Edward Kennet seorang pria tampan berusia dua puluh delapan tahun. Saat ini sedang menjabat sebagai CEO di perusahaan milik keluarganya. Dalam hal berkarier Edward tak ada duanya. Perusahaannya selalu saja unggul dibandingkan dengan yang lainnya. Namun kesuksesannya dalam dunia bisnis, tidak serta merta membawanya selalu beruntung dalam urusan percintaan. Bahkan pemuda itu sering sekali mengalami kegagalan saat menjalin hubungan serius dengan lawan jenisnya. Semua hal buruk yang terjadi kepadanya di masa lalu karena para wanita, membuat Edward menjadi trauma dan tidak ingin mengenal wanita lagi. Menyadari akan hal itu, sang kakek lalu menyewa seorang gadis bernama Zuri Agnesa untuk membuat sang cucu jatuh cinta kepadanya. Zuri tak kuasa melawan keinginan Opa Bram yang memberinya tugas berat ini. Kakek tua itu telah melunasi semua utang-utang keluarganya. Mau tidak mau Edward harus menerima kehadiran Zuri di dalam hidupnya, yang datang secara tiba-tiba. Mereka pun menikah namun dengan satu perjanjian pernikahan yang hanya mereka berdua yang tahu. Mampukah Zuri meluluhkan hati Edward sesuai dengan misi rahasia dari Opa Bram? Ataukah Edward malah jatuh cinta lebih dulu kepada gadis itu? Ataukah keduanya saling mencintai secara diam-diam? Bagaimana dengan perjanjian pernikahan mereka? Apakah yang terjadi jika Edward juga mengetahui jika Zuri ternyata suruhan dari kakeknya? Penasaran kelanjutannya? Plagiarisme melanggar undang-undang hak cipta nomor 28 tahun 2014.
View More"Pokoknya kita putus, Edward!" ketus seorang gadis bernama Ranti yang baru ketahuan berselingkuh oleh kekasihnya sendiri.
"Apa kamu bilang, Ranti? Kita putus? Apakah kamu sudah gila? Jangan berpikiran macam-macam kamu!" seru Edward, pemuda yang menjadi pacarnya. "Aku sedang tidak bercanda Edward! Aku menginginkan kita putus sekarang juga!" seru sang gadis lantang. "Apa?" kaget pria itu bukan kepalang. Pasalnya Ranti lah yang telah ketahuan berselingkuh dengan pesaing bisnisnya. Akan tetapi malah gadis itu yang meminta untuk memutuskan hubungan dengannya. "Ranti, apakah kamu tidak berpikir dengan lamanya hubungan kita telah terjalin?" tanya pria itu sambil memegang erat tangan gadis itu. "Aku ... aku akan memperbaiki diriku. Aku tidak akan sibuk-sibuk lagi. Aku akan membagi waktuku untuk dapat bersamamu. Please, Ranti. Aku tahu kamu sedang khilaf saat ini." Edward sampai memohon kepada sang pacar yang terang-terangan telah berselingkuh darinya. Pria itu bepikir jika pacarnya berselingkuh dan dekat dengan pria lain, karena dirinya yang selalu sibuk setiap hari di perusahaan miliknya. Sehingga tidak ada waktu banyak dengan sang kekasih. Senaif itu pemikiran Edward saat ini demi untuk mempertahankan hubungan percintaannya dengan Ranti. Sang pria tidak sadar jika hubungannya dengan gadis itu dapat dikategorikan sebagai suatu hubungan toxic. Namun bukannya berempati kepada permohonan Edward. Dengan cepat Ranti menghempas tangan pria itu yang sedang menggenggam tangannya dengan erat. Lalu dengan ketus, dia pun berkata, "Kamu tidak perlu merayuku! Asal kamu tahu dari awal aku tidak pernah mencintaimu! Kamu harus tahu itu!" ucap Ranti sinis. "Apa yang kamu barusan katakan Ranti?" tanya Edward sangat terkejut dengan perkataan pacarnya yang sungguh menusuk itu. "Oh ... ternyata kamu budek rupanya, Edward? Baiklah! Aku akan mengulangnya kembali! Aku tidak pernah mencintaimu sama sekali Edward! Sejak dulu sampai sekarang! Apakah kamu sudah mendengar semuanya?" ujarnya setengah berteriak. Saat ini keduanya sedang berada di sebuah taman. Untung saja di sana hanya ada