Share

Mencariku ya?

Author: Sri Wahyuni
last update Last Updated: 2021-06-19 12:02:19

"Assalamualaikum bu."

Aku pulang dengan langkah terhuyung, aku pulang menggunakan angkutan umum. Masih terngiang-ngiang dibenak ku bentakan Abay tadi.

Aku pulang meninggalkan Abay yang tadi masih sibuk dengan konsernya. Aku sudah tidak perduli lagi dengan dia, lagipula tadi dia sudah mengusirku.

"Leyka? Kenapa? Kok mukanya kusut begitu?" Ibu menyadari muka ku yang memang kusut dan lusuh itu.

"Gak apa-apa bu. Leyka cuman kecapean aja."

Saat itu ibu sedang sakit dan pasti kepalanya pusing. Aku tidak ingin memperunyam keadaan dan membuatnya tambah sakit, makannya aku tidak mengatakan masalahku dengan Abay. Karena aku tahu ia pasti khawatir kalau tahu soal itu.

"Oh, Esa nya mana?"

Abay biasanya selalu mampir ke rumahku untuk bertemu dengan ibu. Karena dulu, saat kedua orang tua Abay sibuk bekerja, ibulah yang selalu ada untuk Abay. Jadi wajar saja jika Abay menyanyangi ibuku lebih dari ibunya sendiri.

Bisa tahu bukan bagaimana perbedaan sikap Abay pada ibuku dan ibunya sendiri? Abay lebih menghormati ibu ku.

Aku memutar otak. Memikirkan apa yang harus ku katakan pada ibu soal tidak datangnya Abay.

"Mm anu bu. Tadi Abay buru-buru."

"Biasanya seburu-buru apapun Esa, ia akan melihat ibu. Apalagi kalau ibu sedang sakit."

Euh, aku salah. Tapi sudah terlanjur, saatnya aku berbohong lagi untuk menutupi kebohongan sebelumnya.

"Oh iya, katanya nanti sore ke sini bu. Sepulang konser."

Padahal aku sendiri tidak tahu Abay akan datang atau tidak.

"Konser? Esa konser kok kamu disini? Bukannya biasanya kamu menemaninya?"

Ah sh*t. Aku salah telak lagi. Kenapa aku sebodoh itu sih? Apa aku harus berbohong lagi?

"Iya bu. Abay tadi menyuruhku pulang agar aku bisa menjaga ibu, Abay khawatir sama ibu."

Baiklah, aku sudah berbohong satu kali dan terpaksa harus berbohong lagi. Maafkan Leyka ya bu.

"Esa baik banget ya sama keluarga kita." Ujar ibu sambil tersenyum.

Aku hanya tersenyum getir menanggapi perkataan ibu. Jika saja ia tahu masalah sebenarnya, pasti hatinya kecewa berat.

"Leyka mandi dulu ya bu."

***

Pagi, siang telah berlalu dan diganti menjadi sore. Perkataan yang ku katakan kepada ibu belum kunjung datang kebenarannya. 

Aku melirik jam dinding, disana waktu menunjukan sudah pukul 4 sore. Itu artinya Abay sudah selesai dengan konsernya.

Aku menyeruput susu hangatku di kursi depan sambil terus memperhatikan jalanan. Berharap ada sosok Abay di seberang sana.

4:15

4:30

5:00

5:44

"Allahu Akbar Allahu Akbar."

Baiklah, aku menyerah. Abay tidak kunjung datang dan Adzan maghrib sudah memanggilku dan menyuruhku untuk segera melaksanakan kewajibanku sebagai umat muslim.

"Udah ketemu Esa?" Tanya ibu padaku saat aku baru saja masuk kedalam.

"Be-belum bu." Ujarku dengan terbata-bata.

Entah karena aku terbata-bata, atau entah karena raut mataku terlihat seperti orang tengah berbohong. Ibu mengetahui bahwa aku sedang berbohong. Ia memegang kedua belah bahuku.

"Kamu lagi gak bohong kan sama ibu."

YaAllah, aku tidak kuat. Aku tidak kuat menatap mata ibu dan melanjutkan kebohonganku.

"Nggak bu. Abay tadi udah telefon Leyka dan bilang mau datang nanti malam. Soalnya dia ada urusan dulu, dan Abay janji mau bawain kita martabak!."

