Share

BAB. 6 Apartemen Baru

last update Terakhir Diperbarui: 2025-02-11 20:44:14

"Maksud Anda, apanya yang telah dipersiapkan?" Zuri masih saja tetap bertanya.

Pasalnya Asisten Geri tetap melajukan mobilnya menuju ke sebuah apartemen dan tetap tidak mempedulikan omongan Zuri.

Namun disaat mereka mulai memasuki area apartemen tersebut, dari kejauhan Zuri dapat melihat sahabatnya, Mirah

sedang memerintahkan beberapa orang untuk

menurunkan banyak kotak dari sebuah mobil box.

"Lho, Asisten Geri? Bukannya itu, Mirah?"

"Betul sekali, Nona." sahut Geri singkat.

"Terus, ngapain Mirah berada di sini?" tanya Zuri masih saja bingung dengan semuanya.

"Anda akan tinggal bersama Nona Mirah di apartemen. Semua juga berdasarkan

perintah dari Tuan Opa," tutur Geri menjelaskan.

"Apa? Tapi kok bisa?" tanya Zuri tak menyangka, dia bisa tetap tinggal bersama Mirah, sahabatnya sejak di bangku kuliah.

Mobil yang membawa Zuri akhirnya sampai juga di depan mobil box tersebut. Asisten Geri segera ke luar dari dalam mobil. Lalu membuka pintu mobil kepada Zuri.

"Silakan, Nona."

"Terima kasih, Asisten Geri." Zuri pun ke luar dari dalam mobil berdasarkan arahan dari sang asisten.

Mirah yang sedang sibuk dengan beberapa orang, seketika merasa senang saat melihat Zuri, sahabatnya akhirnya berada di tempat itu.

"Zuri! Ya ampun, kamu dari mana saja? Dari tadi gue menghubungi Lo. Kok ponsel Lo nggak aktif, sih? Sibuk ngapain Lo?" ketus Mirah sambil berkacak pinggang di hadapan sang sahabat.

"Sorry banget, Mir. Gue baru saja menjenguk Opa Bram. Beliau sedang dirawat di rumah sakit."

"Apa? Opa Bram sedang sakit?" ucap Mirah tak percaya.

"Lho kok nggak bilang-bilang gue, sih? Kita kan bisa bareng-bareng menjenguknya," tukas Mira lagi.

"Bagaimana gue bisa ngajak Lo, Mir. Opa Bram hanya ingin bertemu gue." gumamnya dalam hati.

Kedua sahabat itu, pun menunggu di sebuah kafe yang berada di dekat area apartemen. Sedangkan Asisten Geri dan Sekretaris Mayang sedang fokus membersihkan dan merapikan apartemen milik Zuri.

"Apa? Lo disuruh Opa Bram untuk merayu cucunya agar jatuh cinta kepada Lo?"

"Yap!"

"Makanya Beliau memberi Lo satu unit apartemen?" tanya Mirah lagi.

"Iya, Mirah. Dari tadi kan gue bilang iya kepada Lo! Bagaimana, sih?" kesal Zuri.

"Ya maaf, Zur. Habis gue setengah percaya nggak percaya dengan semua ucapan Lo!" seru Mirah.

Lalu gadis itu pun berkata penuh harap,

"Opa Bram, angkat diriku menjadi salah satu cucu mantumu!"

"Idih! Apaan sih Lo, Mirah! Gue aduin Lo, ya! Sama cowok Lo! Mau?" ancam Zuri.

"Yaelah, Zuri! Gue bercanda kali ...." ucap Mirah. Gadis itu telah memiliki kekasih yang saat ini bekerja di luar negeri. Mereka telah berpacaran sejak lama.

Walaupun Mirah dan sang kekasih menjalin hubungan secara LDR namun keduanya telah sepakat untuk saling setia.

Obrolan keduanya, terhenti saat Sekretaris Mayang menghampiri mereka, lalu berkata,

"Permisi para, Nona. Apartemen Anda telah selesai dirapikan. Silakan ikut saya, untuk melihat-lihat."

"Baik, sekretaris Mayang." jawab keduanya serentak.

