Share

Bab 6

Author: Patricia
last update Last Updated: 2024-10-09 11:56:48
"Sudah seharusnya aku minta maaf atas tindakanku yang nggak rasional dan impulsif dulu. Ini adalah utangku padanya."

Kelly hampir tersedak anggur yang diminumnya. Dia terbatuk dua kali dan berkata dengan wajah yang penuh penolakan, "Tolong, jangan libatkan aku dalam hal ini, Kak."

"Kamu tahu sendiri, satu-satunya mata kuliahku yang gagal dan harus mengulang adalah mata kuliah pilihan dari Bu Freya. Setiap kali ketemu Bu Freya, aku langsung gemetaran. Lagian, aku ini orang yang nggak dikenal. Mungkin dia bahkan sudah lupa siapa aku. Aku benar-benar nggak bisa bantu kamu."

Melihat Kelly menghindar seperti itu, Nadine tidak memaksanya lagi.

"Tapi ...." Mata Kelly berkilat licik dan nada bicaranya berubah, "Aku punya seseorang yang cocok untuk masalah ini."

"Hmm?"

"Kamu masih ingat kakak sepupuku, Arnold, 'kan?"

Nadine menyesap sedikit air hangat dan mengangguk. "Tentu saja ingat."

Arnold adalah pionir termuda dalam bidang fisika di dalam negeri. Tahun lalu, dia dinobatkan sebagai salah satu dari sepuluh ilmuwan muda yang paling berpengaruh di dunia oleh majalah Nature.

Dia dulu belajar di bawah bimbingan Freya di jurusan ilmu biologi terapan. Dalam dua tahun, dia sudah menerbitkan lima makalah di jurnal SCI, membuatnya disebut-sebut sebagai genius yang diharapkan bisa membawa perubahan besar di dunia biologi.

Namun entah mengapa, dia tiba-tiba memutuskan untuk pindah ke bidang fisika. Keputusan itu sempat menimbulkan kehebohan. Akan tetapi, memang terbukti fakta bahwa seseorang akan berhasil di bidang mana pun asalkan berbakat. Sekarang, Arnold adalah tokoh penting dalam dunia fisika internasional.

Nadine dan Arnold pernah satu universitas meskipun berbeda angkatan dan dia adalah senior Nadine. Ketika baru masuk, Nadine sudah mendengar banyak cerita tentang Arnold dan setelah berteman dengan Kelly, baru dia tahu bahwa Arnold adalah sepupunya.

Selama beberapa tahun terakhir, Arnold bekerja di sebuah institut fisika di luar negeri. Baru tiga bulan yang lalu dia kembali ke negara asal.

"Kak Arnold juga menanyakan kondisi Bu Freya beberapa hari lalu, tapi dia belum sempat mengunjunginya. Kalian bisa pergi sama-sama," kata Kelly yang semakin yakin bahwa ini adalah ide yang bagus. Lalu, dia langsung menelepon Arnold.

Telepon berdering dua kali sebelum tersambung .... Nadine mendengar suara rendah yang dingin dan tegas di seberang sana, "Ada apa?"

Kelly menjelaskan situasinya dengan singkat. Di belakangnya terdengar agak bising, tampaknya Arnold sedang sibuk. Hanya dalam waktu kurang dari satu menit, teleponnya sudah ditutup.

"Beres! Kak Arnold sudah atur pertemuan besok jam dua siang di Restoran West Coast untuk membicarakan hal ini," kata Kelly sambil menggenggam tangan Nadine. "Kamu istirahat saja malam ini, sisanya kita bahas besok," tambah Kelly.

Nadine mengangguk, "Terima kasih."

Keesokan harinya.

Nadine keluar rumah setengah jam lebih awal. Saat tiba di restoran, dia melirik jam tangannya. Masih ada dua menit sebelum jam dua siang. Tidak terlalu awal ataupun terlambat. Dia mendorong pintu masuk dan pelayan membawanya ke meja yang dituju. Saat mengangkat pandangannya, dia melihat seorang pria duduk di dekat jendela.

Arnold sedang meminum kopi dengan ekspresi tenang dan dingin. Dia mengenakan kemeja putih yang sederhana dengan celana panjang hitam, serta kacamata dengan bingkai emas bertengger di hidungnya. Cahaya matahari jatuh di sisi wajahnya, tampak bagaikan sebuah lukisan.