Aku langsung berlari ke kamar mandi dan wudhu. Disela-sela wudhuku, aku mengeluarkan tetesan air mata.

Aku menangis karena dua hal. Pertama, tentunya karena sudah berbohong kepada ibu.

Kedua, apa Abay memang marah kepadaku hanya karena sebuah lirik lagu saja? Jadi, apa aku ini baginya? Pertemanan terkalahkan oleh sebuah lirik?

Aku benar-benar telah menyerah pada keadaan. Setelah selesai makan malam, aku langsung beranjak ke kamar dan tidur.

"No more waiting for Abay." (Tidak usah menunggu Abay lagi).

Aku tidak perduli jika Abay marah atau benci kepadaku. Lagipula, apa untungnya berteman denganku yang miskin ini?

***

Ini hari minggu, aku tidak bersekolah. Biasanya, aku akan berlari pagi dengan Abay menuju sebuah lapangan di dekat rumah Abay dan melakukan streching disana. Pulangnya, Abay akan mampir ke rumahku untuk sekedar numpang sarapan. Ia sangat menyukai bakwan jagung buatan ibu ku.

Tapi hal itu tidak berlaku untuk hari ini. Tidak ada Abay, tidak ada lari pagi.

Aku menggeliatkan badan. Aku tidak bisa tidur lagi setelah shalat shubuh tadi, maka dari itu kuputuskan untuk membersihkan rumah.

"Ibu udah bangun?" Aku melihat ibu sedang duduk di ruang tamu.

"Kamu gak tidur lagi Ley? Kan ini minggu."

Aku menggeleng pelan lalu tersenyum seolah mengatakan "tidak."

Aku menghampiri ibu.

"Lho? Martabak dari mana ini bu?" Aku melihat ibu tengah menyantap martabak keju. Martabaknya terlihat masih hangat dan segar.

"Lho? Kamu sendiri yang bilang Abay mau bawain kita martabak."

Aku tertegun dan berusaha menangkap apa maksud ibu. Maksud nya ada Abay kesini dan mengantarkan sekotak martabak ini?

"Terus Abay nya mana?"

"Udah pulang, dia katanya kecapean." Ujar ibu sambil terus mengunyah martabak itu.

"Leyka mau?"

"Nggak bu. Leyka ke kamar dulu."

Rencana ku membersihkan rumah ku batalkan. Aku ingin menelefon Abay dan menanyakan kenapa ia datang sepagi buta ini dan lalu pergi begitu saja.

Jika kata ibu Abay kecapean maka cape karena apa? Konsernya harusnya sudah selesai jam 4 sore kemarin. Dan biasanya kalau tidak kerumahku Abay akan langsung pulang kerumahnya selesai konser. Lalu kemana dia?

"Hallo Aldi?"

Aku memutuskan untuk menelefon Aldi.  Menurutku aku bisa mendapatkan informasi mengenai kepergian Abay kemarin darinya.

"Abay dimana?"

"Duh, kurang tahu tuh. Emangnya kenapa?"

"Ohh, nggak. Kalian pulang konser kemarin jam berapa?"

"Jam 4 sore. Emangnya kenapa?"

Benar kan dugaanku? Aku memang sudah tahu jadwal konser Abay.

"Nggak. Yasudah aku tutup ya."

"Eh tunggu." Aku tidak jadi menutup telefonku karena Aldi menahannya.

"Ada apa?"

"Ada salam dari Esa. Kemarin dia mencarimu di Mall sampai malam. Ia tidak mengira kalau kamu ternyata sudah pulang. Abay bilang ia ingin minta maaf. Malam tadi, tadinya Esa mau datang ke rumah mu. Tapi dia disergap beberapa penjahat, jadi dia tidak bisa datang ke rumahmu."

Aku membisu, aku tertegun. Aku sudah salah mengira soal Abay, aku telah berprasangka buruk padanya.

"Disergap penjahat? Apa dia terluka?" Aku mulai khawatir soal keadaan Abay yang kata Aldi dihadang penjahat.

"Aku belum tahu. Nanti siang aku mau kerumahnya." 

Aku langsung menutup telefon dan berlari ke arah ibu.

"Ibu, ibu." Ujarku sambil ngos-ngosan.

"Kenapa Leyka?"

"Tadi Abay ada luka lebam gak di mukanya?"

