Dalam pernikahan keluarga kaya, pria yang memiliki wanita simpanan sangat lumrah. Selama rumah tangga tetap terjaga, pria bebas berhubungan dengan siapa saja di luar.Sebagai seorang ibu, Rebecca tidak akan terlalu ikut campur. Hari ini, dia termasuk resmi menawarkan janji kepada Nadine. Namun, ungkapan terima kasih dari Nadine yang Rebecca bayangkan, sama sekali tidak diucapkan. Yang dia dapatkan malah cibiran.Nadine berkata, "Bu Rebecca, sebaiknya berikan niat baikmu sama orang lain saja. Aku nggak layak menerimanya. Selain itu, aku sudah putus sama Reagan. Kalau kelak kita bertemu, lebih baik menjadi orang asing.Dulu, Nadine akan menahan kesabarannya terhadap Rebecca demi Reagan. Rebecca mengeluh Nadine tidak berpendidikan tinggi, tidak punya latar belakang sekolah di luar negeri, dan tidak punya karier atau pekerjaan setelah lulus. Intinya, tidak cocok dengan putranya.Dulu, Nadine mungkin masih akan memikirkan cara untuk menyenangkan calon mertuanya ini. Kini, dia bahkan tidak
"Nggak bisa, aku masih ada urusan. Lain kali kita baru bertemu lagi," ucap Nadine. Hubungannya dengan Philip cukup baik. Jadi, Nadine tetap bersikap ramah kepada Philip meskipun menolak ajakannya.Philip memperhatikan Nadine membawa kotak perhiasan. Sepertinya Nadine memang ada urusan, bukan hanya alasan.Philip mengangguk. Saat dia hendak bicara lagi, Nadine langsung berjalan melewati Reagan dan pergi. Nadine sama sekali tidak melihat Reagan.Ekspresi Reagan menjadi dingin. Philip diam-diam melirik Reagan, lalu menjelaskan, "Itu ... Kak Reagan, mungkin Kak Nadine nggak lihat kamu. Jangan dipermasalahkan ...."Alhasil, ekspresi Reagan makin dingin. Philip berdeham dan tidak berani bicara lagi. Namun, dia merasa kali ini Nadine benar-benar gigih.Staf toko bertanya, "Pak, apa kamu masih mau beli perhiasan?"Reagan melihat staf toko dengan dingin dan menyahut, "Tentu saja aku mau beli. Aku mau yang paling mahal."Jika Nadine tidak menghargai Reagan, masih ada wanita lain yang menghargain
Eden mengantar Nadine ke bawah apartemennya. Setelah mengucapkan terima kasih, Nadine tidak langsung naik ke atas melainkan mampir ke pasar sayur di sebelah.Dua puluh menit kemudian, dia kembali dengan membawa banyak kantong belanjaan. Saat hendak naik ke apartemen, dia melihat Arnold berjalan mendekat dari arah matahari terbenam.Langit sudah mulai gelap, tetapi tubuhnya yang tinggi dibalut oleh sinar jingga senja membuat bayangannya makin panjang. Wajah Arnold serius dan setiap langkahnya terlihat penuh perhatian."Kebetulan banget, kita bertemu lagi," sapa Nadine dengan ramah.Arnold menoleh dan mendorong kacamata ke atas hidungnya. Dia membalas, "Ya, kebetulan banget.""Kamu sudah makan malam? Aku baru beli bahan makanan, mau makan bareng?" tawar Nadine.Arnold ingin menolak, tetapi tanpa sadar mengangguk karena mengingat keahlian memasaknya. Ini pertama kalinya Arnold datang ke rumah Nadine.Di depannya, ada balkon dengan bunga tulip yang sedang mekar. Di sebelahnya, ada sebuah a
Kelly suka sashimi, jadi dia memesan salmon segar dan beberapa seafood lainnya seperti udang besar.Sementara itu, Nadine tidak terbiasa makan makanan mentah. Jadi, dia memesan semangkuk ramen dan beberapa sushi. Rasanya ramen biasa saja, tetapi bahan-bahannya segar.Melihat Nadine makan dengan rapi, Kelly meledek, "Daging salmon ini segar dan lembut, masa kamu nggak mau coba? Siapa tahu bakal menemukan selera baru."Nadine menolak dengan sopan, "Kamu tahu jelas aku nggak bisa makan makanan mentah. Dari dulu, aku nggak bisa terima hal ini dari segi psikologis. Mending aku makan ramenku saja.""Kamu masih saja sama seperti dulu," ucap Kelly. Dari pertama kali mengenal Nadine, dia sudah tahu bahwa orang ini sangat teguh pada apa yang dia suka, begitu pula dengan hal-hal yang tidak disukainya.Kelly berujar, "Omong-omong, aku sudah beberapa hari nggak ke spa. Karena sibuk, tanganku sampai kasar."Kemudian, Kelly menghela napas sebelum mengeluh lagi, "Semuanya gara-gara ayahku. Belakangan