Mereka pun mengikuti langkah sang sekretaris.

Alangkah terkejutnya para gadis saat melihat interior di dalam apartemen tersebut, begitu sangat elegan.

Zuri dan Mirah masing-masing punya kamar sendiri. Gadis-gadis itu tak henti-hentinya merasa terkaget-kaget karena semua perabotan di dalam apartemen itu telah lengkap. Mereka tinggal menempatinya saja.

Bahkan isi di dalam kulkas tak luput telah penuh dengan berbagai jenis dan macam bahan makanan. Sungguh kedua hati para gadis itu sangat senang.

Setelah semuanya lengkap,

Asisten Geri dan Sekretaris Mayang, segera undur diri dari apartemen.

"Nona Zuri, kami permisi dulu. Jika Anda merasa ada yang kurang. Anda tinggal menghubungi saya atau pun Sekretaris Mayang," ucap Asisten Geri.

"Sa ... saya rasa semuanya telah tersedia, bahkan lebih dari cukup. Terima kasih Asisten Geri, Sekretaris Mayang." sahut Zuri dari kesungguhan hatinya.

"Semoga Nona Zuri, dapat menaklukkan hati Tuan Muda Edward," ucap Geri kepada Mayang.

Saat ini, mereka sedang berada di dalam mobil. Perjalanan menuju ke rumah sakit untuk melaporkan semuanya kepada Tuan Bram.

"Ya, kita berharap seperti itu. Tuan Edward dengan segera dapat melupakan Nona Ranti," sahut Sekretaris Mayang.

Kembali ke apartemen,

Zuri baru saja selesai bertelepon

dengan ibunya yang berada di kampung. Dia merasa terharu, ternyata Opa Bram benar-benar malaikat penyelamat untuk keluarganya.

Selain membayar semua utang-utang keluarganya, Opa Bram juga membiayai renovasi rumah dan membelikan sepetak sawah untuk dikelola oleh Bu Heni.

Tak terasa air mata Zuri yang dari tadi dirinya tahan,

akhirnya mengalir juga. Hatinya merasa terenyuh atas semua kebaikan Opa Bram kepada keluarganya.

"Aku harus bisa menjalankan semua keinginan Opa Bram. Opa sungguh sangat baik kepada keluargaku," isaknya.

Mirah yang baru saja selesai memasak, seketika melihat Zuri yang sedang berada di ruang tv. Dari kejauhan, gadis itu dapat melihat jika sang sahabat sedang menangis saat ini. Dia pun segera menghampiri Zuri sembari berkata,

"Zuri, are you okay? Lo kenapa? Kok menangis begitu?" tanya Mirah tak mengerti.

"Gue hanya sedang terharu saja kok, Mir."

"Lo terharu kenapa? Lo tahu kan, Zur. Lo bisa cerita apa pun ke gue?" tukas Mirah lagi.

Lalu Zuri pun menceritakan kebaikan lain dari Opa Bram kepada keluarganya.

"Wah, Zuri! Opa Bram memang the best," puji Mirah.

"Iya, Mir. Aku pikir juga begitu. Makanya gue sudah membulatkan tekad untuk mengikuti semua perintah dari Opa Bram," ujar Zuri tegas.

"Membuat sang cucu jatuh cinta kepadamu?"

"Iya, Mir. Gue harus bisa membuat cucu Opa Bram jatuh cinta kepada gue. Hanya itu satu-satunya cara agar gue dapat membalas semua budi baik sang opa kepada keluarga gue," seru Zuri.

Gadis itu telah mengambil keputusan besar dalam hidupnya untuk menuruti semua keinginan Opa Bram kepadanya.

"Tenang saja, Zur. Gue akan bantu Lo dengan sepenuh hati gue!" sahut Mirah.

Ternyata secara diam-diam, Mirah juga ditugaskan oleh Opa Bram untuk ikut menyukseskan misi untuk membuat Edward jatuh cinta kepada Zuri.

Akan tetapi Opa Bram menugaskan Mirah secara tersembunyi tanpa diketahui oleh gadis itu. Hal itu dilakukan agar proses pendekatan Zuri dan Edward terjadi secara natural.

