Share

6. Attention

Author: Ithanajla
last update Last Updated: 2021-07-09 10:29:47

Akhir part 5

Aku mengerang mendengar suara bass Jonathan dari balik tubuhku. Siluetnya memang sempurna, tapi, Oh... aku butuh ke toilet. Dorongan luar biasa terasa menekan keluar dari dalam perutku.

***

"Cuwa, kamu kenapa?" Jonathan mengikuti ku yang setengah berlari ke dalam toilet. Dengan tak sabar ku buka tutup toilet lalu mengeluarkan isi perutku, meski ternyata hanya liur pahit. Pria itu bersandar nyaman di pintu kamar mandi melihatku, aku menatapnya aneh. Ngapain dia disitu?

Desakan dari dalam mengalihkan perhatianku darinya. Kembali otot-otot lambungku bereaksi. Suara berirama yang ku keluarkan nyatanya mampu menarik Jonathan mendekat hanya untuk memijat tengkukku.

Aku menoleh padanya, menautkan alis, berpikir keras, ngapain orang ini bersikap baik padaku? Apa dia kerasukan jin penunggu lift?

Tumben Jonathan jadi perhatian, positif dia emang kesambet. Bohlam dalam otak berpijar ketika menyebut kata positif.

"Kamu kenapa?" Tanyanya sekali lagi, masih memijat tengkuk dan pundak, lumayan nyaman, ku akui. Harum cemara dari parfumnya, menggelitik  hidung, parfum cap karbol yang menguat dari dirinya.

Ku kerjai saja dia deh. "Positif kali" jawabku sekenanya.

"Apa!"

Bukan suara shock Jonathan yang justru terdengar, melainkan suara histeris Renita yang dengan tidak sopannya masuk ke kamar kami, posisinya ada di luar toilet tepat di depan pintu. Beruntungnya aku sedang memakai gaun tidur tipis tali spaghetti yang minim bahan tanpa mengenakan kardigannya. Biar kesannya aku memang cabul dan binal. Sehingga dia jadi jijik dan memotivasi melempar surat cerai lalu menendang ku dari hidupnya.

Niatnya menggoda Jonathan sih, saat tahu tadi pagi dia membuka pintu apartemen, aku bergegas ganti. Setelah kemampuan menghilangnya kumat lagi tiga hari ini pasca menjemput ku di mall kemarin. Dia memang tak berkata apa-apa waktu itu karena kartu kreditnya ku kuras, hanya bilang jangan terlalu boros, Cuwa.

Kalian ingin tahu reaksiku, tentu saja aku ngedumel dalam hati sepanjang jalan kenangan. Meskipun selanjutnya dia membawaku makan siang bersama koleganya di dekat mall situ dan memperlakukanku dengan lunak. Lunak dalam artian tidak bisa dikatakan baik karena wajahnya masih dingin seperti biasa, namun kadar cueknya telah berkurang 2% karena sesekali matanya menatap padaku. Abaikan saja, aku tak tahu apa maksudnya.

"Kamu hamil? Dengan kakakku?" Kata perempuan jelek itu dengan wajah yang terlihat takut bahwa Jonathan akan terjerat padaku selamanya. Lihatlah hidung dan bibir hasil filler klinik terkenal yang kebetulan ku endors. Iyuuuh yang begitu Jonathan doyan.

Aku tertawa mendengarnya dalam tangis karena muntah,

"Memang dengan siapa lagi, adik ipar sayang yang awet muda dan selalu imut" aku menyempatkan diri mencibirnya, dia lebih tua beberapa tahun dariku. Ah, netijen korban rumor dan isu, hanya bisa menuduh secara sepihak tanpa mencari tahu kebenarannya.

Aku merapat pada Jonathan seperti penggoda. Lalu dengan kerlingan nakal aku menambahkan,

"Di dunia ini satu-satunya yang berhak membuatku hamil hanya dia seorang." Setelah mengatakan itu aku kembali merasakan gejolak dalam perutku. Sial, ini gara-gara wajah busuk Renita, dan tatapan mabuk Jonathan padanya, setidaknya itu menurutku.

Dan begitulah, Jonathan meninggalkanku yang masih mengeluarkan hajat, bukan hajat hidup orang banyak, tapi hajat membunuh mereka berdua. Yang harus ku keluarkan bareng muntahan karena membunuh itu melanggar hukum. Kenapa air mata makin deras kala melirik Jonathan dengan wajah yang tak lagi datar membimbing adik tercintanya keluar dari kamar ini.