mereka berdua. Sehingga semua teriakan Ranti hanya dapat di dengar oleh Edward. "Kamu?" Edward tak menyangka dengan semua perkataan yang terlontar dari bibir gadis itu. "Kamu jangan main-main dengan perkataan mu, Ranti. Telah bertahun-tahun kita bersama, tapi kamu malah mengatakan tidak pernah mencintaiku? Cih! Jangan ngarang kamu!" serunya lagi. "Aku tidak sedang mengarang cerita Edward! Semua yang kukatakan adalah kebenaran! Aku tidak pernah mencintaimu!" "Ranti! Jika kamu tidak mencintaiku, kenapa kamu mau menjadi pacarku dan menjalin hubungan yang cukup lama denganku?" teriak Edward mulai emosi. "Ha-ha-ha! Karena aku ingin mempermainkan mu!" Lalu tiba-tiba, gadis itu melempar sebuah foto seorang gadis di hadapan Edward. "Lihat baik-baik perempuan di dalam foto itu! Biar kamu lebih mengenalnya dengan jelas!" tutur Ranti sengit. Karena penasaran Edward pun segera mengambil beberapa lembar foto yang tadi dilempar oleh Ranti di hadapannya. Pria itu mulai menatap dalam-dalam wanita di dalam foto itu. "Ini kan mantanku yang sangat matre," gumamnya dalam hati. "Apakah kamu mengenal gadis itu Edward Kenneth?" tanya Ranti ketus. "Ya, aku mengenalnya. Dia salah satu mantanku. Kami telah lama putus. Memangnya kenapa? Apa urusannya gadis ini dengan hubungan kita, Ranti?" tanya Edward penansaran. "Tentu saja ada! Dia adalah sepupuku! Sekarang dia depresi gara-gara kamu putuskan! Aku menjalin hubungan denganmu untuk membalaskan dendamnya kepadamu!" "Apa? Tari, sepupumu?" "Iya! Dia sepupuku! Kenapa? Kamu kaget? Tega-teganya kamu memutuskan hubungan dengannya Edward! Padahal Tari cinta mati kepadamu!" seru Ranti lantang. "Hei! Tunggu dulu! Kamu jangan menuduhku sembarangan begitu!" Edward jelas tidak terima dengan semua tuduhan Ranti kepadanya. "Tuan Muda Edward Kenneth yang terhormat! Aku tidak menuduh Anda! Akan tetapi aku mengatakan hal yang sebenarnya terjadi! Berhenti lah berpura-pura bodoh seperti itu!" tukas Ranti tak mau kalah. "Asal kamu tahu! Tari saat ini telah resmi menjadi penghuni salah satu rumah sakit jiwa! Dasar pecundang! Pemain wanita! Beraninya menyakiti hati kaum hawa! Pengecut kamu Edward!" Begitu tajamnya omongan Ranti kepada Edward. Bahkan gadis itu terdengar beberapa kali memaki-maki Edward dan mengucapkan beberapa kalimat kotor kepada pria itu. Sepertinya Ranti sangat puas telah memaki-maki Edward. Bahkan pun dengan sengaja dia berselingkuh dengan musuh Edward demi untuk menjatuhkan mental pemuda itu dan membuatnya semakin terpuruk dalam kehidupannya. "Ranti, tolong dengarkan dulu penjelasanku. Ini tidak seperti yang kamu pikirkan. Tolong tenanglah dulu dan biarkan aku menjelaskan semuanya," serunya lagi. "Tidak perlu! Aku tidak sudi lagi mendengarkan semua perkataan mu yang bulshit! Akhirnya dendam Tari terbalaskan dengan sempurna! Sungguh aku tidak pernah menyangka, ya! Selamat tinggal Edward! Semangat menikmati hari-hari kelam mu mulai dari sekarang!" ucap sang gadis lalu mulai bergegas pergi dari taman itu. "Tunggu, Ranti! Jangan tinggalkan aku! Aku sangat mencintaimu! Please .... Aku juga akan memaafkanmu kali ini! Tolong Ranti! Dengarkan aku dulu." Edward mencoba mengejar kekasihnya. Namun tiba-tiba muncul sebuah mobil mewah yang berhenti tepat di hadapan keduanya. Bersamaan dengan itu Edward akhirnya berhasil meraih kembali tangan Ranti dalam genggamannya. Lalu kaca mobil itu mulai terbuka. Di dalam mobil terlihat sosok Rian, musuh bebuyutan Edward, yang paling dirinya benci di dunia ini. "Selamat siang, Tuan Edward!" sapa Rian penuh ejekan kepada Edward. Lalu pemuda itu melihat tangan Ranti yang