saat hendak memanggil nama itu, Reagan terhenti seketika. Reagan mengerutkan alisnya sejenak. 'Hebat sekali Nadine kali ini, bahkan lebih keras kepala dari sebelumnya. Baiklah, kita lihat seberapa lama dia bisa bertahan.'Akan tetapi ... di mana letak obatnya?Reagan pergi ke ruang tamu untuk mengobrak-abrik laci dan lemari. Semua laci yang bisa menyimpan barang sudah digeleda

    Last Updated : 2024-10-09
  • Tak Sudi Merajut Cinta Dengan Mantan   Bab 5

    "Kenapa Kak Reagan?" Philip melirik sekilas pria yang sedang minum sendirian. Dia diam-diam menggeser duduknya mendekat ke Teddy. Sejak Reagan masuk, wajahnya sudah tampak muram, membuat suasana yang tadinya ramai mendadak menjadi hening."Diblokir seseorang," ucap Teddy yang mengetahui situasinya, menikmati drama yang sedang terjadi ini. Mendengar komentarnya, wajah Reagan semakin muram.Prang!Gelas di tangannya membentur meja kaca dengan keras. Dengan gusar, dia membuka kancing kemejanya dengan satu tangan."Sudah kubilang jangan sebut namanya lagi. Nggak ngerti bahasa manusia ya?"Teddy mengangkat bahunya dan tidak berkomentar lagi. Suasana langsung berubah. Orang-orang yang tadinya bernyanyi memilih untuk diam. Orang lainnya juga ikut bungkam karena takut memancing kemarahan Reagan.Philip tersedak oleh alkohol yang baru diminumnya. Ternyata Nadine serius kali ini?Stendy yang sudah agak mabuk, berpaling dan menanyakan Philip, "Nadine sudah balik belum?"Philip menggelengkan kepal

    Last Updated : 2024-10-09
  • Tak Sudi Merajut Cinta Dengan Mantan   Bab 6

    "Sudah seharusnya aku minta maaf atas tindakanku yang nggak rasional dan impulsif dulu. Ini adalah utangku padanya."Kelly hampir tersedak anggur yang diminumnya. Dia terbatuk dua kali dan berkata dengan wajah yang penuh penolakan, "Tolong, jangan libatkan aku dalam hal ini, Kak.""Kamu tahu sendiri, satu-satunya mata kuliahku yang gagal dan harus mengulang adalah mata kuliah pilihan dari Bu Freya. Setiap kali ketemu Bu Freya, aku langsung gemetaran. Lagian, aku ini orang yang nggak dikenal. Mungkin dia bahkan sudah lupa siapa aku. Aku benar-benar nggak bisa bantu kamu."Melihat Kelly menghindar seperti itu, Nadine tidak memaksanya lagi."Tapi ...." Mata Kelly berkilat licik dan nada bicaranya berubah, "Aku punya seseorang yang cocok untuk masalah ini.""Hmm?""Kamu masih ingat kakak sepupuku, Arnold, 'kan?"Nadine menyesap sedikit air hangat dan mengangguk. "Tentu saja ingat."Arnold adalah pionir termuda dalam bidang fisika di dalam negeri. Tahun lalu, dia dinobatkan sebagai salah sa

    Last Updated : 2024-10-09
  • Tak Sudi Merajut Cinta Dengan Mantan   Bab 7

    Setelah mendekat, Reagan baru menyadari bahwa rambut bergelombang Nadine yang indah, kini telah diluruskan dan warna rambut favoritnya dulu, kini kembali menjadi hitam pekat. Nadine tidak memakai riasan dan tidak mengenakan sepatu hak tinggi.Dengan hanya memakai kaus putih, penampilannya sangat sederhana. Namun yang paling mencolok adalah matanya, yang tampak lebih cerah dari sebelumnya, tanpa jejak kesedihan atau keterpurukan karena putus cinta.Jika semua ini hanya berpura-pura, Reagan harus mengakui Nadine melakukannya dengan sangat baik. Saking baiknya, hingga itu berhasil membuatnya marah.Nadine mengerutkan kening. Dia terlalu mengenal Reagan. Ekspresi yang dia lihat sekarang adalah tanda bahwa kemarahannya akan segera meledak."Haha," pria itu tertawa sinis, "Tapi selera kamu buruk sekali. Sudah bertahun-tahun bersamaku, seharusnya kamu punya sedikit standar, 'kan? Jangan sampai asal pilih pria, jangan biarkan sembarang orang mendekat. Kalau nggak, di mana harga diriku sebagai

