Beranda / Romansa / Can I Call You BABY ? / Abay dengan siapa?

Share

Abay dengan siapa?

Penulis: Sri Wahyuni
last update Terakhir Diperbarui: 2021-06-19 21:47:54

"Assalamualaikum tante."

Saat urusan rumah sudah selesai, saat aku sudah makan dan memastikan ibu baik-baik saja aku langsung tancap gas menggunakan angkutan umum pergi ke rumah Abay yang rumahnya tidak jauh dariku. Sebenarnya biasanya aku jalan kaki, hanya saja saat ini aku sedang buru-buru, aku ingin segera menemui Abay.

"Masuk Ley." 

Setelah dipersilahkan seperti itu oleh tante Juwita, aku langsung saja masuk.

Memang rumah Abay sudah seperti rumahku sendiri. Sekalipun tidak ada yang menjawab atau mempersilahkan ku masuk, biasanya aku akan langsung masuk.

"Abay nya mana tante?"  Tanyaku pada tante Juwita yang pada saat itu sedang sibuk bergulat dengan laptopnya diruang tengah.

"Tuh dikamar." Ujarnya tanpa melirik ku sedikitpun.

Aku memang bukan seperti tamu saat dirumah Abay. Bahkan terkadang, kalau aku haus aku langsung saja ke dapur dan mengambil minuman sendiri.

Setelah bersalaman dengan tante Juwita dan mendapatkan aba-aba bahwa Abay ada dikamar aku langsung menuju kamarnya. 

Aku membawa kotak P3K. Aku ingat bahwa Abay kemarin malam dicegat oleh penjahat dan bahkan meninggalkan luka, jadi aku bermaksud untuk menyembuhkan lukanya. Aku juga berharap Abay akan segera sembuh setelah kuobati lukanya.

Tante Juwita tidak bertanya kepadaku kenapa Abay pulang malam atau kenapa muka Abay lebam, aku juga sengaja tidak memberi tahunya. Aku tahu tante Juwita sibuk dan aku tidak ingin menganggunya.

Lagipula, Abay selalu memintaku jangan menganggu pekerjaan tante Juwita, jadi yasudah.

Aku tersenyum sambil melangkahkan kaki menuju kamar Abay. Dia pasti masih tidur sekarang. Akan kubuat sebuah kejutan untuknya. Saat membuka matanya nanti, aku sudah ada didepannya dengan memegang sebuah suntikan. Abay kan takut sekali dengan suntikan. Pasti ia akan terkejut dan aku akan senang.

***

"Sakit banget yah?"

Langkah ku terhenti diambang pintu. Bahkan, aku mundur kembali karena mendengar suara perempuan.

Aku bersembunyi dibalik pintu agar tidak ketahuan. Tunggu, dia siapa?

Kenapa ada wanita di kamar Abay? Wanita tersebut memegang pipi Abay. Tidak, dia sedang mengobati Abay. Aku tidak bisa melihatnya dengan jelas, justru hanya muka Abay yang bisa kulihat.

Hatiku tiba-tiba panas, jantungku berdetak lebih kencang dari sebelumnya, pendarahanku tiba-tiba beku. Kalau di film-film asap sudah mengepul keluar dari kepalaku. Bibir ku juga tiba-tiba bergetar. Aku sadar akan satu hal, aku cemburu. 

Aku cemburu melihat ada wanita lain di kamar Abay selain diriku. Aku cemburu melihat Abay dielus oleh wanita lain meski sejatinya aku juga belum pernah mengelus pipi Abay.

Aku sempat berpikir positif. Apa mungkin dia sepupu atau saudara Abay? Tapi pikiran itu hilang dan buyar saat wanita itu mengatakan

"Aku takut kamu sakit Abay."

Terlalu aneh untuk seorang saudara mengatakan hal tersebut dengan begitu mesra. Suaranya seksi, tidak seperti suara ku yang seperti katak sedang lahiran.

Daripada berlama-lama disana, aku memutuskan untuk pergi saja. Hatiku tidak tahan melihat adegan mesra Abay dengan wanita itu. Padahal sebelumnya Abay sering melakukan hal itu dengan para pacarnya. Padahal aku juga bukan siapa-siapanya dia.

Plak

Aku menampar diriku sendiri agar aku bisa sadar diri. Abay itu majikanmu, dan selamanya akan selalu begitu! Kalian tidak akan bisa memiliki hubungan lebih!

Aku kembali menyadarkan diriku dengan perkataan pahit ini. Bukan apa-apa. Aku hanya sadar bahwa aku tidak boleh terbuai dalam api kecemburuan. Aku harus sadar bahwa aku ini apa dan siapa untuk Abay. Tidak lebih dari seorang asisten rasa teman kan?