Sebaliknya, Nadine yang hanya memakai kaus putih, celana jeans, dan rambutnya dikucir kuda, kelihatannya terlalu santai. Dia merasa agak kurang cocok dengan suasana di sini. Merasakan pandangan Nadine, Arnold menoleh.

"Duduklah, mau minum apa?"

Suara rendah yang halus terdengar oleh Nadine dan membuatnya tersadar. Dia menarik kursi di depannya dan duduk.

"Maaf, sudah lama nunggu," kata Nadine dengan nada menyesal.

Arnold mendorong kacamatanya sedikit dan berkata dengan datar, "Nggak terlalu lama. Aku juga cuma datang lima menit lebih awal. Ada beberapa data di laboratorium yang perlu kuselesaikan, jadi aku cuma punya waktu 30 menit hari ini. Cukup?"

"Cukup," jawab Nadine.

Pelayan datang dan Nadine memesan segelas air lemon.

Arnold langsung membahas topik inti, "Apa yang kamu harapkan dariku setelah ketemu Bu Freya?" Arnold tidak berbasa-basi sama sekali.

Nadine sangat menyukai sikap yang blak-blakan seperti ini. Dia pun menyampaikan maksudnya, "Bu Freya sudah keluar dari rumah sakit, tapi sekarang aku nggak tahu alamat tinggalnya yang baru. Jadi, aku berharap kamu bisa membawaku untuk berkunjung. Kalau memungkinkan ...."

Tatapan mata Nadine berkilat sekilas, lalu melanjutkan, "Waktu Bu Freya marah, bisa nggak kamu bantu menenangkannya? Maksudku, marah itu nggak baik buat kesehatan, 'kan?"

Mendengar hal itu, pria di depannya tampaknya tersenyum samar. Nadine melanjutkan, "Aku tahu kamu sibuk sekali, jadi kamu yang tentukan saja waktunya."

Arnold mengangguk, "Oke, dua hari lagi."

Nadine mengucapkan terima kasih. Sambil memegang gelas air lemon, dia tiba-tiba bertanya, "Kenapa ... kamu mau bantu aku?"

Arnold menatapnya dengan mata yang hitam pekat selama beberapa saat. Ketika Nadine mengira dia tidak akan menjawab, pria itu akhirnya berbicara, "Karena kamu adalah Nadine."

Nadine kebingungan.

"Bu Freya pernah bilang ...." Arnold meminum kopinya, lalu melanjutkan dengan tenang, "Sampai saat ini, ada tiga hal yang menjadi penyesalan terbesar dalam hidupnya. Pertama, penelitian yang sangat luas, sedangkan hidup ini terlalu singkat. Kedua, nggak punya anak dan ketiga ... Nadine."

Nadine terdiam, jarinya mencengkeram telapak tangannya. Tatapan Arnold yang tajam mengarah padanya. Tebersit rasa penasaran dan pengamatan yang mendalam, tetapi ekspresinya kembali tenang dalam sesaat.

Ini adalah pertama kalinya Arnold bertemu dengan Nadine, tapi bukan pertama kali dia mendengar namanya. Seorang gadis yang dianggap sebagai salah satu dari tiga penyesalan terbesar oleh Freya. Bahkan bisa mengimbangi penyesalannya terhadap hidup, penelitian, dan keluarga ... apa yang membuat Nadine begitu istimewa?

Tenggorokan Nadine terasa kering dan dia menundukkan pandangannya sedikit. Dia bahkan bisa membayangkan tatapan Bu Freya yang kecewa setiap kali membicarakannya. Arnold mengeluarkan selembar kertas dan menuliskan serangkaian angka.

"Ini nomor ponselku."

Nadine meliriknya, tulisan tangannya rapi dan indah.

....

"Ini tiramisu yang Anda pesan."

Saat pelayan meletakkan makanan di meja, dia diam-diam mengamati kedua tamu di depannya. Pria dengan wajah tampan itu tampak tak acuh dan tidak sabaran. Di depannya, duduk seorang wanita dengan gaun merah Dior dan tas Hermès Constance putih. Dari penampilannya, dia jelas merupakan putri dari keluarga kaya.