    Last Updated : 2024-10-09
  • Tak Sudi Merajut Cinta Dengan Mantan   Bab 8

    Nadine sudah lama tidak merasakan pengalaman seperti ini, mengerjakan segala sesuatunya sendiri. Selama bertahun-tahun bersama Reagan, meskipun tidak hidup sepenuhnya bergantung pada pria itu, pekerjaan fisik seperti ini memang tidak pernah dilakukan Nadine.Bahkan beberapa tahun lalu saat Reagan baru memulai usahanya dan kondisi keuangan mereka masih ketat, mereka tetap mempekerjakan asisten rumah tangga untuk membersihkan rumah setiap minggu.Setelah selesai mengecat satu kaleng, Nadine menggosok pinggangnya yang terasa pegal. Setelah beberapa tahun hidup nyaman, dia memang sudah tidak terbiasa dengan pekerjaan fisik seperti ini ....Nadine keluar ke lorong bermaksud untuk mengambil sisa cat yang masih di luar. Namun tanpa sengaja, langkahnya terlalu cepat dan kakinya menendang salah satu kaleng cat hingga terguling. Meskipun Nadine sudah berusaha mengatasinya dengan cepat, tetap saja ada sedikit cat yang tumpah di depan pintu tetangga sebelah.Dia buru-buru mengambil pel dan mulai m

    Last Updated : 2024-10-09
  • Tak Sudi Merajut Cinta Dengan Mantan   Bab 9

    Nadine berjalan lebih dulu, sementara Arnold mengikuti dari belakang. Jika dibandingkan dengan kegugupannya semalam, kini Nadine tampak sudah kembali normal.Arnold membawa mobilnya ke depan dan Nadine duduk di kursi penumpang. Dalam perjalanan, mereka melewati sebuah supermarket buah-buahan. Nadine tiba-tiba berkata, "Bisa berhenti sebentar? Aku butuh dua menit untuk beli buah.""Buah?" tanya Arnold."Ya, untuk Bu Freya."Arnold menggenggam setir dengan agak kebingungan. "Memangnya perlu seribet itu?"Nadine menoleh dengan ekspresi sedikit geli. "Kamu selalu berkunjung dengan tangan kosong?"Arnold mengangguk dengan jujur. Nadine diam-diam mengacungkan jempol dalam hati. Luar biasa. Mungkin orang-orang hebat memang begitu ... tidak terlalu peduli dengan hal-hal kecil?Meski demikian, Arnold tetap menepikan mobilnya.....Freya tinggal di Jalan Cempaka, tidak jauh dari Universitas Brata. Deretan rumah kecil bergaya campuran antara desain barat dan timur berjejer di kawasan itu. Masing-

    Last Updated : 2024-10-09
  • Tak Sudi Merajut Cinta Dengan Mantan   Bab 10

    Arnold tetap diam. Baginya, makanan hanyalah sesuatu yang berfungsi untuk mengisi energi, bukan soal rasa. "Sudah selesai dicuci," katanya akhirnya.Nadine melirik sekilas pada paprika merah dan sayuran yang sudah tertata rapi seperti hasil kerja orang yang perfeksionis."Kenapa kamu ketawa?" tanya Arnold bingung. Nadine cepat-cepat berdeham, "Nggak apa-apa, kamu bisa keluar dulu.""Oke." Arnold mengeringkan tangannya, lalu mengangguk sedikit dan keluar dari dapur. Nadine kemudian menyiapkan semeja penuh makanan. Semuanya memiliki cita rasa yang ringan, sesuai dengan selera Freya dan jenis makanan yang bisa dikonsumsinya semasa pemulihan."Terima kasih, kamu masih ingat semuanya ....," komentar Freya dengan rasa syukur.Setelah makan, Nadine langsung mengambil inisiatif untuk membereskan piring dan peralatan makan. Arnold kembali masuk ke dapur untuk membantu dengan sukarela.Dia berdiri di bawah cahaya lampu yang hangat dan bayangannya terlihat memanjang di dapur. Dari sudut pandang N

