Selesai makan siang, Kelly membeli 2 tiket atraksi hewan. Dia mengajak Nadine menonton pertunjukan lumba-lumba.Mereka melewati lautan manusia, lalu mengikuti kerumunan ke ruang pertunjukan di sebelah barat daya.Ruangan dilengkapi AC sehingga terasa sangat sejuk, tidak seperti saat di luar. Nadine tidak terlalu tertarik dengan atraksi hewan, tetapi Kelly sangat menyukai lumba-lumba. Selama sesi interaksi dengan lumba-lumba, Kelly menyerahkan kamera kepada Nadine supaya Nadine memotretnya.Ketika melihat senyuman Kelly, Nadine tak kuasa tersenyum. Setengah jam kemudian, pertunjukan akhirnya berakhir. Nadine menitip tasnya kepada Kelly karena dia ingin ke toilet.Begitu berbelok, Nadine malah melihat Eva yang sedang mencuci tangan di wastafel. Langkah kaki Nadine sontak terhenti. Kemudian, dia segera berjalan melewati Eva dan masuk ke bilik di sebelah.Ketika keluar, Nadine mendapati wanita itu masih berada di tempatnya. Sepertinya, Eva sengaja menunggunya.Nadine mengabaikannya dan han
"Silakan masuk." Di belakang staf adalah tirai. Angin dingin bertiup dari dalam, memperlihatkan sebuah lorong gelap.Jeritan terus terdengar. Kelly menelan ludah sambil menggenggam tangan Nadine. Mereka berjalan masuk dengan perlahan.Bisa dibilang Nadine menyeret Kelly masuk. Nadine pun merasa lucu melihat tingkah sahabatnya ini. Dia bertanya, "Gimana kalau kita pergi saja?""Nggak boleh! Kita sudah di sini!" Kelly jelas-jelas ketakutan, tetapi masih tidak mau mengaku. Dia langsung menarik Nadine dengan sok berani.Tiba-tiba, muncul boneka yang mengerikan. "Ah! Nadine, tolong aku!"Reagan sontak menoleh. Sepertinya, dia mendengar seseorang memanggil nama Nadine? Reagan memandang ke sekeliling, tetapi tidak melihat sosok yang familier.Reagan tak kuasa mengernyit. Ketika melihat pacarnya kehilangan fokus, Eva merangkul lengannya dengan takut dan berucap, "Kak, aku takut. Kamu harus jaga aku ya?"Reagan tersadar kembali. Dia mengiakan dengan lirih. Di depan sana gelap gulita, hanya ada
Seketika, hanya tersisa Nadine seorang. Untungnya, setelah alarm berbunyi, cahaya di tempat ini menjadi lebih terang. Setelah maju 2 langkah, Nadine melihat petunjuk di dinding.Setelah berhasil melewati level kedua, Nadine mendengar keributan tidak jauh dari sana. Dia mengernyit menatap ke arah sana. Seharusnya pintu keluar terblokir karena terlalu ramai.Ketika Nadine ragu-ragu harus berdesakan atau tidak, tiba-tiba datang rombongan dari belakangnya, membuat dia tidak bisa mundur lagi.Entah siapa yang mendorongnya dan menginjak kakinya. Setelah bereaksi kembali, tubuh Nadine menempel di dinding. Dia terjepit dan kesakitan.Tiba-tiba, Nadine merasakan ada tatapan yang tertuju padanya. Dia tanpa sadar menengadah, lalu bertemu pandang dengan seorang pria.Reagan menatap Nadine yang terlihat menyedihkan. Dia merasa kasihan sekaligus kesal. Ternyata pendengarannya tidak salah tadi. Memang ada yang memanggil nama Nadine.Siapa sangka, ternyata Nadine masih sempat berjelajah di rumah hantu