sedang digenggam erat oleh Edward. Emosinya seketika memuncak, Rian pun segera berkata, "Hei ... Edward Kenneth! Lepaskan tanganmu darinya! Dasar bajingan! teriaknya lantang dari dalam mobil. "Lho memangnya kenapa jika aku menggenggam tangan pacarku sendiri?" jawab Edward tak mau kalah. Mendengar ucapan pria itu, Ranti malah tertawa terbahak-bahak saat ini, "Edward, kita sudah putus! Aku bukan siapa-siapa mu, lagi!" ujar Ranti tajam lalu menghempas tangan Edward dengan sangat keras. "Ranti! Kamu ...?" Edward lagi-lagi kaget dengan perkataan sang gadis. Edward sudah sangat menyayangi Ranti. Sepertinya pria itu telah cinta mati kepadanya. Dia tidak mungkin melepaskan Ranti begitu saja. Edward mencoba kembali meraih tangan Ranti mengisyaratkan kepada gadis itu, untuk mendengar penjelasannya terlebih dahulu. Akan tetapi Rian yang baru saja ke luar dari dalam mobil lebih dulu meraih tangan Ranti dan membawanya di dalam pelukannya. "Anda jangan memaksa! Ranti pacar gue!" "Apa?" Edward tak semakin tak percaya. "Ranti! Kamu ...?" Lagi-lagi Edward kaget dengan apa yang terjadi saat ini kepadanya. "Iya! Rian adalah pacarku! Kami telah lebih lama berpacaran dan menjalin hubungan! Dia menginzinkanku untuk mendekatimu hanya demi untuk balas dendam!" seru Ranti tajam. Namun Edward yang telah dibutakan oleh cinta terus saja memohon kepada Ranti untuk mendengar penjelasannya. Rian yang tersulut emosi ingin menghajar Edward saat ini juga. Dia mulai memasang kuda-kuda untuk melakukan penyerangan. Namun sebuah teriakan dari Aksa, sang asisten pribadi dari Edward, menciutkan nyalinya. "Tuan Rian! Jika Anda berani menyentuh kulit Tuan Muda Edward sedikit pun! Saya pasti kan Anda akan segera lenyap dari muka bumi ini sekarang juga!"Di suatu pagi,Suasana di rumah Edward dan Zuri dipenuhi kegembiraan. Liburan anak-anak telah tiba, dan janji Edward untuk membawa mereka keliling Kota London semakin mendekati kenyataan. Zuri tampak sibuk di kamar, mengemas barang-barang untuk perjalanan panjang mereka."Nasya, Sayang, jangan lari-lari! Kita akan berangkat sebentar lagi," ujar Zuri sambil tersenyum melihat putri bungsunya yang berlari-lari kecil di sekitar tempat tidur.Nasya, yang baru berusia tiga tahun dan duduk di playgroup, menghentikan langkahnya dan menatap Zuri dengan senyum lebar. "Mommy, Nasya boleh bawa boneka nggak?" tanyanya dengan mata berbinar-binar."Boleh, Sayang. Tapi cuma satu, ya? Jangan kebanyakan barang," sahut sang ibu.Sementara itu, di ruang tamu, Edward sedang membantu kedua anak laki-lakinya, Edzhar yang berusia tujuh tahun dan Ben yang berusia enam tahun, mengemasi mainan yang akan mereka bawa."Daddy, nanti di London kita naik bus tingkat, ya?" Edzhar bertanya sambil memasukkan mobil mai
Sore yang mendebarkan,Saat sore menjelang, langit Jakarta memancarkan semburat jingga yang indah, namun hati Edward, sang CEO EK Corp terasa tak tenang. Baru saja dia selesai menandatangani berkas terakhir di kantornya ketika ponselnya berdering. Dengan cepat pria sibuk itu menjawab panggilan tersebut.Edward :”Hallo, Maid. Ada apa?”Maid :"Tuan, Nonya Zuri sudah dibawa ke rumah sakit. Sepertinya sudah waktunya melahirkan!" suara maid-nya terdengar di ujung telepon.Edward langsung berdiri, rasa panik mulai menyeruak di dadanya. “Baik, saya segera ke sana,” jawabnya sebelum memutus panggilan dari sang asisten rumah tangga. Pria itu lalu meraih jasnya dengan cepat, berlari menuju lift, dan segera melangkah ke mobilnya yang ada di parkiran.Perjalanan dari kantor Edward di kawasan pusat Jakarta menuju rumah sakit keluarga langganan keluarganya, biasanya memakan waktu lama karena kemacetan yang tak terelakkan. Namun, sore itu, keajaiban seolah berpihak kepadanya. Jalanan tampak lebi
