Share

Bab 23

Author: Patricia
Saat ini, terdengar suara staf. "Masalah jalur sudah teratasi. Silakan berbaris untuk keluar."

Orang-orang mulai berbaris sehingga kekacauan pun berakhir. Nadine malas menghiraukan Reagan. Dia langsung berjalan keluar.

Reagan menarik lengannya dari genggaman Eva, lalu mengikuti di belakang. Eva menggertakkan gigi sambil memanggil, "Kak, tunggu aku ...."

Di depan sana, Kelly sudah menunggu di luar sejak tadi. Ketika mendengar ada masalah di dalam, dia langsung cemas karena Nadine belum keluar. Kalau bukan karena dihalangi staf, dia pasti sudah menerobos masuk.

Untungnya, sebelum 30 menit berlalu, Nadine keluar dalam keadaan selamat. Kelly buru-buru menghampiri dan bertanya, "Kamu baik-baik saja, 'kan? Tadi aku dengar suara alarm. Mengejutkanku saja."

"Aku nggak apa-apa. Ayo, kita pulang." Setelah bermain seharian, Nadine benar-benar sudah lelah.

Kelly mengangguk. "Ya sudah, kita .... Eh? Bukannya itu Reagan?"

Terlihat Reagan dan Eva berjalan keluar bersama.

"Kenapa bisa ketemu 2 makhluk
Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter

Related chapters

  • Tak Sudi Merajut Cinta Dengan Mantan   Bab 24

    Reagan sedang menikmati makan malam romantis dengan Eva di restoran. Ketika melihat pesan-pesan itu, ekspresinya langsung menjadi masam. Eva tentu melihatnya. Dia bertanya dengan hati-hati, "Ada apa?"Reagan menahan emosinya dan tidak melontarkan sepatah kata pun. Kemudian, dia membalas pesan.[ Bukan urusanku. ]Stendy menatap layar ponsel sambil tersenyum misterius dan mengirim pesan lagi.[ Sepertinya kali ini kalian serius mau putus ya? ]Reagan melirik sekilas, lalu menggertakkan gigi dan mengetik pesan yang berusaha menunjukkan dirinya tidak peduli.[ Ya. Kamu keberatan? ][ Stendy: Nggak, aku nggak keberatan. ]Stendy menambahkan emotikon menyerah di belakang pesannya.[ Stendy: Gimana kalau ada pria yang mengejar Nadine? Kamu seharusnya nggak keberatan, 'kan? ][ Teddy: Kenapa? Jangan-jangan kamu ingin mengejar Nadine? ]Dengan ekspresi agak suram, Stendy mengirim GIF mengangguk.[ Philip: Hahahaha! ][ Stendy: Dasar kamu ini. ]Tidak ada yang percaya. Reagan tidak peduli. Dia

  • Tak Sudi Merajut Cinta Dengan Mantan   Bab 25

    Stendy tidak banyak tanya. Dia tersenyum dan menawarkan, "Aku baru buka burgundi ini. Mau nggak?"Stendy menuangkan setengah gelas untuk Reagan, lalu menyodorkannya. Reagan mengambilnya dan menyesapnya. Dia memuji, "Hm, lumayan."Sesaat kemudian, Reagan berpura-pura bertanya dengan tidak peduli, "Bukannya kamu bilang ada Nadine di sini? Kenapa aku nggak melihatnya?""Jangan-jangan kamu kemari untuk melihatnya?" goda Stendy sambil menggoyang gelasnya dan tersenyum tipis."Heh. Aku cuma datang untuk minum-minum. Masa tanya saja nggak boleh?" sahut Reagan dengan ekspresi suram.Stendy mengedikkan bahu dan berkata, "Aku ketemu dia di koridor tadi. Dia juga datang untuk minum-minum. Tapi, aku rasa dia sudah pulang sejak tadi."Reagan tidak berbicara lagi. Hanya saja, ekspresinya menjadi lebih baik. Ternyata, Nadine memang tidak cocok dengan lingkungan seperti ini.Reagan meletakkan gelasnya, lalu bangkit dan berujar, "Aku masih harus kerja besok. Aku pergi dulu. Kutraktir kalian semua hari