"Ada. Dia bilang itu bekas make up yang belum dia hapus."

Aku terduduk, mulutku menganga. Abay pasti dihajar penjahat itu, dan ia juga berbohong pada ibu agar ibu tidak khawatir.

Aku langsung membatin dan berkata "Abay, maaf." Aku berjanji akan menemuinya nanti siang.

Related chapters

  • Can I Call You BABY ?   Abay dengan siapa?

    "Assalamualaikum tante."Saat urusan rumah sudah selesai, saat aku sudah makan dan memastikan ibu baik-baik saja aku langsung tancap gas menggunakan angkutan umum pergi ke rumah Abay yang rumahnya tidak jauh dariku. Sebenarnya biasanya aku jalan kaki, hanya saja saat ini aku sedang buru-buru, aku ingin segera menemui Abay."Masuk Ley."Setelah dipersilahkan seperti itu oleh tante Juwita, aku langsung saja masuk.Memang rumah Abay sudah seperti rumahku sendiri. Sekalipun tidak ada yang menjawab atau mempersilahkan ku masuk, biasanya aku akan langsung masuk."Abay nya mana tante?" Tanyaku pada tante Juwita yang pada saat itu sedang sibuk bergulat dengan laptopnya diruang tengah."Tuh dikamar." Ujarnya tanpa melirik ku sedikitpun.Aku memang bukan seperti tamu saat dirumah Abay. Bahkan terkadang, kalau aku haus aku langsung saja ke dapur dan mengambil minuman sendiri.Setelah bersalaman dengan tante Juwit

    Last Updated : 2021-06-19
  • Can I Call You BABY ?   Murid Baru

    Kelasku memang tidak pernah lepas dari kata ricuh. Kelas 12 M Ipa 3.Ada yang sibuk berdandan, ada yang sibuk menggosip, ada yang sibuk main taruh-taruhan, ada yang sibuk baru mengerjakan PR. Padahal PR sudah diberikan dua hari lalu.Semuanya berbicara dengan suara yang kencang agar tidak terkubur oleh suara lainnya. Ketibang di sekolah, aku merasa bahwa diriku sedang berada di pasar. Semuanya ricuh."Pak Budi ,pak Budi."Kericuhan mulai tenang dan terhenti saat salah satu guru datang. Dia adalah pak Budi. Beliau merupakan kepala sekolah kami.Seperti namanya, pak Budi adalah orang yang baik dan berbudi. Tapia beliau cukup disegani.Aku melirik Abay, dia dari tadi tidak berhenti memainkan handphonenya. Bahkan saat pak Budi sudah datang.Aku bersyukur karena aku bisa sekelas dan bahkan duduk sebangku dengan Abay. Padahal Abay merupakan murid anak orang kaya.Disekolahku, kelas kami dibagi menjadi tiga bagian

    Last Updated : 2021-06-19
  • Can I Call You BABY ?   Tasya Nama-Nya

    Selain segala kelebihan yang Tasya punya, Tasya juga pandai dalam bergaul dengan sesama.Hanya dalam hitungan beberapa menit setelah pelajaran usai, Tasya sudah menarik banyak perhatian anak-anak.Ia sudah seperti magnet yang menarik banyak besi untuk mendekatinya. Kini, semua murid berkumpul mengerumuni Tasya dan juga Abay. Ingat bukan bahwa Abay duduk satu bangku dengan Tasya.Dan yang paling parah, bukan hanya anak-anak dari kelas kami, tapi juga dari kelas lain. Ada banyak juga adik kelas yang datang ke kelasku ini. Seperti sedang ada acara bazar murah meriah saja.Hanya aku dan Ina yang tidak menghampiri Tasya. Aku sudah cukup mengenal Tasya. Dan aku juga tidak mau berdesak-desakan dengan yang lainnya. Mereka mengantri seperti hendak menerima sembako dari presiden saja."Memangnya seberapa cantik sih si Tasya itu?" Tukas Ina padaku.Aku sadar betul kalau Ina sangat cemburu dan kurang suka pada Tasya. Bahkan saat ini Daffa ada dian

    Last Updated : 2021-06-19
  • Can I Call You BABY ?   Abay Keterlaluan!