Jangan bilang kamu sakit hati cuwa. dih, menggelikan kalau sampai kamu menangisi Jonathan. Pria berwajah sedatar lantai WC itu, bukan apa-apa dibandingkan pria-pria muda segar dan cantik yang menantimu. Lagipula, sejak bertahun-tahun lalu Jonathan akan lebih mendahulukan ibu dan adiknya daripada dirimu, kenapa kamu mesti heran. Ayo kembali jadi Cuwa yang biasanya, jangan cengeng. Kamu hanya kurang nutrisi akibat diet sebab penilaian pria brengsek itu yang menuduh mu gendut.

Membuang perasaan sendu dengan membasuh air dingin ke seluruh wajah. Sesiang ini aku memang belum mandi, hari ini aku free. Nanti aku ada slot 15-20 menit di acara live rumpi jam 8 malam.

Entah apa yang dilakukan mereka berdua di luar, bayangan di balik pilar beberapa tahun silam membuatku kembali ingin muntah. Aku belum sarapan, tapi kenapa rasanya perut ini penuh. Setelah berkumur dan sikat gigi agar perasaan pahit di mulut itu menghilang, aku kembali muntah-muntah hebat. Sial kalau begini aku bisa sakit. Aku butuh obat mual atau obat maag, tapi aku sedang tidak ingin melihat wajah menggemaskan Renita. Bawaannya kalau lihat dia pengen cakar-cakar manjah. Jadi aku bertahan, dan memilih menguburkan diri dalam selimut.

"Cuwa, ayo sarapan bareng. Renita menunggu" Jonathan berbicara dari ambang pintu. Mendengar ajakan sarapan bareng tersebut, yang terbayang adalah Renita membawa masakan dari rumahnya untuk Jonathan. Segera saja aku merasakan gelombang mirip tsunami dalam diriku. Jadi aku kembali memasuki toilet berharap dorongan ini segera berakhir.

"Cuwa, kalau sakit kenapa tidak minum obat" katanya, lagi-lagi dia membuntuti. Bersedekap seolah menghakimi aku sakit adalah sebuah kesalahan. Wajahnya tidak ada peka-pekanya sama sekali.

Kotak obat ada di luar bodoh, kalau aku keluar lalu melihat wajah adik cantikmu, aku bakal langsung diare di tempat. Aku begini karena kamu menciumku setelah menggunakan bibirmu untuk melahap adikmu. Aku kan jadi jijik. Aku sudah mulai mual-mual sepulang dari mall walau masih bisa diatasi. Ditambah diet ketat sejak beberapa hari ini. Aku terus mual-mual mirip perawan hamil muda hanya karena dihamili lewat tatapan babang tamvan.

Aku membuat gestur mengusir dengan melambaikan tangan. Tidak berguna berdiri saja, lebih baik minggat dari sini dan aku bisa istirahat dengan tenang tanpa gangguan kalian berdua.

Dia mengangkat sebelah alisnya. Seolah berkata lewat tatapan, kamu mau aku bagaimana? Merawat mu? Mimpi aja sana.

Setelah aku membasuh mulut, mengusap air mata karena muntah. Aku hendak menyuruh tubuh 1,8 meter yang memenuhi pintu kamar mandi itu minggir, aku ingin rebahan. Aku hanya butuh istirahat, nanti perutku akan membaik. Tapi si tidak tahu diri ini, malah menarik tanganku. Aku yang lemas hanya bisa pasrah tak melawan. Mengikuti tarikannya hingga lebih dekat dengan tubuh bau karbolnya.

"Jojo, makan saja sana, biarkan aku istirahat" bicara saja rasanya menghabiskan tenaga.

"Minum obat mual lalu makan" katanya menatap mataku, aku sedang kecapean, sedang malas menerjemahkan apa arti tiap tatapannya padaku sejak tadi.

"Maaf Jo, aku belum masak"

"Renita bawa makanan" sudah ku duga, menepis tangan Jonathan kemudian berbalik hanya untuk muntah kembali. Sial! Membayangkan makan hasil masakan Renita yang pasti dimasak dengan kasih sayang plus bumbu cinta suci khusus untuk Jonathan membuat mualku makin menjadi.