Saat ini, terdengar suara staf. "Masalah jalur sudah teratasi. Silakan berbaris untuk keluar."Orang-orang mulai berbaris sehingga kekacauan pun berakhir. Nadine malas menghiraukan Reagan. Dia langsung berjalan keluar.Reagan menarik lengannya dari genggaman Eva, lalu mengikuti di belakang. Eva menggertakkan gigi sambil memanggil, "Kak, tunggu aku ...."Di depan sana, Kelly sudah menunggu di luar sejak tadi. Ketika mendengar ada masalah di dalam, dia langsung cemas karena Nadine belum keluar. Kalau bukan karena dihalangi staf, dia pasti sudah menerobos masuk.Untungnya, sebelum 30 menit berlalu, Nadine keluar dalam keadaan selamat. Kelly buru-buru menghampiri dan bertanya, "Kamu baik-baik saja, 'kan? Tadi aku dengar suara alarm. Mengejutkanku saja.""Aku nggak apa-apa. Ayo, kita pulang." Setelah bermain seharian, Nadine benar-benar sudah lelah.Kelly mengangguk. "Ya sudah, kita .... Eh? Bukannya itu Reagan?"Terlihat Reagan dan Eva berjalan keluar bersama."Kenapa bisa ketemu 2 makhluk
Reagan sedang menikmati makan malam romantis dengan Eva di restoran. Ketika melihat pesan-pesan itu, ekspresinya langsung menjadi masam. Eva tentu melihatnya. Dia bertanya dengan hati-hati, "Ada apa?"Reagan menahan emosinya dan tidak melontarkan sepatah kata pun. Kemudian, dia membalas pesan.[ Bukan urusanku. ]Stendy menatap layar ponsel sambil tersenyum misterius dan mengirim pesan lagi.[ Sepertinya kali ini kalian serius mau putus ya? ]Reagan melirik sekilas, lalu menggertakkan gigi dan mengetik pesan yang berusaha menunjukkan dirinya tidak peduli.[ Ya. Kamu keberatan? ][ Stendy: Nggak, aku nggak keberatan. ]Stendy menambahkan emotikon menyerah di belakang pesannya.[ Stendy: Gimana kalau ada pria yang mengejar Nadine? Kamu seharusnya nggak keberatan, 'kan? ][ Teddy: Kenapa? Jangan-jangan kamu ingin mengejar Nadine? ]Dengan ekspresi agak suram, Stendy mengirim GIF mengangguk.[ Philip: Hahahaha! ][ Stendy: Dasar kamu ini. ]Tidak ada yang percaya. Reagan tidak peduli. Dia
Stendy tidak banyak tanya. Dia tersenyum dan menawarkan, "Aku baru buka burgundi ini. Mau nggak?"Stendy menuangkan setengah gelas untuk Reagan, lalu menyodorkannya. Reagan mengambilnya dan menyesapnya. Dia memuji, "Hm, lumayan."Sesaat kemudian, Reagan berpura-pura bertanya dengan tidak peduli, "Bukannya kamu bilang ada Nadine di sini? Kenapa aku nggak melihatnya?""Jangan-jangan kamu kemari untuk melihatnya?" goda Stendy sambil menggoyang gelasnya dan tersenyum tipis."Heh. Aku cuma datang untuk minum-minum. Masa tanya saja nggak boleh?" sahut Reagan dengan ekspresi suram.Stendy mengedikkan bahu dan berkata, "Aku ketemu dia di koridor tadi. Dia juga datang untuk minum-minum. Tapi, aku rasa dia sudah pulang sejak tadi."Reagan tidak berbicara lagi. Hanya saja, ekspresinya menjadi lebih baik. Ternyata, Nadine memang tidak cocok dengan lingkungan seperti ini.Reagan meletakkan gelasnya, lalu bangkit dan berujar, "Aku masih harus kerja besok. Aku pergi dulu. Kutraktir kalian semua hari
Kehidupan belajar sangat membosankan, tetapi Nadine sudah terbiasa. Hari ini, dia selesai belajar. Setelah pulang, Nadine memijat bahunya dan ingin istirahat. Namun, Freya tiba-tiba meneleponnya.Freya menanyakan kemajuan belajar Nadine. Nadine melaporkan secara singkat. Freya pun tidak bertanya lagi karena Nadine bukan mahasiswi yang perlu dicemaskannya.Nadine tersenyum. Tiba-tiba, Freya berkata, "Besok pagi kamu datang ke rumahku."Usai mengatakan itu, Freya buru-buru mengakhiri panggilan karena khawatir ditolak Nadine.Keesokan hari, Nadine bangun pagi dan menghabiskan 30 menit untuk masak sarapan. Tentunya, dia tidak lupa menyiapkan sarapan untuk Arnold yang tinggal di sebelah.Sejak kemarin, Nadine tidak mendengar suara apa pun dari kamar Arnold. Dia bisa menebak bahwa Arnold bergadang di laboratorium.Begitu membuka pintu, Nadine benar-benar bertemu Arnold yang baru pulang. Sudah 2 minggu berlalu sejak malam hujan itu. Mungkin karena bekerja keras di laboratorium, pakaian Arnold