    Last Updated : 2024-10-09
  • Tak Sudi Merajut Cinta Dengan Mantan   Bab 11

    Setelah berkata demikian, Reagan langsung masuk mobil dan melaju dengan kecepatan tinggi, meninggalkan Kelly yang benar-benar marah. "Apa-apaan orang ini? Berengsek! Bikin emosi saja!" teriak Kelly sambil mengentakkan kakinya.Dia meraih kerah pria muda di sebelahnya sambil berkata, "Dengar, kali ini Nadine nggak akan kembali padanya! Aku yakin!" Pria muda itu berusaha menenangkan, "Iya, iya, tenang saja ... jangan marah ...."Namun, apakah benar-benar seperti itu?Reagan tampaknya sangat yakin bahwa Nadine pada akhirnya akan kembali. Pria muda itu diam-diam melirik Kelly, berharap dia juga bisa membuat Kelly begitu setia seperti Nadine terhadap Reagan ....Berhenti! Jangan bermimpi! Bahkan dalam mimpinya pun, dia tidak akan berani berpikir sejauh itu.....Di dalam mobil, Reagan menerima panggilan telepon. Dengan suasana hati yang buruk, suaranya terdengar sangat ketus, "Ada apa?""Sayang, aku baru ketemu restoran baru yang luar biasa, kepitingnya gemuk-gemuk. Kebetulan besok Sabtu, g

    Last Updated : 2024-10-09

Latest chapter

  • Tak Sudi Merajut Cinta Dengan Mantan   Bab 314

    "Olive?" Wilfred memanggilnya sekali lagi."Ada apa?""Tadi kamu telepon agen properti, mau cari rumah ya?"Hati Olive gelisah, takut Wilfred bertanya lebih jauh. Dengan nada ketus, dia menjawab, "Tanya banyak banget sih?! Apa urusannya sama kamu?!"Wilfred merasa sedikit terluka, tapi tidak menunjukkan perasaannya. "Aku 'kan pacarmu, tentu aku peduli.""Aku ini cari pacar, bukan cari bapak.""Kalau kamu merasa aku terlalu cerewet, ya ... aku akan lebih sedikit bicara mulai sekarang." Wilfred berkata hati-hati, takut membuat Olive semakin marah.Melihat Wilfred tidak bertanya lagi soal sewa rumah, Olive diam-diam menghela napas lega. Sikapnya pun mulai melunak. "Berikan padaku." Dia mengulurkan tangan."Apa?""Bubble tea di tanganmu itu, bukannya untukku?""Oh, iya! Hampir lupa ...." Wilfred tersenyum cerah.....Setelah berkutat di laboratorium selama seminggu penuh, akhirnya dua set data berhasil didapatkan. Pekerjaan mereka kini tidak terlalu mendesak lagi. Pada hari Sabtu, Nadine m

  • Tak Sudi Merajut Cinta Dengan Mantan   Bab 313

    Sambil berkata demikian, Nadine menyerahkan kertas dan pena. "Kalau begitu, aku pamit dulu."Stendy hanya bisa tersenyum, "Baik. Sampai jumpa.""Hmm, ayo Pak Arnold. Kedai bubble tea itu kebetulan ada di dekat tempat tinggal kita, cukup menyeberang jalan saja sudah sampai."Terakhir kali dia dan Stendy membahas sesuatu, mereka juga pergi ke tempat itu....."Bubble tea sudah sampai!"Calvin, Kamila, dan Wilfred langsung muncul setelah mendengar kabar itu."Terima kasih, Pak Arnold. Terima kasih juga, Nadine! Membuat dua orang sibuk seperti kalian jadi kurir benar-benar keterlaluan!"Calvin menusukkan sedotan dan mengisapnya dalam-dalam, "Ah, nikmat sekali ...."Kamila mengerutkan dahi, "Seperti itu berlebihan banget nggak, sih?"Wilfred mengambil bubble tea miliknya dan milik Olive, lalu tersenyum sambil mengucapkan terima kasih kepada Arnold dan Nadine. Setelah itu, dia membawanya ke Olive dengan antusias."Olive, ini punyamu.""Oh."Mendengar bahwa Nadine pergi bersama Arnold untuk m

