Home / Romansa / Invers Ceria, ya Cerai / 3. The Debit Card

Share

3. The Debit Card

Author: Ithanajla
last update Last Updated: 2021-06-12 21:15:26

Mataku memiliki cekungan lebar yang kusam dan segera akan menghitam. Menjerang air lalu menyeduh kopi pahit, air hitam pekat itu semoga menghilangkan kantuk yang tak tertahan. Ampasnya untuk kompres mata pandaku pasti lumayan ampuh. Hari ini aku tidak punya waktu untuk melakukan perawatan di salon langganan, jadwalku penuh sampe sore nanti. Aku menguap untuk yang kesekian kali sampai mataku berair, ngantuknya hoam...

Mungkin malaikat terheran-heran, jin dan iblis ikut mengernyitkan dahi. Jonathan Wirautama berbagi ranjang denganku. Semalam itu adalah malam keduaku bersamanya, setelah setahun lalu di malam pertama, hal yang sama terjadi.

Setelah melempar tatapan aku tidak sudi menyentuhmu, dia tidur dalam damai di sebelahku. Sangking damainya hampir aku membuat nisan di atas kepalanya dengan kutipan Rhyme in Peace. Sementara aku cuma bisa berkedip-kedip mirip boneka Susan sambil menggerutu bahwa kehadirannya sangat mengganggu. Aku sampai takut bergerak karena takut menggeser selimut bagiannya, jadi sepanjang malam aku hanya terlentang saja sampai seluruh ototku mau putus sangking kakunya.

"Jojo, kamu sudah bangun? Mau minum apa, biar ku buatkan," air comberan mau?

Jonathan hanya menatapku datar, dia sudah rapi dengan setelan jas yang telah lama dia tinggalkan di apartemen ini.

Dulu, biasanya Jonathan hanya akan menjadikan apartemen ini sebagai tempat singgah, karena memang lebih dekat ke kantor pusat milik keluarganya. Entah dia bermalam di mana, yang jelas pagi-pagi sekali pria itu akan datang hanya untuk numpang mandi dan berganti baju. Meninggalkan baju kotornya begitu saja untuk ku cuci, itu termasuk boxer dan kancutnya juga loh. Mengingat itu aku menatap ke arah di mana kancut segitiganya terpasang pas di tubuhnya.

Kurang ajar nggak sih dia? Jadi ingat kesialanku karena kancut itu, aku mendapat omelan ibu mertua. Manusia tidak sopan lah karena melaundry underwear suaminya. Istri pemalas lah, isinya doyan bungkusnya nggak mau, dan bla bla bla. Setelah itu aku terpaksa mencuci kancutnya sendiri. Padahal seluruh jagad alam raya tahu, aku belum tahu wujud isinya kancut si Jonathan.

"Kopi." Sahut pria itu dengan muka merah. Dia kenapa sih, lama tak bertemu jadi aneh banget. 

Aku tersenyum mengangguk, bersyukur karena akhirnya dia memperlakukan aku seperti seharusnya istri. Tapi dalam hati aku masih tidak puas, bagaimana wajahnya yang terlihat segar dan fresh, tidurnya pasti nyenyak sekali semalam. Sementara aku harus tersiksa sendiri dengan tubuh kaku seperti menekin.

Kalau aku kenal Jesicca, aku ingin tanya dia beli sianida di mana, terus seberapa campurannya, biar baunya tidak terlalu pekat dan bisa langsung memberikan efek menghentikan pernafasan. 

"Swara Amaya..."

Dadaku bergemuruh, ada apa dengan pria itu hingga memanggil namaku dengan lengkap seperti seorang sipir mengabsen penghuni lapas. Intonasinya rendah tapi di telingaku terdengar mendayu, tatapannya ganas. Ketika mataku mengerling padanya, dia kemudian memijit sudut matanya. 

"Ke~kenapa Jo?" Ada apa dengan mata itu, setelah lama tak bertemu dia jadi suka sekali memperhatikan wajahku.

"Berapa lama kita tidak bertemu?" Matanya menatap dalam tapi dingin.

"Ehm, tiga bulan ya?" Aku tidak yakin, itu sudah lama sekali. 

"Selama itu kau pikir aku kemana?"

Mana aku tahu dodol! Aku tidak pernah mendapat kabar darimu, aku juga tidak ingin tau sih, apa peduliku. 

"Maafkan aku Jojo, seharusnya aku menghubungimu mencari tahu, tapi aku lupa tak menyimpan nomer pribadimu. Itu karena terlalu lama kamu tidak bisa dihubungi, ku pikir kamu lupa memberitahu nomor barumu." 

Aku menghapusnya enam bulan lalu, berkali-kali aku menelponmu tapi kamu terus-menerus mengabaikanku. Sungguh, Jonathan aku tidak peduli kamu kemana. Huh, ada apa dengan pertanyaanmu, ada apa denganmu tiga hari ini? Kapan kamu membuatku jadi wanita single happy sih. Bajingan tengik bau karbol ini!

Menghela nafas lelah, aku menunduk sedih, nada suaraku tentu menyalahkannya soal itu. Seharusnya sebagai suami yang baik dan bertanggung jawab, dia punya inisiatif menghubungi terlebih dulu. Atau sesekali dia menghubungiku apakah aku sudah makan, apakah uang belanjaku cukup? Apakah adik dan ibunya masih membuliku. Aku capek Jo, kapan kamu menceraikanku dan kamu bebas menikahi adik angkatmu yang mirip putri kodok itu.

