Share

4. Secret Smile

Author: Ithanajla
last update Last Updated: 2021-06-12 21:52:37

Seminggu ini hidupku kembali tentram dan sejahtera. Tentram tanpa si Jonathan kancut itu, yang kembali menghilang tak ada kabar. Sejahtera karena limit credit card yang dia berikan ternyata sangat memanjakan nafsu belanjaku yang sedang liar. Aku tidak peduli nanti malam atau bahkan sebentar lagi dia akan marah sampai jin Qorin dalam dirinya ikut ngamuk. Salahnya sendiri, setahun hanya memberiku lima puluh juta. Buat perawatan wajah saja tidak cukup, dikiranya menikahi aku sama dengan menikahi kaktus dalam pot yang cuma disiram air penuh cinta seminggu sekali bisa tumbuh subur. Ishhh...!

+628*** is calling...

Aku tersenyum, bisa dipastikan siapa yang menelpon. Jadi aku berdehem untuk menetralkan suaraku, memasang suara manis penuh rayu.

Belum ku sapa dia sudah berseru rendah.

"Swara Amaya!"

Aduh kenapa musti menyebut nama panjangku, jantungku kan berdebar hebat jadinya. Takutnya getarannya turun ke rahim kan susah, yang halal membuahi kagak doyan.

"Jojo, ini kamu?"

Pasti di seberang sana dia sangat tidak sabar.

"Kamu sembelit ya? Suaramu kenapa?" Aku memperdengarkan nada khawatir yang berlebihan.

"Cuwa..." Dia mendesis seperti terinjak sapi, aku bisa membayangkan wajahnya yang merah dengan alis menukik tajam dan mata galak yang melotot. Tangannya pasti sedang memijit tengkuk atau ujung matanya. Aku tertawa dalam hati, kalau kamu tak menceraikanku sesegera mungkin, bersiap-siap saja akan ku buat stroke di usia muda.

"Aku masih belanja, Jo," suara bernada manja ku lantunkan.

"Kamu dimana, aku jemput!"

"Di Thamrin,"

Tuutt.....

Aku terbahak air mataku sampai merembes keluar sangking sakitnya perutku karena desakan tawa yang luar biasa. Shofi asistenku, dan Phia managerku yang setia menemani berbelanja sampai heran dan mencolek-colek pundakku agar aku berhenti bertingkah gila. Pasti semua pengunjung gerai ini sedang memperhatikanku dengan rasa ingin tahu.

Bahuku terguncang, "please beri waktu aku sebentar."

Aku melanjutkan tawaku yang tak bisa ku bendung. Ya ampun, Jonathan si bodoh itu begitu saja sudah marah. Limit kartu kreditnya masih tinggal 25 juta. Sayang kalau tidak dihabiskan. Sebentar lagi dia pasti akan mengucapkan cerai. Kebebasan, tunggu aku sebentar lagi, pria muda dan segar sabar dulu ya...!

Di usia 36 tahun si Jonathan bisa apa sih, selain memberiku uang 50 juta dan kartu kredit limit 450 juta. Duh emang berapa penghasilannya, takut banget uangnya ku belanjakan habis. Dia tidak tahu apa ya, kalau di dalam rejeki suami itu ada rejeki istri. Kalau dia tahu pengeluaran pribadiku selama sebulan apa nggak mati berdiri dia sih. aku mencebik, menghinanya adalah hobiku setahun terakhir meski bisanya ku lakukan dalam hati.

Sembari menunggu suami tercintaku menjemput, ayo gesek sekali lagi. Kalau nanti sampai kartu itu zonk, buang aja. Biar sekalian deh repotnya si Jonathan itu.

Aku meraih beberapa tas belanja dari tangan Shofi. Mencari gaun santai yang cantik tapi seksi dan sesuai dengan cuaca panas Jakarta. Menimbulkan kernyitan heran di dahi gadis 26 tahun itu.

"Apa yang kamu lakukan?" Katanya bingung melihatku mencari gaun floral cantik 32jt yang tadi ku beli. Aku juga akan menuju counter Chanel untuk memoles wajahku agar tak kelihatan kusam setelah dua jam jalan-jalan di mall ini.

"Jonathan akan menjemputku, biarkan aku tampil cantik dan merampas hatinya kali ini" aku menjawab sambil lalu. Karena tanganku telah menjatuhkan pilihan pada sepasang high heels musim semi yang menawan. Bisa dipastikan bakal menambah kesan liarku karena membuat kaki lebih kelihatan jenjang. Begini doang hampir 50 jt, belum tas sama polesan muka, ah dasar si Jonathan emang pelit. Kalau dia tidak bisa memenuhi nafkah lahir batinku, buat apa sih dia bertahan dalam pernikahan konyol ini. Tidak tahu ya, modal jadi artis itu gede.

