Aku termenung di balkon apartemen.
Gadung ini adalah salah satu proyek yang dimiliki Samsu Group milik kelurga Jonathan. Samsu adalah nama kakek buyut Jonathan, pengembang pertama bisnis keluarga itu. Semua aset yang berada di bawah naungan keluarga ini akan memiliki embel-embel Samsu. Bagaimana bisa aku menikah dengan anak sultan macam Jonathan Wirautama?
Huftt, aku menghembuskan nafas berat.
Ayahku adalah pengusaha kecil, kecil apabila dibandingkan dengan Samsu Group. Tapi sekecilnya perusahaan percetakan milik ayah, satu-satunya orangtua yang sayang padaku tersebut mampu membiayai ku sekolah di National University of Singapore jurusan teater dan seni peran. Setelah ku hitung ayah mengeluarkan hampir 250 jt per tahun untuk biaya kuliah ku di sana. (Bisa cek G****e, barangkali para pembaca yang Budiman ada yang berminat kuliah di NUS dengan jurusan ini. Hampir 200jt per tahun untuk biaya kuliah saja belum akomodasi pribadi).
Belum lagi kehidupan mewah ibu yang dulunya juga seorang aktris. Jadi kalau kalian tanya darimana bakat ku dan kecantikan yang ku peroleh, tentu saja jawabnya dari ibuku.
Suatu hari kakek Jonathan, menderita gagal jantung. Cerita klasik, seorang korban dan penolongnya, kalian pasti tahu akhirnya. Tapi hutang budi kakek Jonathan tak sampai membuat beliau menjanjikan perjodohan.
Ayahku yang baik hati itu, tak sengaja mendengar salah seorang karyawan membocorkan formula Samsu Group pada perusahaan saingan, padahal terhitung lima belas hari dari hari itu, produk tersebut akan diluncurkan. Selang waktu tiga hari saja dari jadwal peluncuran Samsu Group. Perusahaan saingan terlebih dahulu melakukan aksi dengan mengenalkan produk tersebut kepada pasar. Apa yang terjadi kemudian?
Pihak Samsu Group menggugat perusahaan saingan dengan ayah sebagai saksi. Pena perekam yang selalu ayah bawa adalah bukti penguatnya. Dan seperti yang kalian tebak, sekali lagi Kakek Jonathan berhutang Budi pada ayahku. Disinilah peran kakek Jonathan dalam perjodohan kami.
Setelah semua itu, hidup ayah tak lagi tenang. Teror demi teror diterimanya karena dianggap telah menjadi penyebab bangkrutnya perusahaan saingan kakek Jonathan. Plagiarisme merupakan isu mengerikan sehingga dalam hitungan bulan saja, perusahaan tersebut berhenti beroperasi karena tak ada lagi klien yang datang.
Bangkrutnya sebuah perusahaan tak hanya berimbas pada pemilik saja, ratusan bahkan bisa jadi ribuan karyawan terancam dirumahkan. Jadi mengingat rasa kemanusiaan, kakek Jonathan membeli perusahaan lawan yang telah bangkrut untuk akhirnya dikelola dalam bendera Samsu Group.
Dendam kesumat si pemilik dan beberapa orang berkepentingan yang merasa dirugikan tak hanya ditujukan pada keluarga kakek Jonathan, tapi pada ayahku juga.Apa yang terjadi selanjutnya? Ayahku meninggal akibat ditusuk dua kali oleh orang tak dikenal di perutnya. Aku jadi yatim, ibuku jadi janda. Aku kehilangan arah, ibuku menggila belahan jiwanya telah tiada. Tak ada lagi tulang punggung, tak ada lagi tempatku berkeluh kesah. Tertinggal ibuku yang sejak aku lahir membenciku, terus-terusan menyalahkan kehadiranku karena merusak masa depannya.
Hidupku sempurna sebagai putri kecil ayahku, tapi hidupku tersiksa sebagai anak tak diharapkan ibuku.
Kenapa begitu, Cuwa?
