Home / Romansa / OH MY EDWARD : ATASANKU GEBETANKU / BAB. 4 Menemui Opa Bram

Share

BAB. 4 Menemui Opa Bram

last update Huling Na-update: 2025-02-11 20:42:49

Seorang gadis cantik berusia dua puluh tiga tahun bernama Zuri Agnesha terlihat sedang berjalan tergesa-gesa di sebuah koridor rumah sakit ternama di kawasan Jakarta Selatan.

Pagi ini Zuri mendapatkan kabar jika Opa Bram, masuk rumah sakit. Membuat dirinya menjadi panik. Pasalnya, dia sangat dekat dengan orang yang telah tua renta itu.

Opa Bram sering sekali membantunya dan membantu keluarganya jika mereka kesulitan dalam hal keuangan.

Setelah berjalan agak lama, akhirnya Zuri sampai juga di depan ruang VVIP tempat sang opa sedang dirawat.

Gadis itu langsung disambut oleh Geri, Asisten pribadi dari Opa Bram.

"Selamat datang, Nona Zuri." sambut Geri hangat.

"Asisten Geri, bagaimana keadaan Opa? Aku sangat khawatir dengannya!" tutur gadis itu mencoba mengatur napasnya.

Bagaimana tidak, sejak dirinya meninggalkan kost-kosantnya, gadis itu terus saja berjalan cepat dengan setengah berlari. Untung saja dia tidak terlalu lama menunggu bis di halte. Sehingga akhirnya Zuri bisa sampai dengan cepat di rumah sakit.

"Silakan Anda masuk saja untuk memastikan keadaan Tuan Bram, Nona." seru sang asisten.

"Geri! Jangan bikin aku panik, deh!" kesalnya kepada asisten itu.

Namun Geri membalas kepanikan Zuri dengan tersenyum jenaka. Sejujurnya pria itu menaruh perasaan terpendam kepadanya. Namun apa daya, Tuan Bram punya misi khusus untuk sang gadis.

Tentu saja Geri yang hanya seorang asisten pasti kalah saing dengan Tuan Muda, Edward Kenneth.

Zuri pun segera masuk ke dalam ruangan mewah itu,

"Opa?" kaget Zuri saat melihat pria itu malah sedang duduk santai di sofa sambil membaca surat kabar langganannya, tak lupa secangkir kopi hangat juga tersedia di atas meja.

"Cucuku, Zuri. Akhirnya kamu muncul juga di hadapanku!" ucap sang opa lalu mulai meletakkan surat kabar itu di atas meja.

"Kemarilah, silakan duduk." perintahnya.

Zuri langsung menghembuskan napasnya lega melihat keadaan Opa Bram ternyata baik-baik saja dan kesal juga kepada sang opa karena telah mengarang cerita jika dirinya sedang sakit.

"Opa? Kok bilangnya Opa sedang sakit, sih? Bikin panik saja, deh!" Gadis itu pun mulai menunjukkan kekesalannya kepada Opa Bram.

"Ha-ha-ha. Namanya juga taktik perang. Lagian kalau Opa tidak mengatakan jika Opa sedang sakit, mana mau kamu menemui Opa. Iya kan?"

"A ... aku kan sibuk, Opa." alasannya.

"Sibuk apa kamu?" cecar Opa Bram.

"Minggu lalu aku baru saja diterima bekerja di sebuah perusahaan besar bernama EK Corp. Aku sangat bersyukur Opa!" serunya senang.

Zuri baru saja menamatkan kuliahnya beberapa bulan yang lalu dan telah di wisuda juga. Gadis itu tak pernah menyangka jika dirinya dan sang sahabat bernama Mirah, diterima sebagai karyawan baru di perusahaan raksasa itu.

"Oh, ya?" Senyum misterius dari bibir Opa Bram mulai terbit semakin merekah saat ini.

Semakin yakinlah pria tua itu untuk menugaskan Zuri menjalankan misi penting dan bersifat rahasia darinya.

"Iya, Opa."

"Terus hari ini, kamu kok bisa menjenguk Opa? Bukannya kamu mengatakan jika kamu telah bekerja?"