    Saat semua pelajaran telah usai, aku celingukan sendiri di tempat parkiran. Aku mencari Abay. Entah kemana perginya Abay saat ini.Biasanya kalau tidak langsung pulang ke rumah dan mengantarku. Abay akan ke ruangan musik terlebih dahulu atau sibuk menggrepe perempuan.Tapi kali ini tidak ada. Aku sudah mencari keruangan musik dan tidak ada Abay disana. Murid yang berada disana pun tidak tahu Abay kemana saat kutanyai apakah mereka melihat Abay atau tidak.Lalu aku beralih melihat ke kelas M Ipa 1. Disana ada pacar Abay, Krystal namanya. Aku memang melihat Krystal, tapi tidak ada Abay disana. Dan kurasa Krystal sedang ada masalah dengan Abay.Saat kuhampiri ke kelasnya, Krystal tengah menangis dikelilingi beberapa teman wanitanya. Kutebak jika bukan bertengkar pasti Krystal diputuskan oleh Abay.Terakhir kali Abay pernah berkata kepadaku bahwa Krystal menyebalkan dan selalu mengekangnya. Hal tersebut membuat Abay tidak nyam

    Last Updated : 2021-06-19
  • Can I Call You BABY ?   Sakit

    Setelah berkata begitu, ibu pergi meninggalkan ku bersama dengan obat-obatan yang sudah berserakan di kasur.Aku sudah mencoba menghentikan kepergian ibu yang tidak tahu akan kemana. Tapi aku gagal dan ibu malah membentaku hingga membuatku tidak bisa berkutik.Sebenarnya aku bisa saja melawan ibu, tapi aku takut penyakit darah tinggi ibu kambuh. Dan aku tidak bisa mengikutinya karena kepalaku benar-benar berat dan tidak bisa untuk diajak berjalan.Aku tidak tahu bahwa efek dari berjalan kaki sebentar saja bisa begini. Seperti orang sedang sakit tipus saja.Tapi sepertinya bukan hanya karena kelelahan, tapi juga karena pikiran. Aku terlalu memikirkan Abay seharian kemarin sampai aku sakit begini.Aku harus berhenti memikirkan Abay dan mulai berpikir ke mana perginya ibu. Ibu tampak marah saat aku mengatakan Abay meninggalkanku dan tidak mengantarkanku pulang. Aku takut kalau ibu kerumah Abay dan melabrak Abay lalu aku takut Abay akan marah pad

    Last Updated : 2021-06-19
  • Can I Call You BABY ?   Teman

    Aku merenung didalam kamar setelah meninggalkan Abay. Entah kenapa aku merasa aku mendadak jadi bodoh begini. Aku tahu dan sadar bahwa aku menyukai Abay. Tapi kenapa aku berkhianat pada hati kecilku ini. Aku menjauhi Abay, aku cuek dan jutek padanya padahal aku sendiri tidak tega melakukan semua itu.Aku kembali bercermin. Menatap wajahku yang pucat pasi ini. Apa aku pantas menjadi pasangan seorang Esa Juniansyah? Pertanyaan itu kembali muncul di benak ku saat Abay sudah datang ke rumahku."Waalaikumsalam. Hati-hati ya nak."Itu suara ibu. Pasti ibu berbicara dengan Abay, pasti Abay saat ini sudah pulang. Aku naik ke atas kasur lalu mendekap guling dan bantal dan menumpahkan segala kesedihanku.Aku tidak kuat lagi dengan semua ini. Aku sakit, aku terluka. Aku sangat mencintainya, aku ingin memilikinya. Namun kenapa begitu berat bagiku. Kenapa aku tidak bisa melakukannya.Kenapa Abay begitu sulit untuk aku raih? Tidak adakah sedikit pe

    Last Updated : 2021-06-19
  • Can I Call You BABY ?   Teman 2

    Kami menumpangi sebuah mobil Avanza hitam milik Predi. Aku tidak tahu apa pekerjaan Mang Ardi saat ini. Tapi yang jelas, keadaan ekonomi nya lebih baik dari pada keadaan ekonomi aku dan ibu."Kamu sekarang kelas berapa?" Tanya Predi padaku dalam keadaan fokus menyetir."Kelas 2 kak." Ujarku."Lha? Kok panggil kak sih?"Jujur aku sedikit bingung saat itu. Aku sudah lupa berapa usia Predi sekarang. Kalau dulu sih aku memang hanya memanggilnya nama saja. Tapi sekarang beda, ia sudah besar, begitupun aku. Aku takut Predi tersinggung kalau aku hanya memanggil namanya saja."Panggil nama aja." Ujarnya lagi."Emangnya usianya berapa kak? Eh Per maksudnya.""Beda tipis lah sama kamu. Menginjak 21 tahun bulan ini." Ujarnya lagi sambil tersenyum dan sesekali melirik ku.Usia Predi ternyata tidak jauh berbeda dari usiaku. Dia juga masih muda. Sepertinya Predi melanjutkan pendidikannya ke jenjang universitas yang belum kuketahui dima