"Beneran kamu hamil? Morning sickness" ini satu lagi korban netijen endonesiah, ternyata dia juga bisa kemakan gosip. Aku tertawa dalam hati, merasa ini bisa dimanfaatkan sebagai senjata untuk mendapatkan surat cerai darinya.

"Maafkan aku Jo, aku tidak bermaksud mengkhianatimu" aku menundukkan kepala dalam, merasa bersalah karena tuduhannya yang ku benarkan tapi jelas tidak benar. Menekan-nekan perutku yang makin kempis, lupa kalau berakting hamil harusnya perut ini diusap-usap.

Ayo mengamuklah, katakan aku ini memang tidak tau diri, tukang selingkuh, pengkhianat, tidak tahu malu, hamil dengan siapa kamu? Siapa ayah janin itu? Ayo marahlah, Jonathan jelek. Bilang, ku ceraikan kau hari ini. Tunggu pengacaraku datang dan akan ku tandatangani surat itu.

"Melamun, Cuwa?" Katanya dengan gestur sekaligus nada bosan. Tatapan matanya biasa-biasa saja, serius, dua tidak marah.

Aku, "???"

Dia kenapa? Harusnya dia kan ngamuk karena sudah ku khianati hingga hamil.

"Ayo ku antar ke dokter"

"Tidak"

"Kamu sakit"

"Aku cuma morning sickness, seperti katamu"

"Bukan cuma, kamu muntah-muntah hebat"

Itu karena kamu, semua salahmu.

"Oke, ganti bajumu. Selain di depanku jangan memakai pakaian setengah jadi begitu."

Aku ingin mendengus, Dasar buta mode.

Tapi aku tersenyum tersipu, layaknya seorang istri yang bangga berhasil menjerat suaminya dalam genangan cinta menggelora. Bolehkah aku mengartikan dia sedang posesif pada istri cantiknya ini. Duh kedengarannya manis sekali, sayang aku hanya mimpi.

"Aku tunggu di luar, biar ku suruh Renita pulang."

Aku mengangguk bergegas mengganti busana yang nyaman. Jonathan tidak berbohong yang bilang menyuruh Renita pulang. Gadis tercantik se dunia fauna itu tak kelihatan lagi batang hidungnya. Tapi saat kami ada di basemen, Renita menunggu dengan gaya penuh perhatian. Beriri dnegan cemas sembari meremas tangannya gugup.

"Cuwa, apa kamu sakit. Aku kepikiran kalau meninggalkanmu begitu saja. Aku akan ikut mengantarmu."

Gadis baik hati, tutur kata sopan,  mapan, kenapa tak menikah? Nggak laku atau menunggu Jonathan? Si sok tak berdaya tapi busuk, kenapa kamu tak minggat saja. Oh perutku, mual dan perih lagi. Aku menahan jangan muntah disini, please, tidak lucu kalau sampai tertangkap kamera dalam keadaan lemah.

"Jo, antar saja dia. Aku bisa sendiri. Aku akan meminta Shofi menemaniku." Aku bersandar lelah pada pintu mobil Jonathan. Wajah Jonathan mengeluarkan emosi tak menyenangkan padaku yang tentu ku abaikan. Aku hendak mengeluarkan ponsel untuk menghubungi Shofi, ketika acting si adik tersayang mulai terdengar.

"Sebegitukah kamu tidak menyukaiku, kakak ipar? Apa salahku padamu selain Bang Nathan memang lebih perhatian padaku"

Menguatkan diri sebentar untuk menatapnya dengan gestur jahat. Sebelumnya aku melirik Jonathan yang memberikan tatapan peringatan padaku agar memperlakukan adiknya dengan baik, mungkin. Dan aku tak peduli sama sekali.

Sebentar lagi kau pasti akan bilang, kenapa kau tak menghargai niat baikku, aku sungguh hanya khawatir padamu. Apa salah kalau aku ingin hubungan kita membaik seperti pada umumnya saudari ipar.

"Cuwa, Tolong hargai  niatku sedikit saja, sungguh aku khawatir pada kehamilanmu. Itu keponakanku juga. Lagipula aku ingin memperbaiki hubungan kita. Apa salah kalau kita menjadi saudari ipar layaknya adik kakak"

Haruskah ku jawab, tidak ada perempuan yang menyukai suaminya dicium perempuan lain meskipun itu adik tirinya.