"Ingatanmu sangat hebat. Seingatku ada buku yang membahas tentang pengujian genetik di sini. Kenapa nggak ketemu ya?" keluh Freya.Daya ingat Nadine tidak sehebat itu, tetapi dia selalu mengingat pokok penting. Kebetulan sekali, dia membaca buku itu di perpustakaan 2 hari lalu. Tatapannya menyapu ke rak buku. Sesaat kemudian, dia bertanya, "Bu, ini bukunya?"Freya melihat sampul buku itu, lalu menyahut, "Ya, ya! Matamu tajam sekali. Aku cari setengah mati, tapi ternyata ada di depanku.""Taufan, sini. Buku ini ditambah beberapa tesis, seharusnya sudah cukup untuk dijadikan referensi. Kamu ambil dulu buku ini. Nanti kucari lagi buku lain," ujar Freya."Terima kasih, Bu." Taufan menerimanya. Dia sedang menulis tesis, tetapi kekurangan data. Karena mendengar Freya punya buku yang dia butuhkan, dia pun datang kemari.Freya lupa dirinya belum memperkenalkan Nadine kepada Taufan. Dia berkata, "Ini Nadine. Dulu dia muridku, sebentar lagi dia juga bakal jadi muridku lagi."Taufan termangu. Ses
Pagi-pagi, sinar matahari menyinari masuk. Pakaian berserakan di lantai, dari sofa ruang tamu hingga depan ranjang kamar. Hampir semuanya adalah pakaian pria, hanya ada satu jubah tidur wanita.Teddy menggerakkan kelopak matanya dan terbangun. Ketika mengingat kembali kegilaan dan keintiman semalam, sudut bibirnya terangkat tanpa sadar.Teddy menoleh ke samping, melihat wanita yang masih terlelap. Ekspresinya lembut dan penuh kehangatan yang bahkan tidak disadarinya.Kelly masih tidur, matanya terpejam rapat dan napasnya stabil. Tatapan Teddy menyusuri wajah cantiknya, lalu turun ke leher. Kulit putihnya dipenuhi bekas yang ditinggalkan Teddy saat malam penuh gairah itu.Teddy bukan lagi anak muda yang mudah terpukau oleh tubuh wanita. Namun, semalam dia seperti binatang buas yang pertama kali merasakan daging. Sungguh liar dan tak kenal lelah. Pada akhirnya, Kelly harus menamparnya agar dia berhenti.Sakit? Ya, memang sakit. Namun, puas tidak? Benar-benar puas!Memikirkan itu, senyuma
Teddy kehabisan kata-kata."Selesai," katanya sambil mematikan pengering rambut.Kelly merapikan rambutnya dengan jari. Harus diakui, hasilnya halus tapi tetap lembut. Teddy menyeringai. "Gimana?"Untuk pertama kalinya, Kelly mengangguk puas. "Buka salon deh, aku langsung jadi member VIP."Teddy berpikir, 'Terima kasih, tapi nggak deh.'Kelly menguap, lalu berjalan ke tempat tidur. Setelah menjatuhkan diri dan berguling dua kali, dia membungkus dirinya dengan selimut. "Aku tidur dulu. Tolong matikan lampu, tutup pintu, lalu pulang. Bye-bye ...."Memangnya aku ini pembantunya?! Teddy menggerutu dalam hati, tapi tangannya tetap patuh. Dia mematikan lampu, menutup pintu dengan pelan, lalu keluar.Setelah minum anggur, Kelly tertidur dalam keadaan sedikit mabuk. Hanya dalam sekejap, dia telah tertidur nyenyakBegitu keluar, Teddy melihat botol anggur di wajan kaca yang masih tersisa. Setelah berpikir sejenak, dia mengambil gelas anggur dan menuangkan segelas untuk dirinya sendiri.Kemudian
