Swara Amaya, akrab disapa Cuwa adalah seorang aktris yang dikenal tak hanya prestasi tapi juga sensasi. Menjalani perjodohan selama delapan tahun, hingga setahun usia pernikahan tak juga bisa meluluhkan hati sang suami yang ternyata sungguh ia harapkan segera menceraikannya. Jonathan Wirautama, dipanggil 'Jojo' oleh Cuwa, datang ke apartemen hadiah pernikahan dari kakek Jonathan untuk mengabarkan bahwa dia akan menceraikan wanita itu. Sedikit rasa bersalah terselip di hati Jonathan saat melihat Cuwa nampak kecewa dan putus asa. Seperti yang Jonathan tahu, Cuwa sangat mencintainya. Namun hari itu, tiba-tiba Jonathan bisa mendengar umpatan-umpatan dari kepala istri kecilnya yang ditujukan pada dirinya. Siapa sangka Cuwa justru merencanakan berpesta tujuh hari tujuh malam bersama pria-pria cantik dari agensinya apabila resmi jadi jandanya. Apa-apaan dia, pikir Jonathan merasa terhina. Kenyataan selama ini Cuwa ternyata hanya memasang topeng sandiwara, membuat Jonathan mengurungkan niat menceraikan Cuwa. Mendengar bisikan-bisikan dari kepala cantik Cuwa membuat Jonathan sedikit demi sedikit mulai memahami betapa Cuwa adalah wanita yang realistis tetapi tulus menyayangi ibu kandungnya. Ketika Jonathan mulai meletakkan hati pada Cuwa, alasan pria itu bisa mendengar dan membaca pikiran mulai diketahui Cuwa. Hingga Jonathan koma sampai berbulan-bulan karena sebuah insiden berdarah, membuat pria itu terjebak diantara kosong dan hampa. Memohon pada Sang Pencipta untuk diberi kesempatan mencintai dan memiliki Cuwa sekali lagi.
View MoreSeseorang terdengar memasukkan kode untuk membuka pintu. Aku tau satu-satunya orang yang memiliki pas kode apartemen ini hanya orang itu. Karena asistenku atau orang lain tentu akan menekan bel terlebih dulu untuk bisa masuk ke dalam sini. Ku pikir selamanya bajingan itu tak akan menginjak apartemen ini lagi.
Pasalnya aku sudah mendengar bahwa dia sudah kembali dari ekspansi bisnisnya sejak sebulan yang lalu dan tidak pernah sekalipun menampakkan batang hidungnya di depanku. Kemudian untuk apa sekarang repot-repot datang, kalau bukan untuk menceraikan istri jahat macam diriku. Ah senangnya sebentar lagi aku akan jadi janda, artinya aku akan bebas yeay! jalan-jalan di pantai dengan bikini cantik, dan oh... pria-pria cantik, muda dan energik itu telah menungguku begitu lama.
Aku mencebik tatkala lintasan pikiran menyenangkan itu terganggu dengan kehadiran sebentuk wajah maskulin berhias cambang. Pria angkuh nan sombong itu mengenakan fantovel model kaku, sekaku wajahnya ketika bertemu muka denganku. Tapi sejahat apapun aku, tidak boleh memperlihatkannya di depan keluargaku secara langsung. Apalagi di hadapan pria yang disebut suami ini. Level jahatku hanya sampai pada antisipasi tidak disakiti orang lain. Kalian pasti tahu, dunia entertainment itu begitu kejam. Maka hukum alam berlaku, siapa yang jahat dia yang selamat.
"Jojo kamu pulang?"
Aku ingin muntah karena panggilan ini, ditambah suara centilku yang rasanya mampu melukai hati suci dan murniku sendiri. Ya Tuhan, kenapa aku harus terjebak bersamanya selama setahun ini, oh bahkan bertahun-tahun lalu.
Jonathan menatapku tanpa riak tanpa emosi. Dia hanya berdehem sekilas sebelum berlalu begitu saja masuk ke dalam kamar kami. Jangan salah paham, kami tidak pernah menggunakannya bersama. Dia begitu jijik padaku, jangankan menghabiskan tidur di ranjang yang sama, menatap ku lama saja bisa menyebabkan otot wajahnya kejang-kejang. Tapi sebagai istri yang baik, aku terus mengikutinya kayaknya istri sholeha.
"Jojo, apa kamu sudah makan. Aku masak sedikit shasimi."