Harusnya ku putar bola mata sebagai ekspresi betapa aku sangat malas mendengarnya, tapi badanku lemas. Aku lebih ke menghadiahi Renita tatapan tak peduli. Sementara wajah Jonathan terlihat tak kalah pucat dengan wajahku, ada apa lagi dengannya. Kenapa mata sinisnya menatapku horor begitu.

Ku tekan kepalaku, pusing melanda. Ketika aku mencari tempat sampah terdekat untuk muntah lagi, pandanganku terasa berputar, dan aku kehilangan orientasi. Sempatnya aku berpikir kalau aku mati, orang yang akan ku hantui adalah mereka berdua.

Related chapters

  • Invers Ceria, ya Cerai   7. Karbol rasa hutan Cemara

    "Alergi mu sudah sembuh?" Aku membawa tubuhku dalam posisi miring untuk menghadap dirinya yang sedang duduk dengan tablet di pangkuan. Raut tenang tanpa rasa bersalah sedikitpun dia menjawab."Aku tidak punya alergi""Alergi berdekatan denganku" sahutku dengan mata memincing penuh godaan. Kalau ini orang lain, seperti sutradara dan produser mesum yang suka firtling itu. Ku tatap dengan cara demikian, bisa dipastikan mereka akan mengajakku check in di hotel bintang lima.Namun aku justru menemukan matanya sedikit beriak seperti air danau terkena hembusan angin. Kalau orang normal mungkin akan salah tingkah mendengar kalimat sarkastik seperti yang baru saja ku katakan.Lain kali jangan mencium sembarangan, donk. Aku tidak mau yang seperti ini terjadi lagi. Sumpah ciumanmu memicu asam lambung, dan itu menyiksa. Jonathan menatapku tak habis pikir. Biar bagaimanapun aku tersenyum bert

    Last Updated : 2021-07-09
  • Invers Ceria, ya Cerai   8. Don't Thinking

    Aku masih sangat lemas, dokter bilang efek diet tidak sehat, meski ketika aku bercerita bahwa aku eneg dan selalu mual saat melihat wajah seseorang, si dokter hanya tertawa. Justru merekomendasikan psikolog atau bahkan psikiater RS ini agar aku membuat janji konsultasi. Karena kalau sampai begitu berarti masalah mual muntahku bukan karena diet tapi karena kelainan mental. Disini yang menurutku terindikasi gila itu Jojo kenapa jadi malah aku? Dokter juga tak mengijinkan aku keluar RS meskipun itu penting seperti ke Soeta bertemu mertua dan syuting 15-20 menit. Sampai bilang siap mengeluarkan surat kesehatan apabila ku butuhkan untuk membatalkan syuting. Pada akhirnya aku memang berhasil menurunkan berat badan hingga 2 kilo. Tapi kalau tau diet kali ini menyiksa aku tak akan lagi sanggup, sungguh cantik itu memang butuh pengorbanan. Jangan bilang cantik itu diturunkan dari gen. Cantik itu karena perjuangan

    Last Updated : 2021-07-10
  • Invers Ceria, ya Cerai   9. Make your dreams come true

    "Dia Iren, teman SMA ku" Jojo tak melepas gandengan tangan kami hingga memastikan aku duduk dengan benar. Pipiku jelas merona karena perlakuannya. Tapi kalian pasti tahu, di dalam hati aku terus mencibir kelakuan Jonathan."Hallo, aku Iren. Dan kamu lebih cantik aslinya dari pada di layar kaca" aku tahu setelan kerja mahal yang dikenakan wanita ini, berapa sih gaji psikolog, mentereng banget yang satu ini. Aku tak melewatkan setitik ekspresi kecewa di wajah wanita ini ketika tahu Jojo mengaitkan tangannya dengan tanganku. Bahkan pilihan meja sofa yang ditata berpasangan ini, sangat merugikan dia. Mungkin dia tak menyangka Jojo akan datang bersama ku. Sungguh wajah di depanku ini menghibur sekali."Halo juga, senang bertemu denganmu mbak, thankyou. Kamu juga cantik" aku menyambut jabat tangan formal Iren Audi, seolah aku tidak meremehkannya baru saja. Perempuan cantik i

    Last Updated : 2021-07-10
  • Invers Ceria, ya Cerai   10. Acting memang melelahkan

