Share

Bab 26

Author: Patricia
Kehidupan belajar sangat membosankan, tetapi Nadine sudah terbiasa. Hari ini, dia selesai belajar. Setelah pulang, Nadine memijat bahunya dan ingin istirahat. Namun, Freya tiba-tiba meneleponnya.

Freya menanyakan kemajuan belajar Nadine. Nadine melaporkan secara singkat. Freya pun tidak bertanya lagi karena Nadine bukan mahasiswi yang perlu dicemaskannya.

Nadine tersenyum. Tiba-tiba, Freya berkata, "Besok pagi kamu datang ke rumahku."

Usai mengatakan itu, Freya buru-buru mengakhiri panggilan karena khawatir ditolak Nadine.

Keesokan hari, Nadine bangun pagi dan menghabiskan 30 menit untuk masak sarapan. Tentunya, dia tidak lupa menyiapkan sarapan untuk Arnold yang tinggal di sebelah.

Sejak kemarin, Nadine tidak mendengar suara apa pun dari kamar Arnold. Dia bisa menebak bahwa Arnold bergadang di laboratorium.

Begitu membuka pintu, Nadine benar-benar bertemu Arnold yang baru pulang. Sudah 2 minggu berlalu sejak malam hujan itu. Mungkin karena bekerja keras di laboratorium, pakaian Arnold
Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter

Related chapters

  • Tak Sudi Merajut Cinta Dengan Mantan   Bab 27

    "Ingatanmu sangat hebat. Seingatku ada buku yang membahas tentang pengujian genetik di sini. Kenapa nggak ketemu ya?" keluh Freya.Daya ingat Nadine tidak sehebat itu, tetapi dia selalu mengingat pokok penting. Kebetulan sekali, dia membaca buku itu di perpustakaan 2 hari lalu. Tatapannya menyapu ke rak buku. Sesaat kemudian, dia bertanya, "Bu, ini bukunya?"Freya melihat sampul buku itu, lalu menyahut, "Ya, ya! Matamu tajam sekali. Aku cari setengah mati, tapi ternyata ada di depanku.""Taufan, sini. Buku ini ditambah beberapa tesis, seharusnya sudah cukup untuk dijadikan referensi. Kamu ambil dulu buku ini. Nanti kucari lagi buku lain," ujar Freya."Terima kasih, Bu." Taufan menerimanya. Dia sedang menulis tesis, tetapi kekurangan data. Karena mendengar Freya punya buku yang dia butuhkan, dia pun datang kemari.Freya lupa dirinya belum memperkenalkan Nadine kepada Taufan. Dia berkata, "Ini Nadine. Dulu dia muridku, sebentar lagi dia juga bakal jadi muridku lagi."Taufan termangu. Ses

  • Tak Sudi Merajut Cinta Dengan Mantan   Bab 28

    Eva memasang alarm pukul 7 pagi, tetapi terlambat bangun. Dia hampir terlambat, makanya terburu-buru begini."Lantai berapa?" tanya Nadine sambil menatap Eva dengan tenang."Lantai 2." Kalau dibandingkan dengan Nadine yang tenang, Eva yang berlarian jelas terlihat sangat kacau. Dia hanya bisa menggertakkan gigi dengan kesal.Keduanya sama-sama menuju ke lantai 2. Eva menyadari sesuatu, lalu melihat buku-buku di tangan Nadine. Dia bertanya dengan ekspresi aneh, "Kamu juga mau ke perpustakaan? Kamu mau ikut ujian pascasarjana?"Nadine tidak merespons dan ekspresinya terlihat datar. Eva meneruskan sendiri, "Banyak mahasiswa yang nggak lolos. Kamu sudah tamat bertahun-tahun. Mana mungkin bisa lolos?"Nadine membalas dengan nada datar, "Itu bukan urusanmu. Kamu bilang banyak mahasiswa yang nggak lolos. Apa kamu salah satunya?"Eva hampir mengamuk. Tahun ini adalah tahun ketiga kuliahnya. Dia tidak ingin bekerja, jadi berniat kuliah S2 juga. Lagi pula, masih ada satu tahun. Dia tidak perlu t