"Hanya saja, Mir. Apakah gue sanggup membuatnya Cucu Opa Bram ke gue? Lo tahu sendiri kan, gue tidak pernah sekalipun berpacaran atau menjalin hubungan kepada siapa juga?" Zuri pun sedikit ragu.

"Ha-ha-ha! Makanya dari dulu gue suruh Lo pacaran, tapi Lo malah nggak mau!" sergah Mirah sambil tertawa terbahak-bahak saat ini.

"Padahal kan, begitu banyak cowok-cowok yang mengantri ingin menjadi pacar Lo, Zuri." sergah Mirah lagi.

"Ih apaan sih, Mir. Gue kan tidak menyukai mereka. Masa dipaksa?"

"Apa? Jadi Lo tidak menyukai satu pun dari mereka?" Mirah menjadi sangat heran. Apalagi Zuri segera menganggukkan kepalanya.

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terkait

  • OH MY EDWARD : ATASANKU GEBETANKU    BAB. 7 Salah Masuk Toilet

    Hari ini hari Sabtu, hari untuk bersantai ria bagi setiap karyawan. Tak terkecuali untuk Zuri dan Mirah.Saat ini keduanya sedang bersiap-siap untuk ke luar rumah.Mirah akan ke GBK untuk joging bersama teman-temannya. Sedangkan Zuri hendak ke bandara Soekarno Hatta, karena hari ini sahabatnya yang telah lama tinggal di luar negeri akan pulang ke Indonesia.Sang sahabat meminta Zuri untuk menjemputnya di bandara pagi ini."Zuri, gue cabut duluan, ya!" pamit Mirah kepadanya."Iya, Mir. Lo hati-hati, ya!" sahut Zuri kepada sahabatnya.Tak berapa lama, gadis itu pun melihat arloji di pergelangan tangan kirinya." Ya ampun! Aku hampir telat!" Dia pun bergegas ke luar dari unit apartemen miliknya, lalu masuk ke dalam lift yang akan membawanya ke lantai dasar.Untung saja taksi online yang Zuri pesan baru saja tiba di area parkiran."Selamat pagi, dengan Nona Zuri, benar?" sapa sang sopir taksi kepadanya."Iya, Pak. Saya Zuri. Kita bisa berangkat sekarang? Soalnya saya sangat buru-buru," sa

    Terakhir Diperbarui : 2025-02-11
  • OH MY EDWARD : ATASANKU GEBETANKU    BAB. 8 Bertemu Jemy

    "Sial! Kok mereka balik lagi! Apa yang harus gue lakukan?" Edward dapat melihat orang-orang itu malah berbalik ke arahnya.Edward lalu memandang sekelilingnya saat ini. Tidak begitu banyak orang yang lalu lalang di sekitarnya. "Shitt!" umpatnya.Pasalnya tempat dirinya berada sekarang adalah area terbuka tidak ada sedikit pun tempat untuk bersembunyi. Edward takut, pergerakannya yang mencolok akan menimbulkan kecurigaan dari orang-orang suruhan Opa Bram.Apa lagi, beberapa saat yang lalu Edward baru saja mendapatkan pesan dari Aksa, asistennya. Jika sang kakek ingin cepat-cepat bertemu dengannya, karena ingin menjodohkan Edward dengan seorang perempuan pilihan Opa Bram kepadanya. Tentu saja Edward tidak mau dijodohkan. Maka semakin bersemangatlah pria itu untuk melarikan diri dari kejaran anak buah sang kakek.Lalu Edward pun menatap punggung gadis yang dirinya temui di dalam toilet tadi. Tiba-tiba saja timbul ide gila dari dalam pikirannya."Sepertinya, hanya gadis ini yang bisa me

    Terakhir Diperbarui : 2025-02-11
  • OH MY EDWARD : ATASANKU GEBETANKU    BAB. 9 Kucing Betina