"Ya ampun, Opa? Hari ini kan hari Sabtu. Waktunya untuk libur bagi karyawan di Perusahaan EK Corp."

"Ha-ha-ha! Iya, ya? Hari ini hari Sabtu. Ternyata Opa sudah sangat tua dan mulai pikun." sedihnya.

Raut wajah sang Opa tiba-tiba menjadi suram bagaikan musim kemarau yang berkepanjangan kering dan kusam.

Hal tersebut tiba-tiba saja menggelitik rasa penasaran di hati Zuri.

"Opa, are you okay?" tanyanya kepada sang pria tua.

"Sebenarnya, Opa sedang tidak baik-baik saja, sekarang." serunya mulai mendramatisir keadaan.

"Lho kenapa, Opa? Apakah ada sesuatu hal yang mengganggu pikiranmu?" tanya Zuri menunduk. Sepertinya gadis itu juga menyembunyikan satu hal besar di dalam hatinya.

Apalagi saat ini Opa Bram malah menatapnya dari tadi tanpa berkedip.

"Ya, tentu saja Opa sedang kalut saat ini. Opa sedang memikirkan kedua cucu Opa yang sedang menghadapi masalah yang pelik sekarang. Termasuk kamu!"

"Deg!" Jantung Zuri tiba-tiba berdegup kencang. Sepertinya kejadian disaat sang penagih utang mendatangi rumahnya di kampung telah sampai di telinga sang Opa.

"Apakah kamu yakin tidak menyembunyikan sesuatu kepada Opa?" selidiknya lagi.

Zuri hanya bisa diam. Dia tidak dapat mengatakan hal apa pun saat ini. Gadis itu sangat yakin jika sang opa telah mengetahui yang sebenarnya.

Beberapa hari yang lalu Zuri mendapatkan kabar dari ibunya yang berada di kampung jika para rentenir telah mendatangi rumah mereka.

Para penagih utang itu memberi jangka waktu sampai akhir bulan ini, kepada Bu Heni untuk membayar semua utang almarhum suaminya.

"Kamu memilih diam Zuri?" tutur Opa Bram.

"Ma ... maafkan aku, Opa. Maaf jika aku dan Ibu selalu menyusahkan Opa." sahut sang gadis.

Zuri pun semakin yakin jika Opa Bram ingin menemuinya karena ingin membantunya lagi.

Begitu berjasanya Opa Bram kepadanya dan sang ibu. Pria tua itu sering sekali meringankan beban keluarganya. Padahal Opa Bram tidak memiliki hubungan darah sedikit pun dengan keluarga.

Zuri pernah mendengar cerita dari ibunya. Jika almarhum Omanya berteman baik dengan Opa Bram. Dulu sebelum Oma meninggal, sang nenek pernah meminta kepada Opa Bram untuk menjaga kedua keturunannya.

Opa Bram sampai saat ini masih mengingat perkataan sang oma dan tetap memberi perhatiannya kepada Zuri dan ibunya.

"Kita adalah keluarga Zuri. Kamu harus ingat itu," tutur Opa Bram.

"I ... iya, Opa. Maafkan aku," isaknya tak tertahankan.

Sepertinya kali ini Zuri membutuhkan pertolongan Opa Bram. Utang-utang mendiang ayahnya begitu sangat banyak. Gadis itu tidak memiliki uang untuk melunasinya.

Lalu di atas meja, Opa Bram meletakkan sebuah kertas yang bertuliskan sejumlah uang yang bernilai fantastis.

Lalu berkata,

"Ambil lah dan Coba baca apa yang tertera di sana," ucap Opa Bram.

"Iya, Opa." Zuri lalu meraih kertas putih itu dan mulai membaca apa yang di tulis di sana.

Ternyata kertas itu berisikan surat perjanjian pelunasan utang yang telah dibayarkan oleh Opa Bram kepada para rentenir yang selalu menagih ibunya yang berada di kampung.

"O ... opa, sudah melunasi

semuanya?" seru Zuri tak percaya.

Tangisan gadis itu kembali pecah. Lalu dengan cepat dia bersimpuh di depan Opa Bram sambil mengucapkan terima kasih berkali-kali.