  • Tak Sudi Merajut Cinta Dengan Mantan   Bab 29

    Jantung Eva berdebar-debar. Setelah menarik napas dalam-dalam, dia mengikuti Reagan masuk.Eva tahu vila ini sangat besar, tetap tidak pernah masuk sebelumnya. Dekorasi di dalam benar-benar megah. Warnanya didominasi hitam, putih, dan abu. Tidak terlihat mencolok, tetapi tetap terkesan mewah.Eva mengikuti ekstrakurikuler seni saat tahun kedua kuliahnya. Dia tahu lukisan yang digantung di dinding dilukis oleh pelukis zaman dulu. Harganya sangat mahal. Bahkan, ada logo LV di tong sampah.Setelah melewati ruang tamu, terlihat taman indoor yang dirawat dengan sangat baik. Di sampingnya adalah teater, gym, dan terlihat satu set tongkat golf di sudut. Dengar-dengar, ada arena golf di kawasan vila ini.Eva mengepalkan tangannya. Sebelum bertemu Reagan, barang termewah yang pernah dilihatnya hanya tas Hermes edisi terbatas temannya. Harga untuk tas bekas itu mencapai 600 juta. Jika di kampung halamannya, uang 600 juta sudah bisa membeli rumah dengan tiga kamar.Sementara itu, ada banyak sekal

  • Tak Sudi Merajut Cinta Dengan Mantan   Bab 30

    "Hm?" Reagan mengangkat alis."Apa aku boleh mencatat sidik jariku di pintu?" Eva menunjuk pintu dengan ekspresi sedih sambil melanjutkan, "Aku sudah beberapa kali menunggumu di luar. Lihat, aku digigit nyamuk. Total ada tiga. Kamu tega melihatku begini?""Nggak tega," sahut Reagan."Hore!" Eva melompat dengan kegirangan. "Sebenarnya aku sengaja. Aku mau sidik jariku tercatat supaya aku bisa mencarimu kapan saja.""Dasar kamu ini. Kenapa seperti anak kecil saja?" Reagan tidak bisa menahan tawanya.Reagan membantu Eva mencatat sidik jari di pintu. Kemudian, dia teringat pada Eva yang berusaha memasak bubur untuknya dan digigit nyamuk karena menunggunya. Dia mengeluarkan dompetnya dan berujar, "Ini kartu kredit tambahanku. Limitnya 200 juta per bulan. Pakai saja."Eva menggigit bibirnya dengan panik. Dia menolak, "Ja ... jangan deh. Masa aku pakai uangmu?""Sudah seharusnya pria membelanjakan wanitanya," ucap Reagan."Begitu ya ....""Ambil saja, nggak usah merasa terbebani.""Baiklah. A

  • Tak Sudi Merajut Cinta Dengan Mantan   Bab 31

    Sejak tahun pertama S2, Taufan sudah membuat persiapan untuk ujian S3. Dia pun menemukan banyak materi yang cocok.Di bawah bimbingan Taufan, perkembangan belajar Nadine menjadi sangat pesat. Sepanjang pagi, Nadine berhasil menyelesaikan 2 set soal ujian.Ketika Taufan membantunya memeriksa, dia sangat terkejut karena tingkat akurasi mencapai 95%. Dengar-dengar, Nadine sudah tamat kuliah 3 tahun dan baru mulai belajar kembali. Siapa sangka ... wanita ini begitu cerdas. Pantas saja, Freya begitu menyukai Nadine.Nadine tidak tahu apa yang dipikirkan Taufan. Dia izin ke toilet sebentar. Di sisi lain, Eva buru-buru mengikutinya."Sebentar," panggil Eva.Nadine menoleh dan tidak terkejut melihat Eva. Dia bertanya, "Ada urusan apa?""Semalam aku ke vila Reagan dan masak bubur millet untuknya. Dia sangat suka dan makan sampai habis." Eva tersenyum lebar sampai memperlihatkan lesung pipinya, lalu meneruskan, "Selain itu ... Kak Reagan menyuruhku menginap di vilanya.""Aku baru tahu dia punya