Sambil mendorong kacamatanya, Arnold menambahkan, "Fisika itu nggak bisa selesai dalam sekejap. Ilmu ini punya ritme dan jalurnya sendiri, bukan sesuatu yang bisa kamu hentikan seenaknya."Penanggung jawab tadi pun membalas sambil tersenyum kecut, "Aku cuma sampaikan pendapatku kok ...." Akhirnya, mereka berpisah dengan suasana yang kurang baik.Setelah berbalik, Arnold melihat Nadine yang tersenyum sambil melambai padanya. Wanita itu menyapa, "Lama nggak bertemu, Tetangga."Mereka berjalan berdampingan di jalan menuju rumah. Nadine sengaja tidak membahas masalah tadi dan hanya mengobrol ringan. Dia berujar, "Makasih untuk bantuanmu waktu itu. Beberapa hari ini, aku lancar mengerjakan soal."Arnold tidak merasa perlu mengambil pujian sehingga membalas, "Itu karena kamu memang pintar. Beberapa hari ini, kamu sudah mengunjungi Bu Freya?"Nadine berjalan pelan sambil melihat ke bawah. Dia menjawab, "Belum, cuma bicara lewat telepon beberapa kali. Kesehatannya sudah membaik. Dua hari lagi,
Eva bergegas menuju ke gerbang universitas. Dia langsung melihat mobil Reagan yang diparkir di pinggir jalan.Reagan duduk di kepala mobil. Dia memakai kaus putih, jas panjang abu-abu tua, dan celana kasual hitam. Penampilannya terlihat seperti mahasiswa. Muda dan keren. Orang-orang di sekitar tidak berhenti memandangnya.Dalam 3 menit, Reagan telah memeriksa jamnya sebanyak 3 kali. Eva terlambat keluar. Reagan pun mengeluarkan ponselnya untuk mencari nomor Eva. Ketika dia hendak membuat panggilan, aroma yang wangi tiba-tiba tercium.Eva melingkari leher Reagan, lalu bertanya dengan centil, "Kamu sudah tunggu lama ya?""Kamu terlambat." Reagan melirik Eva dengan tatapan mendalam. Kedua tangannya diletakkan di dalam saku."Maaf, aku nggak bakal telat lagi lain kali. Janji." Eva menghela napas lega melihat Reagan tidak bersikap perhitungan padanya."Masuk mobil." Reagan bukan tidak tahu isi pikiran Eva, tetapi malas membongkarnya.Eva langsung duduk di samping kursi pengemudi. Sepanjang
Kelly menggandeng Nadine dan mendesak lagi, "Ayo, ayo. Aku sudah menyusun rencana sebelum kemari. Hari ini, aku akan membawamu main sampai puas.""Ah!""Ibu! Tolong!"Terdengar jeritan yang memekakkan telinga selama 5 menit. Nadine mengusap telinganya yang mati rasa, lalu melirik orang yang baru selesai muntah. Wajah pucat orang itu membuatnya merasa lucu sekaligus iba.Nadine menepuk punggungnya sambil bertanya, "Sudah enakan setelah muntah?""Aku ... huek ...."Orang itu muntah lagi. Nadine mengambilkan tisu untuknya, lalu membuka sebotol air. Setelah dia selesai muntah, Nadine menyodorkan air kepadanya.Saat ini, Kelly akhirnya keluar dari kamar mandi dan tidak muntah-muntah lagi. "Kata orang kereta luncur di sini seperti neraka. Aku akhirnya tahu seperti apa neraka. Seram sekali."Kelly menyeka bibirnya sambil menepuk dadanya. Dia benar-benar ketakutan.Nadine menyahut, "Siapa suruh kamu sok hebat?"Kelly jelas-jelas takut ketinggian, tetapi masih ngotot mau bermain. Nadine hanya b
Selesai makan siang, Kelly membeli 2 tiket atraksi hewan. Dia mengajak Nadine menonton pertunjukan lumba-lumba.Mereka melewati lautan manusia, lalu mengikuti kerumunan ke ruang pertunjukan di sebelah barat daya.Ruangan dilengkapi AC sehingga terasa sangat sejuk, tidak seperti saat di luar. Nadine tidak terlalu tertarik dengan atraksi hewan, tetapi Kelly sangat menyukai lumba-lumba. Selama sesi interaksi dengan lumba-lumba, Kelly menyerahkan kamera kepada Nadine supaya Nadine memotretnya.Ketika melihat senyuman Kelly, Nadine tak kuasa tersenyum. Setengah jam kemudian, pertunjukan akhirnya berakhir. Nadine menitip tasnya kepada Kelly karena dia ingin ke toilet.Begitu berbelok, Nadine malah melihat Eva yang sedang mencuci tangan di wastafel. Langkah kaki Nadine sontak terhenti. Kemudian, dia segera berjalan melewati Eva dan masuk ke bilik di sebelah.Ketika keluar, Nadine mendapati wanita itu masih berada di tempatnya. Sepertinya, Eva sengaja menunggunya.Nadine mengabaikannya dan han