"Mimpi apa si pangeran gunung es sampai menjemputmu?" Phia manager 4 tahunku membelalak setelah melihat aku yang tidak main-main.

"Sudah empat tahun aku mendengarmu mengucapkan kalimat yang sama." Sahut Shofi asistenku, tatapannya mengandung ejekan, kemudian dia melanjutkan.

"Tapi dia tidak juga jatuh padamu."

Sayangnya dia benar, oh sakitnya hatiku. "Selama itu juga kami bersama, tapi seperti terpisahkan dua benua."

Aku menghela nafas sedih karena kebenaran kalimatku tersebut, tapi senyumku tetap terpatri, aku mengingat kala pria dingin itu mengucap janji suci didepan wali.

"Anehnya dia tak pernah ingin benar-benar berpisah denganku, bahkan meskipun surat cerai sudah di depan matanya." Lanjutku sendu.

Ini benar-benar apa yang ku rasa di palung hatiku, setiap kali aku berusaha membuatnya mengucap kata talak, selalu saja gagal. Semua hanya berakhir dia semakin membenciku.

"Kamu memang bodoh, kenapa kamu tak menggugat dulu, cinta membuatmu bodoh."

Ujar Phia, mereka berdua ini sebenarnya adalah teman masa putih abu-abuku. Phia bisa menjadi managerku karena dia lebih beruntung memiliki kemampuan itu, keluarganya juga banyak yang berkecimpung di industri hiburan. Jadi tidak heran kalau Phia memiliki banyak koneksi untuk mengembangkan karirku. Sementara Shofi, dia bukan kawan akrabku sih sebenarnya. Tapi tahun itu, aku menolongnya dari hutang sehingga dia bersumpah setia akan melayaniku sebagai asisten kepercayaan.

"Kalau aku cinta kenapa aku harus minta cerai, dodol!" Balasku tak terima.

"Itu karena kamu tak mau terluka semakin dalam." Mata Phia menyipit padaku kala mengatakan argumennya.

"Jangan bermulut besar! Sudah ayo ke Chanel, Jojo pasti sudah dekat." Aku tak mau orang lain membaca hatiku. Biar saja aku yang tau.

"Kalau dia marah padamu bagaimana?" Shofi menggunakan intonasi yang sarat kekhawatiran, kenapa dia musti khawatir. Bukankah sudah biasa ya Jojo marah padaku.

"Aku akan menyumpal mulutnya dengan ATM platinumku yang lain. Ditambah ATM kurus miliknya."

"Seperti kamu bisa." Kata shophia nama gabungan yang ku buat untuk mereka berdua.

Setelah dua puluh menit, aku memandang pantulan ku di cermin. Hanya mempertegas alis dan mengganti warna lipstick dan eyeshadow sudah membuatku puas. Cantik begini ditolak orang yang sama selama delapan tahun. Betapa buruk nasibku, ya tuhan. Senyum puas terukir di bibir, aku siap menyambut Jojo. 

+628***** is calling....

Pucuk dicinta ulam pun tiba, baru saja ku pikirkan, si dia sudah tak tahan memendam rindu padaku. Aku terkekeh dalam hati karena kalimatku sendiri. Ayo kita lihat apakah si pelit nafkah ini akan muntah hanya karena uang segitu.

"Jojo," ku sapa dia selemah lembut yang aku bisa.

"Keluar." Perintahnya datar, dia memang membosankan. Setiap kali dengan Jonathan tidak bisa aku tak mengumpat, dia memang selalu berhasil membuatku jengkel hanya dengan sepatah kata dari mulutnya.

"Jemput aku Jo, kalau aku keluar sendiri bisa dipastikan aku akan sangat terlambat menemuimu."

Suara tak berdaya mengalun lancar dari bibir bergincu merahku. Maksudnya adalah aku akan kewalahan menghadapi beberapa orang yang sering sekali minta tanda tangan atau foto ketika bertemu.

"Di mana?" Apa saat pelajaran bahasa Indonesia dia terlalu meresapi ciri-ciri kalimat poster yang singkat, padat, dan jelas itu ya? Aku bertanya-tanya pada diriku sendiri.

"Counter Chanel lt.1."

"Mhm" sahutnya singkat sebelum dengan tidak sopannya dia menutup panggilan sepihak.

Ku kantongi ponselku sembari berpikir, apalagi ya, yang bisa membuatnya kesal. Bagaimana kalau rumor prostitusi online, dia pasti akan menceraikan ku seketika. Aku mengangguk-anggukan kepala setuju dengan ide brilian itu.