Aku adalah penyebab karier ibuku hancur. Penyebab kemurkaan orangtua ibuku yang marah bertahun-tahun, karena anaknya hamil di luar nikah.
Pemberitaan media yang selalu mengandung intrik, menghalalkan segala cara asal beritanya laku, rela menjatuhkan objek berita sampai tak punya nurani. Ibuku stres berat kala itu. Beberapa kali ibu mencoba menggugurkan anak ini yang pernah disebut haram oleh banyak orang bahkan oleh mulutnya sendiri. Cinta buta yang menyakitkan kata ibuku.
Banyak uang yang harus dikeluarkan ibu dan ayahku kala itu untuk membayar pinalti karena menyalahi kontrak. Ibuku tentu harus mangkir dari kontrak karena telah menikah dan hamil yang tentu tak bisa ditutupi terus. Sementara ayah yang justru bahagia karena memilikiku jelas melarang ide ibu untuk melenyapkan diriku sebelum lahir ke dunia. Jadi hingga umurku setua ini ibu akan terus mencerca diriku karena telah merusak karirnya yang setelah itu tak lagi bisa kembali. Ibu juga menggungatku karena akibat mengandung diriku, body-nya melar kemana-mana, padahal setahun setelahnya ibu kembali langsing karena berbagai perawatan. Ibu juga bilang, tidak pernah bisa lagi tidur nyenyak karena dihantui tangisanku setiap malam.
Ibu menderita syndrom baby blues karena banyak menerima tekanan dari semua pihak, dijauhi teman-temannya, termasuk orangtuanya sendiri. Intinya banyak ketidakpuasan yang ia alami, selalu dikaitkan dengan keberadaan ku. Itu menjadi kebiasaan hingga aku bertambah usia setiap tahun. Maka jangan kaget kalau hingga ayah meninggal aku tetap jadi anak tunggal. Ibuku tak lagi sanggup memiliki bayi lainnya lagi.
Kala itu aku duduk di awal semester empat saat ayah meninggal. Aku yang telah dipersunting keluarga Wirautama beberapa bulan sebelumnya, menjadi tanggung jawab kakek Jonathan termasuk biaya kuliahku yang tidak murah, kompensasi keluarga Wirautama untuk ibuku juga tidak sedikit. Ketika kakek Jonathan tutup usia tiga tahun setelahnya, hanya papa Jonathan yang baik padaku. Barata Wirautama mungkin jadi iba setelah tahu bagaimana ibuku memperlakukan aku. Beliau jadi satu-satunya yang menerimaku setelah kakek Jonathan berpulang di keluarga itu.
Karenanya hingga detik ini, aku tidak akan menjadi pihak yang menceraikan pria dingin itu. Aku telah menghabiskan lebih dari 1M uang mereka untuk biaya kuliahku ditambah kompensasi untuk ibuku. Jasa mereka mengantarkan ku menerima gelar dari jurusan Bachelor Art of Theatre Studies. Aku tidak berlebihan saat bilang aku berprestasi. Aku merangkak dari bawah, mulai dua tahun menjadi stuntman di Singapore dan Bangkok. Casting sana sini untuk peran kecil di tanah air hingga naik terus ke level aku di dapuk jadi juri di pergelaran film se-Asean, meski ku akui untuk yang itu adalah rekomendasi dari almamater.
Lalu bagian mana dari kedudukan ku yang berhak mengakhiri hubungan dengan keluarga Wirautama, tidak ada. Kecuali jika keputusan itu datang dari Jonathan sendiri.
Cerita sampingannya, ibu dan adik tiri Jonathan itu terlalu cemburu padaku. Sementara Jonathan sendiri sangat menghormati ibu tirinya layaknya ibu kandung. Wanita itu membesarkan Jonathan dengan baik dan tulus sejak berusia 10 tahun, sedangkan Renita berusia 4 tahun.