"Ngapain berdiri disitu Deb?"

Duh parah. Saking asyiknya aku melamun aku sampai tidak sadar bahwa aku sudah kelihatan. Saat itu juga aku langsung kikuk alias salah tingkah.

Bagaimana ini? Jadi pergi atau masuk saja?

Tapi kalau aku pergi nanti Abay akan berpikir macam-macam. Nanti Abay akan mengira aku cemburu, padahal iya hehe.

Yasudah, kupilih pilihan kedua. Aku masuk dengan hati panas menggebu. Tapi aku berusaha menutupi semua itu,  aku tidak ingin ketahuan oleh Abay. Abay ini sudah cukup ahli kalau soal wanita. Kupasang saja muka jutek agar Abay mengira kalau aku sedang marah.

Lalu kalau dia tanya kenapa aku marah, aku akan mengatakan karena kemarin supir angkot yang mengantarkanku pulang menggodaku. Aku ingin lihat reaksi apa yang Abay berikan saat ada pria lain menggodaku, ya meski supir angkot. Siapa tahu dia cemburu, hehe.

"Bawa apaan itu?"  Tanya nya padaku karena melihatku membawa kotak P3K.

"Peti mayit!" Ujarku sinis.

Ya aku kesal saja. Sudah jelas-jelas ada namanya "P3K" menggunakan tinta merah dengan big cap, eh dia masih bertanya itu apa.

"Kerumah orang tuh bawain bakso Debi, bukan kotak begituan. Lu pikir gue kantor operasi bidan?"

"Gak lucu!" 

Abay kadang suka gak jelas kalau berbicara. Tapi aku tetap suka.

Aku melihat pipi Abay yang memang sedikit memar. Disudut bibirnya juga terdapat sebuah luka, pasti itu luka bekas tonjokan seseorang. 

Selain memperhatikan luka Abay, aku juga melihat gadis cantik yang sedang duduk satu ranjang dengan Abay itu.

Dulu aku tidak percaya dengan orang yang mengatakan bahwa didunia ini akan ada bidadari dari syurga, kupikir mana ada dunia rasa akhirat. Tapi ternyata aku salah. Dan sekarang aku percaya akan hal itu.

Didepanku ini, didepan Abay juga. Terdapat gadis cantik dengan mata berbinar. Aku bukan bermaksud mengatakannya sempurna ya, tapi itu memang benar.

Biar kudeskripsikan betapa cantiknya dirinya. Rambut hitam panjang terurai dengan poni dikepinggirkan, hidung kecil mancung, bibir kecil mungil dan merah merona disertai mata bulat dengan bulut mata panjang. Alis nya juga tebal seperti ulat bulu.

Tidak ada jerawat atau komedo dimukanya. Dia benar-benar cantik sempurna. So perfecto!

Baru kali ini aku memuji seseorang secara berlebihan. Lalu kulihat diriku. Kaos oblong polos, rambut diikat, hidung demes sampai kesulitan bernafas, komedo dan jerawat dimana-mana.

Boleh tidak aku komplain sekali sama Allah? Ya Allah mengapa engkau tidak adil begini?

Aku dan dia bagaikan kerak langit dan kerak bumi.

"Dia siapa Bay?" 

Akhirnya aku yang mulai bertanya duluan. Aku sudah tidak sabar ingin mengetahui siapa gerangan dirinya.

"Oh, hi. I am Shailine Tasya." 

Gadis itu mengulurkan tangannya kepadaku setelah aku bertanya siapa dia. Tangannya putih sekali, bersih. Kukunya juga seperti terawat dengan rapih.

Kalau aku membalas salamannya dia akan langsung gatel-gatel tidak yah?. Ah sudahlah, daripada aku dianggap tidak sopan akhirnya aku membalas jabatan tangannya.

"Leyka." Ujar ku singkat.

Apalah sebuah arti nama bagus dan panjang kalau mukaku jore (jelek) begini. YaAllah, sudah dua kali hamba mengeluh.

"Nice to meet you." Ujarnya.

Dia orang mana ya? Selain cantik juga bahasa nya gaul. 

"Nuce to mit you tu."

Bla bla bla. Aku memang tidak pintar berbahasa Inggris. Nilai ulangan bahasa Inggrisku selalu dibawah rata-rata.

Jika rata-rata nya 4 maka aku akan mendapatkan nilai 3. Bukan apa-apa, aku hanya kasihan saja pada mereka yang telah bersusah payah belajar. Makannya, aku mengalah dan membiarkan mereka mendapat nilai 5.

Hebat kan.... alasanku?

