Edward Kennet seorang pria tampan berusia dua puluh delapan tahun. Saat ini sedang menjabat sebagai CEO di perusahaan milik keluarganya. Dalam hal berkarier Edward tak ada duanya. Perusahaannya selalu saja unggul dibandingkan dengan yang lainnya. Namun kesuksesannya dalam dunia bisnis, tidak serta merta membawanya selalu beruntung dalam urusan percintaan. Bahkan pemuda itu sering sekali mengalami kegagalan saat menjalin hubungan serius dengan lawan jenisnya. Semua hal buruk yang terjadi kepadanya di masa lalu karena para wanita, membuat Edward menjadi trauma dan tidak ingin mengenal wanita lagi. Menyadari akan hal itu, sang kakek lalu menyewa seorang gadis bernama Zuri Agnesa untuk membuat sang cucu jatuh cinta kepadanya. Zuri tak kuasa melawan keinginan Opa Bram yang memberinya tugas berat ini. Kakek tua itu telah melunasi semua utang-utang keluarganya. Mau tidak mau Edward harus menerima kehadiran Zuri di dalam hidupnya, yang datang secara tiba-tiba. Mereka pun menikah namun dengan satu perjanjian pernikahan yang hanya mereka berdua yang tahu. Mampukah Zuri meluluhkan hati Edward sesuai dengan misi rahasia dari Opa Bram? Ataukah Edward malah jatuh cinta lebih dulu kepada gadis itu? Ataukah keduanya saling mencintai secara diam-diam? Bagaimana dengan perjanjian pernikahan mereka? Apakah yang terjadi jika Edward juga mengetahui jika Zuri ternyata suruhan dari kakeknya? Penasaran kelanjutannya? Plagiarisme melanggar undang-undang hak cipta nomor 28 tahun 2014.
Lihat lebih banyakDi suatu siang di Kota Jakarta,Ranti, seorang owner Light Wedding Organizer sedang berdiri di tengah-tengah ballroom megah Hotel Raffles, Kuningan, Jakarta Selatan. Gadis cantik itu sedang memandangi setiap sudut ruangan yang telah dihiasi dengan sempurna. Cahaya kristal lampu gantung memantul indah di permukaan marmer, sementara rangkaian bunga-bunga putih dan pink menghiasi setiap meja, kursi, dan sudut ruangan. Bunga mawar, lili, dan anggrek yang tertata rapi menciptakan suasana elegan dan romantis, sesuai permintaan pasangan yang akan menikah keesokan harinya yaitu Edward Kenneth, seorang pengusaha sukses dan istrinya tercinta, Zuri Agnesa.Ranti menarik napas panjang, berusaha mengalihkan pikirannya dari perasaan yang tiba-tiba kembali menyeruak. Ruang ballroom yang begitu megah seharusnya membuatnya bangga, karena ini adalah puncak dari hasil kerja kerasnya bersama tim Light WO. Namun, dibalik kebanggaan itu, ada rasa sakit yang tidak bisa dihindari olehnya."Sempurna," bisik
Setelah puas menikmati keindahan pantai Ancol dan berjalan-jalan di sepanjang pasir putih yang lembut, Edward pun mengajak Zuri, Bu Heni, dan Lingling melanjutkan perjalanan ke Pantai Indah Kapuk atau sering dikenal sebagai PIK, sebuah kawasan elit yang menjadi tempat favorit untuk wisata dan bersantai di salah satu sudut Kota Jakarta di bagian utara. Di dalam mobil, suasana masih dipenuhi canda dan tawa, terutama Lingling yang tampak sangat menikmati hari tersebut.“Kak Edward, kakak ipar yang baik hati, hari ini aku merasa seperti sedang liburan di luar negeri! He-he-he,” ucap Lingling sambil tertawa. “Bukan hanya ke Ancol, sekarang kita akan ke PIK yang katanya tidak kalah keren.”Edward tersenyum sambil mengemudikan mobilnya dengan tenang. “Tunggu sampai kamu lihat Pantai Pasir Putih PIK 2, Lingling. Kamu pasti akan menyukainya. Rasanya seperti berada di tempat tropis yang jauh dari suasana kota yang padat l.”Bu Heni yang duduk di samping Zuri pun menimpali, “Ibu juga ikut pe