  • Tak Sudi Merajut Cinta Dengan Mantan   Bab 32

    Tangan pria itu terlihat ramping dan indah. Nadine menoleh, lalu melihat kereta belanja yang berisikan makanan siap masak. Kemudian, dia mengalihkan pandangan dan mendapati pria itu menunduk menatapnya.Nadine tersenyum dan bertanya, "Kamu makan malam cuma makan itu?""Ehem, kadang aku pulang kemalaman, jadi malas pesan makanan dari luar. Yang penting makan," timpal Arnold dengan nada datar.Arnold meneruskan, "Aku sudah hitung kandungannya. Semua makanan ini cukup untuk memenuhi kebutuhan protein, vitamin, dan karbohidrat yang dibutuhkan manusia dalam sehari."Ketika melihat ekspresi serius Arnold, Nadine tidak bisa menahan tawa dan membalas, "Sepertinya kamu mempertimbangkan semua aspek dengan baik ya. Tapi, kalau bisa pilih antara makanan segar yang panas dan makanan siap masak, kamu pilih yang mana?"Arnold terdiam sesaat. Jawabannya sudah sangat jelas. Siapa yang tidak ingin makan makanan segar yang masih panas?Nadine tersenyum licik dan meneruskan, "Jadi, biar aku yang masak saj

  • Tak Sudi Merajut Cinta Dengan Mantan   Bab 33

    Beberapa adalah foto Kelly yang dipotret Nadine. Kelly baru turun dari kereta luncur sehingga ekspresinya terlihat seperti baru selamat dari pintu neraka. Nadine tak kuasa tertawa melihatnya.Foto terakhir adalah potretnya sendiri. Nadine hendak mematikan layar ponsel, tetapi tiba-tiba melihat dua sosok yang familier di belakangnya.Nadine menggigit bibirnya. Mungkin Kelly tidak sengaja memotret Eva dan Reagan.Nadine adalah tokoh utama di foto itu, tetapi kedua orang itu malah bergandengan tangan di belakangnya. Hal ini membuat Nadine terlihat seperti memasuki dunia orang lain....."Bibi Julia!" seru Reagan dengan wajah pucat sambil mencengkeram perutnya.Vila sunyi senyap, tidak ada respons apa pun. Pagi-pagi Reagan terbangun karena perutnya sakit. Sekujur tubuhnya dingin. Dia ingin muntah, tetapi tidak bisa. Perasaan seperti ini sangat familier. Gastropatinya kambuh.Reagan tahu ada stok obat di rumahnya. Dia mulai mengubrak-abrik untuk mencari. Namun, yang ada hanya kotak obat yan

  • Tak Sudi Merajut Cinta Dengan Mantan   Bab 34

    Nadine sontak termangu. Adegan Reagan dan Eva bergandengan tangan muncul di benaknya. Kemudian, dia berkata dengan nada datar, "Ke rumah sakit saja. Aku bukan dokter."Selesai berbicara, Nadine langsung mengakhiri panggilan. Nadanya yang begitu datar seolah-olah mengisyaratkan bahwa mereka adalah orang asing sekarang.Reagan murka hingga menggertakkan gigi. Sekujur tubuhnya gemetaran. Dia langsung membanting ponsel itu ke dinding.Julia pun tercengang melihat ponselnya yang hancur. Itu ponselnya!Reagan merasa perutnya makin sakit karena Nadine. Pada akhirnya, dia masuk ke kamarnya dan mengunci pintu untuk membuktikan dirinya bisa hidup tanpa Nadine. Nadine mengira dirinya tidak bisa hidup tanpanya? Konyol sekali!Julia menatap ponselnya yang hancur, lalu teringat pada obrolan singkat Reagan dengan Nadine. Dia hanya bisa menggeleng dan menghela napas. Entah apa yang dipikirkan bosnya ini. Nadine adalah wanita yang begitu baik, tetapi Reagan malah mencampakkannya.Sore hari, setelah sel