"Dia ini anak teman mamah. Usianya sama dengan kita. Tasya ini tadinya tinggal di Singapore bersama ayah nya. Saat ayahnya sudah pindah tugas, maka Tasya juga ikut pindah. Dan kali ini tugasnya di Indonesia." 

Padahal aku tidak meminta identitas gadis itu. Tapi Abay main menjelaskannya. Abay terlihat begitu antusias saat menjelaskan siapa gadis itu yang saat itu kuketahui namanya adalah Tasya. Dia terlihat begitu bangga saat menceritakan Tasya padaku.

Apa Abay juga seantusias itu saat menceritakanku kepada temannya?

"Dan aku sudah bercerita tentangmu dan kehidupan jorok mu pada Tasya." Ujar Abay.

Aku berdesis kesal plus sebal. Sekarang aku tahu bagaimana cara Abay menceritakan tentang ku kepada teman-temannya.

"Oh. Kalau usianya sama dengan kita berarti dia juga satu angkatan dengan kita?" Aku langsung kepikiran soal sekolah Tasya.

"Iya tentu. Dia akan satu sekolahan dengan kita." Ujar Abay.

Plak

Aku seperti baru disengat tawon di area sensitif, perih sekali rasanya. Tasya akan sekolah disekolah ku dan sekolah Abay? Bagaimana nantinya.

Tidak, tidak. Aku tidak berpikir soal hal lain. Aku berpikir kalau Tasya sekolah disekolah ku itu artinya dia dan Abay akan sering bertemu. Kalau sering bertemu.. bagaimana... bagaimana... bagaimana kalau Abay suka pada Tasya?

Hiks, aku tidak rela. Tapi bagaimana caraku untuk menghentikan Tasya agar tidak sekolah disana? Aku kembali memutar otak.

"Mikirin apaan Deb?" Tanya Abay. Ia lagi-lagi kembali membuyarkan lamunanku.

"Yakin mau satu sekolahan dengan kita?" Tanyaku.

"Ya yakinlah. Emangnya kenapa?" Tanya Abay.

"Kan dia cantik Bay." Aku langsung memulai aksi pertamaku.

"Ya memangnya kenapa kalau dia cantik? Justru bagus dong. Sekolah kita jadinya isinya gak cewek-cewek jelek semua kayak lu."

Aku mendoyarkan kepala Abay saat ia berkata begitu.

"Kan lo tau sendiri disekolah kita cowoknya kayak gimana. Genitttt semua!"

Aku melakukan penekanan yang begitu berat saat mengucapkan kalimat 'genit' yang lalu beralih menatap Tasya.

"Ya emangnya kenapa kalau genit?" Tanya Abay lagi.

Duh Abay. Dia ini blo'on apa tulil sih?

"Ya nanti Tasya digodain disana."

Abay beralih menatap Tasya, akupun. Diberitahu seperti itu Tasya justru malah tersenyum seraya berkata

"Aku udah biasa kok. Tenang aja. Aku bisa menghandle hal seperti itu."

Aku langsung menganga. Selain cantik dia juga lembut. Titisan peri jenis apa Tasya ini?

Tadinya aku akan menghentikan niat Tasya untuk sekolah disana dengan mengatakan para murid cowok disana genit dan itu akan mengusik Tasya. Tapi rupanya aku gagal. Tasya sudah kebal akan godaan. Selain di Indonesia, pasti banyak yang menggoda Tasya di Singapore sana. Kecantikannya memang membahana.

Akhirnya aku lagi yang mengalah, aku harus menyiapkan mental, dengan adanya Tasya hal tersebut pasti akan membuatku semakin susah untuk mendapatkan hati dan perhatian Abay.

Sekarang saja Abay sudah terlihat akrab dengan Tasya. Ditambah lagi, Tasya ini anak teman nya tante Juwita.

Mari kita simak betapa bedanya aku dan Tasya.

Tasya cantik, aku jelek.

Tasya lembut, aku kasar.

Tasya kaya, aku miskin.

Tasya kelihatannya cerdas dan berwibawa, aku stupid dan kekanak-kanakan.

Tasya baik, aku galak.

Tasya memang idaman semua pria. Termasuk Abay.

"Itu kotak P3K nya kan gak kepake. Bawa pulang aja."

Abay mendorongku seraya menyuruhku pulang. Hal tersebut memang sudah biasa untuk ku. Tapi tidak dengan hari ini. Aku sedikit sedih karena Abay menyuruhku pulang. Karena itu artinya aku akan meninggalkan Abay berduaan dengan Tasya.

"Iya ege! Ini gue juga mau pulang. Disini pengap!"

Aku berusaha beralibi dan tidak menunjukan reaksi sedihku.