"Zuri! Apa yang kamu lakukan? Berdirilah. Opa bukanlah Tuhan yang patut disembah."

"Aku hanya ingin mengucapkan terima kasihku, kepada Opa karena telah banyak menolong keluargaku. Aku tidak tahu apa yang terjadi kepada ibu di kampung jika Opa tidak melunasi semuanya," isaknya lagi.

Opa Bram kembali tersenyum penuh misteri saat ini.

"Jadi kamu ingin membalas budi, Opa? Begitu maksudmu?"

"I ... iya, Opa. Apa pun yang Opa inginkan akan saya lakukan," ucapnya penuh harap.

Patuloy na basahin ang aklat na ito nang libre
I-scan ang code upang i-download ang App

Kaugnay na kabanata

  • OH MY EDWARD : ATASANKU GEBETANKU    BAB. 5 Misi Penting

    "Baiklah, kalau begitu! Opa memang punya tugas penting untukmu. Berhentilah menangis dan kembali lah duduk. Opa akan menjelaskan semuanya kepadamu," tutur Opa Bram kepada Zuri.Gadis itu segera menyeka air matanya. Lalu kembali duduk di sofa."Maaf, Opa. Kalau boleh tahu, tugas penting apa yang Opa hendak sampaikan kepadaku?" tanya Zuri penasaran. Opa Bram terlihat menghela napasnya. Tiga bulan telah berlalu sejak Edward kecelakaan. Namun sampai sekarang sang cucu masih saja seperti mayat hidup. Hidup segan mati pun tak mau. Semangat hidup Edward sepertinya telah hilang. Sang cucu hanya menghabiskan waktu bermalas-malasan sepanjang waktu. Untuk itu Opa Bram menyuruh Edward untuk kembali ke Jakarta dan mengurusi satu perusahaan yang telah sang kakek percayakan kepadanya sebelumnya. "Begini, Zuri ...." Opa Bram mulai menjelaskan semuanya kepada gadis itu, jika sang opa menginginkan Zuri untuk dapat membuat cucunya, Edward Kenneth jatuh cinta kepadanya. "Opa ingin kamu membuat Edwar

    Huling Na-update : 2025-02-11
  • OH MY EDWARD : ATASANKU GEBETANKU    BAB. 6 Apartemen Baru

    "Maksud Anda, apanya yang telah dipersiapkan?" Zuri masih saja tetap bertanya.Pasalnya Asisten Geri tetap melajukan mobilnya menuju ke sebuah apartemen dan tetap tidak mempedulikan omongan Zuri. Namun disaat mereka mulai memasuki area apartemen tersebut, dari kejauhan Zuri dapat melihat sahabatnya, Mirah sedang memerintahkan beberapa orang untuk menurunkan banyak kotak dari sebuah mobil box."Lho, Asisten Geri? Bukannya itu, Mirah?""Betul sekali, Nona." sahut Geri singkat."Terus, ngapain Mirah berada di sini?" tanya Zuri masih saja bingung dengan semuanya."Anda akan tinggal bersama Nona Mirah di apartemen. Semua juga berdasarkan perintah dari Tuan Opa," tutur Geri menjelaskan."Apa? Tapi kok bisa?" tanya Zuri tak menyangka, dia bisa tetap tinggal bersama Mirah, sahabatnya sejak di bangku kuliah.Mobil yang membawa Zuri akhirnya sampai juga di depan mobil box tersebut. Asisten Geri segera ke luar dari dalam mobil. Lalu membuka pintu mobil kepada Zuri."Silakan, Nona.""Terima

    Huling Na-update : 2025-02-11
  • OH MY EDWARD : ATASANKU GEBETANKU    BAB. 7 Salah Masuk Toilet