Wanita itu tampaknya tidak menyadari rasa jengkel pria tersebut dan terus berbicara tanpa henti, "Reagan, aku dengar dari Bi Tania lambungmu sering bermasalah. Keluargaku punya dokter spesialis untuk gangguan lambung, nanti ...."

Reagan hanya memainkan korek apinya dan sesekali menanggapi dengan anggukan singkat. Kencan ini diatur oleh Tania. Berhubung Reagan sudah datang, dia juga tidak ingin membuat keributan. Namun, dia sama sekali tidak tertarik dengan apa yang dikatakan wanita itu.

Tiba-tiba, pandangannya terhenti pada sesuatu di kejauhan dan dia langsung duduk tegak. Dalam jarak beberapa meja di depannya, Reagan melihat Nadine sedang duduk berhadapan dengan seorang pria. Meski tidak bisa mendengar pembicaraan mereka, tapi dia bisa melihat senyuman tipis di wajah Nadine.

Suara wanita di sebelahnya yang tadinya masih bisa ditoleransi, kini mendadak terasa mengganggu dan membuat suasana hatinya semakin buruk. Reagan menyeringai dingin sambil memalingkan pandangan.

"Aku harus pergi." Arnold memang memiliki jadwal yang sangat padat, jadi bisa meluangkan waktu selama 30 menit sudah sangat maksimal baginya. Nadine mengerti akan hal itu dan mereka berdua pun berdiri bersamaan.

Ketika mereka meninggalkan restoran, Arnold melangkah maju terlebih dulu dan menahan pintu dengan tangannya. Kemudian, dia memberi isyarat kepada Nadine untuk keluar lebih dulu. Sikapnya sangat sopan.

Nadine tersenyum, "Terima kasih."

Setelah sampai di pinggir jalan, Arnold berkata, "Mobilku sudah datang."

Nadine mengangguk, "Sampai jumpa lusa."

Setelah berdiri di tempat dan mengawasi kepergian Arnold, Nadine baru berbalik. Namun ketika berbalik, dia tidak sengaja bertemu dengan sepasang mata yang penuh dengan ejekan. "Cepat sekali sudah ketemu pengganti?"
Comments (14)
goodnovel comment avatar
Yopa
suka jalan ceritanya
goodnovel comment avatar
Khairunnisa Silviaa
Bagus, buat penasaran .........
goodnovel comment avatar
Neni Febriani
bagus ceritanya
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

  • Tak Sudi Merajut Cinta Dengan Mantan   Bab 7

    Setelah mendekat, Reagan baru menyadari bahwa rambut bergelombang Nadine yang indah, kini telah diluruskan dan warna rambut favoritnya dulu, kini kembali menjadi hitam pekat. Nadine tidak memakai riasan dan tidak mengenakan sepatu hak tinggi.Dengan hanya memakai kaus putih, penampilannya sangat sederhana. Namun yang paling mencolok adalah matanya, yang tampak lebih cerah dari sebelumnya, tanpa jejak kesedihan atau keterpurukan karena putus cinta.Jika semua ini hanya berpura-pura, Reagan harus mengakui Nadine melakukannya dengan sangat baik. Saking baiknya, hingga itu berhasil membuatnya marah.Nadine mengerutkan kening. Dia terlalu mengenal Reagan. Ekspresi yang dia lihat sekarang adalah tanda bahwa kemarahannya akan segera meledak."Haha," pria itu tertawa sinis, "Tapi selera kamu buruk sekali. Sudah bertahun-tahun bersamaku, seharusnya kamu punya sedikit standar, 'kan? Jangan sampai asal pilih pria, jangan biarkan sembarang orang mendekat. Kalau nggak, di mana harga diriku sebagai