    "Wa mau makan malam apa?"Sebutan Wa dari bibirnya terasa asing di telinga. Jonathan yang dulunya antipati padaku tiba-tiba memanggilku dengan sebutan yang terlalu akrab. Jadi jangan salahkan aku kalau di hati terdalam ku menyimpan banyak sekali kecurigaan padanya.Tawaran Jojo ku jawab gumaman malas dari balik selimut dan guling. Cuaca malam Jakarta yang hujan terasa mendukung. Masih jam 7 malam, tapi rasanya mataku berat."Jangan tidur dulu, Wa""Aku lelah, Jo""Aku pesen restoran bawah biar cepet"Aku tak meresponnya lagi karena setelah aku kembali tersadar, aku tak melihat keberadaan Jojo di kamar. Justru aku mendengar suara yang ku pastikan itu adalah Renita yang sedang tertawa bahagia. Aku mengerjap, mengusap mata beberapa saat, memastikan apakah aku mimpi atau halusinasi."Bang Nath, bagaimana bisa itu tidak lucu. Lihatlah dia bisa berjalan dengan pose

    Last Updated : 2021-07-10
  • Invers Ceria, ya Cerai   11. 5 ronde

    Aku menghela nafas, memijit tengkuk yang terasa tegang karena padatnya aktivitas. Pemotretan dengan pihak Teta selesai menjelang petang. Beruntung beberapa model yang dipakai sudah profesional, Tama si macho tapi gay itu berkali-kali berteriak, bagus, good, kalian sempurna, oke, keren, siip. Tapi karena kondisiku yang baru sembuh mambuatku ingin segera bergelung dengan kasur.Dialog dengan female.fm apalagi, membuatku menahan agar lonjakan tensiku tidak sampai ke ujung kepala. Bayangkan pertanyaan mereka, sejak kapan aku lepas keperawanan. Terus gimana malam pertamanya, stamina suami apa kabar? Seminggu berapa kali bercinta, kuat berapa ronde semalam. Aje gile aku cuma tertawa macem orang gila baru gila.Aku yang tak mungkin menghindar, asal menjawab. Aku kuat 5 ronde tiap malam kecuali kalau periode ku datang. Dan hasilnya, akan kita lihat besok, apakah ada lagi hidung belang yang akan menawar ku 2M seperti waktu itu. Ah... Benar kata

    Last Updated : 2021-07-10
  • Invers Ceria, ya Cerai   12. Sakit tapi tak berdarah

    Aku sedang tak mood menjadi istri baik, terus cemberut sepanjang perjalanan pulang dari acara Hanida Malik. Jojo yang jelas tau aku tak ingin diganggu hanya diam sambil sesekali melirik kecil padaku. "Ini pertama kalinya kamu terlihat tidak dalam mood baik di depanku" "Aku hanya sedang lelah, bia untukrkan aku merilekskan diri ya, nanti bangunkan aku saat sampai" Dengan lemah tapi malas ku katakan.Nyatanya meskipun aku tak lagi bisa menjaga raut wajahku tetap ramah, aku masih bertutur sopan, lembut, dan manja padanya seperti seharusnya istri soleha. Lalu tanpa sungkan aku mencabut beberapa jepit rambutku dan membiarkannya tergerai bebas. Melirik Jojo saat merapikan rambut, aku memutuskan untuk tersenyum genit padanya yang tengah menatapku dengan sudut bibir tertarik tipis. Tanpa sungkan ku kibaskan ke arahnya lalu menaikkan kaki dengan nyaman dan meletakkan kepalaku ke sandaran. Pundakku sungguh kaku dan pegal. Ya

    Last Updated : 2021-07-10
  • Invers Ceria, ya Cerai   13. Jealous

    Berbagai berita tentang aku dan Jojo sebagai pasangan tak mempan rumor dan gosip mencuat ke publik. Yakni foto-foto mesra ketika aku menghadiri acara resepsi Hanida dua malam lalu. Setelah ku katakan aku ada syuting tengah malam pada Jojo, aku menepi ke Senopati. Malam itu tidak ada syuting sama sekali. Aku hanya beralasan agar tak perlu bersama orang yang mencuri dengar semua yang ku pikirkan. Aku butuh kebebasan berpikir dan berpendapat, sesuai dengan hak dasar manusia. Jadi bisakah Jojo ku tuntut dengan pelanggaran pasal 28E UUD 45, karena telah menyalahi hak ku dalam kebebasan berpikir. Dua malam ini aku telah belajar mengatur siasat manipulasi pikiran saat bersama Jojo. Dari Catra aku tahu bahwa Jojo masih pulang ke apartemen kami meski tidak ada aku. Meski sedikit mengganjal Jojo sama sekali tak menghubungi. Anehnya ini pertama kali aku merasa begini, padahal sebelum ini Jojo memang tak pernah peduli aku pulang atau tidak.