Kabar buruknya anak dari pernikahan pertamanya itu mencintai Jonathan bukan sebagai kakak, tapi sebagai pria. Kabar lebih buruk lagi, si Jonathan merasakan hal yang sama. Kalian pikir aku sok tahu? Tidak, di tahun ketiga usia pertunangan kami, aku melihat dengan mata kepalaku sendiri bagaimana cara mereka berdua saling tatap. Itu membuat mataku iritasi hebat, perutku mual dan diare berhari-hari. Aku tidak bohong saat mereka berdua saling mencecap bibir masing-masing di balik pilar halaman samping rumah mereka.
Salahkah aku jika menyebut pria itu selingkuh dariku? Tuh kan, aku eneg lagi kalau ingat itu.
"Cuwa, Renita ada disini"
Aku mengerang mendengar suara bass Jonathan dari balik tubuhku. Siluetnya memang sempurna, tapi, Oh... aku butuh ke toilet. Dorongan luar biasa terasa menekan keluar dari dalam perutku.
Akhir part 5Aku mengerang mendengar suara bass Jonathan dari balik tubuhku. Siluetnya memang sempurna, tapi, Oh... aku butuh ke toilet. Dorongan luar biasa terasa menekan keluar dari dalam perutku.***"Cuwa, kamu kenapa?" Jonathan mengikuti ku yang setengah berlari ke dalam toilet. Dengan tak sabar ku buka tutup toilet lalu mengeluarkan isi perutku, meski ternyata hanya liur pahit. Pria itu bersandar nyaman di pintu kamar mandi melihatku, aku menatapnya aneh. Ngapain dia disitu?Desakan dari dalam mengalihkan perhatianku darinya. Kembali otot-otot lambungku bereaksi. Suara berirama yang ku keluarkan nyatanya mampu menarik Jonathan mendekat hanya untuk memijat tengkukku.Aku menoleh padanya, menautkan alis, berpikir keras, ngapain orang ini bersikap baik padaku? Apa dia kerasukan jin penunggu lift?Tumben Jonathan jadi perhatian, positif
"Alergi mu sudah sembuh?" Aku membawa tubuhku dalam posisi miring untuk menghadap dirinya yang sedang duduk dengan tablet di pangkuan. Raut tenang tanpa rasa bersalah sedikitpun dia menjawab."Aku tidak punya alergi""Alergi berdekatan denganku" sahutku dengan mata memincing penuh godaan. Kalau ini orang lain, seperti sutradara dan produser mesum yang suka firtling itu. Ku tatap dengan cara demikian, bisa dipastikan mereka akan mengajakku check in di hotel bintang lima.Namun aku justru menemukan matanya sedikit beriak seperti air danau terkena hembusan angin. Kalau orang normal mungkin akan salah tingkah mendengar kalimat sarkastik seperti yang baru saja ku katakan.Lain kali jangan mencium sembarangan, donk. Aku tidak mau yang seperti ini terjadi lagi. Sumpah ciumanmu memicu asam lambung, dan itu menyiksa. Jonathan menatapku tak habis pikir. Biar bagaimanapun aku tersenyum bert
Aku masih sangat lemas, dokter bilang efek diet tidak sehat, meski ketika aku bercerita bahwa aku eneg dan selalu mual saat melihat wajah seseorang, si dokter hanya tertawa. Justru merekomendasikan psikolog atau bahkan psikiater RS ini agar aku membuat janji konsultasi. Karena kalau sampai begitu berarti masalah mual muntahku bukan karena diet tapi karena kelainan mental. Disini yang menurutku terindikasi gila itu Jojo kenapa jadi malah aku? Dokter juga tak mengijinkan aku keluar RS meskipun itu penting seperti ke Soeta bertemu mertua dan syuting 15-20 menit. Sampai bilang siap mengeluarkan surat kesehatan apabila ku butuhkan untuk membatalkan syuting. Pada akhirnya aku memang berhasil menurunkan berat badan hingga 2 kilo. Tapi kalau tau diet kali ini menyiksa aku tak akan lagi sanggup, sungguh cantik itu memang butuh pengorbanan. Jangan bilang cantik itu diturunkan dari gen. Cantik itu karena perjuangan