"Perhatikan anak-anakku dengan baik ya, jangan sampai ada satupun yang kalian anak tirikan" ingatku pada dua orang ini. Mereka sangat paham bagaimana aku memperlakukan barang-barang mahal itu. Aku duduk dengan tenang di sofa yang disediakan. Shofi dan Phia menatapku ingin tahu, mereka mulai khawatir dengan apa yang aku dapat dari berharap pada Jonathan.

Tak lama berselang, Jojo terlihat memasuki counter ini dan berjalan ke arahku. Rambut cepaknya memberi kesan tegas yang tak terbantahkan. Jas semi formal seperti itu memanjakan mata kaum hawa meski penampilannya agak kusut.

Terimakasih semesta memberiku suami tampan, tapi tolong cabut biang es dalam dirinya biar aku tak lelah hayati setiap kali menghadapinya.

"Ayo," dia berhenti lima langkah di depanku, memperhatikan wajahku sekilas lalu berbalik dan berjalan ke arah pintu keluar. Tidak ada ekspresi lainnya yang bisa ku lihat, apakah dia senang, marah, bahagia. Ah membosankan sekali dia ini.

Aku mencibir, selain pelit dia juga tidak gentle. Lelaki terhormat seharusnya memperlakukan wanita dengan terhormat pula. Jadi ayo lihat, sampai di mana saraf pekanya.

Aku masih duduk tenang dengan kaki terlipat anggun. Menatapnya dengan kilat jail, menyebabkan asisten dan managerku geleng-geleng kepala.

Setelah Jonathan menyadari aku masih tak bergerak, dengan wajah tertekuk dia kembali menghampiri lku dengan tatapan tidak suka.

"Cuwa, ayo."

"Jo, aku capek, kakiku keram." Manjaku padanya yang memasang raut muram.

"Apa perlu ku bawakan kursi roda?" Sindirnya.

Jahat banget sih, mentang-mentang duitnya baru saja ku habiskan. Uang segitu beli underwear ku saja paling dapat tiga biji, dasar pelit.

Diriku mengabaikan mukanya yang aneh saat menatapku.

Bukannya memang begitu ya akhir-akhir ini, dia suka menatapku diam-diam. Jatuh cinta tahu rasa.

Jonathan membuang mukanya segera setelah balas ku pandang dengan binar cinta yang ku buat-buat.

"Jo..."

Aku merengek, lalu mengangsurkan tanganku agar dia sambut. Jonathan melirik semua orang yang memelototinya di tempat ini, karena tak kunjung menerima uluran ku. Maka dengan berat hati dia menuju tempatku dan meraih jemariku.

"Terimakasih, suami," kataku riang. bukannya membalas senyumku dia justru menggenggam tanganku dengan kekuatan kuda liar. Menimbulkan rasa sakit dan pasti akan memerah sebentar lagi, tidak tahu ya kulitku itu sensitif, biaya sekali perawatan 150 juta. Duit semua itu. Sekali menafkahiku saja sudah berani kasar begini, ku tuntut pasal KDRT tau rasa.

Seolah tahu apa yang ku pikirkan, dia mengendurkan pegangannya.

"Sudah puas belanjanya?" tanyanya dengan sarkasme yang kental.

Belum, aku belum puas mengerjaimu, aku akan terus merusuh dan mengacau denganmu sampai kamu menceraikanku dengan surat resmi.

"Maaf Jo, ku gunakan kartu pemberianmu," ku pasang wajah penuh penyesalan, Jonathan mengangkat sebelas alisnya.

"Kemaren aku bertemu Renita adik tersayangmu," adik tiri tak tau diri yang sok polos dan suci yang ingin memonopoli dirimu sendiri, rubah ekor sembilan itu selalu menjelek-jelekkan aku di depanmu, membuatmu semakin membenciku.

"Cuwa, aku nonton film terakhirmu. Apa kakakku tak memberimu uang, kenapa baju murahan kau pakai dalam film sebagus itu, sungguh membuat keluargaku malu." Aku meniru gaya bicara Renita dengan jijik.

Aku tidak bohong soal ini, Renita si lili putih itu memang menghinaku begitu, andai dia tahu, kakak tersayangnya memang memalukan. Cih.

Aku terus berjalan mengikuti langkah Jonathan yang panjang-panjang. Tak sempat mengintip apakah ada perubahan emosi di wajahnya meskipun setipis tisu toilet.

"Jadi ku jawab, kakakmu bekerja keras untuk keluarga, bagaimana bisa aku berfoya-foya menghabiskan jerih payahnya, aku hanya ingin dia segera pulang dan kembali berkumpul denganku seperti seharusnya. Apakah aku salah Jo, berkata begitu pada adik kita."

Adikmu saja, bukan adikku. Aku tak memiliki adik rubah yang di luar seperti kapas di dalam seperti kapuk mati, lecek semua.