    Last Updated : 2021-07-10
  • Invers Ceria, ya Cerai   14. Kang Mas Mangkunegoro Kabotan Upo

    Gemuruh tepuk tangan riuh rendah teratur. Berfoto dengan pak menteri cakep tapi jelas udah teken. Meski senyum tipisnya menganggu alur peredaran darah di tiap nadi, aku tetap mempertontonkan senyum profesional andalan. "Mbak Cuwa, saya punya lowongan pekerjaan untuk mbak Cuwa" "Lowongan apa pak?" aku berpikir keras, maksudnya dia mau aku kerja padanya? Lalu mata beriak itu memperjelas bahwa pria ini sedang menggodaku dengan guyonannya. "Lowongan jadi Bu menteri" Aku menahan tawaku menjadi kekehan kecil yang seharusnya manis. "Ah, pak menteri bisa aja. Saya sudah menikah loh, pak" "Bukankah biasa setingan perkawinan dalam industri yang kamu geluti itu mbak Cuwa?" Aku tak melanjutkan obrolan bertema absurdr itu, namun menerima uluran tangannya untuk membantuku menuruni lima tangga menuju deretan meja tamu, dan aku merasa terhormat untuk itu. Muda, kaya, cakep, berk

    Last Updated : 2021-07-11

Latest chapter

  • Invers Ceria, ya Cerai   47. Dibuang sayang

    Dibuang sayang.Terngiang telpon dari Tante girang, aku tersenyum antara miris dan sedih. Bukannya aku takut padanya, tapi jelas menghadapinya perlu menyusun strategi, mengingat ini Mitsuko. Jauh-jauh dari Jepang jelas dia tak mau pulang kampung dengan tangan hampa.Gini amat punya suami bajingan, susahnya menghempaskan masa lalu, tak semudah membuang remahan roti pada taplak meja. Ahh, aku menghela nafas lelah, rumah mungil pinggir pantai dan seorang anak yang memanggil mama, hidup tenang dan jauh dari hiruk pikuknya kehidupan. Aku ingin mewujudkan itu. Kalau gini abaikan perih, suruh Jojo rajin anu, biar cepet jadi anak. Jadi janda anak satu, kayaknya masih oke, sesuai slogan janda makin di depan.Jadi setelah ku ceritakan semua pada Phia, akhirnya dia datang. Hebatnya tanpa ku minta, dia membawa Mbah Menyan pula, dan itu membuatku puas. Phia emang selangkah lebih maju.Cinta mengalahkan logika emang bener ya? Tidak, bukannya cintaku pada Jo

  • Invers Ceria, ya Cerai   46. Ekstrapart

    Inikah yang kalian tunggu? Extrapartpart Cuwa yang bikin penasaran...Happy Reading ?Apa yang dipikirkan kakek ketika menjodohkan ku dengan gadis bar-bar tapi kemayu itu?Masih terlalu anak-anak, manja dan childish. Suka merengek setiap kali bicara, dan jelas merepotkan, apalagi dengan dalih ditinggal pergi sang ayah untuk selama-lamanya. Dia memanfaatkan kakek dan ayahku.Aku menggeleng tak paham dengan pemikiran ku sendiri. Apa aku harus menjadi baby sitter yang harus mengajarinya bagaimana bicara baik dan benar? Apa aku juga harus mengajarinya untuk berhenti berkedip genit pada semua orang? Apa aku juga harus merangkap jadi fashion designer pribadinya untuk menyortir mana busana pantas dan tidak pantas?Sama halnya dengan papa yang sudah tertipu tampang innocentnya. Yang selalu bilang bahwa dia dibesarkan dengan baik oleh ayahnya, dididik keras oleh ibunya, maka jangan ragu kalau dia akan jadi istri dan ibu yang baik untukmu dan anakmu. Bukankah dia mani