"Dia Iren, teman SMA ku" Jojo tak melepas gandengan tangan kami hingga memastikan aku duduk dengan benar. Pipiku jelas merona karena perlakuannya. Tapi kalian pasti tahu, di dalam hati aku terus mencibir kelakuan Jonathan."Hallo, aku Iren. Dan kamu lebih cantik aslinya dari pada di layar kaca" aku tahu setelan kerja mahal yang dikenakan wanita ini, berapa sih gaji psikolog, mentereng banget yang satu ini. Aku tak melewatkan setitik ekspresi kecewa di wajah wanita ini ketika tahu Jojo mengaitkan tangannya dengan tanganku. Bahkan pilihan meja sofa yang ditata berpasangan ini, sangat merugikan dia. Mungkin dia tak menyangka Jojo akan datang bersama ku. Sungguh wajah di depanku ini menghibur sekali."Halo juga, senang bertemu denganmu mbak, thankyou. Kamu juga cantik" aku menyambut jabat tangan formal Iren Audi, seolah aku tidak meremehkannya baru saja. Perempuan cantik i
"Wa mau makan malam apa?"Sebutan Wa dari bibirnya terasa asing di telinga. Jonathan yang dulunya antipati padaku tiba-tiba memanggilku dengan sebutan yang terlalu akrab. Jadi jangan salahkan aku kalau di hati terdalam ku menyimpan banyak sekali kecurigaan padanya.Tawaran Jojo ku jawab gumaman malas dari balik selimut dan guling. Cuaca malam Jakarta yang hujan terasa mendukung. Masih jam 7 malam, tapi rasanya mataku berat."Jangan tidur dulu, Wa""Aku lelah, Jo""Aku pesen restoran bawah biar cepet"Aku tak meresponnya lagi karena setelah aku kembali tersadar, aku tak melihat keberadaan Jojo di kamar. Justru aku mendengar suara yang ku pastikan itu adalah Renita yang sedang tertawa bahagia. Aku mengerjap, mengusap mata beberapa saat, memastikan apakah aku mimpi atau halusinasi."Bang Nath, bagaimana bisa itu tidak lucu. Lihatlah dia bisa berjalan dengan pose
Aku menghela nafas, memijit tengkuk yang terasa tegang karena padatnya aktivitas. Pemotretan dengan pihak Teta selesai menjelang petang. Beruntung beberapa model yang dipakai sudah profesional, Tama si macho tapi gay itu berkali-kali berteriak, bagus, good, kalian sempurna, oke, keren, siip. Tapi karena kondisiku yang baru sembuh mambuatku ingin segera bergelung dengan kasur.Dialog dengan female.fm apalagi, membuatku menahan agar lonjakan tensiku tidak sampai ke ujung kepala. Bayangkan pertanyaan mereka, sejak kapan aku lepas keperawanan. Terus gimana malam pertamanya, stamina suami apa kabar? Seminggu berapa kali bercinta, kuat berapa ronde semalam. Aje gile aku cuma tertawa macem orang gila baru gila.Aku yang tak mungkin menghindar, asal menjawab. Aku kuat 5 ronde tiap malam kecuali kalau periode ku datang. Dan hasilnya, akan kita lihat besok, apakah ada lagi hidung belang yang akan menawar ku 2M seperti waktu itu. Ah... Benar kata