"Jadi kali ini, jangan salahkan aku kalau aku sedikit memanfaatkan uang nafkah mu, aku tak ingin kamu malu memiliki istri yang memiliki celah untuk dihina seenaknya. Soal makan kamu tak perlu khawatir, aku bisa membuatmu kenyang dengan cinta. Seperti kata anak muda, tai kucing rasa coklat."

Aku terbahak dalam hati, Cuwa omong kosong mu sungguh menggelitik, aku eneg sendiri ya Tuhan.

Lagi-lagi aku melewatkan apakah warna wajah Jonathan berubah, tapi dia hanya menambah tekanan hingga membuatku berhenti. Ini sakit, tentang kulitku yang sensitif itu bukan bualan. Minggu depan jadwalku syuting produk perawatan kulit. Tidak lucu kalau ada sedikit saja lebam di pergelangan tanganku.

"Jo, kamu menyakitiku," aku menepis gandengannya, tega sekali dia. Sekalipun dia akan membela adiknya, tapi jangan keterlaluan sampai bermain fisik begini.

Air mata menggenang di sudut mataku, ah make up mahalku.

Kulirik kerumunan ibu-ibu di loby mall ini. Ayo membuat skandal lagi, kali ini denganmu, Jojo sayang.

"Aku tau kamu menyayangi adikmu, tapi aku istrimu, Jo!" Ku tambah volume suaraku yang pasti akan di dengar oleh mereka pencinta gosip, dan sebentar lagi kamera-kamera jahat yang bisa bikin cantik seketika itu akan menyala. Hahaa.

"Selama ini aku sudah mengalah, adikmu memonopoli dirimu untuk dirinya sendiri. Bahkan dengan perlakuanmu yang selalu memihaknya, aku masih selalu mencintaimu."

Jonathan memicingkan satu matanya.

Kasak-kusuk mulai terdengar, aku bersiap menumpahkan air mata dengan cara paling menyedihkan, namun paling cantik yang bisa ku lakukan.

Aku ahlinya bermain peran. Lihat saja si Jojo bajingan ini, dia akan semakin marah, lalu memaki-maki ku dengan isi kebun binatang. Kemudian dia akan bilang, Ayo cerai cuwa, kali ini ku pastikan aku menandatanganinya.

Namun, sebelum mata dan kamera-kamera itu memuaskan rasa ingin tahunya, Jojo mencium bibirku dengan cara yang paling profesional yang pernah ku lakukan dengan aktor-aktor itu. Aku menarik kepalaku mundur, tapi dia menahan tengkukku dan mencium bibirku makin dalam.

Bajingan ini apa yang dilakukannya? Kamera ibu-ibu netijen menyala, dan sial kenapa jadi begini.

"Ini hukumanmu, Cuwa." Katanya, lalu menarik jemariku lembut seperti pasangan mesra pada umumnya. Dia berjalan santai dengan aku yang sedikit terseret, wooa, apa dia sedang tersenyum.

Aku mengerjap barangkali aku salah liat.

Benar kan, bibirnya hanya berbentuk garis lurus. Mana mungkin dia tersenyum, aku pasti hanya berhalusinasi. Bajingan brengsek, jangan begini, kalau aku jatuh cinta padamu lagi bagaimana?

Related chapters

  • Invers Ceria, ya Cerai   5. Beginning of the Story

    Aku termenung di balkon apartemen.Gadung ini adalah salah satu proyek yang dimiliki Samsu Group milik kelurga Jonathan. Samsu adalah nama kakek buyut Jonathan, pengembang pertama bisnis keluarga itu. Semua aset yang berada di bawah naungan keluarga ini akan memiliki embel-embel Samsu. Bagaimana bisa aku menikah dengan anak sultan macam Jonathan Wirautama?Huftt, aku menghembuskan nafas berat.Ayahku adalah pengusaha kecil, kecil apabila dibandingkan dengan Samsu Group. Tapi sekecilnya perusahaan percetakan milik ayah, satu-satunya orangtua yang sayang padaku tersebut mampu membiayai ku sekolah di National University of Singapore jurusan teater dan seni peran. Setelah ku hitung ayah mengeluarkan hampir 250 jt per tahun untuk biaya kuliah ku di sana. (Bisa cek Google, barangkali para pembaca yang Budiman ada yang berminat kuliah di NUS dengan jurusan ini. Hampir 200jt per tahun untuk biaya kuliah saja belum akomodasi pr