    Hari ini hari Sabtu, hari untuk bersantai ria bagi setiap karyawan. Tak terkecuali untuk Zuri dan Mirah.Saat ini keduanya sedang bersiap-siap untuk ke luar rumah.Mirah akan ke GBK untuk joging bersama teman-temannya. Sedangkan Zuri hendak ke bandara Soekarno Hatta, karena hari ini sahabatnya yang telah lama tinggal di luar negeri akan pulang ke Indonesia.Sang sahabat meminta Zuri untuk menjemputnya di bandara pagi ini."Zuri, gue cabut duluan, ya!" pamit Mirah kepadanya."Iya, Mir. Lo hati-hati, ya!" sahut Zuri kepada sahabatnya.Tak berapa lama, gadis itu pun melihat arloji di pergelangan tangan kirinya." Ya ampun! Aku hampir telat!" Dia pun bergegas ke luar dari unit apartemen miliknya, lalu masuk ke dalam lift yang akan membawanya ke lantai dasar.Untung saja taksi online yang Zuri pesan baru saja tiba di area parkiran."Selamat pagi, dengan Nona Zuri, benar?" sapa sang sopir taksi kepadanya."Iya, Pak. Saya Zuri. Kita bisa berangkat sekarang? Soalnya saya sangat buru-buru," sa

    Huling Na-update : 2025-02-11
  • OH MY EDWARD : ATASANKU GEBETANKU    BAB. 8 Bertemu Jemy

    "Sial! Kok mereka balik lagi! Apa yang harus gue lakukan?" Edward dapat melihat orang-orang itu malah berbalik ke arahnya.Edward lalu memandang sekelilingnya saat ini. Tidak begitu banyak orang yang lalu lalang di sekitarnya. "Shitt!" umpatnya.Pasalnya tempat dirinya berada sekarang adalah area terbuka tidak ada sedikit pun tempat untuk bersembunyi. Edward takut, pergerakannya yang mencolok akan menimbulkan kecurigaan dari orang-orang suruhan Opa Bram.Apa lagi, beberapa saat yang lalu Edward baru saja mendapatkan pesan dari Aksa, asistennya. Jika sang kakek ingin cepat-cepat bertemu dengannya, karena ingin menjodohkan Edward dengan seorang perempuan pilihan Opa Bram kepadanya. Tentu saja Edward tidak mau dijodohkan. Maka semakin bersemangatlah pria itu untuk melarikan diri dari kejaran anak buah sang kakek.Lalu Edward pun menatap punggung gadis yang dirinya temui di dalam toilet tadi. Tiba-tiba saja timbul ide gila dari dalam pikirannya."Sepertinya, hanya gadis ini yang bisa me

    Huling Na-update : 2025-02-11
  • OH MY EDWARD : ATASANKU GEBETANKU    BAB. 9 Kucing Betina

    Zuri sudah tidak tahan lagi. Dia pun mulai menangis. Membuat Jemy malah menjadi sangat kaget."Lho-lho-lho! Zuri? Lo kok malah menangis, sih?" Jemy kaget bukan kepalang saat melihat sahabatnya menangis. "Habis, Lo malah memaksa gue!" ucapnya."Sorry, Zur. Baiklah gue nggak akan bertanya lagi. Tapi kan, kita ini sudah lama berteman. Selama ini kita saling terbuka, masa sekarang Lo malah berubah begitu?" Jemy mulai menurunkan nada bicaranya, agar gadis itu bisa lebih tenang.Tak lupa, Jemy menyodorkan selembar tisu kepada Zuri, untuk menyeka air matanya."Hapus air matamu. Makin jelek Lo menangis begitu!""Jemy!""Ha-ha-ha! Gue bercanda, Zuri. Elah ... sensi banget sih, Lo! Ayo cepat katakan ada apa dengan bibir Lo? Kenapa Lo sampai menangis tadi?" "Kok Lo bisa tahu, gue menangis?" tanya Zuri, mencoba untuk terus berkelit."Yaelah, Zur. Kita bukan hanya setahun dua tahun baru kenal. Tapi telah bertahun-tahun. Makanya Lo jujur sekarang, gue tunggu!" "Memangnya gue mesti jujur, Jem?"