Pagi itu, sinar matahari menembus jendela-jendela kaca gedung perkantoran EK Corp, memberi suasana hangat di langit Jakarta yang cerah. Edward, seorang CEO muda dyang cemerlang, baru saja menyelesaikan rapat dengan para manajer serta jajaran penting di perusahaannya. Dengan senyum puas, pria tampan itu melangkah keluar dari ruang rapat dan menuju ke dalam kantornya yang berada di lantai tertinggi gedung itu.Setibanya di kantor pribadinya, Edward langsung disambut oleh pemandangan yang tiba-tiba sangat menenangkan hatinya saat ini. Zuri, sang istri, sedang duduk manis di sofa sambil membaca sebuah majalah. Zuri baru saja meminta izin dari bagian sekretariat untuk menunggu suaminya, siap memulai hari yang sudah mereka rencanakan sejak kemarin.“Halo, My Baby,” sapanya kepada istrinya.“Mas Edward. Kamu datang juga. Sudah selesai meeting-nya, Sayang?” Zuri menyambut Edward dengan senyum manisnya.Edward mendekati Zuri, mencium keningnya dengan lembut. “Sudah dong, Cintaku. Semua ber
Keesokan harinya,Setelah selesai dengan meeting pagi yang berlangsung hingga tengah hari, Edward, sang CEO EK Corp, berdiri dari kursinya di ruang rapat. Pria tampan itu lalu melirik jam tangannya sekilas, memastikan waktu sebelum berpaling ke arah para peserta rapat yang terdiri dari para manajer dan eksekutif perusahaannya.“Terima kasih atas kerja samanya pagi ini. Saya harus pergi sekarang karena ada urusan keluarga yang perlu saya urus,” ucapnya dengan nada tegas namun bersahabat. Para manajer mengangguk mengerti, dan ada beberapa di antaranya melontarkan senyum simpul. Edward berbalik dan berjalan keluar dari ruang rapat, menuju ruang sekretariat di mana Zuri, istrinya, bekerja. Dia melihat Zuri tengah sibuk mengatur beberapa dokumen di meja kerjanya.“Zuri, apakah kamu sudah siap?” tanya Edward sambil tersenyum, menghampiri istrinya. Zuri menoleh dan tersenyum lembut. “Ya, sebentar lagi, Mas. Aku hanya perlu merapikan ini sedikit lagi,” jawabnya sambil menutup map yang ada
Malam perlahan menyelimuti Kota Metropolitan, Jakarta ketika anggota Keluarga Kenneth akhirnya keluar dari butik setelah sesi pemilihan tuksedo yang panjang dan melelahkan. Edward, yang dikenal perfeksionis, akhirnya puas dengan pilihannya. Zuri, sang istri yang sabar, serta Bunda Ayu, Kak Nesa, dan istrinya Kak Andre, mengikuti di belakangnya dengan perasaan lega."Sudah malam sekali," gumam Bunda Ayu sambil melirik jam tangan berlapis emas di pergelangan tangannya. "Bagaimana kalau kita makan malam dulu sebelum pulang? Bunda lapar sekali, nih."Zuri mengangguk setuju. "Ide bagus, Bunda. Di sini ada restoran Jepang yang terkenal, namanya Shabu Shabu House. Makanan yang disediakan di sana terkenal segar dan enak. Apa kita mau ke sana saja?"Edward, sambil merapikan jasnya, mengangguk. "Tentu, itu pilihan yang baik, Sayang. Aku juga lapar setelah semua pemilihan tuksedo yang sungguh merepotkan tadi," jawabnya sambil tersenyum kecil, menyadari betapa dia telah membuat semuanya menung
Plaza Indonesia di Senayan, Jakarta, masih ramai di sore hari itu. Di dalam sebuah butik mewah, Edward sedang berdiri dengan cermat di depan rak-rak tuksedo, matanya menelusuri setiap setelan dengan teliti. Di sekelilingnya, beberapa anggota keluarga dan staf butik menunggu dengan sabar, meskipun mulai merasa lelah.Bunda Ayu, ibunda Edward, tampak duduk di sofa empuk, mengamati putranya dengan pandangan penuh kasih akan tetapi juga sedikit putus asa dan mulai kesal sendiri. "Edward, kita kan sudah memilih gaun pengantin untuk Zuri yang sungguh sempurna. Apa kamu tidak bisa sedikit lebih cepat untuk memilih tuksedo-mu sendiri?" ucap sang ibu dengan nada lembut namun tegas.Edward, CEO dari EK Corp, hanya tersenyum kecil tanpa mengalihkan pandangannya dari deretan tuksedo yang ada di hadapannya. "Bundaku Sayang, resepsi pernikahanku dan Zuri adalah hari yang sangat penting, bagiku. Jadi sudah pasti banget aku ingin semuanya sempurna," jawabnya, suaranya terdengar tenang namun penuh