Sebelum aku pulang, aku teringat akan satu hal lagi. Abay tidak bertanya perihal kabar ibu, padahal sebelumnya jika aku pergi kerumahnya dia akan langsung bertanya soal ibu, tapi kali ini tidak.

Dasar Abay. Kain baru disayang, keset lama dibuang!

Iya. Tasya kain baru yang mulus dan indah. Aku keset lama yang bau dan dekil bekas diinjak-injak.

Aku lalu bergegas pulang. Takut hatiku gosong berlama-lama disitu.

"Eh Deb, tunggu."

Abay menghentikanku. Apa dia akan bertanya soal ibu? Tanpa berlama-lama aku langsung membalikan badanku.

"Kenapa?"

"Kalau ketemu bi Imas, tolong mintain air minum."

Haa? Itu saja? Dih, menyebalkan!

Saat diruang tengah aku langsung bertemu dengan bi Imas.

"Neng Ley kok main bentar nya."

Bi Imas kalau berbicara memang suka terbalik.

"Iya bi. Bi kata Abay minta soklin lantai!" Kataku ngasal. Padahal Abay tadi minta minum. Tetapi karena aku sedang kesal padanya jadi aku tidak mau menerutinya dan mengatakan hal-hal aneh. 

"Neng siap."

"Siap neng bi!"

Tak hanya bi Imas. Aku juga bertemu dengan tante Wujita. Eh Juwita maksudku, jadi ikut-ikutan bi Imas kan jadinya.

Tante Juwita juga menanyakan perihal yang sama kepadaku.

"Kok Leyka sebentar mainnya?"

"Iya tante. Ada gebetan Leyka dirumah."

Aku beralibi. Aku berharap tante Juwita mengatakan itu kepada Abay dan Abay akan cemburu.

Tuh kan. Aku sampai lupa tadinya aku akan mengatakan pada Abay soal aku yang di goda supir angkot. Yasudahlah, lain kali saja.

Bab terkait

  • Can I Call You BABY ?   Murid Baru

    Kelasku memang tidak pernah lepas dari kata ricuh. Kelas 12 M Ipa 3.Ada yang sibuk berdandan, ada yang sibuk menggosip, ada yang sibuk main taruh-taruhan, ada yang sibuk baru mengerjakan PR. Padahal PR sudah diberikan dua hari lalu.Semuanya berbicara dengan suara yang kencang agar tidak terkubur oleh suara lainnya. Ketibang di sekolah, aku merasa bahwa diriku sedang berada di pasar. Semuanya ricuh."Pak Budi ,pak Budi."Kericuhan mulai tenang dan terhenti saat salah satu guru datang. Dia adalah pak Budi. Beliau merupakan kepala sekolah kami.Seperti namanya, pak Budi adalah orang yang baik dan berbudi. Tapia beliau cukup disegani.Aku melirik Abay, dia dari tadi tidak berhenti memainkan handphonenya. Bahkan saat pak Budi sudah datang.Aku bersyukur karena aku bisa sekelas dan bahkan duduk sebangku dengan Abay. Padahal Abay merupakan murid anak orang kaya.Disekolahku, kelas kami dibagi menjadi tiga bagian

    Terakhir Diperbarui : 2021-06-19
  • Can I Call You BABY ?   Tasya Nama-Nya

    Selain segala kelebihan yang Tasya punya, Tasya juga pandai dalam bergaul dengan sesama.Hanya dalam hitungan beberapa menit setelah pelajaran usai, Tasya sudah menarik banyak perhatian anak-anak.Ia sudah seperti magnet yang menarik banyak besi untuk mendekatinya. Kini, semua murid berkumpul mengerumuni Tasya dan juga Abay. Ingat bukan bahwa Abay duduk satu bangku dengan Tasya.Dan yang paling parah, bukan hanya anak-anak dari kelas kami, tapi juga dari kelas lain. Ada banyak juga adik kelas yang datang ke kelasku ini. Seperti sedang ada acara bazar murah meriah saja.Hanya aku dan Ina yang tidak menghampiri Tasya. Aku sudah cukup mengenal Tasya. Dan aku juga tidak mau berdesak-desakan dengan yang lainnya. Mereka mengantri seperti hendak menerima sembako dari presiden saja."Memangnya seberapa cantik sih si Tasya itu?" Tukas Ina padaku.Aku sadar betul kalau Ina sangat cemburu dan kurang suka pada Tasya. Bahkan saat ini Daffa ada dian

    Terakhir Diperbarui : 2021-06-19
  • Can I Call You BABY ?   Abay Keterlaluan!