    Huling Na-update : 2025-02-11
  • OH MY EDWARD : ATASANKU GEBETANKU    BAB. 10 Ditelepon Bunda Ayu

    "Aksa, apakah Bunda mengetahui jika aku pulang hari ini?" tanyanya kepada sang asisten."Maaf, Tuan Muda. Sepertinya Nyonya Ayu tahu, jika Anda pulang hari ini." sahut Edward."Sial! Gue kan sudah bilang! Jangan sampai Bunda tahu jika gue balik ke Jakarta!""Maaf, Tuan. Saya pikir tidak menjadi masalah jika Nyonya Besar mengetahui kepulangan Anda," serunya lagi."Shitt! Jadi lo yang memberikan informasi tentang kepulangan gue?" ujar Edward penuh amarah."Ma ... maaf, Bos.""Dasar bocor keliling, Lo!" marah Edward. "Pantas Opa Bram menyuruh anak buahnya untuk menangkap gue. Pasti karena Bunda mengadu kepada Opa!" tukasnya kesal. "Sekali lagi maaf, Boss." ucap Aksa memohon pengampunan dari Edward."Cih! Tak ada maaf bagimu!" sahutnya kesal."Bos, telepon dari Nyonya Ayu kenapa tidak Anda angkat. Beliau adalah orang tua Anda, Bos. Siapa tahu kan Nyonya kangen kepada Anda.""Jangan sok belagu, Lo! Ikut campur saja urusan, gue!" ujar Edward kepada asistennya.Namun Aksa terus saja membu

    Huling Na-update : 2025-02-11
  • OH MY EDWARD : ATASANKU GEBETANKU    BAB. 11 Ke Swalayan Bersama

    "Apa urusan gue sama Si Jemy? Ayo putar balik, langsung ke apartemen! Gue sedang tidak mau bertemu dengan salah seorang personil trio Kwek-kwek!" perintah Edward kepada sang asisten."Trio Kwek-kwek? Siapa mereka Bos?" tutur Aksa penasaran. "Cih! Masa Lo nggak tahu trio kwek-kwek yang selalu meresahkan itu?" ucap Edward lagi.Aksa yang tidak tahu apa-apa, segera menggeleng-gelengkan kepalanya pertanda dirinya tidak mengerti maksud dari perkataan Edward."Serius, Bos. Saya benar-benar tidak tahu," ujarnya memelas."Dasar kuper Lo, Aksa!""Kuper? Maksudnya apa, Bos?""Yaelah Aksa, dodol! Kuper juga Lo nggak tahu apa artinya?" kaget Edward.Sang asisten kembali menggeleng-gelengkan kepalanya, pertanda dia tidak tahu maksud dan perkataan dari Edward."Kuper itu kurang pergaulan kayak Lo! Masa nggak tahu trio kwek-kwek!" kesal Edward kepada asistennya."Ya ... saya memang tidak tahu, Bos. Makanya kasi tahu dong?""Cih! Memalukan, Lo! Trio kwek-kwek itu adalah Ronand, Bobby, dan Jemy!" "O

    Huling Na-update : 2025-03-10
  • OH MY EDWARD : ATASANKU GEBETANKU    BAB. 12 Menuju Apartemen Jemy

    "He-he-he. Kamu jangan ge'er begitu! Nih ada seikat mawar untuk Mirah. Ntar kasi ke dia juga, ya?" tukas Jemy lalu menyodorkan seikat bunga lagi ke tangan Zuri."Ih, Jemy! Kamu ini! Bikin BT deh," kesal Zuri."Ha-ha-ha! Oh ya, Mirah ke mana? Ayo hubungi dia untuk ikutan bergabung bersama kita," tutur Jemy sambil mulai melajukan mobilnya, menutupi kegugupannya."Tadi dia ada janji joging dengan teman-teman kantornya di GBK. Tapi baiklah, aku akan mengirimkan pesan kepadanya, agar singgah ke apartemenmu," sahut Zuri sambil tersenyum menghirup wangi semerbak dari bunga mawar yang berwarna-warni itu. Sepertinya kali ini mereka akan ke apartemen Jemy.Sementara sang pria hanya menganggukkan kepalanya. Seraya berkata dari dalam dalam hatinya,"Semoga Zuri tidak mengetahui kegugupanku," gumamnya dalam hati.Zuri, seorang wanita yang berjiwa lembut dan penuh kasih, merasa sangat senang saat menerima seikat bunga mawar berwarna-warni dari sahabatnya, Jemy. Bunga-bunga itu berwarna merah, kunin