Setelah makan siang yang sedikit terganggu oleh kehadiran Bertha, Edward dan Zuri melanjutkan hari mereka di Plaza Indonesia dengan langkah pasti. Saat ini keduanya sedang menuju ke sebuah butik ternama yang sudah lama terkenal dengan koleksi gaun pengantin mewahnya. Edward sudah membuat janji untuk fitting baju pengantin hari ini, dan mereka tidak ingin terlambat.Saat keduanya mulai memasuki butik, suasana langsung berubah menjadi lebih hangat. Di dalam sana, sudah ada tiga wanita beda generasi dari Keluarga Kenneth yang menunggu dengan senyum lebar. Bunda Ayu, ibunda Edward, berdiri dengan anggun mengenakan dress elegan berwarna biru. Di sebelahnya ada Kak Nesa, kakak perempuan Edward yang baru datang dari Sydney. Wajahnya memancarkan kegembiraan saat melihat Edward dan Zuri. Yang terakhir adalah istri dari Kak Andre, menantu pertama keluarga Kenneth, yang juga berdiri dengan senyum ramah."Zuri! Akhirnya kita bertemu," seru Kak Nesa dengan antusias sambil mendekat dan memeluk Zur
Makan siang bersama istri tercinta,Siang itu, Edward dan Zuri memutuskan untuk menghabiskan waktu makan siangnya di sebuah restoran western di Plaza Indonesia. Restoran yang mereka pilih menawarkan suasana yang elegan dan tenang, cocok untuk sepasang pengantin baru yang ingin menikmati waktu bersama di tengah kesibukan sehari-hari. Edward, seorang pengusaha sukses dengan jadwal padat, merasa perlu meluangkan waktu lebih banyak untuk Zuri, istrinya yang baru saja dinikahinya.Saat pelayan datang, Edward dan Zuri dengan antusias memesan hidangan favorit mereka. "Sayang … aku akan pesan steak medium rare dan salad caesar untuk kita. Kalau kamu mau pesan apa, Cintaku?" ucap Edward dengan senyum lebar.Zuri menatap menu sebelum akhirnya memutuskan. "Mmmmm, sepertinya aku mau pasta carbonara dan jus jeruk," jawabnya sambil tersenyum manis kepada pelayan restoran.Sementara sang pelayan mulai mencatat menu pilihan keduanya.“Baik, ditunggu sebentar ya, Tuan dan Nona,” sahut pelayan terseb
Keesokan harinya,Pagi yang cerah di Kota Jakarta, Ranti dan timnya bersiap memulai hari mereka dengan energi baru di kantor wedding organizer miliknya. Kemarin pagi Ranti baru saja menerima kabar jika Light WO telah dipilih untuk menangani salah satu proyek terbesar dalam karir mereka. Yaitu pernikahan seorang pengusaha sukses, Edward Kenneth, yang akan menikahi kekasihnya, Zuri Agnesa. Lokasi resepsi adalah di hotel Raffles, Kuningan, Jakarta Selatan, dengan tema royal wedding yang elegan dan mewah."Ini adalah kesempatan besar bagi kita semua," ujar Ranti dengan antusias kepada timnya. Di hadapannya ada lima anggota timnya antara lain Rina, Rani, Dani, Bayu, dan Tika. Mereka semua duduk mengelilingi meja bundar besar di ruang rapat kantor."Benar sekali, Mbak Ranti. Kita harus memastikan semuanya berjalan dengan sempurna," tambah Rina, tangan kanannya yang selalu siap membantu di setiap situasi sulit dan memdesak.Ranti mengangguk. "Guys, sebagai informasi penting untuk kita semua
"Pokoknya kita putus, Edward!" ketus seorang gadis bernama Ranti yang baru ketahuan berselingkuh oleh kekasihnya sendiri."Apa kamu bilang, Ranti? Kita putus? Apakah kamu sudah gila? Jangan berpikiran macam-macam kamu!" seru Edward, pemuda yang menjadi pacarnya. "Aku sedang tidak bercanda Edward! Aku menginginkan kita putus sekarang juga!" seru sang gadis lantang."Apa?" kaget pria itu bukan kepalang.Pasalnya Ranti lah yang telah ketahuan berselingkuh dengan pesaing bisnisnya. Akan tetapi malah gadis itu yang meminta untuk memutuskan hubungan dengannya. "Ranti, apakah kamu tidak berpikir dengan lamanya hubungan kita telah terjalin?" tanya pria itu sambil memegang erat tangan gadis itu."Aku ... aku akan memperbaiki diriku. Aku tidak akan sibuk-sibuk lagi. Aku akan membagi waktuku untuk dapat bersamamu. Please, Ranti. Aku tahu kamu sedang khilaf saat ini." Edward sampai memohon kepada sang pacar yang terang-terangan telah berselingkuh darinya.Pria itu bepikir jika pacarnya berselin...
Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.
Komen