Latest chapter

  • Tak Sudi Merajut Cinta Dengan Mantan   Bab 715

    Stendy menyahut, "Aku pikir-pikir dulu, nanti baru kita putuskan setelah ketemu.""Oke." Nadine mengakhiri panggilan, lalu langsung memakai jaket bulu tebal dan sepatu bot musim dingin, juga mengambil tas. Dia keluar dalam waktu kurang dari tiga menit!Cuaca tidak sedingin sebelumnya lagi, tetapi matahari masih tidak muncul.Begitu turun, Nadine langsung melihat Stendy berdiri di ujung gang, bersandar santai di samping mobil Maybach edisi terbatas. Pria yang memakai mantel hitam itu pun memutar-mutar kunci mobilnya.Begitu melihat Nadine, tubuh Stendy langsung tegak. Nadine tersenyum dan berjalan mendekat. Wajah Stendy yang tadi terlihat agak dingin langsung berubah cerah, bibirnya tersenyum.Begitu masuk mobil, Stendy menyerahkan sekantong sarapan, "Nih, susu kedelai dan roti, makan selagi masih hangat."Nadine menaikkan alisnya. "Pak Stendy bukan cuma jadi sopir, tapi juga beliin aku sarapan? Ini layanan bintang lima sih. Aku nggak berani menikmatinya."Stendy terkekeh-kekeh. "Kenapa

  • Tak Sudi Merajut Cinta Dengan Mantan   Bab 714

    "Nad, sejak pertama kali kita ketemu di kafe, aku ....""Eh? Pak Arnold, Nadine, kok berdiri di sana? Nggak naik?" Tetangga mereka yang tinggal di lantai bawah, datang dengan membawa banyak kantong belanjaan. Begitu melihat mereka, dia langsung menyapa dengan ramah."Dingin banget ya hari ini, aku hampir beku .... Tapi karena diskon, aku tetap keluar malam-malam begini!"Supermarket besar di dekat sana memang sering mengadakan diskon besar setelah pukul 9 malam. Sebagai orang yang pintar mengatur uang, wanita ini sering keluar malam untuk belanja hemat.Situasi sekarang jelas tidak cocok untuk melanjutkan obrolan mereka. Arnold terpaksa menelan kembali semua yang ingin dia ucapkan tadi."Ayo, kita sama-sama naik!" ajak wanita itu.Nadine melangkah maju, langsung mengambil salah satu kantong belanjaan dari tangan wanita itu. "Biar kubantu ...."Namun, Arnold langsung mengambil alih kantong belanjaan itu dari tangan Nadine. Dengan cepat, dia berjalan di depan mereka. "Biar aku saja."Wan

  • Tak Sudi Merajut Cinta Dengan Mantan   Bab 713

    Nadine tersenyum mencela dirinya sendiri.Arnold tiba-tiba terdiam, napasnya tercekat. Entah kenapa, senyuman kecil di ujung bibir gadis itu membuat hatinya terasa panik. Seolah-olah dia baru saja melewatkan sesuatu yang sangat penting.Mereka meninggalkan pabrik saat senja hari. Satpam yang berjaga sudah berganti. Paman ramah penuh canda tawa tadi sudah pulang, digantikan oleh seorang pemuda yang tampak pemalu.Setelah menerima kunci dari mereka, pemuda itu meletakkannya, lalu membukakan pintu gerbang untuk mereka.Langit belum sepenuhnya gelap. Cahaya senja menyelimuti cakrawala dalam warna kelabu suram. Di sepanjang jalan, cabang-cabang pohon yang gundul menambah kesan sepi.Nadine dan Arnold berjalan berdampingan tanpa berbicara. Keheningan mengisi jarak di antara mereka. Arnold sempat membuka mulut, tetapi tidak tahu harus mulai dari mana.Dia bisa merasakan perubahan suasana hati Nadine, tetapi tidak tahu penyebabnya. Jadi, yang bisa dia lakukan hanyalah diam dan berhati-hati aga