Aku sedang tak mood menjadi istri baik, terus cemberut sepanjang perjalanan pulang dari acara Hanida Malik. Jojo yang jelas tau aku tak ingin diganggu hanya diam sambil sesekali melirik kecil padaku. "Ini pertama kalinya kamu terlihat tidak dalam mood baik di depanku" "Aku hanya sedang lelah, bia untukrkan aku merilekskan diri ya, nanti bangunkan aku saat sampai" Dengan lemah tapi malas ku katakan.Nyatanya meskipun aku tak lagi bisa menjaga raut wajahku tetap ramah, aku masih bertutur sopan, lembut, dan manja padanya seperti seharusnya istri soleha. Lalu tanpa sungkan aku mencabut beberapa jepit rambutku dan membiarkannya tergerai bebas. Melirik Jojo saat merapikan rambut, aku memutuskan untuk tersenyum genit padanya yang tengah menatapku dengan sudut bibir tertarik tipis. Tanpa sungkan ku kibaskan ke arahnya lalu menaikkan kaki dengan nyaman dan meletakkan kepalaku ke sandaran. Pundakku sungguh kaku dan pegal. Ya
Berbagai berita tentang aku dan Jojo sebagai pasangan tak mempan rumor dan gosip mencuat ke publik. Yakni foto-foto mesra ketika aku menghadiri acara resepsi Hanida dua malam lalu. Setelah ku katakan aku ada syuting tengah malam pada Jojo, aku menepi ke Senopati. Malam itu tidak ada syuting sama sekali. Aku hanya beralasan agar tak perlu bersama orang yang mencuri dengar semua yang ku pikirkan. Aku butuh kebebasan berpikir dan berpendapat, sesuai dengan hak dasar manusia. Jadi bisakah Jojo ku tuntut dengan pelanggaran pasal 28E UUD 45, karena telah menyalahi hak ku dalam kebebasan berpikir. Dua malam ini aku telah belajar mengatur siasat manipulasi pikiran saat bersama Jojo. Dari Catra aku tahu bahwa Jojo masih pulang ke apartemen kami meski tidak ada aku. Meski sedikit mengganjal Jojo sama sekali tak menghubungi. Anehnya ini pertama kali aku merasa begini, padahal sebelum ini Jojo memang tak pernah peduli aku pulang atau tidak.
Dibuang sayang.Terngiang telpon dari Tante girang, aku tersenyum antara miris dan sedih. Bukannya aku takut padanya, tapi jelas menghadapinya perlu menyusun strategi, mengingat ini Mitsuko. Jauh-jauh dari Jepang jelas dia tak mau pulang kampung dengan tangan hampa.Gini amat punya suami bajingan, susahnya menghempaskan masa lalu, tak semudah membuang remahan roti pada taplak meja. Ahh, aku menghela nafas lelah, rumah mungil pinggir pantai dan seorang anak yang memanggil mama, hidup tenang dan jauh dari hiruk pikuknya kehidupan. Aku ingin mewujudkan itu. Kalau gini abaikan perih, suruh Jojo rajin anu, biar cepet jadi anak. Jadi janda anak satu, kayaknya masih oke, sesuai slogan janda makin di depan.Jadi setelah ku ceritakan semua pada Phia, akhirnya dia datang. Hebatnya tanpa ku minta, dia membawa Mbah Menyan pula, dan itu membuatku puas. Phia emang selangkah lebih maju.Cinta mengalahkan logika emang bener ya? Tidak, bukannya cintaku pada Jo
Inikah yang kalian tunggu? Extrapartpart Cuwa yang bikin penasaran...Happy Reading ?Apa yang dipikirkan kakek ketika menjodohkan ku dengan gadis bar-bar tapi kemayu itu?Masih terlalu anak-anak, manja dan childish. Suka merengek setiap kali bicara, dan jelas merepotkan, apalagi dengan dalih ditinggal pergi sang ayah untuk selama-lamanya. Dia memanfaatkan kakek dan ayahku.Aku menggeleng tak paham dengan pemikiran ku sendiri. Apa aku harus menjadi baby sitter yang harus mengajarinya bagaimana bicara baik dan benar? Apa aku juga harus mengajarinya untuk berhenti berkedip genit pada semua orang? Apa aku juga harus merangkap jadi fashion designer pribadinya untuk menyortir mana busana pantas dan tidak pantas?Sama halnya dengan papa yang sudah tertipu tampang innocentnya. Yang selalu bilang bahwa dia dibesarkan dengan baik oleh ayahnya, dididik keras oleh ibunya, maka jangan ragu kalau dia akan jadi istri dan ibu yang baik untukmu dan anakmu. Bukankah dia mani