    Last Updated : 2021-06-20
  • Can I Call You BABY ?   Guru baru

    "Silahkan masuk saja pak."Tap tap tapTerdengar suara langkah kaki seseorang memasuki kelas ku.Saat orang tersebut sudah masuk, semua murid terutama para siswi membelalakan mata seraya berkata "woaaah." Mereka takjub akan kedatangan guru baru itu.Rupanya tampan, wajahnya bercahaya, ototnya kekar. Dia adalah Anhar alias Predi.Apa hidup seorang rakyat jelata selalu banyak kejutan ya?Belum juga selesai dengan Tasya, sudah diberi kejutan baru yaitu Predi.Pak Budi memperkenalkan Predi sebagai guru baru disana.Sekarang aku mengerti kenapa Predi memasukan mobilnya ke parkiran, aku mengerti kenapa Predi ikut masuk ke dalam. Dan aku juga sudah mengerti maksud Predi yang memiliki tugas disini, di kota ini.Yang aku tidak tahu adalah, memangnya jurusan hukum bisa menjadi guru? Setahuku hal-hal yang berbau dengan jurusan hukum itu seperti hakim, jaksa dan masih banyak lagi lainnya akan tetapi bukan guru.

    Last Updated : 2021-06-23

Latest chapter

  • Can I Call You BABY ?   Now You Know

    Aku kembali pulang ke rumah dengan diantar Max. Ia benar-benar baik. Baik di depan Ibu nya maupun di belakanh Ibu nya, ia selalu murah senyum dan seseoali mengajak ku berbicara, tidak ada kecanggungan diantara kami berdua."Gak usah repot-reoit nganterin, gue bisa pulang naik ojek." Aku menghentikan langkahku sesaat untuk sekedar menolak tawaran Max, aku hanya takut merepotkan dirinya."Gakpapa. Gue yang bawa lo kesini maka gue juga yang harus bawa lo pulang.""Gakpapa kok. Mungkin lo mau nemenin tante Puji aja?" Tanyaku padanya."Gakpapa, Mamah lagi istirahat. Gue mau nganterin lo aja."Sebuah keputusan yang tidak bagus untuk dibantah. Karena itu akhirnya aku menyetujui usulnya untuk mengantarkanku pulang karena ia sendiri yang mau dan merasa tidak direpotkan.Kami tidak banyak bicara sepanjang perjalanan, hanya sesekali saja Max mengajak ku berbicara."Leyka?" Tanyanya dengan setengah berteriak."Ya?' Jawabku."K

  • Can I Call You BABY ?   Akhirnya Aku Tahu

    "Bay?""Hmm?""Cuek gitu.""Masalah?""Ya nggak sih."Dari tadi aku terus memperhatikan Abay makan tapi ia sama sekali tidak memperhatikanku hingga aku jera sendiri."Gue cuman mau ngomong nanti siang jangan ke rumah."Setelah berkata begitu, barulah ia menghadapku dan menghentikan aktivitasnya memakan gehu."Kenapa?" Tanyanya dengan alis yang mulai meruncing."Gue mau pergi sama Max.""Kemana?""Rumah sakit.""Oh."Tidak hanya kata saja yang dingin, ia juga ternyata enyah dari hadapanku beserta mangkok bakso yang menjadi menu makan siangnya.Sejauh ini aku masih belum nengerti pada tingkah aneh mereka berdua. Maksudku Predi dan Abay.Disaat aku sedang fokus memikirkan apa yang menimpa Abay dan Predi, orang yang menurut Ina penyebab kebakaran ini terjadi datang. Ya, dia adalah Max.Tanpa izin lagi, dia duduk disampingku dengan membawa dua mangkok mie.Kini sem