  • Tak Sudi Merajut Cinta Dengan Mantan   Bab 312

    Nadine dan Stendy duduk di samping meja batu dan berbincang tentang sesuatu. Keduanya duduk sangat dekat. Wajah Nadine terlihat serius, sementara Stendy mendengarkan dengan saksama dan sesekali mengangguk.Arnold tidak melewatkan senyum tipis yang muncul di sudut bibir Stendy. Bahkan dari jarak sejauh ini, dia bisa merasakan aura godaan yang memancar. Tatapan Arnold tiba-tiba menjadi lebih dalam.Detik berikutnya, dia mengeluarkan ponsel dan menelepon Calvin."Halo, Arnold, ada apa?""Kamu mau minum bubble tea?""Hah?" Calvin menurunkan ponselnya, memeriksa layar untuk memastikan itu benar-benar Arnold yang menelepon. "Apa maksudnya? Kok tiba-tiba ngomong soal bubble tea?""Mau atau nggak? Aku yang traktir. Kamu bisa tanyakan ke yang lain juga."Calvin langsung berseru dengan suaranya yang keras, "Pak Arnold traktir bubble tea! Siapa yang nggak mau, angkat tangan! Bagus, nggak ada. Jadi kita semua mau.""Baik. Aku akan pergi beli.""Eh ... kenapa nggak pesan saja lewat aplikasi? Kan le

  • Tak Sudi Merajut Cinta Dengan Mantan   Bab 311

    Pukul setengah delapan, Nadine sudah sampai. Orang lain belum datang, tiba-tiba terdengar suara dari ruang istirahat. Diiringi suara langkah kaki, Arnold keluar dari dalam. Mata mereka bertemu, keduanya tertegun.Arnold teringat pelariannya yang tergesa-gesa kemarin, merasa sedikit canggung. Nadine mengingat dirinya yang pura-pura tidur dan tanpa sengaja melihat kejadian itu .... Dia pun merasa tak nyaman."Selamat pagi." Pria itu lebih dulu membuka suara.Nadine mengangguk sedikit, "Pagi."Setelah itu, dia langsung melesat ke meja kerjanya dan mulai sibuk bekerja, sampai-sampai lupa menaruh makan siang yang dibawanya ke dalam kulkas.Arnold berkata, "Kebetulan aku mau ke pantri, aku bantu taruh."Nadine menjawab, "Terima kasih."Saat waktu makan siang, Nadine meninggalkan laboratorium. Baru saja keluar dari gedung, dia melihat Stendy berdiri tidak jauh dengan kedua tangan dimasukkan ke saku.Pria itu mengenakan kemeja dengan gaya santai, kerahnya sedikit terbuka, dipadukan dengan cela

  • Tak Sudi Merajut Cinta Dengan Mantan   Bab 310

    "Waktu ibumu terbuang sia-sia selama ini."Hati Nadine mencelos mendengarnya. Hugo ingin bertemu dengan Irene, tetapi Nadine mengatakan ibunya sedang berada di kota lain. Lagi pula, kontrak Irene dengan Lauren belum berakhir. Nadine tidak ingin merusak mood ibunya.Setelah mendengar tentang kontrak, Hugo langsung meminta salinan elektroniknya dari Nadine. "Nggak usah terburu-buru. Aku akan pelajari kontrak ibumu. Kalau ada apa-apa, aku hubungi kamu. Aku pasti akan tanda tangan kontrak dengan ibumu!"Kalimat terakhir membuat Nadine agak ragu. Bukankah Hugo tidak menandatangani kontrak dengan penulis dan hanya melihat hasil karya?Nadine merasa mungkin Hugo salah bicara atau mungkin dia yang salah dengar. Jadi, dia memutuskan untuk tidak terlalu memikirkannya.Saat melihat putrinya begitu serius, Jeremy segera menghentikan pekerjaannya. "Ada apa, Nad? Apa ibumu ada masalah dengan editor itu?""Ada sedikit masalah, bukan masalah besar. Aku sudah mencari cara untuk mengatasinya. Jangan kas

  • Tak Sudi Merajut Cinta Dengan Mantan   Bab 309

    "Ya sudah. Kamu ini memang sibuk sekali, lebih sibuk daripada dekan ....""Kalau begitu, aku pergi dulu.""Oh ya, aku lupa tanya. Kamu ambil apa tadi?" teriak Calvin kepada Arnold."Pertanyaanmu terlalu banyak."Setelah Arnold pergi, Nadine tidur lagi sebentar. Jika tidak tidur, dia akan mengantuk saat kerja. Hal ini akan memengaruhi efisiensinya.Pukul 2 siang, Nadine bangun dan mencuci wajahnya sebelum kembali ke laboratorium. Kamila dan lainnya juga sudah kembali ke meja masing-masing."Nad, kenapa wajahmu merah? Kamu kepanasan ya?"Nadine segera meraba wajahnya. "Merah ya? Mungkin ....""Bukannya di dalam buka AC? Kenapa kepanasan begini?" tanya Calvin."Aku lupa buka AC hari ini.""Sepertinya kamu dan Pak Arnold sama-sama takut panas. Tadi aku ketemu dia di luar ruang istirahat. Wajahnya juga merah karena kepanasan."Kamila tidak bisa menahan tawa. "Masa sampai seperti itu? Eee, Nad, sepertinya wajahmu semakin merah. Wilfred, buat AC-nya lebih dingin."Nadine tidak bisa berkata-ka