  • Tak Sudi Merajut Cinta Dengan Mantan   Bab 26

    Kehidupan belajar sangat membosankan, tetapi Nadine sudah terbiasa. Hari ini, dia selesai belajar. Setelah pulang, Nadine memijat bahunya dan ingin istirahat. Namun, Freya tiba-tiba meneleponnya.Freya menanyakan kemajuan belajar Nadine. Nadine melaporkan secara singkat. Freya pun tidak bertanya lagi karena Nadine bukan mahasiswi yang perlu dicemaskannya.Nadine tersenyum. Tiba-tiba, Freya berkata, "Besok pagi kamu datang ke rumahku."Usai mengatakan itu, Freya buru-buru mengakhiri panggilan karena khawatir ditolak Nadine.Keesokan hari, Nadine bangun pagi dan menghabiskan 30 menit untuk masak sarapan. Tentunya, dia tidak lupa menyiapkan sarapan untuk Arnold yang tinggal di sebelah.Sejak kemarin, Nadine tidak mendengar suara apa pun dari kamar Arnold. Dia bisa menebak bahwa Arnold bergadang di laboratorium.Begitu membuka pintu, Nadine benar-benar bertemu Arnold yang baru pulang. Sudah 2 minggu berlalu sejak malam hujan itu. Mungkin karena bekerja keras di laboratorium, pakaian Arnold

  • Tak Sudi Merajut Cinta Dengan Mantan   Bab 27

    "Ingatanmu sangat hebat. Seingatku ada buku yang membahas tentang pengujian genetik di sini. Kenapa nggak ketemu ya?" keluh Freya.Daya ingat Nadine tidak sehebat itu, tetapi dia selalu mengingat pokok penting. Kebetulan sekali, dia membaca buku itu di perpustakaan 2 hari lalu. Tatapannya menyapu ke rak buku. Sesaat kemudian, dia bertanya, "Bu, ini bukunya?"Freya melihat sampul buku itu, lalu menyahut, "Ya, ya! Matamu tajam sekali. Aku cari setengah mati, tapi ternyata ada di depanku.""Taufan, sini. Buku ini ditambah beberapa tesis, seharusnya sudah cukup untuk dijadikan referensi. Kamu ambil dulu buku ini. Nanti kucari lagi buku lain," ujar Freya."Terima kasih, Bu." Taufan menerimanya. Dia sedang menulis tesis, tetapi kekurangan data. Karena mendengar Freya punya buku yang dia butuhkan, dia pun datang kemari.Freya lupa dirinya belum memperkenalkan Nadine kepada Taufan. Dia berkata, "Ini Nadine. Dulu dia muridku, sebentar lagi dia juga bakal jadi muridku lagi."Taufan termangu. Ses

  • Tak Sudi Merajut Cinta Dengan Mantan   Bab 28

    Eva memasang alarm pukul 7 pagi, tetapi terlambat bangun. Dia hampir terlambat, makanya terburu-buru begini."Lantai berapa?" tanya Nadine sambil menatap Eva dengan tenang."Lantai 2." Kalau dibandingkan dengan Nadine yang tenang, Eva yang berlarian jelas terlihat sangat kacau. Dia hanya bisa menggertakkan gigi dengan kesal.Keduanya sama-sama menuju ke lantai 2. Eva menyadari sesuatu, lalu melihat buku-buku di tangan Nadine. Dia bertanya dengan ekspresi aneh, "Kamu juga mau ke perpustakaan? Kamu mau ikut ujian pascasarjana?"Nadine tidak merespons dan ekspresinya terlihat datar. Eva meneruskan sendiri, "Banyak mahasiswa yang nggak lolos. Kamu sudah tamat bertahun-tahun. Mana mungkin bisa lolos?"Nadine membalas dengan nada datar, "Itu bukan urusanmu. Kamu bilang banyak mahasiswa yang nggak lolos. Apa kamu salah satunya?"Eva hampir mengamuk. Tahun ini adalah tahun ketiga kuliahnya. Dia tidak ingin bekerja, jadi berniat kuliah S2 juga. Lagi pula, masih ada satu tahun. Dia tidak perlu t