    Last Updated : 2021-07-08
  • Invers Ceria, ya Cerai   6. Attention

    Akhir part 5Aku mengerang mendengar suara bass Jonathan dari balik tubuhku. Siluetnya memang sempurna, tapi, Oh... aku butuh ke toilet. Dorongan luar biasa terasa menekan keluar dari dalam perutku.***"Cuwa, kamu kenapa?" Jonathan mengikuti ku yang setengah berlari ke dalam toilet. Dengan tak sabar ku buka tutup toilet lalu mengeluarkan isi perutku, meski ternyata hanya liur pahit. Pria itu bersandar nyaman di pintu kamar mandi melihatku, aku menatapnya aneh. Ngapain dia disitu?Desakan dari dalam mengalihkan perhatianku darinya. Kembali otot-otot lambungku bereaksi. Suara berirama yang ku keluarkan nyatanya mampu menarik Jonathan mendekat hanya untuk memijat tengkukku.Aku menoleh padanya, menautkan alis, berpikir keras, ngapain orang ini bersikap baik padaku? Apa dia kerasukan jin penunggu lift?Tumben Jonathan jadi perhatian, positif

    Last Updated : 2021-07-09
  • Invers Ceria, ya Cerai   7. Karbol rasa hutan Cemara

    "Alergi mu sudah sembuh?" Aku membawa tubuhku dalam posisi miring untuk menghadap dirinya yang sedang duduk dengan tablet di pangkuan. Raut tenang tanpa rasa bersalah sedikitpun dia menjawab."Aku tidak punya alergi""Alergi berdekatan denganku" sahutku dengan mata memincing penuh godaan. Kalau ini orang lain, seperti sutradara dan produser mesum yang suka firtling itu. Ku tatap dengan cara demikian, bisa dipastikan mereka akan mengajakku check in di hotel bintang lima.Namun aku justru menemukan matanya sedikit beriak seperti air danau terkena hembusan angin. Kalau orang normal mungkin akan salah tingkah mendengar kalimat sarkastik seperti yang baru saja ku katakan.Lain kali jangan mencium sembarangan, donk. Aku tidak mau yang seperti ini terjadi lagi. Sumpah ciumanmu memicu asam lambung, dan itu menyiksa. Jonathan menatapku tak habis pikir. Biar bagaimanapun aku tersenyum bert

    Last Updated : 2021-07-09
  • Invers Ceria, ya Cerai   8. Don't Thinking

    Aku masih sangat lemas, dokter bilang efek diet tidak sehat, meski ketika aku bercerita bahwa aku eneg dan selalu mual saat melihat wajah seseorang, si dokter hanya tertawa. Justru merekomendasikan psikolog atau bahkan psikiater RS ini agar aku membuat janji konsultasi. Karena kalau sampai begitu berarti masalah mual muntahku bukan karena diet tapi karena kelainan mental. Disini yang menurutku terindikasi gila itu Jojo kenapa jadi malah aku? Dokter juga tak mengijinkan aku keluar RS meskipun itu penting seperti ke Soeta bertemu mertua dan syuting 15-20 menit. Sampai bilang siap mengeluarkan surat kesehatan apabila ku butuhkan untuk membatalkan syuting. Pada akhirnya aku memang berhasil menurunkan berat badan hingga 2 kilo. Tapi kalau tau diet kali ini menyiksa aku tak akan lagi sanggup, sungguh cantik itu memang butuh pengorbanan. Jangan bilang cantik itu diturunkan dari gen. Cantik itu karena perjuangan

    Last Updated : 2021-07-10
  • Invers Ceria, ya Cerai   9. Make your dreams come true

    "Dia Iren, teman SMA ku" Jojo tak melepas gandengan tangan kami hingga memastikan aku duduk dengan benar. Pipiku jelas merona karena perlakuannya. Tapi kalian pasti tahu, di dalam hati aku terus mencibir kelakuan Jonathan."Hallo, aku Iren. Dan kamu lebih cantik aslinya dari pada di layar kaca" aku tahu setelan kerja mahal yang dikenakan wanita ini, berapa sih gaji psikolog, mentereng banget yang satu ini. Aku tak melewatkan setitik ekspresi kecewa di wajah wanita ini ketika tahu Jojo mengaitkan tangannya dengan tanganku. Bahkan pilihan meja sofa yang ditata berpasangan ini, sangat merugikan dia. Mungkin dia tak menyangka Jojo akan datang bersama ku. Sungguh wajah di depanku ini menghibur sekali."Halo juga, senang bertemu denganmu mbak, thankyou. Kamu juga cantik" aku menyambut jabat tangan formal Iren Audi, seolah aku tidak meremehkannya baru saja. Perempuan cantik i

    Last Updated : 2021-07-10
  • Invers Ceria, ya Cerai   10. Acting memang melelahkan