    Saat semua pelajaran telah usai, aku celingukan sendiri di tempat parkiran. Aku mencari Abay. Entah kemana perginya Abay saat ini.Biasanya kalau tidak langsung pulang ke rumah dan mengantarku. Abay akan ke ruangan musik terlebih dahulu atau sibuk menggrepe perempuan.Tapi kali ini tidak ada. Aku sudah mencari keruangan musik dan tidak ada Abay disana. Murid yang berada disana pun tidak tahu Abay kemana saat kutanyai apakah mereka melihat Abay atau tidak.Lalu aku beralih melihat ke kelas M Ipa 1. Disana ada pacar Abay, Krystal namanya. Aku memang melihat Krystal, tapi tidak ada Abay disana. Dan kurasa Krystal sedang ada masalah dengan Abay.Saat kuhampiri ke kelasnya, Krystal tengah menangis dikelilingi beberapa teman wanitanya. Kutebak jika bukan bertengkar pasti Krystal diputuskan oleh Abay.Terakhir kali Abay pernah berkata kepadaku bahwa Krystal menyebalkan dan selalu mengekangnya. Hal tersebut membuat Abay tidak nyam

    Terakhir Diperbarui : 2021-06-19
  • Can I Call You BABY ?   Sakit

    Setelah berkata begitu, ibu pergi meninggalkan ku bersama dengan obat-obatan yang sudah berserakan di kasur.Aku sudah mencoba menghentikan kepergian ibu yang tidak tahu akan kemana. Tapi aku gagal dan ibu malah membentaku hingga membuatku tidak bisa berkutik.Sebenarnya aku bisa saja melawan ibu, tapi aku takut penyakit darah tinggi ibu kambuh. Dan aku tidak bisa mengikutinya karena kepalaku benar-benar berat dan tidak bisa untuk diajak berjalan.Aku tidak tahu bahwa efek dari berjalan kaki sebentar saja bisa begini. Seperti orang sedang sakit tipus saja.Tapi sepertinya bukan hanya karena kelelahan, tapi juga karena pikiran. Aku terlalu memikirkan Abay seharian kemarin sampai aku sakit begini.Aku harus berhenti memikirkan Abay dan mulai berpikir ke mana perginya ibu. Ibu tampak marah saat aku mengatakan Abay meninggalkanku dan tidak mengantarkanku pulang. Aku takut kalau ibu kerumah Abay dan melabrak Abay lalu aku takut Abay akan marah pad

    Terakhir Diperbarui : 2021-06-19
  • Can I Call You BABY ?   Teman

    Aku merenung didalam kamar setelah meninggalkan Abay. Entah kenapa aku merasa aku mendadak jadi bodoh begini. Aku tahu dan sadar bahwa aku menyukai Abay. Tapi kenapa aku berkhianat pada hati kecilku ini. Aku menjauhi Abay, aku cuek dan jutek padanya padahal aku sendiri tidak tega melakukan semua itu.Aku kembali bercermin. Menatap wajahku yang pucat pasi ini. Apa aku pantas menjadi pasangan seorang Esa Juniansyah? Pertanyaan itu kembali muncul di benak ku saat Abay sudah datang ke rumahku."Waalaikumsalam. Hati-hati ya nak."Itu suara ibu. Pasti ibu berbicara dengan Abay, pasti Abay saat ini sudah pulang. Aku naik ke atas kasur lalu mendekap guling dan bantal dan menumpahkan segala kesedihanku.Aku tidak kuat lagi dengan semua ini. Aku sakit, aku terluka. Aku sangat mencintainya, aku ingin memilikinya. Namun kenapa begitu berat bagiku. Kenapa aku tidak bisa melakukannya.Kenapa Abay begitu sulit untuk aku raih? Tidak adakah sedikit pe

    Terakhir Diperbarui : 2021-06-19
  • Can I Call You BABY ?   Teman 2

    Kami menumpangi sebuah mobil Avanza hitam milik Predi. Aku tidak tahu apa pekerjaan Mang Ardi saat ini. Tapi yang jelas, keadaan ekonomi nya lebih baik dari pada keadaan ekonomi aku dan ibu."Kamu sekarang kelas berapa?" Tanya Predi padaku dalam keadaan fokus menyetir."Kelas 2 kak." Ujarku."Lha? Kok panggil kak sih?"Jujur aku sedikit bingung saat itu. Aku sudah lupa berapa usia Predi sekarang. Kalau dulu sih aku memang hanya memanggilnya nama saja. Tapi sekarang beda, ia sudah besar, begitupun aku. Aku takut Predi tersinggung kalau aku hanya memanggil namanya saja."Panggil nama aja." Ujarnya lagi."Emangnya usianya berapa kak? Eh Per maksudnya.""Beda tipis lah sama kamu. Menginjak 21 tahun bulan ini." Ujarnya lagi sambil tersenyum dan sesekali melirik ku.Usia Predi ternyata tidak jauh berbeda dari usiaku. Dia juga masih muda. Sepertinya Predi melanjutkan pendidikannya ke jenjang universitas yang belum kuketahui dima