  • Tak Sudi Merajut Cinta Dengan Mantan   Bab 29

    Jantung Eva berdebar-debar. Setelah menarik napas dalam-dalam, dia mengikuti Reagan masuk.Eva tahu vila ini sangat besar, tetap tidak pernah masuk sebelumnya. Dekorasi di dalam benar-benar megah. Warnanya didominasi hitam, putih, dan abu. Tidak terlihat mencolok, tetapi tetap terkesan mewah.Eva mengikuti ekstrakurikuler seni saat tahun kedua kuliahnya. Dia tahu lukisan yang digantung di dinding dilukis oleh pelukis zaman dulu. Harganya sangat mahal. Bahkan, ada logo LV di tong sampah.Setelah melewati ruang tamu, terlihat taman indoor yang dirawat dengan sangat baik. Di sampingnya adalah teater, gym, dan terlihat satu set tongkat golf di sudut. Dengar-dengar, ada arena golf di kawasan vila ini.Eva mengepalkan tangannya. Sebelum bertemu Reagan, barang termewah yang pernah dilihatnya hanya tas Hermes edisi terbatas temannya. Harga untuk tas bekas itu mencapai 600 juta. Jika di kampung halamannya, uang 600 juta sudah bisa membeli rumah dengan tiga kamar.Sementara itu, ada banyak sekal

  • Tak Sudi Merajut Cinta Dengan Mantan   Bab 30

    "Hm?" Reagan mengangkat alis."Apa aku boleh mencatat sidik jariku di pintu?" Eva menunjuk pintu dengan ekspresi sedih sambil melanjutkan, "Aku sudah beberapa kali menunggumu di luar. Lihat, aku digigit nyamuk. Total ada tiga. Kamu tega melihatku begini?""Nggak tega," sahut Reagan."Hore!" Eva melompat dengan kegirangan. "Sebenarnya aku sengaja. Aku mau sidik jariku tercatat supaya aku bisa mencarimu kapan saja.""Dasar kamu ini. Kenapa seperti anak kecil saja?" Reagan tidak bisa menahan tawanya.Reagan membantu Eva mencatat sidik jari di pintu. Kemudian, dia teringat pada Eva yang berusaha memasak bubur untuknya dan digigit nyamuk karena menunggunya. Dia mengeluarkan dompetnya dan berujar, "Ini kartu kredit tambahanku. Limitnya 200 juta per bulan. Pakai saja."Eva menggigit bibirnya dengan panik. Dia menolak, "Ja ... jangan deh. Masa aku pakai uangmu?""Sudah seharusnya pria membelanjakan wanitanya," ucap Reagan."Begitu ya ....""Ambil saja, nggak usah merasa terbebani.""Baiklah. A

  • Tak Sudi Merajut Cinta Dengan Mantan   Bab 31

    Sejak tahun pertama S2, Taufan sudah membuat persiapan untuk ujian S3. Dia pun menemukan banyak materi yang cocok.Di bawah bimbingan Taufan, perkembangan belajar Nadine menjadi sangat pesat. Sepanjang pagi, Nadine berhasil menyelesaikan 2 set soal ujian.Ketika Taufan membantunya memeriksa, dia sangat terkejut karena tingkat akurasi mencapai 95%. Dengar-dengar, Nadine sudah tamat kuliah 3 tahun dan baru mulai belajar kembali. Siapa sangka ... wanita ini begitu cerdas. Pantas saja, Freya begitu menyukai Nadine.Nadine tidak tahu apa yang dipikirkan Taufan. Dia izin ke toilet sebentar. Di sisi lain, Eva buru-buru mengikutinya."Sebentar," panggil Eva.Nadine menoleh dan tidak terkejut melihat Eva. Dia bertanya, "Ada urusan apa?""Semalam aku ke vila Reagan dan masak bubur millet untuknya. Dia sangat suka dan makan sampai habis." Eva tersenyum lebar sampai memperlihatkan lesung pipinya, lalu meneruskan, "Selain itu ... Kak Reagan menyuruhku menginap di vilanya.""Aku baru tahu dia punya