    Last Updated : 2024-10-09
  • Tak Sudi Merajut Cinta Dengan Mantan   Bab 8

    Nadine sudah lama tidak merasakan pengalaman seperti ini, mengerjakan segala sesuatunya sendiri. Selama bertahun-tahun bersama Reagan, meskipun tidak hidup sepenuhnya bergantung pada pria itu, pekerjaan fisik seperti ini memang tidak pernah dilakukan Nadine.Bahkan beberapa tahun lalu saat Reagan baru memulai usahanya dan kondisi keuangan mereka masih ketat, mereka tetap mempekerjakan asisten rumah tangga untuk membersihkan rumah setiap minggu.Setelah selesai mengecat satu kaleng, Nadine menggosok pinggangnya yang terasa pegal. Setelah beberapa tahun hidup nyaman, dia memang sudah tidak terbiasa dengan pekerjaan fisik seperti ini ....Nadine keluar ke lorong bermaksud untuk mengambil sisa cat yang masih di luar. Namun tanpa sengaja, langkahnya terlalu cepat dan kakinya menendang salah satu kaleng cat hingga terguling. Meskipun Nadine sudah berusaha mengatasinya dengan cepat, tetap saja ada sedikit cat yang tumpah di depan pintu tetangga sebelah.Dia buru-buru mengambil pel dan mulai m

    Last Updated : 2024-10-09
  • Tak Sudi Merajut Cinta Dengan Mantan   Bab 9

    Nadine berjalan lebih dulu, sementara Arnold mengikuti dari belakang. Jika dibandingkan dengan kegugupannya semalam, kini Nadine tampak sudah kembali normal.Arnold membawa mobilnya ke depan dan Nadine duduk di kursi penumpang. Dalam perjalanan, mereka melewati sebuah supermarket buah-buahan. Nadine tiba-tiba berkata, "Bisa berhenti sebentar? Aku butuh dua menit untuk beli buah.""Buah?" tanya Arnold."Ya, untuk Bu Freya."Arnold menggenggam setir dengan agak kebingungan. "Memangnya perlu seribet itu?"Nadine menoleh dengan ekspresi sedikit geli. "Kamu selalu berkunjung dengan tangan kosong?"Arnold mengangguk dengan jujur. Nadine diam-diam mengacungkan jempol dalam hati. Luar biasa. Mungkin orang-orang hebat memang begitu ... tidak terlalu peduli dengan hal-hal kecil?Meski demikian, Arnold tetap menepikan mobilnya.....Freya tinggal di Jalan Cempaka, tidak jauh dari Universitas Brata. Deretan rumah kecil bergaya campuran antara desain barat dan timur berjejer di kawasan itu. Masing-

    Last Updated : 2024-10-09
  • Tak Sudi Merajut Cinta Dengan Mantan   Bab 10

    Arnold tetap diam. Baginya, makanan hanyalah sesuatu yang berfungsi untuk mengisi energi, bukan soal rasa. "Sudah selesai dicuci," katanya akhirnya.Nadine melirik sekilas pada paprika merah dan sayuran yang sudah tertata rapi seperti hasil kerja orang yang perfeksionis."Kenapa kamu ketawa?" tanya Arnold bingung. Nadine cepat-cepat berdeham, "Nggak apa-apa, kamu bisa keluar dulu.""Oke." Arnold mengeringkan tangannya, lalu mengangguk sedikit dan keluar dari dapur. Nadine kemudian menyiapkan semeja penuh makanan. Semuanya memiliki cita rasa yang ringan, sesuai dengan selera Freya dan jenis makanan yang bisa dikonsumsinya semasa pemulihan."Terima kasih, kamu masih ingat semuanya ....," komentar Freya dengan rasa syukur.Setelah makan, Nadine langsung mengambil inisiatif untuk membereskan piring dan peralatan makan. Arnold kembali masuk ke dapur untuk membantu dengan sukarela.Dia berdiri di bawah cahaya lampu yang hangat dan bayangannya terlihat memanjang di dapur. Dari sudut pandang N

    Last Updated : 2024-10-09
  • Tak Sudi Merajut Cinta Dengan Mantan   Bab 11

    Setelah berkata demikian, Reagan langsung masuk mobil dan melaju dengan kecepatan tinggi, meninggalkan Kelly yang benar-benar marah. "Apa-apaan orang ini? Berengsek! Bikin emosi saja!" teriak Kelly sambil mengentakkan kakinya.Dia meraih kerah pria muda di sebelahnya sambil berkata, "Dengar, kali ini Nadine nggak akan kembali padanya! Aku yakin!" Pria muda itu berusaha menenangkan, "Iya, iya, tenang saja ... jangan marah ...."Namun, apakah benar-benar seperti itu?Reagan tampaknya sangat yakin bahwa Nadine pada akhirnya akan kembali. Pria muda itu diam-diam melirik Kelly, berharap dia juga bisa membuat Kelly begitu setia seperti Nadine terhadap Reagan ....Berhenti! Jangan bermimpi! Bahkan dalam mimpinya pun, dia tidak akan berani berpikir sejauh itu.....Di dalam mobil, Reagan menerima panggilan telepon. Dengan suasana hati yang buruk, suaranya terdengar sangat ketus, "Ada apa?""Sayang, aku baru ketemu restoran baru yang luar biasa, kepitingnya gemuk-gemuk. Kebetulan besok Sabtu, g