    "Wa mau makan malam apa?"Sebutan Wa dari bibirnya terasa asing di telinga. Jonathan yang dulunya antipati padaku tiba-tiba memanggilku dengan sebutan yang terlalu akrab. Jadi jangan salahkan aku kalau di hati terdalam ku menyimpan banyak sekali kecurigaan padanya.Tawaran Jojo ku jawab gumaman malas dari balik selimut dan guling. Cuaca malam Jakarta yang hujan terasa mendukung. Masih jam 7 malam, tapi rasanya mataku berat."Jangan tidur dulu, Wa""Aku lelah, Jo""Aku pesen restoran bawah biar cepet"Aku tak meresponnya lagi karena setelah aku kembali tersadar, aku tak melihat keberadaan Jojo di kamar. Justru aku mendengar suara yang ku pastikan itu adalah Renita yang sedang tertawa bahagia. Aku mengerjap, mengusap mata beberapa saat, memastikan apakah aku mimpi atau halusinasi."Bang Nath, bagaimana bisa itu tidak lucu. Lihatlah dia bisa berjalan dengan pose

    Last Updated : 2021-07-10
  • Invers Ceria, ya Cerai   11. 5 ronde

    Aku menghela nafas, memijit tengkuk yang terasa tegang karena padatnya aktivitas. Pemotretan dengan pihak Teta selesai menjelang petang. Beruntung beberapa model yang dipakai sudah profesional, Tama si macho tapi gay itu berkali-kali berteriak, bagus, good, kalian sempurna, oke, keren, siip. Tapi karena kondisiku yang baru sembuh mambuatku ingin segera bergelung dengan kasur.Dialog dengan female.fm apalagi, membuatku menahan agar lonjakan tensiku tidak sampai ke ujung kepala. Bayangkan pertanyaan mereka, sejak kapan aku lepas keperawanan. Terus gimana malam pertamanya, stamina suami apa kabar? Seminggu berapa kali bercinta, kuat berapa ronde semalam. Aje gile aku cuma tertawa macem orang gila baru gila.Aku yang tak mungkin menghindar, asal menjawab. Aku kuat 5 ronde tiap malam kecuali kalau periode ku datang. Dan hasilnya, akan kita lihat besok, apakah ada lagi hidung belang yang akan menawar ku 2M seperti waktu itu. Ah... Benar kata

    Last Updated : 2021-07-10
  • Invers Ceria, ya Cerai   12. Sakit tapi tak berdarah

    Aku sedang tak mood menjadi istri baik, terus cemberut sepanjang perjalanan pulang dari acara Hanida Malik. Jojo yang jelas tau aku tak ingin diganggu hanya diam sambil sesekali melirik kecil padaku. "Ini pertama kalinya kamu terlihat tidak dalam mood baik di depanku" "Aku hanya sedang lelah, bia untukrkan aku merilekskan diri ya, nanti bangunkan aku saat sampai" Dengan lemah tapi malas ku katakan.Nyatanya meskipun aku tak lagi bisa menjaga raut wajahku tetap ramah, aku masih bertutur sopan, lembut, dan manja padanya seperti seharusnya istri soleha. Lalu tanpa sungkan aku mencabut beberapa jepit rambutku dan membiarkannya tergerai bebas. Melirik Jojo saat merapikan rambut, aku memutuskan untuk tersenyum genit padanya yang tengah menatapku dengan sudut bibir tertarik tipis. Tanpa sungkan ku kibaskan ke arahnya lalu menaikkan kaki dengan nyaman dan meletakkan kepalaku ke sandaran. Pundakku sungguh kaku dan pegal. Ya

    Last Updated : 2021-07-10

Latest chapter

  • Invers Ceria, ya Cerai   47. Dibuang sayang

    Dibuang sayang.Terngiang telpon dari Tante girang, aku tersenyum antara miris dan sedih. Bukannya aku takut padanya, tapi jelas menghadapinya perlu menyusun strategi, mengingat ini Mitsuko. Jauh-jauh dari Jepang jelas dia tak mau pulang kampung dengan tangan hampa.Gini amat punya suami bajingan, susahnya menghempaskan masa lalu, tak semudah membuang remahan roti pada taplak meja. Ahh, aku menghela nafas lelah, rumah mungil pinggir pantai dan seorang anak yang memanggil mama, hidup tenang dan jauh dari hiruk pikuknya kehidupan. Aku ingin mewujudkan itu. Kalau gini abaikan perih, suruh Jojo rajin anu, biar cepet jadi anak. Jadi janda anak satu, kayaknya masih oke, sesuai slogan janda makin di depan.Jadi setelah ku ceritakan semua pada Phia, akhirnya dia datang. Hebatnya tanpa ku minta, dia membawa Mbah Menyan pula, dan itu membuatku puas. Phia emang selangkah lebih maju.Cinta mengalahkan logika emang bener ya? Tidak, bukannya cintaku pada Jo