    Huling Na-update : 2025-03-10

Pinakabagong kabanata

  • OH MY EDWARD : ATASANKU GEBETANKU    BAB. 81 Jalan-jalan Lagi

    Di sebuah kamar hotel president suite,Pagi yang cerah di Kota Vienna, Edward dan Zuri baru saja selesai menikmati sarapan di kamar mereka. Matahari dari tadi telah bersinar lembut melalui jendela kamar tersebut yang berada di lantai atas, gedung megah itu, yang memberikan pemandangan kota yang menakjubkan. Setelah sarapan, mereka masih berada di dalam kamar untuk beristirahat sejenak, menikmati kenyamanan kasur yang empuk dan suasana tenang. Edward merebahkan diri di sofa sambil menatap keluar jendela.“Mas, aku ngantuk deh,” ucap Zuri kepada suaminya.“Yes, Baby. Kamu tidurlah, istirahatlah sebentar. Nanti agak sorean kita akan berkeliling kota ini,” ucap Edward sambil tersenyum, sambil memandang istrinya yang sedang membaringkan diri di atas ranjang.Zuri yang sedang meraih selimut untuk menutupi badannya, mengangguk pelan. “Siap, Mas. Aku juga penasaran dengan museum yang kamu bilang tadi. Museum Kunsthistorisches, kan?”“Iya, Sayang. Tempat itu adalah salah satu museum seni terb

  • OH MY EDWARD : ATASANKU GEBETANKU    BAB. 80 Kemesraan di Pagi Hari

    Pagi hari tiba,Pagi itu, sinar matahari lembut masuk melalui celah-celah tirai tebal di kamar suite hotel mereka. Edward perlahan membuka matanya, mendapati Zuri masih terlelap di sampingnya. Dia memandangi wajah istrinya yang damai, sesekali mengelus rambutnya yang terurai di atas bantal. Edward pun tersenyum, merasa beruntung bisa menghabiskan malam yang panjang bersama wanita yang sangat dia cintai.Zuri menggerakkan tubuhnya sedikit, matanya mulai terbuka. "Pagi, Sayang," gumamnya lembut, mengusap pipi Edward dengan jemarinya."Pagi juga, Cintaku," balas Edward, suaranya rendah dan hangat. Mereka berdua terdiam sejenak, hanya menikmati momen tenang di atas tempat tidur. Tidak ada tergesa-gesa, tidak ada gangguan, hanya mereka berdua dalam kehangatan pagi itu.Zuri menarik selimutnya lebih tinggi, merasa nyaman. "Aku masih ingin di tempat tidur sebentar lagi," ucapnya dengan suara malas.Edward tersenyum dan menunduk, memberikan kecupan ringan di dahinya. "Kita bisa tetap di sini

  • OH MY EDWARD : ATASANKU GEBETANKU    BAB. 79 Show Time

    Beberapa saat yang lalu,Di kamar president suite mewah hotel, yang menghadap langsung ke arah gemerlapnya Kota vienna, Edward dan Zuri baru saja selesai menikmati makan malam mereka. Aroma makanan lezat masih samar-samar terasa, namun perhatian keduanya sudah beralih ke langit malam yang terbentang luas di hadapan mereka. Dari balkon kamar itu, Zuri menatap langit Vienna yang cerah, dipenuhi bintang yang bersinar terang, diiringi sinar bulan purnama yang menggantung sempurna di angkasa. Suasana yang sangat romantis dan damai.Zuri memeluk tubuh Edward erat-erat, kepalanya bersandar lembut di bahu suaminya. Edward merangkul pinggang Zuri dengan hangat, keduanya tak berbicara banyak, hanya menikmati kebersamaan dan keindahan malam itu.“Kamu lihat bulan malam ini, Sayang?” bisik Edward sambil menatap ke atas langit yang tinggi.“Iya, Mas.” sahut Zuri.“Sepertinya cahayanya, baru mulai bersinar lebih terang setelah kita bersama.”Zuri tersenyum mendengar kata-kata suaminya, seakan setu