  • Tak Sudi Merajut Cinta Dengan Mantan   Bab 308

    Pada jam istirahat siang, seluruh laboratorium sangat sepi. Arnold membuka pintu ruang istirahatnya, lalu mencuci tangan dan wajahnya di wastafel. Kemudian dia berjalan ke dalam.Pakaian gantinya disimpan di dalam. Arnold membuka pintu, lalu menuju ke lemari sambil membuka kancing kemejanya. Kemudian, dia mengambil pakaian bersih.Nadine terbangun saat Arnold membuka pintu. Ranjang lipatnya diletakkan di belakang pintu. Begitu pintu didorong, Tubuhnya pun terhalangi.Namun, itu bukan berarti sosoknya tak terlihat. Jadi, begitu membuka matanya, Nadine bisa melihat Arnold sedang melepaskan kemejanya.Nadine pun terkejut, tidak tahu harus memperingatkan Arnold bahwa dia ada di sini atau tidak. Kini, Arnold telanjang dada.Ketika melihat situasi ini, Nadine tahu berbicara hanya akan membuat mereka merasa canggung. Dia memilih untuk memejamkan mata dan berpura-pura tidur.Nadine bisa melihat otot-otot Arnold yang kekar. Bahunya lebar dan pinggangnya ramping. Pemandangan ini terus terbayang

  • Tak Sudi Merajut Cinta Dengan Mantan   Bab 307

    Eva marah hingga hampir menangis. Dengan suara serak, dia berteriak, "Aku bilang aku nggak punya uang! Nggak punya uang! Pokoknya nggak punya uang! Sekalipun kamu membunuhku, aku tetap nggak punya uang! Kamu mau apa?"Yang terdengar oleh Lupita hanya tiga kata, yaitu tidak punya uang."Kalau nggak punya uang, tidur saja sama pria! Setelah itu, kamu dapat uang, 'kan? Aku sudah ajarin kamu ini dari kecil! Kenapa masih nggak ngerti?""Pria dari mana? Nggak ada lagi yang mau sama aku! Aku mau tidur sama siapa?" pekik Eva.Lupita akhirnya menangkap ada yang aneh dari nada bicara Eva. Karena hal ini menyangkut masa depannya, apakah dia masih bisa mendapat uang dari Eva atau tidak, jadi dia meninggalkan mejanya dan mencari tempat yang lebih sepi."Maksudmu gimana? Kenapa bilang nggak ada yang mau sama kamu lagi? Pacar kayamu itu mana? Bukannya waktu itu kamu bilang bakal segera nikah sama orang kaya? Apa yang terjadi? Apa pernikahanmu dibatalkan?"Ketika mendengar suara ibunya yang emosional,

  • Tak Sudi Merajut Cinta Dengan Mantan   Bab 306

    Teman asramanya."Eva, kenapa kamu jadi kurus begini?" Zovein meraih tangan Eva yang dingin dan kaku. "Kudengar kamu keguguran. Kamu harus istirahat dengan baik supaya nggak jadi penyakit. Jangan ...."Begitu mendengar kata keguguran, tatapan Eva langsung menjadi tajam. "Kamu bilang siapa keguguran?"Zovein termangu."Kamu yang keguguran! Aku baik-baik saja. Aku nggak apa-apa!""Eva, kamu ....""Kamu datang untuk mentertawaiku ya? Jangan mimpi!" Eva duduk tegak. Tubuhnya dipenuhi penolakan. "Kamu kira kamu bisa menginjakku karena situasiku seperti ini?""Zovein, singkirkan ekspresi kasihanmu itu. Kamu kira aku nggak tahu kamu iri karena aku punya pacar kaya?""Asal kamu tahu, aku jauh lebih hebat darimu. Meskipun aku di rumah sakit sekarang, aku pernah memiliki sesuatu yang nggak bakal pernah kamu miliki seumur hidup!"Zovein tidak bisa merespons. Dia tidak mengerti kenapa Eva menggila seperti ini.Eva terkekeh-kekeh. "Kamu nggak tulus ingin menjengukku. Kamu cuma ingin kenal orang kay

DMCA.com Protection Status