    Terakhir Diperbarui : 2021-06-20
  • Can I Call You BABY ?   Guru baru

    "Silahkan masuk saja pak."Tap tap tapTerdengar suara langkah kaki seseorang memasuki kelas ku.Saat orang tersebut sudah masuk, semua murid terutama para siswi membelalakan mata seraya berkata "woaaah." Mereka takjub akan kedatangan guru baru itu.Rupanya tampan, wajahnya bercahaya, ototnya kekar. Dia adalah Anhar alias Predi.Apa hidup seorang rakyat jelata selalu banyak kejutan ya?Belum juga selesai dengan Tasya, sudah diberi kejutan baru yaitu Predi.Pak Budi memperkenalkan Predi sebagai guru baru disana.Sekarang aku mengerti kenapa Predi memasukan mobilnya ke parkiran, aku mengerti kenapa Predi ikut masuk ke dalam. Dan aku juga sudah mengerti maksud Predi yang memiliki tugas disini, di kota ini.Yang aku tidak tahu adalah, memangnya jurusan hukum bisa menjadi guru? Setahuku hal-hal yang berbau dengan jurusan hukum itu seperti hakim, jaksa dan masih banyak lagi lainnya akan tetapi bukan guru.

    Terakhir Diperbarui : 2021-06-23
  • Can I Call You BABY ?   Get Well Soon

    Aku menatap Predi tanpa berkedip sekalipun setelah ia mengatakan bahwa dirinya tahu dimana Abay. Kenapa Predi ini penuh rahasia dimataku. Selain tiba-tiba menjabat menjadi seorang guru di sekolahku, kini ia juga tahu keberadaan Abay yang seorang pun tidak tahu.Rasa takut dan curiga perlahan mulai menghampiriku. Entahlah, aku hanya merasa ada yang sedikit aneh dan berbeda dari Predi ini."Abay dimana? Bapak tahu dari mana?" Aku bertanya sambil berancang-ancang. Kuletakan tanganku di klop pembuka pintu. Kalau Predi tiba-tiba berubah menjadi vampire atau serigala aku bisa lebih mudah untuk keluar sebelum dia menggigitku."Kita sudah diluar sekolahan. Bisa berhenti panggil aku bapak?.""Baiklah. Dimana Abay?""Dirumah sakit." Ujarnya dingin.Dingin tapi mematikan, dingin tapi seperti ujung besi yang dilelehkan lalu ditusukan ke bagian perut ku hingga menembus dan mengeluarkan urine-urine yang ada didalamnya."Ma-maksudnya? Siapa ya

    Terakhir Diperbarui : 2021-06-23

Bab terbaru

  • Can I Call You BABY ?   Now You Know

    Aku kembali pulang ke rumah dengan diantar Max. Ia benar-benar baik. Baik di depan Ibu nya maupun di belakanh Ibu nya, ia selalu murah senyum dan seseoali mengajak ku berbicara, tidak ada kecanggungan diantara kami berdua."Gak usah repot-reoit nganterin, gue bisa pulang naik ojek." Aku menghentikan langkahku sesaat untuk sekedar menolak tawaran Max, aku hanya takut merepotkan dirinya."Gakpapa. Gue yang bawa lo kesini maka gue juga yang harus bawa lo pulang.""Gakpapa kok. Mungkin lo mau nemenin tante Puji aja?" Tanyaku padanya."Gakpapa, Mamah lagi istirahat. Gue mau nganterin lo aja."Sebuah keputusan yang tidak bagus untuk dibantah. Karena itu akhirnya aku menyetujui usulnya untuk mengantarkanku pulang karena ia sendiri yang mau dan merasa tidak direpotkan.Kami tidak banyak bicara sepanjang perjalanan, hanya sesekali saja Max mengajak ku berbicara."Leyka?" Tanyanya dengan setengah berteriak."Ya?' Jawabku."K