  • Invers Ceria, ya Cerai   46. Ekstrapart

    Inikah yang kalian tunggu? Extrapartpart Cuwa yang bikin penasaran...Happy Reading ?Apa yang dipikirkan kakek ketika menjodohkan ku dengan gadis bar-bar tapi kemayu itu?Masih terlalu anak-anak, manja dan childish. Suka merengek setiap kali bicara, dan jelas merepotkan, apalagi dengan dalih ditinggal pergi sang ayah untuk selama-lamanya. Dia memanfaatkan kakek dan ayahku.Aku menggeleng tak paham dengan pemikiran ku sendiri. Apa aku harus menjadi baby sitter yang harus mengajarinya bagaimana bicara baik dan benar? Apa aku juga harus mengajarinya untuk berhenti berkedip genit pada semua orang? Apa aku juga harus merangkap jadi fashion designer pribadinya untuk menyortir mana busana pantas dan tidak pantas?Sama halnya dengan papa yang sudah tertipu tampang innocentnya. Yang selalu bilang bahwa dia dibesarkan dengan baik oleh ayahnya, dididik keras oleh ibunya, maka jangan ragu kalau dia akan jadi istri dan ibu yang baik untukmu dan anakmu. Bukankah dia mani

  • Invers Ceria, ya Cerai   45. Only Jojo

    Jojo kejang, matanya terbuka sesaat lalu menutup lagi, begitu beberapa kali hingga perawat yang ku teriaki datang. Perawat sebenarnya hanya menepi tak jauh dari kamar Jojo, kebiasaan yang dia lakukan ketika pihak keluarga menemani."Tolong kirimkan siapapun ke kediaman Jonathan Wirautama, pasien mengalami kejang." Ujarnya di telpon entah pada siapa.Aku membekap mulutku yang hendak berteriak menyebut nama lelakiku itu, tapi aku tak mau kelakuan ini justru membuat suasana makin panik. Perawat senior kepala empat itu menatap khawatir pada Jojo. Meskipun gerakannya tetap tenang tapi aku sempat melihat wanita itu menarik nafas dalam."Lebih baik anda menunggu di luar." Sarannya pada kami, matanya menyiratkan permohonan."Tidak" ucapku berbarengan dengan Renita. Ini pertama kali dialami Jojo. Aku ingat dokter pernah bilang, usahakan jangan sampai oksigen lepas darinya, itu bisa menyebabkan kejang yang artinya otak kekurangan pasokan oksigen. Apa arti

  • Invers Ceria, ya Cerai   44. Oedipus kompleks

    "Sayang, jangan lari-lari.""Mam, itu... Aku takut.""Apa yang kamu takutkan sayang?" Tanyaku padanya pria kecil yang memeluk kakiku. Dia menunjuk pada rombongan penari bertopeng yang baru saja melewati kami.(Pasti udah ada yang salah paham ???)"Erlang jangan ganggu Tante Cuwa, kemari sayang.""Biar saja Ren, mungkin dia kangen aku." Ku tarik Erlang dalam pelukan dengan berjongkok.Renita beruntung, meskipun hidupnya terkekang seperti prediksi ku. Tapi sepertinya dia berhasil menjalani pernikahan perjodohan dengan Fathian. Kini dia tengah hamil, sudah enam bulan usia kandungannya.Untuk informasi saja, mulut si Fathian masih tercemar bon cabe level 50. Tidak ada yang berubah selain statusnya yang menyandang suami dari Renita Sumanji. Dia masih menatapku tajam dan lapar. Abaikan saja kenyataan ini, aku tidak mau Renita tau. Pernah suatu kali dia membisikkan kalimat, siap menjadikanku yang utama jika Jojo meninggal. Dia gila kan?

  • Invers Ceria, ya Cerai   43. Aku Hamil

    "Ini bukan telpon penipuan kan Shof?" Ucapku tak yakin dengan kalimat ku sendiri. Aku tidak shock sampai gemetar atau jantungan. Aku juga tidak terperangkap dalam histeria kepedihan karena kabar ini. Aku hanya merasa ringan, terlalu ringan untuk disebut baik-baik saja."Wa, itu tadi Widi, asistennya Pak Jonathan, Wa." Ucap Shofi sungguh-sungguh, ketegangan menghiasi wajahnya yang manis."Penipuan kali Shof..." Tepis ku sekali lagi.Berusaha menghalau kebenaran kabar yang membuatku merasakan percampuran antara kecewa dan marah, tapi sedih disaat yang bersamaan.Aku akan mengerti kepentingan Jojo menemui Mitsuko, tidak mungkin Mitsuko akan melepas Jojo begitu saja dengan tuntutannya. Walau tetap saja, praduga menyakitkan membayang di depan mata. Ponselku kembali berdering nyaring, mengusik rentetan huruf demi huruf yang membentuk suatu ancaman dalam ingatanku.Pergi atau mati. Benar, pesan itu disampaikan lewat mimpiku. Entah ditujukan untuk siapa? Ata