Kelly meletakkan gelas anggurnya dan berdiri. "Sudah cukup." Minum terlalu banyak bisa menimbulkan masalah, apalagi kalau di rumah ada seorang pria. Dia masih tahu batasannya.Teddy menghentikan gerakannya. "Belum habis, kenapa berhenti?""Kamu kira ini bar? Mau minum sampai pagi?""Anggurnya udah aku siapin, kalau nggak habis, sayang dong?""Sayang buat siapa? Aku bisa minum sendiri besok."Teddy terdiam.Kelly melirik jam dinding. "Sudah malam, pulang sana.""Tunggu, kenapa begitu sih?""Aku kenapa?""Waktu butuh aku, kamu terima. Setelah nggak butuh, langsung diusir. Begitu caramu?""Terus mau gimana? Mau aku suruh kamu nginap?""Pacar nginap di rumah pacar itu hal biasa. Walaupun kita cuma pura-pura, tapi setidaknya harus terlihat meyakinkan, 'kan?"Kelly mendengus. "Sok drama! Memangnya ada yang peduli kita tidur bareng atau nggak?"Baru saja dia selesai bicara, ponsel Teddy berdering. Panggilan video dari WhatsApp. Dia melirik layarnya dan menyeringai. "Tuh, ada yang peduli."Kel
Kelly menegaskan, "Aku. Nggak. Makan. Mi."Teddy menatapnya dengan ekspresi "Kamu pikir aku bakal percaya?"Saat Kelly berbalik hendak masuk kamar, Teddy tiba-tiba berseru, "Nggak mau coba segelas?"Kelly menoleh, matanya melirik wajan kaca yang berembun di meja. Kebetulan sekali, ini jenis anggur favoritnya dan sudah didinginkan dengan sempurna ...."Baiklah, tuangkan satu untukku!" Godaan yang sulit ditolak.Teddy langsung sigap mengambil gelas. "Ini, coba deh! Aku yang dinginkan, dijamin puas!"Kelly menerima gelasnya dan tersenyum sinis. "Itu semua karena anggur yang aku beli bagus.""Iya, iya. Anggurnya bagus, tapi teknikku juga hebat. Kalau digabung, hasilnya luar biasa. Gimana?""Nggak usah bawa-bawa aku," kata Kelly sambil meneguk seteguk pertama.Teddy terdiam. Bahkan dalam obrolan santai, Kelly tetap tidak mau rugi sedikit pun. Baru satu tegukan, Kelly langsung harus mengakui bahwa Teddy benar-benar punya keterampilan."Gimana? Nggak mengecewakan, 'kan?" Teddy mengangkat dagu
"A-aku capek, jadi minggir sebentar buat istirahat, eh malah ketiduran ...."Kelly langsung memutar ke sisi lain mobil, menarik pintu kursi penumpang depan, dan duduk. "Kebetulan, antarin aku pulang."Teddy mendengus. "Kamu benaran nggak tahu malu, ya." Meskipun begitu, sudut bibirnya tetap melengkung ke atas."Oke deh, hari ini sekalian aku jadi malaikat baik hati. Pegangan yang kencang ...." Begitu dia menginjak gas, mobil melesat seperti anak panah yang dilepas dari busurnya.Kelly: "Gila! Pelan sedikit! Aku masih betah hidup, nggak mau ketemu malaikat maut bareng kamu!"Teddy: "Kenapa? Kita bisa dikubur dalam satu liang lahat, romantis, 'kan? Hehehe ...."Kelly hanya bisa memberikan tatapan menjijikkan kepadanya. Kalau pun mati, mereka pasti bakal dikubur di tempat terpisah!Dua puluh menit kemudian ....Kelly: "Berhenti di depan gerbang apartemen aja, aku jalan sendiri ke dalam.""Nggak bisa! Belum sampai depan pintu!"Dengan satu putaran setir, Teddy langsung mengarahkan mobil ma
Teddy langsung nyeletuk, "Aku traktir kamu makan!""Nggak perlu, sudah ada yang ngajak. Kamu tunggu kesempatan berikutnya aja."Selesai bicara, Kelly hendak berjalan melewatinya.Teddy buru-buru mengejar. "Kalau begitu, biar aku antar kamu!"Kelly langsung berhenti melangkah. "Kamu serius?""Banget!""Oke deh, tapi nyetirnya cepat, ya."Seminggu ini Kelly memang sengaja tidak bawa mobil sendiri, supaya bisa tidur sebentar di perjalanan pulang-pergi kerja. Teddy membukakan pintu depan mobil dengan sigap dan seramah mungkin.Sayangnya ....Kelly berkata, "Aku duduk di belakang saja. Lebih enak buat rebahan.""Oke deh."Di dalam mobil, Teddy menyetir sambil menarik napas panjang. Apa ada pacar yang lebih baik lagi dari dia di dunia ini? Menunggu pacarnya satu jam untuk pulang kerja, lalu mengantarkan dia untuk bertemu pria lain dengan sukarela.Namun, jika dia tidak mengantarkannya, Kelly pasti sudah pergi duluan. Selain itu, dia ingin melihat pria berengsek mana yang memikat pacarnya sam