  • Tak Sudi Merajut Cinta Dengan Mantan   Bab 712

    Diskusi akademik antara keduanya akhirnya mencapai akhir. Kelly tidak bisa menahan diri untuk menghela napas panjang."Lain kali jangan ajak aku ke acara akademik kayak gini lagi ya. Buat capek saja ...." Kelly bergumam pelan, lalu mengangkat tangan memberi isyarat kepada pramusaji untuk menyajikan makanan.Seperti yang sudah diduga, semuanya adalah makanan favorit Nadine!Selesai makan, Kelly awalnya ingin jalan-jalan sebentar. Namun, baru saja keluar dari restoran, dia langsung menerima telepon kerja. "Iya, iya! Tunggu sehari lagi bisa mati ya?"Meskipun mengomel, dia tetap buru-buru pergi ke kantor setelah menutup telepon. Sebelum pergi, dia tidak lupa berpesan, "Kak Arnold, hari ini ulang tahun Nadine, kamu temani dia ya! Pokoknya turuti semua yang dia mau!""Oke." Setelah melihat Kelly pergi, Arnold tersenyum menatap Nadine. "Mau ke mana?""Benaran bisa ke mana saja?" Mata Nadine berbinar.Arnold berpikir sebentar. "Selama masih dalam batas kemampuanku.""Kalau begitu, boleh nggak

  • Tak Sudi Merajut Cinta Dengan Mantan   Bab 711

    "Ayo, biar aku pakaikan untukmu." Kelly memasangkan gelang itu ke pergelangan tangan Nadine yang ramping. Gelang itu membuat kulit putih Nadine terlihat semakin bersinar. "Aku tahu model dan warna ini cocok banget sama kamu!"Nadine menunduk melihatnya, semakin dilihat semakin suka.Kelly tiba-tiba bertanya, "Kamu kira ini udah selesai?""Hm?" Nadine mengangkat kepala dengan bingung. Masih ada acara lain?Kelly tersenyum tanpa menjawab, lalu mengangguk kecil ke arah pramusaji. Detik berikutnya, lagu ulang tahun mulai mengalun di dalam ruang privat.Diiringi musik yang lembut, Arnold mendorong masuk sebuah kue dan berjalan ke arah mereka. Di atas krim putih dan merah muda, berdiri boneka fondan yang sangat cantik.Matanya besar, ekspresinya penuh percaya diri dan ceria. Jelas, itu versi kartun dari Nadine sendiri. Di sekelilingnya pun dihiasi mutiara merah muda. Sederhana, tetapi sangat indah."Pak Arnold?" Nadine tak bisa menyembunyikan keterkejutannya.Arnold menatapnya, bibirnya meny

  • Tak Sudi Merajut Cinta Dengan Mantan   Bab 710

    Irene berkata, "Sayang, selamat ulang tahun! Sebenarnya, aku dan ayahmu mau datang ke Kota Juanin dua hari lebih awal untuk merayakan ulang tahunmu.""Tapi, penerbit mendadak kasih tahu Seven Days akan dicetak ulang dan mereka mengirim 3 kotak penuh halaman depan untuk kutandatangani. Jadi, setelah berdiskusi dengan ayahmu, kami memutuskan untuk menunda kunjungan dan akan datang lain kali."Irene juga merasa tidak berdaya. Buku barunya laris manis dan sudah cetakan ketiga. Sekarang di ruang kerjanya, masih ada ribuan halaman depan yang menunggu tanda tangannya. Kadang, punya buku yang laris juga menjadi tantangan tersendiri.Nadine mengedipkan matanya dengan penuh pengertian. "Ibuku terkenal! Wajar dong kalau sibuk!"Nada dan ekspresi bangganya membuat Irene tertawa."Duh, kamu nggak tahu! Sekarang ibumu benar-benar terkenal! Beberapa waktu lalu, ada seorang penggemar fanatik berhasil mendapat nomor telepon ibumu.""Begitu menelepon, dia langsung bilang ingin mendapat buku dengan tanda