  • OH MY EDWARD : ATASANKU GEBETANKU    BAB. 78 Surprise Dari Edward

    Setelah seharian penuh menikmati keindahan dan sejarah Kota Viena, Edward dan Zuri akhirnya kembali ke hotel. Mereka tiba di pintu kamar president suite saat hari telah menjelang malam dengan rasa lelah bercampur kepuasan atas pengalaman yang begitu indah.“Aku nggak sabar sampai ke hotel, seharian kita keliling kota,” ucap Zuri sambil sambil tersenyum kecil, matanya sedikit lelah namun bahagia.Edward ikut tersenyum penuh arti sambil menyimpan sesuatu di balik punggungnya. “Perjalanan kita masih belum selesai, Sayang. Aku punya sesuatu yang spesial buat kamu.”Zuri menatap suaminya dengan penasaran, namun dia tidak banyak bertanya. Gadis itu lalu mengambil kunci kamar dan mulai membuka pintu. Begitu pintu terbuka, cahaya hangat dari dalam kamar menyambut mereka.“Surprise!” ucap Edward dengan suara yang lembut namun jelas.Mata Zuri seketika menjadi membelalak saat dia melihat pemandangan di depannya. Kamar mereka telah diubah menjadi surga romantis yang penuh dengan nuansa kehangat

  • OH MY EDWARD : ATASANKU GEBETANKU    BAB. 77 Keliling Kota Vienna

    Setelah menikmati sarapan yang hangat dan penuh kasih sayang di restoran dekat hotel mereka, Edward dan Zuri pun bersiap untuk memulai petualangan bulan madunya. Kota Vienna telah menyambut keduanya dengan cuaca cerah dan angin sepoi-sepoi, pertanda bahwa hari ini akan menjadi hari yang sempurna untuk menjelajahi kota yang indah ini.“Sayang, kamu sudah siap?” tanya Edward sambil memeriksa kamera yang ada di tangannya.Zuri yang sedang merapikan scarf di lehernya tersenyum dan menjawab, “Tentu saja aku sudah siap, Mas. Aku sudah nggak sabar ingin lihat Istana Schönbrunn. Aku selalu baca tentang tempat itu, dan sekarang kita benar-benar akan ke sana!” tutur Zuri penuh antusiasme.“Kalau begitu, come on kita let's go, Baby!” ucap Edward sambil tersenyum ke arah istrinya.Mereka berdua lalu berjalan sambil bergandengan tangan menuju ke mobil yang sudah menunggu di depan hotel. Istana Schönbrunn, merupakan bekas kediaman musim panas keluarga kerajaan Habsburg. Tempat megah itu akan menja

  • OH MY EDWARD : ATASANKU GEBETANKU    BAB. 76 Pagi Yang Indah

    Pagi itu, di tengah hiruk-pikuk kota Vienna yang mulai sibuk, Edward terbangun dari tidurnya. Matanya terbuka perlahan, menatap langit-langit kamar president suite yang mewah, dengan dekorasi klasik yang elegan. Pria tampan itu tersenyum kecil sambil melirik ke samping, melihat istrinya, Zuri, yang masih terlelap dalam damainya. Cahaya matahari yang semakin terik menembus tirai tipis memberikan nuansa hangat pada ruangan.Ternyata keduanya sangat kelelahan setelah melewati perjalanan panjang dari Jakarta ke Austria. Maka dari itu sesampai di hotel tadi, Edward dan Zuri memutuskan untuk tidur beristirahat sejenak."Sayang, hari semakin terang. Ayo kita sarapan dulu," bisik Edward lembut sambil mengelus rambut Zuri.Zuri mengerjapkan mata, tersenyum tipis saat melihat suaminya yang tampak segar. "Hmm … segar setelah beristirahat sejenak. Apa kita sudah terlambat untuk sarapan?" tanyanya kepada suaminya.Edward menggeleng. "Tidak, kita masih punya banyak waktu. Tapi kita butuh untuk me

