Esa Dia Esaku. Penerang dalam gelapku, peneduh dari hujanku, penghangat dalam diriku. Leyka Aku tidak tahu apa arti dari nama ku. Seperti untuk kehidupan Esa. Aku tidak tahu apa arti hidupku untuk Esa. Kami dibedakan oleh ekonomi dan disatukan oleh takdir. Aku mengetahui perasaanku pada Esa. Tapi Esa tak pernah tahu akan hal itu. Aku juga tidak tahu bagaimana perasaan Esa kepadaku. Meski kami tidak bisa bersatu, aku akan tetap melindungi dan menyayangi Esa, karena dia adalah Esaku.
Lihat lebih banyakNamanya Esa. Nama panjangnya Esa Juniansyah, umurnya sudah menginjak 18 tahun. Hanya beda beberapa bulan saja dengan ku. Esa lahir di bulan Juni. Itulah mengapa terdapat kata 'Juni' di dalam namanya. Kata ibunya agar orang-orang tahu bahwa Esa lahir di bulan Juni.
Aku memiliki nama panggilan ku tersendiri untuk Esa, yaitu Abay. Entah kenapa aku sangat nyaman saat memanggilnya Abay dibandingkan Esa. Menurutku nama Esa terlalu bagus untuk orang sepertinya yang memang badboy, jahil dan pecicilan.
Kuakui Abay (Esa) orangnya tampan. Tapi stt, aku tidak pernah bilang begitu kepadanya. Abay adalah orang yang memiliki tingkat kepedean paling tinggi di dunia ini. Sekalinya ku panggil dia tampan, hidungnya akan langsung terbang dan ia akan langsung menjadi arrogant. Maka dari itu, sekalipun dia tampan dan keren aku selalu memanggilnya si jelek dan lusuh.
Aku dan Abay sudah berteman cukup lama. Bahkan sangat.... lama. Dari kami baru lahir sampai sekarang singkatnya.Kami disatukan oleh keadaan. Ya, sebuah keadaan yang menurut orang-orang cukup menyedihkan tapi juga membahagiakan.
Membahagiakan karena keadaan inilah aku dan Abay bisa bersatu.
Menyedihkan karena.... ibuku adalah seorang pembantu yang bekerja di rumah Abay.
Ibu sudah bekerja di rumah Abay kurang lebih selama 23 tahun. Keluarga Abay sangat baik pada ibuku, begitupun ibu. Ibu sangat betah bekerja di rumah keluarga Abay karena kebaikan mereka. Pembantu mana yang tidak betah jika majikannya baik?
Kebaikan mereka tersebut benar-benar dari ujung kaki hingga ujung rambut. Saat ibu hamil olehku, beliau masih diperbolehkan bekerja di rumah Abay. Dan bahkan setelah aku dilahirkan ibu masih juga bekerja di rumah Abay. Dan sampai aku sebesar ini, aku dan ibu masih mengabdi pada keluarga Abay.
Selain karena baik, aku rasa mereka juga kasihan pada ibu. Ibu ditinggalkan ayah pada saat usia kandungan 5 bulan. Ayah bukan mabuk, bukan selingkuh, bukan juga menceraikan ibu tanpa alasan. Ia meninggal, meninggal karena kecelakaan yang berangsur membuatnya meninggal dunia saat itu juga.
Perekonomian keluarga Abay dan keluargaku sangat jauh berbeda. Tapi itu tidak menjadikan Abay menjadi sombong dan selalu mengejek ku, justru Abay selalu berusaha untuk melindungiku.Kami selalu bersama sejak kecil, ibu Abay juga tidak mengajarkan anaknya untuk memilih-milih dalam berteman.
Keluargaku, hidupku selalu bergantung pada Abay karena memang tidak ada pemasok keuangan lainnya selain dari bekerja di rumah Abay.
Tapi... seperti pada pria tampan dan kaya lainnya, Abay juga memiliki sisi buruk. Ia cukup nakal dan sering main wanita, playboy kalau kata orang-orang zaman sekarang.
Dan entah kenapa banyak sekali wanita yang mau saja dipermainkan oleh Abay. Mungkin karena Abay tampan dan kaya.
Dalam setahun, Abay bisa menggonta-ganti wanita hingga 8 sampai 10 kali. Dan wanita nya juga wanita high class yang memiliki standar kecantikan tinggi.
Satu lagi.. aku dan Abay sering bertengkar satu sama lain. Bagaikan kucing dan anjing, seperti film Tom And Jerry.
Berkelahi adalah keseharian kami. Ada saja hal yang membuat kami harus bertengkar. Misalnya perbedaan pendapat atau lain-lainnya.
"Tiada hari tanpa bertengkar."
Tapi jauh dilubuk hati kami yang terdalam... kami saling menyanyangi dan melindungi.