  • Tak Sudi Merajut Cinta Dengan Mantan   Bab 709

    Di tengah musim dingin yang menusuk, kompleks apartemen tua mulai sepi setelah pukul 9 malam. Lampu jalan di sekitar sering mati. Karena khawatir akan keselamatannya, Arnold selalu turun menunggunya setiap kali ada waktu.Meskipun waktu kepulangan Nadine tidak selalu sama, biasanya hanya selisih 20 atau 30 menit. Namun, malam ini dia terlambat hingga 2 jam, bahkan turun dari mobil Stendy. Arnold menebak, pasti ada sesuatu yang terjadi di jalan.Angin malam bertiup, membawa hawa dingin yang menusuk. Melihat ujung hidung Nadine yang merah karena kedinginan, Arnold berkata, "Ayo masuk, di luar terlalu dingin. Kita bicara di dalam saja."Nadine mengangguk, meniup telapak tangannya yang dingin, lalu berbalik untuk mengucapkan selamat tinggal kepada Stendy.Di bawah sorot lampu malam, dua sosok berjalan berdampingan, langkah mereka pun seirama. Lampu di tangga menyala satu per satu, samar-samar terdengar percakapan ringan.Stendy tetap berdiri di tempatnya, menatap ke arah mereka pergi. Dala

  • Tak Sudi Merajut Cinta Dengan Mantan   Bab 708

    Nadine menoleh. Stendy menatapnya dengan bingung."Pak Stendy, sepertinya aku merepotkanmu lagi."Stendy sempat tertegun, lalu tersenyum tipis, "Aku suka direpotkan olehmu."Nadine menunduk, "Tapi rasa sukamu itu ... sepertinya aku nggak punya apa pun untuk membalasnya selain dengan ucapan terima kasih. Apakah itu sepadan?"Sebuah kalimat dengan makna ganda.Stendy tidak menyangka Nadine akan berterus terang seperti ini. Dia diam sejenak, lalu tetap tersenyum, "Sejak awal, sikapmu sudah sangat jelas. Tapi, sikapku juga sama jelasnya. Menolak adalah hakmu, tapi bertahan adalah pilihanku. Aku selalu percaya ...."Nadine mengangkat wajah.Stendy menatap matanya, lalu berkata dengan pelan, "Ketulusan akan menembus hati sekeras apa pun. Kalau sekarang belum tembus, berarti waktunya belum tiba.""Kalau waktunya memang nggak pernah datang?" tanyanya."Aku akan terus menunggu.""Itu akan membuatmu kecewa," ujarnya."Aku siap kalah, jadi aku nggak takut," jawabnya.Nadine membungkuk masuk ke da

  • Tak Sudi Merajut Cinta Dengan Mantan   Bab 707

    Pria gemuk itu juga akhirnya berhenti berpura-pura, "Kami ini sudah sangat sopan sama kamu! Kalau di kampung kami, wanita keras kepala seperti kamu sudah dihajar sampai babak belur! Kalau kamu nurut dan kasih satu miliar, kami langsung pergi!"Si kakek menghela napas, lalu mulai berperan pura-pura bijak, "Nona, kenapa harus begini? Kalau kamu tadi nurut dari awal, dua anakku juga nggak bakal marah. Cuma karena uang segitu, kamu rela mempertaruhkan keselamatanmu?""Kami cuma cari uang. Kamu saja nyetir Mercy. Uang satu miliar cuma recehan bagi kamu. Tenang saja, kami orangnya bisa dipercaya. Selama kamu mau bayar, kami langsung pergi dan nggak akan ganggu kamu lagi!"Nadine tak menyangka mereka seberani ini. Sudah tidak memakai kedok sama sekali. Apa bedanya dengan perampokan?Meski belum pernah mengalami situasi seperti ini, dia tetap tahu prinsip mengorbankan harta demi keselamatan. Akan tetapi ... satu miliar? Mustahil.Dengan wajah dingin, dia menjawab, "Aku cuma punya 60 juta. Mau

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status