Jojo kejang, matanya terbuka sesaat lalu menutup lagi, begitu beberapa kali hingga perawat yang ku teriaki datang. Perawat sebenarnya hanya menepi tak jauh dari kamar Jojo, kebiasaan yang dia lakukan ketika pihak keluarga menemani."Tolong kirimkan siapapun ke kediaman Jonathan Wirautama, pasien mengalami kejang." Ujarnya di telpon entah pada siapa.Aku membekap mulutku yang hendak berteriak menyebut nama lelakiku itu, tapi aku tak mau kelakuan ini justru membuat suasana makin panik. Perawat senior kepala empat itu menatap khawatir pada Jojo. Meskipun gerakannya tetap tenang tapi aku sempat melihat wanita itu menarik nafas dalam."Lebih baik anda menunggu di luar." Sarannya pada kami, matanya menyiratkan permohonan."Tidak" ucapku berbarengan dengan Renita. Ini pertama kali dialami Jojo. Aku ingat dokter pernah bilang, usahakan jangan sampai oksigen lepas darinya, itu bisa menyebabkan kejang yang artinya otak kekurangan pasokan oksigen. Apa arti
"Sayang, jangan lari-lari.""Mam, itu... Aku takut.""Apa yang kamu takutkan sayang?" Tanyaku padanya pria kecil yang memeluk kakiku. Dia menunjuk pada rombongan penari bertopeng yang baru saja melewati kami.(Pasti udah ada yang salah paham ???)"Erlang jangan ganggu Tante Cuwa, kemari sayang.""Biar saja Ren, mungkin dia kangen aku." Ku tarik Erlang dalam pelukan dengan berjongkok.Renita beruntung, meskipun hidupnya terkekang seperti prediksi ku. Tapi sepertinya dia berhasil menjalani pernikahan perjodohan dengan Fathian. Kini dia tengah hamil, sudah enam bulan usia kandungannya.Untuk informasi saja, mulut si Fathian masih tercemar bon cabe level 50. Tidak ada yang berubah selain statusnya yang menyandang suami dari Renita Sumanji. Dia masih menatapku tajam dan lapar. Abaikan saja kenyataan ini, aku tidak mau Renita tau. Pernah suatu kali dia membisikkan kalimat, siap menjadikanku yang utama jika Jojo meninggal. Dia gila kan?
"Ini bukan telpon penipuan kan Shof?" Ucapku tak yakin dengan kalimat ku sendiri. Aku tidak shock sampai gemetar atau jantungan. Aku juga tidak terperangkap dalam histeria kepedihan karena kabar ini. Aku hanya merasa ringan, terlalu ringan untuk disebut baik-baik saja."Wa, itu tadi Widi, asistennya Pak Jonathan, Wa." Ucap Shofi sungguh-sungguh, ketegangan menghiasi wajahnya yang manis."Penipuan kali Shof..." Tepis ku sekali lagi.Berusaha menghalau kebenaran kabar yang membuatku merasakan percampuran antara kecewa dan marah, tapi sedih disaat yang bersamaan.Aku akan mengerti kepentingan Jojo menemui Mitsuko, tidak mungkin Mitsuko akan melepas Jojo begitu saja dengan tuntutannya. Walau tetap saja, praduga menyakitkan membayang di depan mata. Ponselku kembali berdering nyaring, mengusik rentetan huruf demi huruf yang membentuk suatu ancaman dalam ingatanku.Pergi atau mati. Benar, pesan itu disampaikan lewat mimpiku. Entah ditujukan untuk siapa? Ata