    Zuri sudah tidak tahan lagi. Dia pun mulai menangis. Membuat Jemy malah menjadi sangat kaget."Lho-lho-lho! Zuri? Lo kok malah menangis, sih?" Jemy kaget bukan kepalang saat melihat sahabatnya menangis. "Habis, Lo malah memaksa gue!" ucapnya."Sorry, Zur. Baiklah gue nggak akan bertanya lagi. Tapi kan, kita ini sudah lama berteman. Selama ini kita saling terbuka, masa sekarang Lo malah berubah begitu?" Jemy mulai menurunkan nada bicaranya, agar gadis itu bisa lebih tenang.Tak lupa, Jemy menyodorkan selembar tisu kepada Zuri, untuk menyeka air matanya."Hapus air matamu. Makin jelek Lo menangis begitu!""Jemy!""Ha-ha-ha! Gue bercanda, Zuri. Elah ... sensi banget sih, Lo! Ayo cepat katakan ada apa dengan bibir Lo? Kenapa Lo sampai menangis tadi?" "Kok Lo bisa tahu, gue menangis?" tanya Zuri, mencoba untuk terus berkelit."Yaelah, Zur. Kita bukan hanya setahun dua tahun baru kenal. Tapi telah bertahun-tahun. Makanya Lo jujur sekarang, gue tunggu!" "Memangnya gue mesti jujur, Jem?"

    Terakhir Diperbarui : 2025-02-11
  • OH MY EDWARD : ATASANKU GEBETANKU    BAB. 10 Ditelepon Bunda Ayu

    "Aksa, apakah Bunda mengetahui jika aku pulang hari ini?" tanyanya kepada sang asisten."Maaf, Tuan Muda. Sepertinya Nyonya Ayu tahu, jika Anda pulang hari ini." sahut Edward."Sial! Gue kan sudah bilang! Jangan sampai Bunda tahu jika gue balik ke Jakarta!""Maaf, Tuan. Saya pikir tidak menjadi masalah jika Nyonya Besar mengetahui kepulangan Anda," serunya lagi."Shitt! Jadi lo yang memberikan informasi tentang kepulangan gue?" ujar Edward penuh amarah."Ma ... maaf, Bos.""Dasar bocor keliling, Lo!" marah Edward. "Pantas Opa Bram menyuruh anak buahnya untuk menangkap gue. Pasti karena Bunda mengadu kepada Opa!" tukasnya kesal. "Sekali lagi maaf, Boss." ucap Aksa memohon pengampunan dari Edward."Cih! Tak ada maaf bagimu!" sahutnya kesal."Bos, telepon dari Nyonya Ayu kenapa tidak Anda angkat. Beliau adalah orang tua Anda, Bos. Siapa tahu kan Nyonya kangen kepada Anda.""Jangan sok belagu, Lo! Ikut campur saja urusan, gue!" ujar Edward kepada asistennya.Namun Aksa terus saja membu

    Terakhir Diperbarui : 2025-02-11
  • OH MY EDWARD : ATASANKU GEBETANKU    BAB. 11 Ke Swalayan Bersama

    "Apa urusan gue sama Si Jemy? Ayo putar balik, langsung ke apartemen! Gue sedang tidak mau bertemu dengan salah seorang personil trio Kwek-kwek!" perintah Edward kepada sang asisten."Trio Kwek-kwek? Siapa mereka Bos?" tutur Aksa penasaran. "Cih! Masa Lo nggak tahu trio kwek-kwek yang selalu meresahkan itu?" ucap Edward lagi.Aksa yang tidak tahu apa-apa, segera menggeleng-gelengkan kepalanya pertanda dirinya tidak mengerti maksud dari perkataan Edward."Serius, Bos. Saya benar-benar tidak tahu," ujarnya memelas."Dasar kuper Lo, Aksa!""Kuper? Maksudnya apa, Bos?""Yaelah Aksa, dodol! Kuper juga Lo nggak tahu apa artinya?" kaget Edward.Sang asisten kembali menggeleng-gelengkan kepalanya, pertanda dia tidak tahu maksud dan perkataan dari Edward."Kuper itu kurang pergaulan kayak Lo! Masa nggak tahu trio kwek-kwek!" kesal Edward kepada asistennya."Ya ... saya memang tidak tahu, Bos. Makanya kasi tahu dong?""Cih! Memalukan, Lo! Trio kwek-kwek itu adalah Ronand, Bobby, dan Jemy!" "O