Aku memeluk lengannya dengan gestur akrab, padahal alam semesta tahu betapa tersiksanya aku melakukan ini.
"Oh, aku lupa kamu tidak suka sajian mentah. Ku masakan yang lain sebentar ya?"
Jelas kamu tidak akan sudi makan masakanku, cepat ambil apa yang kau butuhkan dan sana pergi! Aku muak melihat wajah membosankan itu. Biarkan aku disini memupuk mimpi-mimpiku sendiri tanpamu.
Dia menatapku lama seperti tengah mencari jawaban dari sesuatu yang mengganggunya sebelum menjawab singkat.
"Tidak."
Aku berkedip beberapa kali menetralkan rasa basah di dadaku, tak menyangka efek suaranya masih mampu membuat jantung ini berdebar.
Tak hanya dalam bertutur kata, pria berkepribadian rendah ini juga pelit uang belanja padaku.
Setelah menikah kamu hanya memberiku satu kartu dengan nominal lima puluh juta, dan nominal itu tidak pernah bertambah. Nanti jika saatnya tiba, kartu jelek sedikit digit itu akan ku jejalkan ke bibir dan mulutmu! Lihat saja.
Matanya memperlihatkan ketidaksukaan akan sentuhan yang ku lakukan, tapi mulutnya terkunci sampai aku bisa melihat bibir itu tidak memiliki celah sangking rapatnya. Tentu aku berpura-pura sedih, memasang wajah nelangsa karena lagi-lagi suami yang aku cintai menolak usahaku. Ada jejak kebingungan yang asing di mata pria itu.
Tumben dia memperlihatkan emosi di depanku meski hanya sedikit.
"Kalau begitu, apa kamu ingin mandi. Ku siapkan air hangat ya?"
Senyum paling manis ku pasang seharusnya orang lain akan merasa tak tega menolakku, sangking manisnya aku. Aku tidak berlebihan menyebut diriku manis, aku seorang artis yang sedang naik daun. Yah meski citra jahat yang ku buat selalu menambah jumlah haters ku setiap hari, aku tidak peduli. Aku tidak makan dari mulut kejam mereka. Aku bisa makan dan hidup berkecukupan karena usahaku sendiri.
"Tidak usah. Tunggu di luar, akan ada yang datang sebentar lagi."
Bibir ku tersenyum mafhum, tapi di hati aku berdecih.
Memangnya aku senang berlama-lama denganmu.
Ngomong-ngomong apa pria sialan ini akhirnya mengundang pengacara dan menceraikanku. Apakah telah tiba waktunya untuk ku bisa menjadi diriku sendiri?
Jonathan menatap wajahku lebih lama, wajah tertutup kabutnya menampilkan sekilas emosi lain yang tak bisa ku prediksi apa itu. Sedikit bingung, dia kenapa? Heran banget sih, dia membuka topeng jeleknya di depanku, kesurupan mungkin dia kali ya. Aku mengendik diam-diam, tak peduli.
"Memangnya siapa yang akan bertamu ke rumah kita, Jojo?"
"Pengacara." Jawabnya masih menatapku lamat-lamat. Mungkin dia baru sadar aku cantik.
Ya ampun, aku hampir melotot saat sadar apa yang baru saja keluar dari mulutnya. Apakah aku tidak salah dengar? Oh my good, aku akan berpesta tujuh hari tujuh malam kalau sampai pengacara itu akan mengatur perceraian kami.
Tapi aku justru berkedip bingung, "suamiku, Jojo..."
Sumpah aku eneg mendengar suaraku sendiri yang sok polos.
"Untuk apa pengacara datang?"
Jonathan menatapku aneh, kedua alisnya menukik tajam, seolah dengan begitu dia mampu menekan laser panas keluar dari matanya.
"Kita akan bercerai." Jawabnya datar, walau mata elang itu terus menghujamku.
Aku berseru gembira dalam hati, hore, hore! Yey yey! Akhirnya ya tuhan...! Pria sialan ini akhirnya mendapatkan pencerahan, dia akhirnya sadar bahwa bercerai dariku adalah jalan terbaik.
Aku mengusahakan ekspresi yang ku kesedihan yang teramat sangat menyesakkan dada. Seolah sangat terpukul mendengar pernyataan itu, mataku berkaca-kaca.