  • Can I Call You BABY ?   Akhirnya Aku Tahu

    "Bay?""Hmm?""Cuek gitu.""Masalah?""Ya nggak sih."Dari tadi aku terus memperhatikan Abay makan tapi ia sama sekali tidak memperhatikanku hingga aku jera sendiri."Gue cuman mau ngomong nanti siang jangan ke rumah."Setelah berkata begitu, barulah ia menghadapku dan menghentikan aktivitasnya memakan gehu."Kenapa?" Tanyanya dengan alis yang mulai meruncing."Gue mau pergi sama Max.""Kemana?""Rumah sakit.""Oh."Tidak hanya kata saja yang dingin, ia juga ternyata enyah dari hadapanku beserta mangkok bakso yang menjadi menu makan siangnya.Sejauh ini aku masih belum nengerti pada tingkah aneh mereka berdua. Maksudku Predi dan Abay.Disaat aku sedang fokus memikirkan apa yang menimpa Abay dan Predi, orang yang menurut Ina penyebab kebakaran ini terjadi datang. Ya, dia adalah Max.Tanpa izin lagi, dia duduk disampingku dengan membawa dua mangkok mie.Kini sem

  • Can I Call You BABY ?   Ada Apa

    "Wihh pake parfum banyak banget gitu." Ibu datang dan langsung mengkritik ku yang memang menggunakan parfum hampir setengah botol."Iya hehe." Aku tidak ada kata lain selain cengengsan."Yang pria kemarin itu siapa Ley?"Aku menghentikan aktivitas menata diriku dan mencoba mengingat siapa pria yang Ibu maksud."Ohh yang itu, Leyka ingat. Namanya Max bu, temen baru Leyka."Aku dan Max sudah berjanji tidak akan memberitahukan pasal hubungan palsu kami pada Ibu. Bukan apa-apa, aku takut Ibu tidak setuju kalau kami berbohong mengenai hubungan kami, sementara kalau aku mengatakan bahwa aku pacar nyata Max aku takut Ibu malah menyuruh Abay untuk menyelidiki Max lebih jauh karena kami belum saling mengenal dalam jangka waktu lama.Maka dari itu ada baiknya jika aku hanya diam saja dan mengatakan bahwa Max hanya sekedar berteman denganku. Tidak lebih dan mungkin tidak akan pernah lebih."Ohh. Anak nya sopan yah, Ibu suka."Prasangka ku

  • Can I Call You BABY ?   Max

    Pagi-pagi sekali Ibu sudah membangunkanku lebih pagi dari biasanya. Kulirik jam dinding dimana waktu masih menunjukan jam 7 pagi hari. Ini asalah hari sabtu atau tepatnya hari libur. Setelah selewai shalat shubuh tadi, aku kembali merebahkan diri diatas kasur dengan tubuh dirungkupi selimut tebal yang membantuku memberikan kehangatan."Ada apa sih, Bu?" Tanyaku dengan mata yang masih tertutup dan nyawa setengah sadar."Bangun dulu tuh ada temen nya."Bukannya bangun, aku semakin merapatkan tubuhku dan mempererat pelukanku pada guling kala mendengar nama 'teman' disebut. Teman mana pula yang datang sepagi ini di hari libur."Paling Abay kan? Suruh pulang aja bu, semalam Leyka gadang masih mau tidur.""Oh yaudah."Ibu pergi setelah gagal membangunkanku, selimut yang tadi sempat tersibak kembali kutarik untuk melingdungi diriku dari dinginnya udara pagi.Baru juga aku kembali terlelap dalam mimpi, suara Ibu sudah terdengar ny

  • Can I Call You BABY ?   Falling In Love

    "Lo kenapa sih Deb?"Abay menghentikan langkahku ketika kami hendak pergi ke kantin."Apanya yang kenapa?" Tanyaku dengan kening yang mulai mengerut."Kayak orang lagi banyak masalah tapi berusaha disembunyiin gitu."Aku menatap Abay tidak percaya, mataku bulat sempurna. Aku tidak menyangka bahwa Abay ternyata mengetahui wajah asli dibalik topeng yang sedang ku pakai ini.Aku salah, aku salah ketika aku berpikir bahwa berpura-pura bahagia itu ternyata mudah. Ternyata salah, salah besar dan itu sangat susah.Tidak perduli seberapa kencang aku tertawa, selebar apa aku tersenyum, sesibuk apa pekerjaan yang kulakukan masalah tetaplah masalah yang senantiasa muncul kapan saja dan dimana saja lalu sulit untuk disembunyikan begitu saja."Whoa ya enggak dong! Gak bisa bedain orang yang lagi bahagia sama orang yang lagi sedih?" Meski sudah ketahuan, aku masih berusaha untuk terus beralibi."Bisa. Bisa banget bedain orang yang senyumnya