Di suatu pagi,Suasana di rumah Edward dan Zuri sangat tenang dan damai. Sinar matahari di hari Sabtu pagi menyelinap di antara dedaunan pohon yang rimbun, menerangi halaman rumah yang luas, termasuk kolam renang pribadi mereka. Di sana, Edward tampak sedang berenang dengan putra-putranya, Edzhar dan Jacob Benedict yang biasa dipanggil Ben yang juga telah dikaruniai oleh Tuhan kepada mereka dan ikut meramaikan keluarga kecil Edward dan Zuri.Edward dengan sabar mengajarkan kedua putranya cara berenang gaya bebas saat ini.“Lihat, Daddy! Aku bisa melakukannya!” teriak Edzhar, anak sulung mereka yang baru berusia lima tahun, sambil mencoba menggerakkan tangannya dengan gaya bebas.“Bagus, Nak! Teruskan! Ben, kamu juga harus mencoba, ya,” seru Edward sambil mengawasi kedua putranya dengan penuh perhatian.Ben yang masih berusia empat tahun mencoba mengikuti, namun gerakannya masih kaku. “Daddy, aku agak susah berenang, airnya malah masuk ke dalam hidungku,” rengek Ben sambil mengusap wa
Beberapa bulan kemudian,Hari ini adalah hari istimewa bagi Zuri dan Edward. Tepat tujuh bulan sudah usia kandungan Zuri, dan mereka baru saja pulang dari rumah sakit setelah pemeriksaan USG yang menunjukkan bahwa mereka akan dikaruniai seorang anak laki-laki. Hasil pemeriksaan itu membuat mereka semakin antusias untuk menyambut kehadiran sang buah hati. Edward, yang selalu memperhatikan setiap detailnya, sudah lama merencanakan acara tujuh bulanan untuk merayakan momen istimewa ini. Acara tersebut digelar di ballroom hotel Fairmont, Jakarta, dengan dekorasi elegan dan suasana yang penuh kehangatan.Ballroom yang luas itu dihiasi dengan bunga-bunga berwarna putih dan biru pastel, mencerminkan tema kebahagiaan menyambut putra mereka. Di tengah ballroom, tampak panggung kecil dengan meja panjang yang dihiasi kue tujuh bulanan dan berbagai hadiah untuk Zuri. Para tamu mulai berdatangan, dan suasana semakin meriah dengan kehadiran keluarga dan teman-teman dekat pasangan ini.Zuri mengena
Zuri terbaring lemah di tempat tidur rumah sakit, wajahnya terlihat pucat akan tetapi tampak lebih tenang setelah beberapa jam dirawat di UGD. Setelah dipastikan kondisinya stabil, tim dokter memutuskan untuk memindahkannya ke ruang perawatan yang berada di lantai atas. Keadaannya mungkin sudah lebih baik, namun kekhawatiran masih menggelayuti wajah setiap orang yang menunggunya di luar.Bunda Ayu, Opa Bram, Jemy, Mirah, dan Bobby sudah menanti dengan penuh harap di depan pintu ruang perawatan. Ketika perawat memberitahu bahwa mereka diperbolehkan masuk, Bunda Ayu segera melangkah masuk, diikuti oleh yang lainnya. Dengan langkah tergesa, Bunda Ayu menghampiri menantu kesayangannya yang masih terbaring di ranjang, sambil menggenggam erat tangan Zuri."Zuri, syukurlah kamu baik-baik saja, Nak," ucap Bunda Ayu dengan suara penuh kelegaan. “Bunda sangat khawatir tadi.”Zuri tersenyum lemah, akan tetapi senyum itu cukup untuk menenangkan hati Bunda Ayu. "Terima kasih, Bunda. Saya juga ber