Aku kembali pulang ke rumah dengan diantar Max. Ia benar-benar baik. Baik di depan Ibu nya maupun di belakanh Ibu nya, ia selalu murah senyum dan seseoali mengajak ku berbicara, tidak ada kecanggungan diantara kami berdua."Gak usah repot-reoit nganterin, gue bisa pulang naik ojek." Aku menghentikan langkahku sesaat untuk sekedar menolak tawaran Max, aku hanya takut merepotkan dirinya."Gakpapa. Gue yang bawa lo kesini maka gue juga yang harus bawa lo pulang.""Gakpapa kok. Mungkin lo mau nemenin tante Puji aja?" Tanyaku padanya."Gakpapa, Mamah lagi istirahat. Gue mau nganterin lo aja."Sebuah keputusan yang tidak bagus untuk dibantah. Karena itu akhirnya aku menyetujui usulnya untuk mengantarkanku pulang karena ia sendiri yang mau dan merasa tidak direpotkan.Kami tidak banyak bicara sepanjang perjalanan, hanya sesekali saja Max mengajak ku berbicara."Leyka?" Tanyanya dengan setengah berteriak."Ya?' Jawabku."K
"Bay?""Hmm?""Cuek gitu.""Masalah?""Ya nggak sih."Dari tadi aku terus memperhatikan Abay makan tapi ia sama sekali tidak memperhatikanku hingga aku jera sendiri."Gue cuman mau ngomong nanti siang jangan ke rumah."Setelah berkata begitu, barulah ia menghadapku dan menghentikan aktivitasnya memakan gehu."Kenapa?" Tanyanya dengan alis yang mulai meruncing."Gue mau pergi sama Max.""Kemana?""Rumah sakit.""Oh."Tidak hanya kata saja yang dingin, ia juga ternyata enyah dari hadapanku beserta mangkok bakso yang menjadi menu makan siangnya.Sejauh ini aku masih belum nengerti pada tingkah aneh mereka berdua. Maksudku Predi dan Abay.Disaat aku sedang fokus memikirkan apa yang menimpa Abay dan Predi, orang yang menurut Ina penyebab kebakaran ini terjadi datang. Ya, dia adalah Max.Tanpa izin lagi, dia duduk disampingku dengan membawa dua mangkok mie.Kini sem
"Wihh pake parfum banyak banget gitu." Ibu datang dan langsung mengkritik ku yang memang menggunakan parfum hampir setengah botol."Iya hehe." Aku tidak ada kata lain selain cengengsan."Yang pria kemarin itu siapa Ley?"Aku menghentikan aktivitas menata diriku dan mencoba mengingat siapa pria yang Ibu maksud."Ohh yang itu, Leyka ingat. Namanya Max bu, temen baru Leyka."Aku dan Max sudah berjanji tidak akan memberitahukan pasal hubungan palsu kami pada Ibu. Bukan apa-apa, aku takut Ibu tidak setuju kalau kami berbohong mengenai hubungan kami, sementara kalau aku mengatakan bahwa aku pacar nyata Max aku takut Ibu malah menyuruh Abay untuk menyelidiki Max lebih jauh karena kami belum saling mengenal dalam jangka waktu lama.Maka dari itu ada baiknya jika aku hanya diam saja dan mengatakan bahwa Max hanya sekedar berteman denganku. Tidak lebih dan mungkin tidak akan pernah lebih."Ohh. Anak nya sopan yah, Ibu suka."Prasangka ku
Pagi-pagi sekali Ibu sudah membangunkanku lebih pagi dari biasanya. Kulirik jam dinding dimana waktu masih menunjukan jam 7 pagi hari. Ini asalah hari sabtu atau tepatnya hari libur. Setelah selewai shalat shubuh tadi, aku kembali merebahkan diri diatas kasur dengan tubuh dirungkupi selimut tebal yang membantuku memberikan kehangatan."Ada apa sih, Bu?" Tanyaku dengan mata yang masih tertutup dan nyawa setengah sadar."Bangun dulu tuh ada temen nya."Bukannya bangun, aku semakin merapatkan tubuhku dan mempererat pelukanku pada guling kala mendengar nama 'teman' disebut. Teman mana pula yang datang sepagi ini di hari libur."Paling Abay kan? Suruh pulang aja bu, semalam Leyka gadang masih mau tidur.""Oh yaudah."Ibu pergi setelah gagal membangunkanku, selimut yang tadi sempat tersibak kembali kutarik untuk melingdungi diriku dari dinginnya udara pagi.Baru juga aku kembali terlelap dalam mimpi, suara Ibu sudah terdengar ny
"Lo kenapa sih Deb?"Abay menghentikan langkahku ketika kami hendak pergi ke kantin."Apanya yang kenapa?" Tanyaku dengan kening yang mulai mengerut."Kayak orang lagi banyak masalah tapi berusaha disembunyiin gitu."Aku menatap Abay tidak percaya, mataku bulat sempurna. Aku tidak menyangka bahwa Abay ternyata mengetahui wajah asli dibalik topeng yang sedang ku pakai ini.Aku salah, aku salah ketika aku berpikir bahwa berpura-pura bahagia itu ternyata mudah. Ternyata salah, salah besar dan itu sangat susah.Tidak perduli seberapa kencang aku tertawa, selebar apa aku tersenyum, sesibuk apa pekerjaan yang kulakukan masalah tetaplah masalah yang senantiasa muncul kapan saja dan dimana saja lalu sulit untuk disembunyikan begitu saja."Whoa ya enggak dong! Gak bisa bedain orang yang lagi bahagia sama orang yang lagi sedih?" Meski sudah ketahuan, aku masih berusaha untuk terus beralibi."Bisa. Bisa banget bedain orang yang senyumnya