  • Invers Ceria, ya Cerai   45. Only Jojo

    Jojo kejang, matanya terbuka sesaat lalu menutup lagi, begitu beberapa kali hingga perawat yang ku teriaki datang. Perawat sebenarnya hanya menepi tak jauh dari kamar Jojo, kebiasaan yang dia lakukan ketika pihak keluarga menemani."Tolong kirimkan siapapun ke kediaman Jonathan Wirautama, pasien mengalami kejang." Ujarnya di telpon entah pada siapa.Aku membekap mulutku yang hendak berteriak menyebut nama lelakiku itu, tapi aku tak mau kelakuan ini justru membuat suasana makin panik. Perawat senior kepala empat itu menatap khawatir pada Jojo. Meskipun gerakannya tetap tenang tapi aku sempat melihat wanita itu menarik nafas dalam."Lebih baik anda menunggu di luar." Sarannya pada kami, matanya menyiratkan permohonan."Tidak" ucapku berbarengan dengan Renita. Ini pertama kali dialami Jojo. Aku ingat dokter pernah bilang, usahakan jangan sampai oksigen lepas darinya, itu bisa menyebabkan kejang yang artinya otak kekurangan pasokan oksigen. Apa arti

  • Invers Ceria, ya Cerai   44. Oedipus kompleks

    "Sayang, jangan lari-lari.""Mam, itu... Aku takut.""Apa yang kamu takutkan sayang?" Tanyaku padanya pria kecil yang memeluk kakiku. Dia menunjuk pada rombongan penari bertopeng yang baru saja melewati kami.(Pasti udah ada yang salah paham ???)"Erlang jangan ganggu Tante Cuwa, kemari sayang.""Biar saja Ren, mungkin dia kangen aku." Ku tarik Erlang dalam pelukan dengan berjongkok.Renita beruntung, meskipun hidupnya terkekang seperti prediksi ku. Tapi sepertinya dia berhasil menjalani pernikahan perjodohan dengan Fathian. Kini dia tengah hamil, sudah enam bulan usia kandungannya.Untuk informasi saja, mulut si Fathian masih tercemar bon cabe level 50. Tidak ada yang berubah selain statusnya yang menyandang suami dari Renita Sumanji. Dia masih menatapku tajam dan lapar. Abaikan saja kenyataan ini, aku tidak mau Renita tau. Pernah suatu kali dia membisikkan kalimat, siap menjadikanku yang utama jika Jojo meninggal. Dia gila kan?

  • Invers Ceria, ya Cerai   43. Aku Hamil

    "Ini bukan telpon penipuan kan Shof?" Ucapku tak yakin dengan kalimat ku sendiri. Aku tidak shock sampai gemetar atau jantungan. Aku juga tidak terperangkap dalam histeria kepedihan karena kabar ini. Aku hanya merasa ringan, terlalu ringan untuk disebut baik-baik saja."Wa, itu tadi Widi, asistennya Pak Jonathan, Wa." Ucap Shofi sungguh-sungguh, ketegangan menghiasi wajahnya yang manis."Penipuan kali Shof..." Tepis ku sekali lagi.Berusaha menghalau kebenaran kabar yang membuatku merasakan percampuran antara kecewa dan marah, tapi sedih disaat yang bersamaan.Aku akan mengerti kepentingan Jojo menemui Mitsuko, tidak mungkin Mitsuko akan melepas Jojo begitu saja dengan tuntutannya. Walau tetap saja, praduga menyakitkan membayang di depan mata. Ponselku kembali berdering nyaring, mengusik rentetan huruf demi huruf yang membentuk suatu ancaman dalam ingatanku.Pergi atau mati. Benar, pesan itu disampaikan lewat mimpiku. Entah ditujukan untuk siapa? Ata