    Last Updated : 2024-10-09
  • Tak Sudi Merajut Cinta Dengan Mantan   Bab 12

    "Nggak mau." Eva menggelengkan kepalanya. Detik berikutnya, dia menjinjit kakinya sambil tersipu. "Aku masih mau sama kamu lebih lama lagi." Namun sebelum dia bisa mendekat, Reagan justru mengambil inisiatif untuk memeluk pinggang ramping Eva dan menciumnya dengan kuat."Wow!" Kerumunan yang menyaksikan langsung bersorak lagi."Keren ya!""Astaga, pasti cinta banget ya?"Sementara itu, Nadine melihat semua kejadian itu dari jauh. Tangannya yang menggenggam buku terasa tegang, begitu kuat hingga jari-jarinya berubah pucat. Ternyata hatinya masih bisa merasa sakit. Namun ... wajahnya tetap tenang, bahkan terlalu tenang sampai nyaris mati rasa.Dalam hatinya berpikir, 'Nggak apa-apa, lama-lama juga terbiasa.' Sama seperti orang yang baru berhenti merokok, pasti akan menimbulkan efek kecanduan, apalagi setelah mencintai seseorang selama enam tahun.Nadine tidak tinggal lebih lama lagi. Dia berbalik dan langsung pergi ... masih ada banyak buku yang harus dia baca.Namun saat itu, Reagan mer

    Last Updated : 2024-10-09
  • Tak Sudi Merajut Cinta Dengan Mantan   Bab 13

    Dalam pernikahan keluarga kaya, pria yang memiliki wanita simpanan sangat lumrah. Selama rumah tangga tetap terjaga, pria bebas berhubungan dengan siapa saja di luar.Sebagai seorang ibu, Rebecca tidak akan terlalu ikut campur. Hari ini, dia termasuk resmi menawarkan janji kepada Nadine. Namun, ungkapan terima kasih dari Nadine yang Rebecca bayangkan, sama sekali tidak diucapkan. Yang dia dapatkan malah cibiran.Nadine berkata, "Bu Rebecca, sebaiknya berikan niat baikmu sama  orang lain saja. Aku nggak layak menerimanya. Selain itu, aku sudah putus sama Reagan. Kalau kelak kita bertemu, lebih baik menjadi orang asing.Dulu, Nadine akan menahan kesabarannya terhadap Rebecca demi Reagan. Rebecca mengeluh Nadine tidak berpendidikan tinggi, tidak punya latar belakang sekolah di luar negeri, dan tidak punya karier atau pekerjaan setelah lulus. Intinya, tidak cocok dengan putranya.Dulu, Nadine mungkin masih akan memikirkan cara untuk menyenangkan calon mertuanya ini. Kini, dia bahkan tidak

    Last Updated : 2024-10-09
  • Tak Sudi Merajut Cinta Dengan Mantan   Bab 14

    "Nggak bisa, aku masih ada urusan. Lain kali kita baru bertemu lagi," ucap Nadine. Hubungannya dengan Philip cukup baik. Jadi, Nadine tetap bersikap ramah kepada Philip meskipun menolak ajakannya.Philip memperhatikan Nadine membawa kotak perhiasan. Sepertinya Nadine memang ada urusan, bukan hanya alasan.Philip mengangguk. Saat dia hendak bicara lagi, Nadine langsung berjalan melewati Reagan dan pergi. Nadine sama sekali tidak melihat Reagan.Ekspresi Reagan menjadi dingin. Philip diam-diam melirik Reagan, lalu menjelaskan, "Itu ... Kak Reagan, mungkin Kak Nadine nggak lihat kamu. Jangan dipermasalahkan ...."Alhasil, ekspresi Reagan makin dingin. Philip berdeham dan tidak berani bicara lagi. Namun, dia merasa kali ini Nadine benar-benar gigih.Staf toko bertanya, "Pak, apa kamu masih mau beli perhiasan?"Reagan melihat staf toko dengan dingin dan menyahut, "Tentu saja aku mau beli. Aku mau yang paling mahal."Jika Nadine tidak menghargai Reagan, masih ada wanita lain yang menghargain