  • OH MY EDWARD : ATASANKU GEBETANKU    BAB. 75 Welcome To Vienna

    Setelah menempuh perjalanan panjang selama kurang lebih dua belas jam perjalanan udara di dalam pesawat, Edward dan Zuri akhirnya tiba di bandara internasional Vienna, Austria. Tubuh keduanya memang terasa lelah, namun semangat liburan bulan madu mereka tetap tinggi. Udara dingin yang menusuk langsung menyambut ketika Edward dan Zuri mulai melangkah keluar dari pesawat. Matahari hampir mencapai puncaknya, menunjukkan bahwa hari hampir beranjak siang.Zuri, yang memakai mantel pink tebal, merapatkan syal di lehernya sambil mulai menarik kopernya. "Akhirnya kita sampai juga, Mas" ucapnya lega, memandang Edward dengan senyuman."Iya, Sayangku. Selamat datang di Vienna, Austria. Semoga hotelnya sesuai ekspektasi," jawab Edward dengan senyum kecilnya, mencoba menyembunyikan rasa khawatirnya. Ternyata pria tampan itu diam-diam telah mempersiapkan segalanya dengan sangat matang untuk membuat bulan madu mereka menjadi sempurna.Begitu Edward dan Zuri mulai melangkah keluar dari terminal ked

  • OH MY EDWARD : ATASANKU GEBETANKU    BAB. 74 Perjalanan Bulan Madu

    Setelah acara resepsi pernikahan Edward dan Zuri yang megah di Hotel Rafless selesai, suasana mulai mereda. Para tamu undangan sudah mulai meninggalkan lokasi, namun masih ada beberapa keluarga dan sahabat dekat yang tetap tinggal, berbicara dan mengabadikan momen terakhir bersama kedua mempelai. Zuri yang masih mengenakan gaun pengantin putih anggunnya tersenyum sambil melihat sekeliling, menyadari betapa indah hari yang baru saja berlalu."Sayang, sepertinya sudah saatnya kita berangkat," ucap Edward lembut sambil menggenggam tangan Zuri. "Kita harus berganti pakaian dulu sebelum berangkat ke bandara," tuturnya kepada sang istri.Zuri mengangguk, sambil tersenyum manis. “Benar, aku hampir lupa. Malam ini kita akan terbang ke Vienna, Austria, ya?”Edward tersenyum hangat. “Iya, Sayang. Perjalanan bulan madu kita akan segera dimulai.”“Siap, Mas. Ayo kita ganti baju dulu,” sahut Zuri antusias.Keduanya pun berjalan beriringan menuju ruang ganti yang telah disediakan oleh hotel. Di

  • OH MY EDWARD : ATASANKU GEBETANKU    BAB. 73 Acara Sukses Sampai Akhir

    Profesionalitas seorang Ranti,Ballroom hotel Raffles, Kuningan, Jakarta Selatan tampak megah dengan dekorasi yang elegan. Cahaya lampu kristal berkilauan, mengiringi setiap langkah tamu yang hadir dalam resepsi pernikahan Edward dan Zuri. Semua detail, dari hiasan bunga hingga susunan meja, tertata sempurna. Di balik kesempurnaan ini, berdirilah Ranti, pimpinan Light WO, yang dengan bangga mengawasi seluruh acara. Resepsi ini adalah puncak dari begitu banyak persiapan yang intens, dan Ranti bersama timnya berhasil mensukseskan acara tersebut tanpa cacat.Ranti berdiri di sudut ballroom, melihat ke arah pasangan pengantin yang baru saja memasuki ruangan. Senyum merekah di bibirnya, meski di dalam hatinya, ada rasa yang sulit diabaikan. Edward, mantan kekasihnya, kini telah bersanding dengan Zuri, wanita yang dipilihnya untuk mengarungi hidup bersama. Namun, Ranti bertekad untuk tetap profesional."Apa semuanya sudah siap untuk prosesi janji pernikahan?" tanya Ranti kepada salah satu

Galugarin at basahin ang magagandang nobela
Libreng basahin ang magagandang nobela sa GoodNovel app. I-download ang mga librong gusto mo at basahin kahit saan at anumang oras.
Libreng basahin ang mga aklat sa app
I-scan ang code para mabasa sa App
DMCA.com Protection Status