Banyak atau tidak, Nadine tidak tahu. Karena Arnold tidak membalas pesannya lagi.Saat semua bakpao kepiting selesai dikukus, Nadine mengambil sepuluh buah, memasukkannya ke dalam kantong plastik, dan berencana membawanya untuk Arnold. Namun, setelah mengetuk pintunya selama setengah menit, tetap tidak ada jawaban.Dia mengeluarkan ponselnya dan mengetik.[ Profesor, ada di rumah? ]Kali ini Arnold membalas dengan cepat:[ Sudah di laboratorium. ]Nadine mengetik lagi.[ Aku mengukus bakpao kepiting, aku sudah siapkan sepuluh untukmu. Nanti malam waktu kamu pulang, ambil di tempatku, ya? ]Arnold awalnya ingin membalas "Terima kasih, nggak usah", tetapi saat hampir mengetik selesai, dia merasa .... Seorang gadis bersusah payah membuat makanan sendiri dan bahkan ingin memberinya, kalau dia menolak mentah-mentah, sepertinya ....Sangat tidak sopan.Dan juga ... akan terlihat sangat mencurigakan.[ Oke. ]Nadine menyimpan ponselnya dan kembali ke rumah.Setelah selesai merapikan dapur, ba
Melewati bagian perlengkapan rumah tangga, Arnold tiba-tiba berhenti. "Ada yang perlu dibeli?"Nadine teringat kalau sabun mandi dan deterjen di rumahnya hampir habis. "Ada."Saat memilih sabun mandi, dia melirik ke arah Arnold yang juga sedang memasukkan beberapa barang ke dalam troli belanja. Dia melirik sekilas dan melihat ada handuk, sandal rumah, gantungan, dan beberapa barang kecil lainnya ....Barang yang dibelinya cukup banyak, dan troli yang sudah hampir penuh kini makin menggunung.Saat tiba di kasir, Arnold berkata bahwa dia yang akan membayar. Nadine tidak terlalu mempermasalahkan, hanya mengingatkannya untuk menyimpan struk agar nanti mereka bisa membagi biayanya.Arnold mengangguk dan menyuruhnya menunggu di luar jalur kasir. "Di sini terlalu ramai.""Baik," kata Nadine, lalu keluar terlebih dahulu.Beberapa saat kemudian, Arnold selesai membayar dan keluar sambil membawa tiga kantong besar.Melihat itu, Nadine langsung mengulurkan tangan untuk membantu membawanya. Namun,
Setelah berkeliling taman dan menikmati kue kacang hijau, Irene merasa sangat puas. Keesokan harinya, dia dan Jeremy kembali ke Kota Linong. Nadine mengantar mereka ke stasiun kereta cepat.Hugo yang mendapat kabar langsung bergegas menyusul."Bu Irene, ini surat dari para penggemar yang dikirim ke penerbit. Mereka minta aku untuk menyerahkannya kepada Anda."Irene tampak terkejut dan senang. Ini pertama kalinya dia menerima surat dari penggemar. Dan jumlahnya cukup banyak, satu buntalan besar.....Setelah kembali ke rumah, Nadine memanfaatkan cuaca cerah untuk mencuci seprai dan sarung bantal dari dua kamar.Akhir Oktober, hawa panas musim panas perlahan memudar, digantikan dengan kesejukan musim gugur yang menyelinap diam-diam.Nadine kemudian merapikan lemari pakaian. Baju dan gaun yang sudah jarang dipakai dia simpan di bagian atas, sementara pakaian musim gugur dia pindahkan ke tempat yang lebih mudah dijangkau.Saat semuanya beres, waktu sudah menunjukkan pukul dua siang dan dia