Jemy melangkah cepat di tepian Pantai Ancol, langkah-langkahnya teratur namun tegang. Dia memeluk tubuh Zuri yang pingsan dengan erat, tubuh perempuan itu terasa ringan di pelukannya, akan tetapi beban yang dirasakan Jemy di hatinya jauh lebih berat. Pikirannya masih dipenuhi kekhawatiran. Untungnya Tadi, sebelum dia menggendong Zuri, dia sempat menelepon Bobby, yang juga merupakan sepupu Edward, yang baru saja selesai mengikuti rapat penting di gedung yang sama yang ada di area Pantai Ancol."Bobby, aku sudah menemukan keberadaan Zuri. Tapi dia sedang pingsan! Sekarang aku sedang menggendongnya, cepat siapkan mobil di parkiran. Kita harus segera ke rumah sakit!" Suara Jemy terdengar panik di telepon.Tanpa banyak bicara, Bobby langsung bergegas menuju parkiran dan menyiapkan mobilnya.Sesampai di parkiran, Bobby melihat Jemy datang dengan langkah cepat, Zuri berada dalam gendongannya. Bobby segera membuka pintu penumpang yang ada di belakang, memberikan ruang bagi Jemy untuk memasuk
Beberapa saat yang lalu,Angin pantai Ancol berhembus lembut, membawa aroma asin laut yang memenuhi area itu. Zuri berjalan dengan langkah pelan, menyusuri garis pantai. Hatinya terasa berat, penuh dengan kekesalan yang belum juga hilang setelah pertengkarannya dengan Edward, suaminya. Kata-kata tajam dari Edward tadi, masih terngiang-ngiang di telinganya, membuatnya sulit untuk menenangkan diri.Dia berhenti sejenak, menatap riak kecil yang menggulung di permukaan air. Pasir halus di bawah kakinya terasa dingin dan menenangkan, namun rasa sakit di hatinya tetap tidak berkurang. Edward jarang sekali marah, tapi kali ini, pertengkaran mereka begitu hebat hingga Zuri memutuskan untuk menjauh sementara waktu.Dia tak ingin kembali ke apartemen yang terasa begitu sempit dengan ketegangan.Perempuan cantik itu semakin kesal kepada Edward karena sang suami tidak mau mendengarkan penjelasannya sedikitpun.Bahkan Edward malah pergi meninggalkannya di apartemen sendiri. Hal itu semakin membuat
Di sebuah apartemen,Sore yang cerah perlahan berubah menjadi kelabu di langit Jakarta ketika Ranti, seorang wanita karier yang sukses, baru saja tiba di apartemennya. Setelah melalui hari yang panjang dan melelahkan di kantor, Ranti berharap bisa menemukan ketenangan di rumahnya. Namun, langkah cepatnya begitu memasuki apartemen seolah menggambarkan keresahan yang sejak tadi melanda pikirannya. Ada hal lain yang jauh lebih penting mengisi benaknya saat ini yaitu tentang sepupunya, Tari.Tari sejak beberapa bulan yang lalu tinggal bersamanya di apartemen ini. Setelah sebelumnya sang sepupu dirawat di sebuah rumah sakit jiwa di salah satu sudut Kota Jakarta.Tari mengalami gangguan jiwa saat Edward, mantan kekasih dari sang sepupu memutuskan hubungan dengannya. Hal tersebutlah yang membuat Ranti ingin membalaskan dendam Tari terhadap Edward, yang juga merupakan mantan kekasih pengusaha sukses itu.Namun sayangnya, Ranti yang awalnya hanya ingin memainkan perasaan Edward. Malah benar-b
Kedatangan Bunda Ayu,Nyonya Rahayu Kenneth, dengan gaun hijau lumutnya yang menambah wibawanya, turun dari mobil mewahnya di depan kediaman megah Opa Bram. Tangannya menggenggam tas kulit elegan, sementara langkahnya mantap memasuki halaman yang asri, dipenuhi oleh pepohonan tua dan bunga-bunga yang tertata rapi. Sejak suaminya meninggal, Opa Bram, ayah mertuanya, menjadi salah satu tumpuan hidupnya dalam menghadapi berbagai situasi. Dia merasa perlu bertemu dengannya hari ini.Begitu pintu besar kayu jati terbuka lebar, Asisten Geri, pria berwajah dingin yang selalu setia melayani Opa Bram, menyambutnya dengan senyum hangat.“Selamat pagi, Nyonya Rahayu,” sapa Asisten Geri dengan sopan, membungkukkan badannya sedikit. “Opa Bram sudah menunggu Anda di ruang kerjanya, Nyonya.”“Terima kasih, Asisten Geri,” jawab Nyonya Rahayu. Namun, sebelum sempat melangkah lebih jauh, telinganya menangkap suara keras yang berasal dari lantai dua.Suara itu sangat dikenalnya, suara putranya, Edward
Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.
Comments