    Terakhir Diperbarui : 2025-03-10
  • OH MY EDWARD : ATASANKU GEBETANKU    BAB. 12 Menuju Apartemen Jemy

    "He-he-he. Kamu jangan ge'er begitu! Nih ada seikat mawar untuk Mirah. Ntar kasi ke dia juga, ya?" tukas Jemy lalu menyodorkan seikat bunga lagi ke tangan Zuri."Ih, Jemy! Kamu ini! Bikin BT deh," kesal Zuri."Ha-ha-ha! Oh ya, Mirah ke mana? Ayo hubungi dia untuk ikutan bergabung bersama kita," tutur Jemy sambil mulai melajukan mobilnya, menutupi kegugupannya."Tadi dia ada janji joging dengan teman-teman kantornya di GBK. Tapi baiklah, aku akan mengirimkan pesan kepadanya, agar singgah ke apartemenmu," sahut Zuri sambil tersenyum menghirup wangi semerbak dari bunga mawar yang berwarna-warni itu. Sepertinya kali ini mereka akan ke apartemen Jemy.Sementara sang pria hanya menganggukkan kepalanya. Seraya berkata dari dalam dalam hatinya,"Semoga Zuri tidak mengetahui kegugupanku," gumamnya dalam hati.Zuri, seorang wanita yang berjiwa lembut dan penuh kasih, merasa sangat senang saat menerima seikat bunga mawar berwarna-warni dari sahabatnya, Jemy. Bunga-bunga itu berwarna merah, kunin

    Terakhir Diperbarui : 2025-03-10
  • OH MY EDWARD : ATASANKU GEBETANKU    BAB. 13 Home Tour Apartemen Jemy

    Mirah dan Zuri memasuki apartemen Jemy dengan penuh kekaguman. Apartemen ini sungguh mewah dan besar, membuat mereka terpesona dengan segala keindahannya. Saat pintu terbuka, aroma maskulin seorang pria mulai menyelimuti ruangan itu, memberikan kesan bahwa apartemen ini benar-benar milik Jemy."Selamat datang Nona-nona, di Zona ternyaman ku! Anggap saja seperti rumah sendiri, ya!" tukas Jemy kepada kedua sahabatnya."Wah ... Jemy! Apartemen mu sungguh mewah!" puji Mirah yang dibalas anggukan oleh Zuri."Oh, yeah?" sahut Jemy sambil tersenyum."Makanya Lo jangan kelamaan jomlo, Bro! Sepertinya sudah saatnya Lo melepas masa lajang Lo!" sindir Mirah sambil matanya mengarah kepada Jemy seolah-olah ingin tahu kejelasan perasaannya kepada Zuri.Namun dengan cepat Jemy menggeleng-gelengkan kepalanya pertanda bukan saatnya membahas tentang hal itu. Mirah pun menunjukkan wajah cemberutnya karena mendapat sinyal yang masih abu-abu dari pria itu.Mereka lalu berjalan masuk ke ruang tamu yang lu

    Terakhir Diperbarui : 2025-03-10
  • OH MY EDWARD : ATASANKU GEBETANKU    BAB. 14 Kolaborasi Memasak

    Setelah menikmati teh matcha yang hangat dan lezat, suasana di apartemen Jemy menjadi semakin seru dan penuh keceriaan. Jemy dan Zuri beranjak dari ruang tamu dan menuju ke dapur, siap untuk memasak makan siang bersama. Sementara itu, Mirah memilih untuk bersantai di ruang TV, menikmati tayangan favoritnya."Mirah, Lo duduk diam di sini. Gue sama Zuri akan berkutat di dapur," ujar Jemy kepada gadis yang kurang suka dengan aroma dapur."Siap, Jem! Kalian berdua masak yang enak, ya! Semangat, Guys!" sergah Mirah kepada keduanya.Dapur Jemy adalah ruangan yang cerah dan luas, dengan peralatan dapur stainless steel yang mengkilap dan meja dapur marmer putih yang besar. Di satu sisi, ada rak kayu yang penuh dengan berbagai jenis rempah dan bumbu, serta botol-botol tempat minyak zaitun dan cuka. Di sisi lain, ada kulkas besar yang dipenuhi dengan berbagai jenis sayuran segar, daging, dan keju.Jemy dan Zuri mulai memasak dengan semangat dan antusiasme. Mereka memilih untuk membuat pasta agl