  • Invers Ceria, ya Cerai   42. Tragedi

    "Swara Amaya, help me please..."Tangisan Mitsuko menyambutku. Serius, dia tau nomor pribadiku? dapat darimana coba? Nggak tahu malu banget, kayak enggak habis mau ngambil nyawaku aja. "Please listen to me... He showed me the pain I betrayed from these eyes. I can't take it anymore" Tolong dengarkan aku, dia memperlihatkan rasa sakitnya ku khianati dari mata ini. Aku tak tahan lagi. Ungkapnya cepat, ada nada ketakutan dan kesedihan yang akut dari suaranya yang bergetar. Aku bingung kenapa dia jadi curhat padaku? Ah kalau begini, haruskah ku buka jasa curhat berbayar. Dia yang dimaksud apa itu mendiang suaminya? "Jonathan must help me, I beg you."Jonathan harus membantuku, aku mohon padamu.Aku membuang nafas, sungguh drama sekali Tante girang ini. Apa dia lupa aku ini apanya Jonathan? Apa dia juga melupakan perlakuannya yang membuatku disatroni hantu t

  • Invers Ceria, ya Cerai   41. Dua ronde nambah seronde

    Sarapan yang sangat terlambat, sudah pukul sebelas saat kami sampai di restoran. Jojo hanya mengenakan kaos oblong santai, sementara aku sendiri menemukan selembar gaun rajut sederhana. Itu adalah satu-satunya yang bisa kami pakai dalam tas traveling yang disiapkan Shofi ketika kami di rumah sakit."Makanlah... Jangan marah lagi." Katanya dengan sangat lembut.Jangan harap akan ada situasi canggung yang akan melingkupi setelah apa yang kami lewati. Sepanjang waktu aku terus memasang wajah merengut padanya, setelah mengangguk setuju memberinya kesempatan denganku.Aku tidak marah, aku hanya sedang kesal padamu. Aku kesal kamu membuatku tak bisa mengelak hanya karena kamu bisa mendengar pikiran terdalamku.Roti dengan isian daging asap serta saos yang tercium lezat dari aromanya, tak mampu menggugah seleraku."Maafkan aku. Jangan kesal lagi kalau begitu, nanti malam orang Mikimoto datang. Pesanlah beberapa, kamu pasti suka."Aku mengerny

  • Invers Ceria, ya Cerai   40. Ceraikan aku

    "Sayang, kamu baik-baik saja?" Dia mengecup ujung bibirku hingga wajahnya bersilangan dengan wajahku. Setelah menyimpan diriku dalam bathtub, aku membawa mataku memejam. Tak ada aromaterapi, hanya persediaan sabun ala kadarnya yang memenuhi bilik ini. Memangnya apa yang bisa ku harapkan dari rumah baru yang dapur dan terasnya saja aku tidak tahu letaknya."Ada yang tidak nyaman di tubuhmu?" Tanyanya lagi dengan segala perhatian yang hanya padaku, entah nanti kalau dia sudah bosan.Aku mengangguk untuk menggeleng kemudian, wajah Jojo yang flat jadi mengerut, karena gestur ku mungkin membingungkan. Atau karena dia mendengar pikiranku."Aku ingin tidur..." Sahutku akhirnya."Istirahat di kamar saja, nanti kamu masuk angin, airnya sudah mendingin.""Mhm" mataku memejam lagi, rasanya berat dan lengket, aku butuh menghilangkan pegal-pegal di tubuhku. Pria ini bahkan bertanggung jawab pada rasa kebas yang membuat pusatku hampir mati rasa. Tidak, a

  • Invers Ceria, ya Cerai   39. Jojo mulai meng....

    "Maafkan aku, Wa." Katanya penuh penyesalan. Lalu dengan cepat menarik tanganku untuk dia kunci di atas kepala pada tembok tepat sebelah ranjang. Bibirnya melahap bibirku tanpa seni, mencium ku dengan brutal, seolah menegaskan aku ada di bawah kuasanya. Yang paling ku benci, satu tangannya yang lain meraih tali bathrobe di perutku, selanjutnya menstimulasi dada menimbulkan sensasi menggelitik yang asing. Dengan cepat dia menarik pembungkus tubuhku satu-satunya tersebut. Sedikit kasar dia menarik bathrobenya sendiri. Jangankan menghalau semua tindakannya, membantin saja aku tak sempat. Lalu....Aku berjengkit kaget luar biasa setelah dia mendorong ke ranjang. Satu tangannya menarik punggungku agar tak terpelanting. Matanya menatapku dalam, membawa menyelami gairah yang terkungkung antara dia dan aku. Dalam sekejap membawaku bergulung dalam pusaran yang belum pernah ku rasakan. Aku tak bisa lagi menolak medan magnetik yang terpercik darinya, yang kini menula

DMCA.com Protection Status