  • Can I Call You BABY ?   Pretend That I Am Happy

    "Hallo guys."Impianku mendapatkan pria dan cinta yang kuinginkan tidak terwujud setidaknya aku tetap bahagia.Aku menghampiri Ina, Daffa, Abay yang saat ini sedang duduk di satu kursi di kantin sana."Heboh banget lu, pake guys guy segalanya." Tukas Ina, ia memang sewot kalau aku sewot."Woiya dong. Kalau orang lagi happy kan heboh."ujarku.Tanpa dipersilahkan, aku langsung duduk dengan begitu anggun dan mengibaskan rambut ku sehingga terbang ke belakang."Tuh rambut lu terbang, awas gak balik lagi." Ujar Daffa, sama nyinyirnya dengan Ina."Iya dong. Rambut gue terbang gara-gara hati gue terbang." Ujar ku sambil cengengesan dan tersenyum sangat lebar.Bagaimana? Langkah awal ku berpura-pura hebat kan? Orang mana yang saat ini tahu bahwa aku sedang sedih? Tidak ada kan?"Bu Susum, gehu 10, nasi goreng satu piring pake acar 3 kantong terus risol 10 sambal nya jangan lupa sesendok ya terus bakso 3!"Aku memesa

  • Can I Call You BABY ?   I am JoPy

    Pertanyaan Abay barusan seperti mesin waktu yang dapat menghentikan waktu untuk sesaat.Kami diam mematung. Ada yang melihat Abay, melihatku dan juga melihat Predi.Aku sendiri tidak habis pikir. Maksudku, jika memang benar ciri-ciri nya mirip denganku, haruskah Abay menanyakannya sekarang? Kita memiliki waktu yang banyak untuk bersama saat di luar sekolah nanti. Abay bisa mengatakan wakru twrsebut.Kecuali ada sesuatu yang ia maksud dari pertanyaannya itu."Kenapa diam? Pertanyaannya cukup sulit ya?" Tanya Abay lagi dengan bertambah lantang."Ekhem. Maksud Anda Debi yang mana? Siapa? Ada begitu banyak nama Debi di muka bumi ini." Tanya Predi."Nama lengkapnya adalah Leyka Mutiara Anatasya, nama panggilannya Debi. Gadis 17 tahun yang kini sedang duduk di samping saya."Mata Abay tertuju padaku, begitupun mataku. Aku masih menatapnya tidak percaya."Oh itu haha. Bagaimana Anda bisa mengira itu dia?" Tanya Predi sambil sala

  • Can I Call You BABY ?   Abay?!

    "Debi?!" Tanpa sadar, ternyata Abay sudah memanggilku sedari tadi. Aku terlalu sibuk melamun hingga tidak sadar akan seruannya."Eh iya?" Ujarku gelagapan."Kenapa sih? Kok ngelamun mulu kayak nya?"Aku tersenyum, lalu dengan lantang aku nengatakan."Bay, kita udahan aja." Ujarku seperti sedang memutuskan seorang pacar."Udahan apa nya? Kan belum nyampe. Lo kebelet, terus mau berhenti di jalan?" Aku tahu bahwa Abay akan salah tangkap."Eh enggak deh."Tidak. Meski aku akan menyudahi oengorbanan dan perjuangan ku sebagai seseorang yang akan membahagiakan Abay, aku tidak boleh memberitahu nya.Sebagaimana keadaan yang memberitahu ku, aku juga akan membiarkan keadaan yang memberitahu perubahan ku.Perlahan tapi pasti, Abay pasti akan menyadari perubahan yang terjadi pada diriku. Perubahan diriku yang mulai menjauhinya.Meski aku akan berhenti mencintainya, bukan berarti aku bisa menyakitinya. Dengan menga

  • Can I Call You BABY ?   Sudah Saatnya

    Aku menata diriku, mengenakan baju seragam sekolah dan memasukan buku-buku yang akan digunakan untuk hari ini. Sebelum beranjak pergi, aku berjanji pada diriku sendiri bahwa hari ini aku harus bahagia. Tidak boleh ada kesedihan apapun, tidak boleh menangis. Tidak boleh terluka karena Abay. Aku bisa mendapatkan kebahagiaan yang tidak hanya bisa diberikan oleh pria. Lewat teman, aku juga bisa bahagia. *** "Pagi Deb." Pagi-pagi sekali Abay sudah datang menjemputku. Aku tidak menyangka bahwa dirinya yang akan datang, kupikir akan Predi yang datang. Tapi tidak masalah. Siapa yang datang lebih awal, maka ia yang pergi denganku. Yang terpenting aku bisa sampai disekolah. "Bareng gue yuk." Ajaknya padaku. Aku mengangguk, tidak ingin ada penolakan pagi ini. Abay rupanya belum selesai dengan sepeda motornya, ia masih menggunakan itu. Mungkin dirinya nyaman. "Deb?" "Hmm?" "Maaf." Gumamny

DMCA.com Protection Status