    Terakhir Diperbarui : 2025-03-12

Bab terbaru

  • OH MY EDWARD : ATASANKU GEBETANKU    BAB. 81 Jalan-jalan Lagi

    Di sebuah kamar hotel president suite,Pagi yang cerah di Kota Vienna, Edward dan Zuri baru saja selesai menikmati sarapan di kamar mereka. Matahari dari tadi telah bersinar lembut melalui jendela kamar tersebut yang berada di lantai atas, gedung megah itu, yang memberikan pemandangan kota yang menakjubkan. Setelah sarapan, mereka masih berada di dalam kamar untuk beristirahat sejenak, menikmati kenyamanan kasur yang empuk dan suasana tenang. Edward merebahkan diri di sofa sambil menatap keluar jendela.“Mas, aku ngantuk deh,” ucap Zuri kepada suaminya.“Yes, Baby. Kamu tidurlah, istirahatlah sebentar. Nanti agak sorean kita akan berkeliling kota ini,” ucap Edward sambil tersenyum, sambil memandang istrinya yang sedang membaringkan diri di atas ranjang.Zuri yang sedang meraih selimut untuk menutupi badannya, mengangguk pelan. “Siap, Mas. Aku juga penasaran dengan museum yang kamu bilang tadi. Museum Kunsthistorisches, kan?”“Iya, Sayang. Tempat itu adalah salah satu museum seni terb

  • OH MY EDWARD : ATASANKU GEBETANKU    BAB. 80 Kemesraan di Pagi Hari

    Pagi hari tiba,Pagi itu, sinar matahari lembut masuk melalui celah-celah tirai tebal di kamar suite hotel mereka. Edward perlahan membuka matanya, mendapati Zuri masih terlelap di sampingnya. Dia memandangi wajah istrinya yang damai, sesekali mengelus rambutnya yang terurai di atas bantal. Edward pun tersenyum, merasa beruntung bisa menghabiskan malam yang panjang bersama wanita yang sangat dia cintai.Zuri menggerakkan tubuhnya sedikit, matanya mulai terbuka. "Pagi, Sayang," gumamnya lembut, mengusap pipi Edward dengan jemarinya."Pagi juga, Cintaku," balas Edward, suaranya rendah dan hangat. Mereka berdua terdiam sejenak, hanya menikmati momen tenang di atas tempat tidur. Tidak ada tergesa-gesa, tidak ada gangguan, hanya mereka berdua dalam kehangatan pagi itu.Zuri menarik selimutnya lebih tinggi, merasa nyaman. "Aku masih ingin di tempat tidur sebentar lagi," ucapnya dengan suara malas.Edward tersenyum dan menunduk, memberikan kecupan ringan di dahinya. "Kita bisa tetap di sini

  • OH MY EDWARD : ATASANKU GEBETANKU    BAB. 79 Show Time

    Beberapa saat yang lalu,Di kamar president suite mewah hotel, yang menghadap langsung ke arah gemerlapnya Kota vienna, Edward dan Zuri baru saja selesai menikmati makan malam mereka. Aroma makanan lezat masih samar-samar terasa, namun perhatian keduanya sudah beralih ke langit malam yang terbentang luas di hadapan mereka. Dari balkon kamar itu, Zuri menatap langit Vienna yang cerah, dipenuhi bintang yang bersinar terang, diiringi sinar bulan purnama yang menggantung sempurna di angkasa. Suasana yang sangat romantis dan damai.Zuri memeluk tubuh Edward erat-erat, kepalanya bersandar lembut di bahu suaminya. Edward merangkul pinggang Zuri dengan hangat, keduanya tak berbicara banyak, hanya menikmati kebersamaan dan keindahan malam itu.“Kamu lihat bulan malam ini, Sayang?” bisik Edward sambil menatap ke atas langit yang tinggi.“Iya, Mas.” sahut Zuri.“Sepertinya cahayanya, baru mulai bersinar lebih terang setelah kita bersama.”Zuri tersenyum mendengar kata-kata suaminya, seakan setu