Latest chapter

  • Tak Sudi Merajut Cinta Dengan Mantan   Bab 661

    Saat ini, Nadine tertarik pada sesuatu di rak lain, sama sekali tidak menyadari bahwa dua pria di sampingnya sedang berkonflik sengit.Setelah Arnold selesai membayar, dia menoleh dan melihat Nadine sedang menatap sebuah kue fondan di dalam etalase. Lima tingkat, setiap tingkat menampilkan figur karakter yang unik."Bagus?""Bagus." Nadine mengangguk. "Dibuat dengan sangat detail."Dia menunjuk ke tingkat kedua. "Pak, menurutmu orang yang berkacamata dan mengerutkan dahi ini mirip kamu nggak?"Arnold menatapnya sejenak, lalu menyahut dengan serius, "Nggak mirip. Aku 'kan nggak sering mengerutkan dahi."Nadine berujar, "Tapi, bisa jadi kamu sering mengerutkan dahi tanpa sadar? Misalnya, sekarang ini."Arnold langsung termangu, seperti anak kecil yang ketahuan melakukan kesalahan. Dia mendadak merasa malu dan canggung."Hahaha ...." Nadine tidak bisa menahan tawa. "Kamu lucu juga."Saat mereka bertiga baru saja keluar dari toko kue, ponsel Arnold berbunyi."Halo, Ibu?""Arnold, pulang ke

  • Tak Sudi Merajut Cinta Dengan Mantan   Bab 660

    Selesai makan, Inez pergi membayar tagihan.Keduanya hampir tidak menyentuh makanan mereka, masih tersisa cukup banyak di meja.Kedua ibu ini tenggelam dalam pikirannya masing-masing, dengan kekhawatiran yang berbeda. Sementara itu, Stendy dan Arnold bisa dibilang sama-sama mendapatkan hasil yang memuaskan.Yang satu membeli jas, yang satu membeli sepatu kulit. Semuanya berjalan lancar.Stendy menawarkan, "Di depan ada jual teh susu, mau beli?"Arnold juga menawarkan, "Toko kue di sebelah situ cukup terkenal ...."Keduanya berbicara hampir bersamaan. Kemudian, mereka saling bertukar pandang, seakan-akan ada ketegangan yang tak terlihat.Stendy bertanya, "Nad, kita beli teh susu?"Arnold bertanya, "Mau lihat-lihat nggak?"Dua pria dewasa itu sama-sama menatapnya dengan penuh harap.Nadine sungguh kehabisan kata-kata. Lagi-lagi begini!"Gimana kalau kalian pergi beli sendiri dan aku ke toilet?"Stendy mengangguk. "Oke." Kemudian, dia menoleh ke Arnold dan bertanya dengan nada santai, "Pa

  • Tak Sudi Merajut Cinta Dengan Mantan   Bab 659

    Begitu mendongak dan melihat Nadine, wajah yang awalnya tanpa ekspresi langsung tersenyum tipis.Nadine berpikir, karena ini untuk orang tua, memilih sepatu tidak bisa hanya mempertimbangkan modelnya, tetapi juga kenyamanannya. Namun, tidak bisa juga hanya mengutamakan kenyamanan dan mengabaikan modelnya.Dia teringat pertemuan di toko buku. Pria tua itu bertongkat, mengenakan rompi, rambut tersisir rapi, memancarkan aura seorang gentleman dari ujung kepala hingga kaki. Dalam hal berpakaian, beliau pasti juga sangat memperhatikan detail.Karena itu, Nadine menghabiskan lebih banyak waktu untuk memilih.Umumnya, bahan kulit untuk sepatu hanya ada beberapa jenis. Dia menunjuk 2 sepatu yang paling nyaman, lalu meminta pramuniaga untuk mengeluarkan semua model yang tersedia dengan bahan tersebut.Sementara itu, Arnold pergi ke toilet.Tak lama kemudian, Nadine sudah memilih 2 pasang."Menurutku dua-duanya bagus. Pak Stendy, kamu pilih salah satu?"Stendy langsung mengeluarkan kartu. "Pilih