    Last Updated : 2024-10-09

Latest chapter

  • Tak Sudi Merajut Cinta Dengan Mantan   Bab 314

    "Olive?" Wilfred memanggilnya sekali lagi."Ada apa?""Tadi kamu telepon agen properti, mau cari rumah ya?"Hati Olive gelisah, takut Wilfred bertanya lebih jauh. Dengan nada ketus, dia menjawab, "Tanya banyak banget sih?! Apa urusannya sama kamu?!"Wilfred merasa sedikit terluka, tapi tidak menunjukkan perasaannya. "Aku 'kan pacarmu, tentu aku peduli.""Aku ini cari pacar, bukan cari bapak.""Kalau kamu merasa aku terlalu cerewet, ya ... aku akan lebih sedikit bicara mulai sekarang." Wilfred berkata hati-hati, takut membuat Olive semakin marah.Melihat Wilfred tidak bertanya lagi soal sewa rumah, Olive diam-diam menghela napas lega. Sikapnya pun mulai melunak. "Berikan padaku." Dia mengulurkan tangan."Apa?""Bubble tea di tanganmu itu, bukannya untukku?""Oh, iya! Hampir lupa ...." Wilfred tersenyum cerah.....Setelah berkutat di laboratorium selama seminggu penuh, akhirnya dua set data berhasil didapatkan. Pekerjaan mereka kini tidak terlalu mendesak lagi. Pada hari Sabtu, Nadine m

  • Tak Sudi Merajut Cinta Dengan Mantan   Bab 313

    Sambil berkata demikian, Nadine menyerahkan kertas dan pena. "Kalau begitu, aku pamit dulu."Stendy hanya bisa tersenyum, "Baik. Sampai jumpa.""Hmm, ayo Pak Arnold. Kedai bubble tea itu kebetulan ada di dekat tempat tinggal kita, cukup menyeberang jalan saja sudah sampai."Terakhir kali dia dan Stendy membahas sesuatu, mereka juga pergi ke tempat itu....."Bubble tea sudah sampai!"Calvin, Kamila, dan Wilfred langsung muncul setelah mendengar kabar itu."Terima kasih, Pak Arnold. Terima kasih juga, Nadine! Membuat dua orang sibuk seperti kalian jadi kurir benar-benar keterlaluan!"Calvin menusukkan sedotan dan mengisapnya dalam-dalam, "Ah, nikmat sekali ...."Kamila mengerutkan dahi, "Seperti itu berlebihan banget nggak, sih?"Wilfred mengambil bubble tea miliknya dan milik Olive, lalu tersenyum sambil mengucapkan terima kasih kepada Arnold dan Nadine. Setelah itu, dia membawanya ke Olive dengan antusias."Olive, ini punyamu.""Oh."Mendengar bahwa Nadine pergi bersama Arnold untuk m

  • Tak Sudi Merajut Cinta Dengan Mantan   Bab 312

    Nadine dan Stendy duduk di samping meja batu dan berbincang tentang sesuatu. Keduanya duduk sangat dekat. Wajah Nadine terlihat serius, sementara Stendy mendengarkan dengan saksama dan sesekali mengangguk.Arnold tidak melewatkan senyum tipis yang muncul di sudut bibir Stendy. Bahkan dari jarak sejauh ini, dia bisa merasakan aura godaan yang memancar. Tatapan Arnold tiba-tiba menjadi lebih dalam.Detik berikutnya, dia mengeluarkan ponsel dan menelepon Calvin."Halo, Arnold, ada apa?""Kamu mau minum bubble tea?""Hah?" Calvin menurunkan ponselnya, memeriksa layar untuk memastikan itu benar-benar Arnold yang menelepon. "Apa maksudnya? Kok tiba-tiba ngomong soal bubble tea?""Mau atau nggak? Aku yang traktir. Kamu bisa tanyakan ke yang lain juga."Calvin langsung berseru dengan suaranya yang keras, "Pak Arnold traktir bubble tea! Siapa yang nggak mau, angkat tangan! Bagus, nggak ada. Jadi kita semua mau.""Baik. Aku akan pergi beli.""Eh ... kenapa nggak pesan saja lewat aplikasi? Kan le