  • OH MY EDWARD : ATASANKU GEBETANKU    BAB. 78 Surprise Dari Edward

    Setelah seharian penuh menikmati keindahan dan sejarah Kota Viena, Edward dan Zuri akhirnya kembali ke hotel. Mereka tiba di pintu kamar president suite saat hari telah menjelang malam dengan rasa lelah bercampur kepuasan atas pengalaman yang begitu indah.“Aku nggak sabar sampai ke hotel, seharian kita keliling kota,” ucap Zuri sambil sambil tersenyum kecil, matanya sedikit lelah namun bahagia.Edward ikut tersenyum penuh arti sambil menyimpan sesuatu di balik punggungnya. “Perjalanan kita masih belum selesai, Sayang. Aku punya sesuatu yang spesial buat kamu.”Zuri menatap suaminya dengan penasaran, namun dia tidak banyak bertanya. Gadis itu lalu mengambil kunci kamar dan mulai membuka pintu. Begitu pintu terbuka, cahaya hangat dari dalam kamar menyambut mereka.“Surprise!” ucap Edward dengan suara yang lembut namun jelas.Mata Zuri seketika menjadi membelalak saat dia melihat pemandangan di depannya. Kamar mereka telah diubah menjadi surga romantis yang penuh dengan nuansa kehangat

  • OH MY EDWARD : ATASANKU GEBETANKU    BAB. 77 Keliling Kota Vienna

    Setelah menikmati sarapan yang hangat dan penuh kasih sayang di restoran dekat hotel mereka, Edward dan Zuri pun bersiap untuk memulai petualangan bulan madunya. Kota Vienna telah menyambut keduanya dengan cuaca cerah dan angin sepoi-sepoi, pertanda bahwa hari ini akan menjadi hari yang sempurna untuk menjelajahi kota yang indah ini.“Sayang, kamu sudah siap?” tanya Edward sambil memeriksa kamera yang ada di tangannya.Zuri yang sedang merapikan scarf di lehernya tersenyum dan menjawab, “Tentu saja aku sudah siap, Mas. Aku sudah nggak sabar ingin lihat Istana Schönbrunn. Aku selalu baca tentang tempat itu, dan sekarang kita benar-benar akan ke sana!” tutur Zuri penuh antusiasme.“Kalau begitu, come on kita let's go, Baby!” ucap Edward sambil tersenyum ke arah istrinya.Mereka berdua lalu berjalan sambil bergandengan tangan menuju ke mobil yang sudah menunggu di depan hotel. Istana Schönbrunn, merupakan bekas kediaman musim panas keluarga kerajaan Habsburg. Tempat megah itu akan menja

  • OH MY EDWARD : ATASANKU GEBETANKU    BAB. 76 Pagi Yang Indah

    Pagi itu, di tengah hiruk-pikuk kota Vienna yang mulai sibuk, Edward terbangun dari tidurnya. Matanya terbuka perlahan, menatap langit-langit kamar president suite yang mewah, dengan dekorasi klasik yang elegan. Pria tampan itu tersenyum kecil sambil melirik ke samping, melihat istrinya, Zuri, yang masih terlelap dalam damainya. Cahaya matahari yang semakin terik menembus tirai tipis memberikan nuansa hangat pada ruangan.Ternyata keduanya sangat kelelahan setelah melewati perjalanan panjang dari Jakarta ke Austria. Maka dari itu sesampai di hotel tadi, Edward dan Zuri memutuskan untuk tidur beristirahat sejenak."Sayang, hari semakin terang. Ayo kita sarapan dulu," bisik Edward lembut sambil mengelus rambut Zuri.Zuri mengerjapkan mata, tersenyum tipis saat melihat suaminya yang tampak segar. "Hmm … segar setelah beristirahat sejenak. Apa kita sudah terlambat untuk sarapan?" tanyanya kepada suaminya.Edward menggeleng. "Tidak, kita masih punya banyak waktu. Tapi kita butuh untuk me