  • Tak Sudi Merajut Cinta Dengan Mantan   Bab 658

    Arnold berpikir sejenak. "Abu muda saja."Mata Nadine langsung berbinar-binar. Itu juga warna yang dia sukai!Arnold memberi isyarat pada pramuniaga. "Ambil yang ini, tolong gesek kartunya."Setelah Arnold berganti kembali ke pakaiannya sendiri, Nadine menunjuk ke kerah bajunya. "Ini belum rapi."Arnold mencoba merapikannya, tetapi tetap belum benar. Akhirnya, Nadine mengambil inisiatif untuk membantunya.Arnold cukup tinggi, jadi Nadine harus sedikit berjinjit. Keduanya berdiri sangat dekat, begitu dekat hingga bisa merasakan napas satu sama lain.Aroma khas dari tubuh Nadine meresap ke dalam indra penciuman Arnold. Jantungnya berdetak kencang, bahkan dia refleks menelan ludah.Arnold bisa merasakan dengan jelas jari-jari ramping Nadine yang merapikan kerah bajunya. Ujung jari hangatnya tanpa sengaja menyentuh kulit lehernya, mengirimkan sensasi seolah-olah ada aliran listrik yang menyentuh jiwanya.....Hari ini, Yenny ada janji makan malam dengan seseorang. Karena masih ada waktu, d

  • Tak Sudi Merajut Cinta Dengan Mantan   Bab 657

    Henry langsung bersemangat. Bukan hanya memasukkan patung tanah liat ke dalam kotak, tetapi juga memberikan tas kertas sebagai tambahan."Hati-hati di jalan! Kapan-kapan mampir lagi ...."Henry melambaikan tangan ke arah punggung Arnold, lalu mendekat ke layar ponsel dengan bangga dan berkata, "Lihat, 'kan? Aku sudah bilang kalau aku jago membuat patung. Kakak tadi jelas sangat menyukainya!"[ Ehem! Sadar sedikit! Yang dia suka itu wanita tadi, bukan patung tanah liatmu! ][ Jadi, cowok tadi diam-diam kembali sendiri untuk membeli patungnya? ][ Aku tebak mereka berdua pasti masih belum mengungkapkan perasaan untuk satu sama lain. ][ Detektif di atas, aku salut padamu! ]....Nadine melihat Arnold kembali dengan sebotol air, tetapi di tangannya ada satu tas tambahan. Dia tidak bisa menahan rasa penasaran. "Itu apa?"Arnold menjawab dengan santai, "Cuma beli sedikit barang sekalian."Nadine tidak berpikir terlalu jauh. Mereka menyeberang dan berjalan menyusuri pusat perbelanjaan di dep

  • Tak Sudi Merajut Cinta Dengan Mantan   Bab 656

    "Maaf!""Maaf ya ...."Keduanya berbicara dan mundur pada saat yang sama. Tatapan mereka bertemu. Selain rasa canggung, ada juga sedikit kehangatan yang mulai muncul."Kamu ....""Aku ....""Pak, gimana kalau kamu bicara dulu?"Arnold menunduk sedikit, seperti sedang berpikir atau mungkin ragu. Saat dia mendongak, sepertinya dia sudah mengambil keputusan besar. "Nad, sebenarnya aku ....""Lihat, sudah jadi ...." Suara santai dari pemilik lapak terdengar.Nadine yang wajahnya sudah merah karena malu, merasa seperti diselamatkan. Dia buru-buru menoleh ke arah pemilik lapak. "Secepat ini?""Gimana lagi? Aku memang seberbakat itu." Sambil menanggapi, dia menyodorkan patung tanah liat ke arah Nadine.Nadine hanya melirik sekilas, lalu sudut bibirnya langsung berkedut. Benar saja, tidak boleh berharap terlalu banyak.Patung-patung sebelumnya memang tidak begitu jelas, tetapi setidaknya masih memiliki fitur wajah. Namun, yang ini ....Tidak ada wajah, hanya dua bentuk manusia yang samar, deng