"Jojo, semudah itu kah kamu menyerah dengan pernikahan kita?" Aku sangat mencintaimu, kamu tahu itu. Beri waktu sedikit saja untuk dirimu mengenalku lebih lama lagi." Bujukku memelas.
Bilang jangan, aku sudah sangat muak padamu, setuju tidak setuju, kita akan tetap bercerai.
Aku tidak tahu kenapa setelah kalimat yang hanya mampu ku rapalkan dalam pikiranku menyebabkan mimik wajahnya jadi makin aneh begitu. Dia mirip seperti sedang sembelit berhari-hari.
Dia menggeramkan namaku dengan sadis, maksudku giginya terkatup rapat, hingga suara yang keluar seperti mendesis. "Cuwa!"
Marahlah, marah saja. Katakan aku ini perempuan rendahan bak benalu yang hanya memanfaatkan situasi dengan menikahimu demi karir artisku. Katakan juga bahwa sudah saatnya kamu tahu dimana posisimu, lepaskan rumah tangga kita yang sejak awal memang salah, Cuwa!
Air mata tak lagi bisa ku tahan, semoga aktingku kali ini terlihat alami. Jauh-jauh sekolah akting ke Singapura seharusnya aku bisa membuatnya percaya kalau aku memang sedih.
"Aku mohon, jangan ceraikan aku..."
Ku tarik untuk ku cengkeram kemeja bagian dadanya. Kepalaku menunduk pilu. Air mata mengaburkan pandanganku.
"Jojo... Bagaimana hidupku kalau tanpamu?"
Tentu hidupku akan bahagia, cepat ceraikan aku, aku tak tahan denganmu, Tuan Jonathan si buta dari kota Jakarta. Alih-alih pengidap sisters kompleks, si bodoh ini menyia-nyiakan wanita sebaik dan secantik aku hanya demi adik liciknya itu. Aku tahu sebentar lagi kamu akan melotot padaku lalu kamu akan mendorongku keluar dari kamar kita dan menutup pintu tepat di wajahku. Ayo lakukan begitu, Jo!
Jonathan menatapku dengan keterkejutan luar biasa. Selama bersamanya dalam sembilan tahun ini, delapan tahun bertunangan dan satu tahun menjadi istri diatas kertasnya, aku memahami dan sangat terbiasa dengan sikap dinginnya. Tapi tak pernah melihat jenis ekspresi lain selain marah kecuali hari ini. Dia kenapa?
"Cuwa!" katanya semakin marah. Iya benar, kamu harus semakin marah dan bertetap hati menceraikanku. Aku pun melonjak dalam hati, menari bagai dancer mengiringi simfoni merdu yang bergema di seluruh ruang di hatiku.
Pria-pria muda dan cantik, pantai dan bikini, wait me please...! Pria jelek di depanku, minggat sana!
Dibuang sayang.Terngiang telpon dari Tante girang, aku tersenyum antara miris dan sedih. Bukannya aku takut padanya, tapi jelas menghadapinya perlu menyusun strategi, mengingat ini Mitsuko. Jauh-jauh dari Jepang jelas dia tak mau pulang kampung dengan tangan hampa.Gini amat punya suami bajingan, susahnya menghempaskan masa lalu, tak semudah membuang remahan roti pada taplak meja. Ahh, aku menghela nafas lelah, rumah mungil pinggir pantai dan seorang anak yang memanggil mama, hidup tenang dan jauh dari hiruk pikuknya kehidupan. Aku ingin mewujudkan itu. Kalau gini abaikan perih, suruh Jojo rajin anu, biar cepet jadi anak. Jadi janda anak satu, kayaknya masih oke, sesuai slogan janda makin di depan.Jadi setelah ku ceritakan semua pada Phia, akhirnya dia datang. Hebatnya tanpa ku minta, dia membawa Mbah Menyan pula, dan itu membuatku puas. Phia emang selangkah lebih maju.Cinta mengalahkan logika emang bener ya? Tidak, bukannya cintaku pada Jo