"Hallo guys."Impianku mendapatkan pria dan cinta yang kuinginkan tidak terwujud setidaknya aku tetap bahagia.Aku menghampiri Ina, Daffa, Abay yang saat ini sedang duduk di satu kursi di kantin sana."Heboh banget lu, pake guys guy segalanya." Tukas Ina, ia memang sewot kalau aku sewot."Woiya dong. Kalau orang lagi happy kan heboh."ujarku.Tanpa dipersilahkan, aku langsung duduk dengan begitu anggun dan mengibaskan rambut ku sehingga terbang ke belakang."Tuh rambut lu terbang, awas gak balik lagi." Ujar Daffa, sama nyinyirnya dengan Ina."Iya dong. Rambut gue terbang gara-gara hati gue terbang." Ujar ku sambil cengengesan dan tersenyum sangat lebar.Bagaimana? Langkah awal ku berpura-pura hebat kan? Orang mana yang saat ini tahu bahwa aku sedang sedih? Tidak ada kan?"Bu Susum, gehu 10, nasi goreng satu piring pake acar 3 kantong terus risol 10 sambal nya jangan lupa sesendok ya terus bakso 3!"Aku memesa
Pertanyaan Abay barusan seperti mesin waktu yang dapat menghentikan waktu untuk sesaat.Kami diam mematung. Ada yang melihat Abay, melihatku dan juga melihat Predi.Aku sendiri tidak habis pikir. Maksudku, jika memang benar ciri-ciri nya mirip denganku, haruskah Abay menanyakannya sekarang? Kita memiliki waktu yang banyak untuk bersama saat di luar sekolah nanti. Abay bisa mengatakan wakru twrsebut.Kecuali ada sesuatu yang ia maksud dari pertanyaannya itu."Kenapa diam? Pertanyaannya cukup sulit ya?" Tanya Abay lagi dengan bertambah lantang."Ekhem. Maksud Anda Debi yang mana? Siapa? Ada begitu banyak nama Debi di muka bumi ini." Tanya Predi."Nama lengkapnya adalah Leyka Mutiara Anatasya, nama panggilannya Debi. Gadis 17 tahun yang kini sedang duduk di samping saya."Mata Abay tertuju padaku, begitupun mataku. Aku masih menatapnya tidak percaya."Oh itu haha. Bagaimana Anda bisa mengira itu dia?" Tanya Predi sambil sala
"Debi?!" Tanpa sadar, ternyata Abay sudah memanggilku sedari tadi. Aku terlalu sibuk melamun hingga tidak sadar akan seruannya."Eh iya?" Ujarku gelagapan."Kenapa sih? Kok ngelamun mulu kayak nya?"Aku tersenyum, lalu dengan lantang aku nengatakan."Bay, kita udahan aja." Ujarku seperti sedang memutuskan seorang pacar."Udahan apa nya? Kan belum nyampe. Lo kebelet, terus mau berhenti di jalan?" Aku tahu bahwa Abay akan salah tangkap."Eh enggak deh."Tidak. Meski aku akan menyudahi oengorbanan dan perjuangan ku sebagai seseorang yang akan membahagiakan Abay, aku tidak boleh memberitahu nya.Sebagaimana keadaan yang memberitahu ku, aku juga akan membiarkan keadaan yang memberitahu perubahan ku.Perlahan tapi pasti, Abay pasti akan menyadari perubahan yang terjadi pada diriku. Perubahan diriku yang mulai menjauhinya.Meski aku akan berhenti mencintainya, bukan berarti aku bisa menyakitinya. Dengan menga
Aku menata diriku, mengenakan baju seragam sekolah dan memasukan buku-buku yang akan digunakan untuk hari ini. Sebelum beranjak pergi, aku berjanji pada diriku sendiri bahwa hari ini aku harus bahagia. Tidak boleh ada kesedihan apapun, tidak boleh menangis. Tidak boleh terluka karena Abay. Aku bisa mendapatkan kebahagiaan yang tidak hanya bisa diberikan oleh pria. Lewat teman, aku juga bisa bahagia. *** "Pagi Deb." Pagi-pagi sekali Abay sudah datang menjemputku. Aku tidak menyangka bahwa dirinya yang akan datang, kupikir akan Predi yang datang. Tapi tidak masalah. Siapa yang datang lebih awal, maka ia yang pergi denganku. Yang terpenting aku bisa sampai disekolah. "Bareng gue yuk." Ajaknya padaku. Aku mengangguk, tidak ingin ada penolakan pagi ini. Abay rupanya belum selesai dengan sepeda motornya, ia masih menggunakan itu. Mungkin dirinya nyaman. "Deb?" "Hmm?" "Maaf." Gumamny
Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.
Komen