  • Tak Sudi Merajut Cinta Dengan Mantan   Bab 311

    Pukul setengah delapan, Nadine sudah sampai. Orang lain belum datang, tiba-tiba terdengar suara dari ruang istirahat. Diiringi suara langkah kaki, Arnold keluar dari dalam. Mata mereka bertemu, keduanya tertegun.Arnold teringat pelariannya yang tergesa-gesa kemarin, merasa sedikit canggung. Nadine mengingat dirinya yang pura-pura tidur dan tanpa sengaja melihat kejadian itu .... Dia pun merasa tak nyaman."Selamat pagi." Pria itu lebih dulu membuka suara.Nadine mengangguk sedikit, "Pagi."Setelah itu, dia langsung melesat ke meja kerjanya dan mulai sibuk bekerja, sampai-sampai lupa menaruh makan siang yang dibawanya ke dalam kulkas.Arnold berkata, "Kebetulan aku mau ke pantri, aku bantu taruh."Nadine menjawab, "Terima kasih."Saat waktu makan siang, Nadine meninggalkan laboratorium. Baru saja keluar dari gedung, dia melihat Stendy berdiri tidak jauh dengan kedua tangan dimasukkan ke saku.Pria itu mengenakan kemeja dengan gaya santai, kerahnya sedikit terbuka, dipadukan dengan cela

  • Tak Sudi Merajut Cinta Dengan Mantan   Bab 310

    "Waktu ibumu terbuang sia-sia selama ini."Hati Nadine mencelos mendengarnya. Hugo ingin bertemu dengan Irene, tetapi Nadine mengatakan ibunya sedang berada di kota lain. Lagi pula, kontrak Irene dengan Lauren belum berakhir. Nadine tidak ingin merusak mood ibunya.Setelah mendengar tentang kontrak, Hugo langsung meminta salinan elektroniknya dari Nadine. "Nggak usah terburu-buru. Aku akan pelajari kontrak ibumu. Kalau ada apa-apa, aku hubungi kamu. Aku pasti akan tanda tangan kontrak dengan ibumu!"Kalimat terakhir membuat Nadine agak ragu. Bukankah Hugo tidak menandatangani kontrak dengan penulis dan hanya melihat hasil karya?Nadine merasa mungkin Hugo salah bicara atau mungkin dia yang salah dengar. Jadi, dia memutuskan untuk tidak terlalu memikirkannya.Saat melihat putrinya begitu serius, Jeremy segera menghentikan pekerjaannya. "Ada apa, Nad? Apa ibumu ada masalah dengan editor itu?""Ada sedikit masalah, bukan masalah besar. Aku sudah mencari cara untuk mengatasinya. Jangan kas

  • Tak Sudi Merajut Cinta Dengan Mantan   Bab 309

    "Ya sudah. Kamu ini memang sibuk sekali, lebih sibuk daripada dekan ....""Kalau begitu, aku pergi dulu.""Oh ya, aku lupa tanya. Kamu ambil apa tadi?" teriak Calvin kepada Arnold."Pertanyaanmu terlalu banyak."Setelah Arnold pergi, Nadine tidur lagi sebentar. Jika tidak tidur, dia akan mengantuk saat kerja. Hal ini akan memengaruhi efisiensinya.Pukul 2 siang, Nadine bangun dan mencuci wajahnya sebelum kembali ke laboratorium. Kamila dan lainnya juga sudah kembali ke meja masing-masing."Nad, kenapa wajahmu merah? Kamu kepanasan ya?"Nadine segera meraba wajahnya. "Merah ya? Mungkin ....""Bukannya di dalam buka AC? Kenapa kepanasan begini?" tanya Calvin."Aku lupa buka AC hari ini.""Sepertinya kamu dan Pak Arnold sama-sama takut panas. Tadi aku ketemu dia di luar ruang istirahat. Wajahnya juga merah karena kepanasan."Kamila tidak bisa menahan tawa. "Masa sampai seperti itu? Eee, Nad, sepertinya wajahmu semakin merah. Wilfred, buat AC-nya lebih dingin."Nadine tidak bisa berkata-ka