  • Tak Sudi Merajut Cinta Dengan Mantan   Bab 655

    Arnold mengamati figur tanah liat itu dengan saksama. Sekilas memang terlihat seperti sosok manusia, tapi bentuknya hanya berupa garis besar yang samar. Bahkan, jika dibilang berbentuk manusia pun rasanya agak dipaksakan.Apalagi tentang detail ekspresi dan gerakannya, tidak ada satu pun yang terlihat! Akhirnya, Arnold mengutarakan pendapatnya dengan jujur. "Hmm ... sepertinya dibuat agak asal-asalan. Aku nggak bisa tebak."Dia melirik ke arah kerajinan lain yang dipajang di lapak itu. Ternyata, semua figur tanah liat di sini memiliki gaya yang sama. Singkatnya, mereka semua jelek. Namun, yang lebih aneh lagi, tidak ada penjual di lapak ini.Di sana hanya ada sebuah tripod dengan sebuah ponsel terpasang di atasnya. Yang lebih mencurigakan lagi, kamera ponsel itu menghadap ke arah mereka.Nadine berpikir sejenak, lalu berkata, "Memang terlihat asal-asalan, tapi kalau dilihat dari sudut ini ... sepertinya agak mirip Cupid, bukan?"Begitu dia selesai berbicara, seseorang tiba-tiba muncul

  • Tak Sudi Merajut Cinta Dengan Mantan   Bab 654

    "Sudah makan siang?" tanya Arnold."Belum. Kamu?""Kebetulan, aku juga belum."Tatapan mereka bertemu. Sesuatu yang disebut "kekompakan" perlahan menyelimuti mereka.Dua puluh menit kemudian ....Nadine dan Arnold duduk di sebuah restoran barbeku. Di atas panggangan, lemak dari potongan daging sapi mulai meleleh dan mengeluarkan suara desisan menggoda.Daging yang sedang dipanggang itu berwarna keemasan dengan sedikit bagian yang renyah, menciptakan perpaduan sempurna antara lemak dan daging. Dengan gerakan terampil, Arnold membalikkan daging beberapa kali, memastikan bagian luarnya matang sempurna.Kemudian, dia mengambil selembar selada segar, meletakkan daging di atasnya, membungkusnya dengan rapi, lalu menyodorkannya ke arah Nadine.Nadine yang sedang sibuk membalas pesan di ponselnya, tidak langsung menyadari. Ketika mendongak, dia terkejut sesaat. "Pak Arnold, aku bisa ambil sendiri ...."Namun, Arnold tidak menarik kembali tangannya. "Buka mulut."Nadine terdiam.Arnold terkekeh

  • Tak Sudi Merajut Cinta Dengan Mantan   Bab 653

    Nadine bercanda, "Kak, kamu mau berinvestasi di semua proyek laboratorium kami hanya dengan 200 juta? Murah sekali!"Aditya tertawa. "Mana berani aku punya mimpi sebesar itu? Satu proyek saja sudah cukup!"Karena dia sudah berbicara sejauh ini, Nadine akhirnya menerima uang itu.Aditya sendiri tidak pernah menyangka bahwa 200 juta yang dia berikan begitu saja dengan alasan sederhana ini, suatu hari nanti akan membawa keuntungan yang luar biasa besar baginya.....Setelah laboratorium baru mulai beroperasi, laboratorium sementara di Universitas Teknologi dan Bisnis tidak lagi digunakan. Dulu, Moesda berbaik hati meminjamkan tempat itu kepada mereka. Meskipun itu lebih karena koneksi dengan Arnold, Nadine tetap sangat berterima kasih.Oleh karena itu, dia membeli bunga dan buah-buahan pada hari Sabtu, lalu datang langsung untuk mengembalikan kunci laboratorium serta mengungkapkan rasa terima kasihnya.Kantor Moesda berada di lantai tiga gedung administrasi Universitas Teknologi dan Bisni

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status