Inikah yang kalian tunggu? Extrapartpart Cuwa yang bikin penasaran...Happy Reading ?Apa yang dipikirkan kakek ketika menjodohkan ku dengan gadis bar-bar tapi kemayu itu?Masih terlalu anak-anak, manja dan childish. Suka merengek setiap kali bicara, dan jelas merepotkan, apalagi dengan dalih ditinggal pergi sang ayah untuk selama-lamanya. Dia memanfaatkan kakek dan ayahku.Aku menggeleng tak paham dengan pemikiran ku sendiri. Apa aku harus menjadi baby sitter yang harus mengajarinya bagaimana bicara baik dan benar? Apa aku juga harus mengajarinya untuk berhenti berkedip genit pada semua orang? Apa aku juga harus merangkap jadi fashion designer pribadinya untuk menyortir mana busana pantas dan tidak pantas?Sama halnya dengan papa yang sudah tertipu tampang innocentnya. Yang selalu bilang bahwa dia dibesarkan dengan baik oleh ayahnya, dididik keras oleh ibunya, maka jangan ragu kalau dia akan jadi istri dan ibu yang baik untukmu dan anakmu. Bukankah dia mani
Jojo kejang, matanya terbuka sesaat lalu menutup lagi, begitu beberapa kali hingga perawat yang ku teriaki datang. Perawat sebenarnya hanya menepi tak jauh dari kamar Jojo, kebiasaan yang dia lakukan ketika pihak keluarga menemani."Tolong kirimkan siapapun ke kediaman Jonathan Wirautama, pasien mengalami kejang." Ujarnya di telpon entah pada siapa.Aku membekap mulutku yang hendak berteriak menyebut nama lelakiku itu, tapi aku tak mau kelakuan ini justru membuat suasana makin panik. Perawat senior kepala empat itu menatap khawatir pada Jojo. Meskipun gerakannya tetap tenang tapi aku sempat melihat wanita itu menarik nafas dalam."Lebih baik anda menunggu di luar." Sarannya pada kami, matanya menyiratkan permohonan."Tidak" ucapku berbarengan dengan Renita. Ini pertama kali dialami Jojo. Aku ingat dokter pernah bilang, usahakan jangan sampai oksigen lepas darinya, itu bisa menyebabkan kejang yang artinya otak kekurangan pasokan oksigen. Apa arti
"Sayang, jangan lari-lari.""Mam, itu... Aku takut.""Apa yang kamu takutkan sayang?" Tanyaku padanya pria kecil yang memeluk kakiku. Dia menunjuk pada rombongan penari bertopeng yang baru saja melewati kami.(Pasti udah ada yang salah paham ???)"Erlang jangan ganggu Tante Cuwa, kemari sayang.""Biar saja Ren, mungkin dia kangen aku." Ku tarik Erlang dalam pelukan dengan berjongkok.Renita beruntung, meskipun hidupnya terkekang seperti prediksi ku. Tapi sepertinya dia berhasil menjalani pernikahan perjodohan dengan Fathian. Kini dia tengah hamil, sudah enam bulan usia kandungannya.Untuk informasi saja, mulut si Fathian masih tercemar bon cabe level 50. Tidak ada yang berubah selain statusnya yang menyandang suami dari Renita Sumanji. Dia masih menatapku tajam dan lapar. Abaikan saja kenyataan ini, aku tidak mau Renita tau. Pernah suatu kali dia membisikkan kalimat, siap menjadikanku yang utama jika Jojo meninggal. Dia gila kan?
"Ini bukan telpon penipuan kan Shof?" Ucapku tak yakin dengan kalimat ku sendiri. Aku tidak shock sampai gemetar atau jantungan. Aku juga tidak terperangkap dalam histeria kepedihan karena kabar ini. Aku hanya merasa ringan, terlalu ringan untuk disebut baik-baik saja."Wa, itu tadi Widi, asistennya Pak Jonathan, Wa." Ucap Shofi sungguh-sungguh, ketegangan menghiasi wajahnya yang manis."Penipuan kali Shof..." Tepis ku sekali lagi.Berusaha menghalau kebenaran kabar yang membuatku merasakan percampuran antara kecewa dan marah, tapi sedih disaat yang bersamaan.Aku akan mengerti kepentingan Jojo menemui Mitsuko, tidak mungkin Mitsuko akan melepas Jojo begitu saja dengan tuntutannya. Walau tetap saja, praduga menyakitkan membayang di depan mata. Ponselku kembali berdering nyaring, mengusik rentetan huruf demi huruf yang membentuk suatu ancaman dalam ingatanku.Pergi atau mati. Benar, pesan itu disampaikan lewat mimpiku. Entah ditujukan untuk siapa? Ata