"Swara Amaya, help me please..."Tangisan Mitsuko menyambutku. Serius, dia tau nomor pribadiku? dapat darimana coba? Nggak tahu malu banget, kayak enggak habis mau ngambil nyawaku aja. "Please listen to me... He showed me the pain I betrayed from these eyes. I can't take it anymore" Tolong dengarkan aku, dia memperlihatkan rasa sakitnya ku khianati dari mata ini. Aku tak tahan lagi. Ungkapnya cepat, ada nada ketakutan dan kesedihan yang akut dari suaranya yang bergetar. Aku bingung kenapa dia jadi curhat padaku? Ah kalau begini, haruskah ku buka jasa curhat berbayar. Dia yang dimaksud apa itu mendiang suaminya? "Jonathan must help me, I beg you."Jonathan harus membantuku, aku mohon padamu.Aku membuang nafas, sungguh drama sekali Tante girang ini. Apa dia lupa aku ini apanya Jonathan? Apa dia juga melupakan perlakuannya yang membuatku disatroni hantu t
Sarapan yang sangat terlambat, sudah pukul sebelas saat kami sampai di restoran. Jojo hanya mengenakan kaos oblong santai, sementara aku sendiri menemukan selembar gaun rajut sederhana. Itu adalah satu-satunya yang bisa kami pakai dalam tas traveling yang disiapkan Shofi ketika kami di rumah sakit."Makanlah... Jangan marah lagi." Katanya dengan sangat lembut.Jangan harap akan ada situasi canggung yang akan melingkupi setelah apa yang kami lewati. Sepanjang waktu aku terus memasang wajah merengut padanya, setelah mengangguk setuju memberinya kesempatan denganku.Aku tidak marah, aku hanya sedang kesal padamu. Aku kesal kamu membuatku tak bisa mengelak hanya karena kamu bisa mendengar pikiran terdalamku.Roti dengan isian daging asap serta saos yang tercium lezat dari aromanya, tak mampu menggugah seleraku."Maafkan aku. Jangan kesal lagi kalau begitu, nanti malam orang Mikimoto datang. Pesanlah beberapa, kamu pasti suka."Aku mengerny
"Sayang, kamu baik-baik saja?" Dia mengecup ujung bibirku hingga wajahnya bersilangan dengan wajahku. Setelah menyimpan diriku dalam bathtub, aku membawa mataku memejam. Tak ada aromaterapi, hanya persediaan sabun ala kadarnya yang memenuhi bilik ini. Memangnya apa yang bisa ku harapkan dari rumah baru yang dapur dan terasnya saja aku tidak tahu letaknya."Ada yang tidak nyaman di tubuhmu?" Tanyanya lagi dengan segala perhatian yang hanya padaku, entah nanti kalau dia sudah bosan.Aku mengangguk untuk menggeleng kemudian, wajah Jojo yang flat jadi mengerut, karena gestur ku mungkin membingungkan. Atau karena dia mendengar pikiranku."Aku ingin tidur..." Sahutku akhirnya."Istirahat di kamar saja, nanti kamu masuk angin, airnya sudah mendingin.""Mhm" mataku memejam lagi, rasanya berat dan lengket, aku butuh menghilangkan pegal-pegal di tubuhku. Pria ini bahkan bertanggung jawab pada rasa kebas yang membuat pusatku hampir mati rasa. Tidak, a
"Maafkan aku, Wa." Katanya penuh penyesalan. Lalu dengan cepat menarik tanganku untuk dia kunci di atas kepala pada tembok tepat sebelah ranjang. Bibirnya melahap bibirku tanpa seni, mencium ku dengan brutal, seolah menegaskan aku ada di bawah kuasanya. Yang paling ku benci, satu tangannya yang lain meraih tali bathrobe di perutku, selanjutnya menstimulasi dada menimbulkan sensasi menggelitik yang asing. Dengan cepat dia menarik pembungkus tubuhku satu-satunya tersebut. Sedikit kasar dia menarik bathrobenya sendiri. Jangankan menghalau semua tindakannya, membantin saja aku tak sempat. Lalu....Aku berjengkit kaget luar biasa setelah dia mendorong ke ranjang. Satu tangannya menarik punggungku agar tak terpelanting. Matanya menatapku dalam, membawa menyelami gairah yang terkungkung antara dia dan aku. Dalam sekejap membawaku bergulung dalam pusaran yang belum pernah ku rasakan. Aku tak bisa lagi menolak medan magnetik yang terpercik darinya, yang kini menula