  • Invers Ceria, ya Cerai   42. Tragedi

    "Swara Amaya, help me please..."Tangisan Mitsuko menyambutku. Serius, dia tau nomor pribadiku? dapat darimana coba? Nggak tahu malu banget, kayak enggak habis mau ngambil nyawaku aja. "Please listen to me... He showed me the pain I betrayed from these eyes. I can't take it anymore" Tolong dengarkan aku, dia memperlihatkan rasa sakitnya ku khianati dari mata ini. Aku tak tahan lagi. Ungkapnya cepat, ada nada ketakutan dan kesedihan yang akut dari suaranya yang bergetar. Aku bingung kenapa dia jadi curhat padaku? Ah kalau begini, haruskah ku buka jasa curhat berbayar. Dia yang dimaksud apa itu mendiang suaminya? "Jonathan must help me, I beg you."Jonathan harus membantuku, aku mohon padamu.Aku membuang nafas, sungguh drama sekali Tante girang ini. Apa dia lupa aku ini apanya Jonathan? Apa dia juga melupakan perlakuannya yang membuatku disatroni hantu t

  • Invers Ceria, ya Cerai   41. Dua ronde nambah seronde

    Sarapan yang sangat terlambat, sudah pukul sebelas saat kami sampai di restoran. Jojo hanya mengenakan kaos oblong santai, sementara aku sendiri menemukan selembar gaun rajut sederhana. Itu adalah satu-satunya yang bisa kami pakai dalam tas traveling yang disiapkan Shofi ketika kami di rumah sakit."Makanlah... Jangan marah lagi." Katanya dengan sangat lembut.Jangan harap akan ada situasi canggung yang akan melingkupi setelah apa yang kami lewati. Sepanjang waktu aku terus memasang wajah merengut padanya, setelah mengangguk setuju memberinya kesempatan denganku.Aku tidak marah, aku hanya sedang kesal padamu. Aku kesal kamu membuatku tak bisa mengelak hanya karena kamu bisa mendengar pikiran terdalamku.Roti dengan isian daging asap serta saos yang tercium lezat dari aromanya, tak mampu menggugah seleraku."Maafkan aku. Jangan kesal lagi kalau begitu, nanti malam orang Mikimoto datang. Pesanlah beberapa, kamu pasti suka."Aku mengerny

  • Invers Ceria, ya Cerai   40. Ceraikan aku

    "Sayang, kamu baik-baik saja?" Dia mengecup ujung bibirku hingga wajahnya bersilangan dengan wajahku. Setelah menyimpan diriku dalam bathtub, aku membawa mataku memejam. Tak ada aromaterapi, hanya persediaan sabun ala kadarnya yang memenuhi bilik ini. Memangnya apa yang bisa ku harapkan dari rumah baru yang dapur dan terasnya saja aku tidak tahu letaknya."Ada yang tidak nyaman di tubuhmu?" Tanyanya lagi dengan segala perhatian yang hanya padaku, entah nanti kalau dia sudah bosan.Aku mengangguk untuk menggeleng kemudian, wajah Jojo yang flat jadi mengerut, karena gestur ku mungkin membingungkan. Atau karena dia mendengar pikiranku."Aku ingin tidur..." Sahutku akhirnya."Istirahat di kamar saja, nanti kamu masuk angin, airnya sudah mendingin.""Mhm" mataku memejam lagi, rasanya berat dan lengket, aku butuh menghilangkan pegal-pegal di tubuhku. Pria ini bahkan bertanggung jawab pada rasa kebas yang membuat pusatku hampir mati rasa. Tidak, a

  • Invers Ceria, ya Cerai   39. Jojo mulai meng....

    "Maafkan aku, Wa." Katanya penuh penyesalan. Lalu dengan cepat menarik tanganku untuk dia kunci di atas kepala pada tembok tepat sebelah ranjang. Bibirnya melahap bibirku tanpa seni, mencium ku dengan brutal, seolah menegaskan aku ada di bawah kuasanya. Yang paling ku benci, satu tangannya yang lain meraih tali bathrobe di perutku, selanjutnya menstimulasi dada menimbulkan sensasi menggelitik yang asing. Dengan cepat dia menarik pembungkus tubuhku satu-satunya tersebut. Sedikit kasar dia menarik bathrobenya sendiri. Jangankan menghalau semua tindakannya, membantin saja aku tak sempat. Lalu....Aku berjengkit kaget luar biasa setelah dia mendorong ke ranjang. Satu tangannya menarik punggungku agar tak terpelanting. Matanya menatapku dalam, membawa menyelami gairah yang terkungkung antara dia dan aku. Dalam sekejap membawaku bergulung dalam pusaran yang belum pernah ku rasakan. Aku tak bisa lagi menolak medan magnetik yang terpercik darinya, yang kini menula

DMCA.com Protection Status