"Swara Amaya, help me please..."Tangisan Mitsuko menyambutku. Serius, dia tau nomor pribadiku? dapat darimana coba? Nggak tahu malu banget, kayak enggak habis mau ngambil nyawaku aja. "Please listen to me... He showed me the pain I betrayed from these eyes. I can't take it anymore" Tolong dengarkan aku, dia memperlihatkan rasa sakitnya ku khianati dari mata ini. Aku tak tahan lagi. Ungkapnya cepat, ada nada ketakutan dan kesedihan yang akut dari suaranya yang bergetar. Aku bingung kenapa dia jadi curhat padaku? Ah kalau begini, haruskah ku buka jasa curhat berbayar. Dia yang dimaksud apa itu mendiang suaminya? "Jonathan must help me, I beg you."Jonathan harus membantuku, aku mohon padamu.Aku membuang nafas, sungguh drama sekali Tante girang ini. Apa dia lupa aku ini apanya Jonathan? Apa dia juga melupakan perlakuannya yang membuatku disatroni hantu t
Sarapan yang sangat terlambat, sudah pukul sebelas saat kami sampai di restoran. Jojo hanya mengenakan kaos oblong santai, sementara aku sendiri menemukan selembar gaun rajut sederhana. Itu adalah satu-satunya yang bisa kami pakai dalam tas traveling yang disiapkan Shofi ketika kami di rumah sakit."Makanlah... Jangan marah lagi." Katanya dengan sangat lembut.Jangan harap akan ada situasi canggung yang akan melingkupi setelah apa yang kami lewati. Sepanjang waktu aku terus memasang wajah merengut padanya, setelah mengangguk setuju memberinya kesempatan denganku.Aku tidak marah, aku hanya sedang kesal padamu. Aku kesal kamu membuatku tak bisa mengelak hanya karena kamu bisa mendengar pikiran terdalamku.Roti dengan isian daging asap serta saos yang tercium lezat dari aromanya, tak mampu menggugah seleraku."Maafkan aku. Jangan kesal lagi kalau begitu, nanti malam orang Mikimoto datang. Pesanlah beberapa, kamu pasti suka."Aku mengerny
"Sayang, kamu baik-baik saja?" Dia mengecup ujung bibirku hingga wajahnya bersilangan dengan wajahku. Setelah menyimpan diriku dalam bathtub, aku membawa mataku memejam. Tak ada aromaterapi, hanya persediaan sabun ala kadarnya yang memenuhi bilik ini. Memangnya apa yang bisa ku harapkan dari rumah baru yang dapur dan terasnya saja aku tidak tahu letaknya."Ada yang tidak nyaman di tubuhmu?" Tanyanya lagi dengan segala perhatian yang hanya padaku, entah nanti kalau dia sudah bosan.Aku mengangguk untuk menggeleng kemudian, wajah Jojo yang flat jadi mengerut, karena gestur ku mungkin membingungkan. Atau karena dia mendengar pikiranku."Aku ingin tidur..." Sahutku akhirnya."Istirahat di kamar saja, nanti kamu masuk angin, airnya sudah mendingin.""Mhm" mataku memejam lagi, rasanya berat dan lengket, aku butuh menghilangkan pegal-pegal di tubuhku. Pria ini bahkan bertanggung jawab pada rasa kebas yang membuat pusatku hampir mati rasa. Tidak, a
"Maafkan aku, Wa." Katanya penuh penyesalan. Lalu dengan cepat menarik tanganku untuk dia kunci di atas kepala pada tembok tepat sebelah ranjang. Bibirnya melahap bibirku tanpa seni, mencium ku dengan brutal, seolah menegaskan aku ada di bawah kuasanya. Yang paling ku benci, satu tangannya yang lain meraih tali bathrobe di perutku, selanjutnya menstimulasi dada menimbulkan sensasi menggelitik yang asing. Dengan cepat dia menarik pembungkus tubuhku satu-satunya tersebut. Sedikit kasar dia menarik bathrobenya sendiri. Jangankan menghalau semua tindakannya, membantin saja aku tak sempat. Lalu....Aku berjengkit kaget luar biasa setelah dia mendorong ke ranjang. Satu tangannya menarik punggungku agar tak terpelanting. Matanya menatapku dalam, membawa menyelami gairah yang terkungkung antara dia dan aku. Dalam sekejap membawaku bergulung dalam pusaran yang belum pernah ku rasakan. Aku tak bisa lagi menolak medan magnetik yang terpercik darinya, yang kini menula
Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.
Comments