  • Can I Call You BABY ?   Ada Apa

    "Wihh pake parfum banyak banget gitu." Ibu datang dan langsung mengkritik ku yang memang menggunakan parfum hampir setengah botol."Iya hehe." Aku tidak ada kata lain selain cengengsan."Yang pria kemarin itu siapa Ley?"Aku menghentikan aktivitas menata diriku dan mencoba mengingat siapa pria yang Ibu maksud."Ohh yang itu, Leyka ingat. Namanya Max bu, temen baru Leyka."Aku dan Max sudah berjanji tidak akan memberitahukan pasal hubungan palsu kami pada Ibu. Bukan apa-apa, aku takut Ibu tidak setuju kalau kami berbohong mengenai hubungan kami, sementara kalau aku mengatakan bahwa aku pacar nyata Max aku takut Ibu malah menyuruh Abay untuk menyelidiki Max lebih jauh karena kami belum saling mengenal dalam jangka waktu lama.Maka dari itu ada baiknya jika aku hanya diam saja dan mengatakan bahwa Max hanya sekedar berteman denganku. Tidak lebih dan mungkin tidak akan pernah lebih."Ohh. Anak nya sopan yah, Ibu suka."Prasangka ku

  • Can I Call You BABY ?   Max

    Pagi-pagi sekali Ibu sudah membangunkanku lebih pagi dari biasanya. Kulirik jam dinding dimana waktu masih menunjukan jam 7 pagi hari. Ini asalah hari sabtu atau tepatnya hari libur. Setelah selewai shalat shubuh tadi, aku kembali merebahkan diri diatas kasur dengan tubuh dirungkupi selimut tebal yang membantuku memberikan kehangatan."Ada apa sih, Bu?" Tanyaku dengan mata yang masih tertutup dan nyawa setengah sadar."Bangun dulu tuh ada temen nya."Bukannya bangun, aku semakin merapatkan tubuhku dan mempererat pelukanku pada guling kala mendengar nama 'teman' disebut. Teman mana pula yang datang sepagi ini di hari libur."Paling Abay kan? Suruh pulang aja bu, semalam Leyka gadang masih mau tidur.""Oh yaudah."Ibu pergi setelah gagal membangunkanku, selimut yang tadi sempat tersibak kembali kutarik untuk melingdungi diriku dari dinginnya udara pagi.Baru juga aku kembali terlelap dalam mimpi, suara Ibu sudah terdengar ny

  • Can I Call You BABY ?   Falling In Love

    "Lo kenapa sih Deb?"Abay menghentikan langkahku ketika kami hendak pergi ke kantin."Apanya yang kenapa?" Tanyaku dengan kening yang mulai mengerut."Kayak orang lagi banyak masalah tapi berusaha disembunyiin gitu."Aku menatap Abay tidak percaya, mataku bulat sempurna. Aku tidak menyangka bahwa Abay ternyata mengetahui wajah asli dibalik topeng yang sedang ku pakai ini.Aku salah, aku salah ketika aku berpikir bahwa berpura-pura bahagia itu ternyata mudah. Ternyata salah, salah besar dan itu sangat susah.Tidak perduli seberapa kencang aku tertawa, selebar apa aku tersenyum, sesibuk apa pekerjaan yang kulakukan masalah tetaplah masalah yang senantiasa muncul kapan saja dan dimana saja lalu sulit untuk disembunyikan begitu saja."Whoa ya enggak dong! Gak bisa bedain orang yang lagi bahagia sama orang yang lagi sedih?" Meski sudah ketahuan, aku masih berusaha untuk terus beralibi."Bisa. Bisa banget bedain orang yang senyumnya

  • Can I Call You BABY ?   Pretend That I Am Happy

    "Hallo guys."Impianku mendapatkan pria dan cinta yang kuinginkan tidak terwujud setidaknya aku tetap bahagia.Aku menghampiri Ina, Daffa, Abay yang saat ini sedang duduk di satu kursi di kantin sana."Heboh banget lu, pake guys guy segalanya." Tukas Ina, ia memang sewot kalau aku sewot."Woiya dong. Kalau orang lagi happy kan heboh."ujarku.Tanpa dipersilahkan, aku langsung duduk dengan begitu anggun dan mengibaskan rambut ku sehingga terbang ke belakang."Tuh rambut lu terbang, awas gak balik lagi." Ujar Daffa, sama nyinyirnya dengan Ina."Iya dong. Rambut gue terbang gara-gara hati gue terbang." Ujar ku sambil cengengesan dan tersenyum sangat lebar.Bagaimana? Langkah awal ku berpura-pura hebat kan? Orang mana yang saat ini tahu bahwa aku sedang sedih? Tidak ada kan?"Bu Susum, gehu 10, nasi goreng satu piring pake acar 3 kantong terus risol 10 sambal nya jangan lupa sesendok ya terus bakso 3!"Aku memesa