  • Tak Sudi Merajut Cinta Dengan Mantan   Bab 308

    Pada jam istirahat siang, seluruh laboratorium sangat sepi. Arnold membuka pintu ruang istirahatnya, lalu mencuci tangan dan wajahnya di wastafel. Kemudian dia berjalan ke dalam.Pakaian gantinya disimpan di dalam. Arnold membuka pintu, lalu menuju ke lemari sambil membuka kancing kemejanya. Kemudian, dia mengambil pakaian bersih.Nadine terbangun saat Arnold membuka pintu. Ranjang lipatnya diletakkan di belakang pintu. Begitu pintu didorong, Tubuhnya pun terhalangi.Namun, itu bukan berarti sosoknya tak terlihat. Jadi, begitu membuka matanya, Nadine bisa melihat Arnold sedang melepaskan kemejanya.Nadine pun terkejut, tidak tahu harus memperingatkan Arnold bahwa dia ada di sini atau tidak. Kini, Arnold telanjang dada.Ketika melihat situasi ini, Nadine tahu berbicara hanya akan membuat mereka merasa canggung. Dia memilih untuk memejamkan mata dan berpura-pura tidur.Nadine bisa melihat otot-otot Arnold yang kekar. Bahunya lebar dan pinggangnya ramping. Pemandangan ini terus terbayang

  • Tak Sudi Merajut Cinta Dengan Mantan   Bab 307

    Eva marah hingga hampir menangis. Dengan suara serak, dia berteriak, "Aku bilang aku nggak punya uang! Nggak punya uang! Pokoknya nggak punya uang! Sekalipun kamu membunuhku, aku tetap nggak punya uang! Kamu mau apa?"Yang terdengar oleh Lupita hanya tiga kata, yaitu tidak punya uang."Kalau nggak punya uang, tidur saja sama pria! Setelah itu, kamu dapat uang, 'kan? Aku sudah ajarin kamu ini dari kecil! Kenapa masih nggak ngerti?""Pria dari mana? Nggak ada lagi yang mau sama aku! Aku mau tidur sama siapa?" pekik Eva.Lupita akhirnya menangkap ada yang aneh dari nada bicara Eva. Karena hal ini menyangkut masa depannya, apakah dia masih bisa mendapat uang dari Eva atau tidak, jadi dia meninggalkan mejanya dan mencari tempat yang lebih sepi."Maksudmu gimana? Kenapa bilang nggak ada yang mau sama kamu lagi? Pacar kayamu itu mana? Bukannya waktu itu kamu bilang bakal segera nikah sama orang kaya? Apa yang terjadi? Apa pernikahanmu dibatalkan?"Ketika mendengar suara ibunya yang emosional,

  • Tak Sudi Merajut Cinta Dengan Mantan   Bab 306

    Teman asramanya."Eva, kenapa kamu jadi kurus begini?" Zovein meraih tangan Eva yang dingin dan kaku. "Kudengar kamu keguguran. Kamu harus istirahat dengan baik supaya nggak jadi penyakit. Jangan ...."Begitu mendengar kata keguguran, tatapan Eva langsung menjadi tajam. "Kamu bilang siapa keguguran?"Zovein termangu."Kamu yang keguguran! Aku baik-baik saja. Aku nggak apa-apa!""Eva, kamu ....""Kamu datang untuk mentertawaiku ya? Jangan mimpi!" Eva duduk tegak. Tubuhnya dipenuhi penolakan. "Kamu kira kamu bisa menginjakku karena situasiku seperti ini?""Zovein, singkirkan ekspresi kasihanmu itu. Kamu kira aku nggak tahu kamu iri karena aku punya pacar kaya?""Asal kamu tahu, aku jauh lebih hebat darimu. Meskipun aku di rumah sakit sekarang, aku pernah memiliki sesuatu yang nggak bakal pernah kamu miliki seumur hidup!"Zovein tidak bisa merespons. Dia tidak mengerti kenapa Eva menggila seperti ini.Eva terkekeh-kekeh. "Kamu nggak tulus ingin menjengukku. Kamu cuma ingin kenal orang kay

DMCA.com Protection Status