  • OH MY EDWARD : ATASANKU GEBETANKU    BAB. 75 Welcome To Vienna

    Setelah menempuh perjalanan panjang selama kurang lebih dua belas jam perjalanan udara di dalam pesawat, Edward dan Zuri akhirnya tiba di bandara internasional Vienna, Austria. Tubuh keduanya memang terasa lelah, namun semangat liburan bulan madu mereka tetap tinggi. Udara dingin yang menusuk langsung menyambut ketika Edward dan Zuri mulai melangkah keluar dari pesawat. Matahari hampir mencapai puncaknya, menunjukkan bahwa hari hampir beranjak siang.Zuri, yang memakai mantel pink tebal, merapatkan syal di lehernya sambil mulai menarik kopernya. "Akhirnya kita sampai juga, Mas" ucapnya lega, memandang Edward dengan senyuman."Iya, Sayangku. Selamat datang di Vienna, Austria. Semoga hotelnya sesuai ekspektasi," jawab Edward dengan senyum kecilnya, mencoba menyembunyikan rasa khawatirnya. Ternyata pria tampan itu diam-diam telah mempersiapkan segalanya dengan sangat matang untuk membuat bulan madu mereka menjadi sempurna.Begitu Edward dan Zuri mulai melangkah keluar dari terminal ked

  • OH MY EDWARD : ATASANKU GEBETANKU    BAB. 74 Perjalanan Bulan Madu

    Setelah acara resepsi pernikahan Edward dan Zuri yang megah di Hotel Rafless selesai, suasana mulai mereda. Para tamu undangan sudah mulai meninggalkan lokasi, namun masih ada beberapa keluarga dan sahabat dekat yang tetap tinggal, berbicara dan mengabadikan momen terakhir bersama kedua mempelai. Zuri yang masih mengenakan gaun pengantin putih anggunnya tersenyum sambil melihat sekeliling, menyadari betapa indah hari yang baru saja berlalu."Sayang, sepertinya sudah saatnya kita berangkat," ucap Edward lembut sambil menggenggam tangan Zuri. "Kita harus berganti pakaian dulu sebelum berangkat ke bandara," tuturnya kepada sang istri.Zuri mengangguk, sambil tersenyum manis. “Benar, aku hampir lupa. Malam ini kita akan terbang ke Vienna, Austria, ya?”Edward tersenyum hangat. “Iya, Sayang. Perjalanan bulan madu kita akan segera dimulai.”“Siap, Mas. Ayo kita ganti baju dulu,” sahut Zuri antusias.Keduanya pun berjalan beriringan menuju ruang ganti yang telah disediakan oleh hotel. Di

  • OH MY EDWARD : ATASANKU GEBETANKU    BAB. 73 Acara Sukses Sampai Akhir

    Profesionalitas seorang Ranti,Ballroom hotel Raffles, Kuningan, Jakarta Selatan tampak megah dengan dekorasi yang elegan. Cahaya lampu kristal berkilauan, mengiringi setiap langkah tamu yang hadir dalam resepsi pernikahan Edward dan Zuri. Semua detail, dari hiasan bunga hingga susunan meja, tertata sempurna. Di balik kesempurnaan ini, berdirilah Ranti, pimpinan Light WO, yang dengan bangga mengawasi seluruh acara. Resepsi ini adalah puncak dari begitu banyak persiapan yang intens, dan Ranti bersama timnya berhasil mensukseskan acara tersebut tanpa cacat.Ranti berdiri di sudut ballroom, melihat ke arah pasangan pengantin yang baru saja memasuki ruangan. Senyum merekah di bibirnya, meski di dalam hatinya, ada rasa yang sulit diabaikan. Edward, mantan kekasihnya, kini telah bersanding dengan Zuri, wanita yang dipilihnya untuk mengarungi hidup bersama. Namun, Ranti bertekad untuk tetap profesional."Apa semuanya sudah siap untuk prosesi janji pernikahan?" tanya Ranti kepada salah satu

Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status