  • Can I Call You BABY ?   I am JoPy

    Pertanyaan Abay barusan seperti mesin waktu yang dapat menghentikan waktu untuk sesaat.Kami diam mematung. Ada yang melihat Abay, melihatku dan juga melihat Predi.Aku sendiri tidak habis pikir. Maksudku, jika memang benar ciri-ciri nya mirip denganku, haruskah Abay menanyakannya sekarang? Kita memiliki waktu yang banyak untuk bersama saat di luar sekolah nanti. Abay bisa mengatakan wakru twrsebut.Kecuali ada sesuatu yang ia maksud dari pertanyaannya itu."Kenapa diam? Pertanyaannya cukup sulit ya?" Tanya Abay lagi dengan bertambah lantang."Ekhem. Maksud Anda Debi yang mana? Siapa? Ada begitu banyak nama Debi di muka bumi ini." Tanya Predi."Nama lengkapnya adalah Leyka Mutiara Anatasya, nama panggilannya Debi. Gadis 17 tahun yang kini sedang duduk di samping saya."Mata Abay tertuju padaku, begitupun mataku. Aku masih menatapnya tidak percaya."Oh itu haha. Bagaimana Anda bisa mengira itu dia?" Tanya Predi sambil sala

  • Can I Call You BABY ?   Abay?!

    "Debi?!" Tanpa sadar, ternyata Abay sudah memanggilku sedari tadi. Aku terlalu sibuk melamun hingga tidak sadar akan seruannya."Eh iya?" Ujarku gelagapan."Kenapa sih? Kok ngelamun mulu kayak nya?"Aku tersenyum, lalu dengan lantang aku nengatakan."Bay, kita udahan aja." Ujarku seperti sedang memutuskan seorang pacar."Udahan apa nya? Kan belum nyampe. Lo kebelet, terus mau berhenti di jalan?" Aku tahu bahwa Abay akan salah tangkap."Eh enggak deh."Tidak. Meski aku akan menyudahi oengorbanan dan perjuangan ku sebagai seseorang yang akan membahagiakan Abay, aku tidak boleh memberitahu nya.Sebagaimana keadaan yang memberitahu ku, aku juga akan membiarkan keadaan yang memberitahu perubahan ku.Perlahan tapi pasti, Abay pasti akan menyadari perubahan yang terjadi pada diriku. Perubahan diriku yang mulai menjauhinya.Meski aku akan berhenti mencintainya, bukan berarti aku bisa menyakitinya. Dengan menga

  • Can I Call You BABY ?   Sudah Saatnya

    Aku menata diriku, mengenakan baju seragam sekolah dan memasukan buku-buku yang akan digunakan untuk hari ini. Sebelum beranjak pergi, aku berjanji pada diriku sendiri bahwa hari ini aku harus bahagia. Tidak boleh ada kesedihan apapun, tidak boleh menangis. Tidak boleh terluka karena Abay. Aku bisa mendapatkan kebahagiaan yang tidak hanya bisa diberikan oleh pria. Lewat teman, aku juga bisa bahagia. *** "Pagi Deb." Pagi-pagi sekali Abay sudah datang menjemputku. Aku tidak menyangka bahwa dirinya yang akan datang, kupikir akan Predi yang datang. Tapi tidak masalah. Siapa yang datang lebih awal, maka ia yang pergi denganku. Yang terpenting aku bisa sampai disekolah. "Bareng gue yuk." Ajaknya padaku. Aku mengangguk, tidak ingin ada penolakan pagi ini. Abay rupanya belum selesai dengan sepeda motornya, ia masih menggunakan itu. Mungkin dirinya nyaman. "Deb?" "Hmm?" "Maaf." Gumamny

DMCA.com Protection Status