Wajah Jonathan menggelap, dia seperti menghidu aromanya sendiri. Tapi gesturnya halus sampai aku yakin aku berhalusinasi melihatnya begitu. "Apa yang kau lakukan selama ini tanpa kehadiranku?" 

Kamu pikun ya, selama aku berubah status jadi istrimu, kau itu sudah mirip bang Toyib. Bahkan semua orang di lingkaranku memanggilku janda to be soon karena kealpaanmu selama ini. Aku dirawat di RS selama sepuluh hari karena kecelakaan di lokasi syuting 6 bulan lalu, mana pernah kamu tahu. Tidak taukah selain membuang waktuku bertahun-tahun ini kamu juga tak berguna sama sekali. Untuk makan saja aku harus mengandalkan tanganku sendiri. Aku berdecak, sebelum kembali mengumpat. Bang Toyib bajingan!

Alis pria itu mengkerut, dia berdehem dalam beberapa kali, seolah ada duri tersangkut di tenggorokannya.

Ku tarik bibirku ke sudut-sudut sebelum.menjawabnya. "Aku bekerja keras siang dan malam Jojo, demi agar aku bisa membahagiakanmu."

Memasang wajah baik hati nan tulus seperti Dewi Kwan Im, aku berusaha jadi istri baik yang ikhlas membantu suaminya bekerja demi agar dapur tetap mengebul. 

"Kalau uangku banyak, kamu tidak perlu lagi susah payah bekerja demi diriku sampai tak pulang-pulang seperti selama ini. Kamu juga tidak perlu malu karena tak mampu memberiku uang belanja, kamu hadir disini itu sudah cukup kok." 

Aku ingin tertawa mendengar nada tak berdaya dari bibirku. Abaikan wajah Jonathan yang berganti menjadi merah hijau. Dia berkacak pinggang, kemudian melonggarkan dasinya, salah tingkah. Dia tidak tercekik kan, hingga seperti orang kehabisan oksigen begitu. 

"Tidak bisakah kau berhenti mempertontonkan tubuhmu di depan banyak orang?"

Dia menatap tubuhku sekilas lalu kembali ke wajahku, yang hanya mengenakan piyama pendek tanpa lengan. Di bawah ketiak, bra-ku masih akan terlihat karena modelnya memang begitu. Ku rasakan kilat di mataku bersama dengan bibir ini yang tersenyum licik. Sedangkan bibirnya mengatup tanpa mood.

"Suamiku, kamu cemburu ya, kenapa kamu jadi posesif begini sih?" Aku bergerak merapat ke tubuhnya seperti perempuan jablay. Mengalungkan tanganku pada lengannya mirip perempuan kegatelan. Senyum jalang juga ku pertontonkan.

Jonathan memejamkan mata, aku menangkap gestur gugup dari dirinya. Dalam hati cekikikan, masak sih dia tidak tergoda sama sekali denganku. Kalau semalam dia tak sempat melihatku mengenakan gaun seksi, sekarang dia bebas memanjakan matanya, atau itunya sudah tumpul dan berkarat karena kelamaan dianggurin, hingga tak mampu menangkap sinyal-sinyal bergelora penuh godaan dari tubuhku. 

"Semalam kamu tidur lebih awal, aku bahkan belum menunjukkan piyama imut ini. Ini hadiah dari CEO Newback karena peluncuran produk barunya yang aku iklankan berhasil bulan lalu."

"CEO Newback?"

Ulangnya dengan wajah sedatar dada waria gang senggol. Jonathan menatap ekspresiku dengan alis sedikit naik. Mungkin dia teringat dengan skandal bulan lalu di mana namaku kembali viral karena dikabarkan jadi simpanan tua bangka itu. 

Setiap kali melihatku si tua itu akan terus mencari kesempatan untuk memepet seperti aksi angkot rebutan penumpang. Tapi aku menyukai piyama sutra ini, halus dan nyaman di kulit. Tidak menyukai orangnya bukan berarti tidak menyukai produk bagusnya.

Aku masih wanita paling realistis di industri hiburan dibandingkan wanita-wanita lain. Aku sangat menyukai uang, tapi masih ogah diajakin 'ngamar' para sutradara, produser, maupun sponsor. Di dunia hiburan hal seperti itu sangat biasa. Makin sering kau memeluk paha orang berduit makin banyak tawaran pekerjaan yang masuk padamu, dan semakin melejit pula karirmu. 

Aku juga melakukan skandal yang sama meskipun itu semua cuma sebatas skandal tak terbukti. Seperti yang ku katakan di awal, aku menebar berbagai rumor itu karena ingin diceraikan. Aku sudah tak tahan selalu jadi mantu tak dihargai dan istri tak diharapkan. Sangking mengenaskannya rumah tanggaku macam sinetron, aku sampai hafal lagunya Rossa, ku menangis...

Ngomong-ngomong soal pekerjaan, tentu saja aku bersih. Aku mendapatkan berbagai peran karena rajin casting. Aku juga tidak terlalu pilih-pilih baik protagonis maupun antagonis, selama itu mengasah kemampuanku dan utamanya menghasilkan rupiah, akan ku ambil. Tidak jarang aku terlibat persaingan dengan artis lain yang sama-sama mengincar sebuah peran. Tidak jarang juga pertengkaran demi pertengkaran ku lakukan, lumayan kan sebagai bahan skandal. Selain itu semakin sering kamu menang dari lawanmu semakin banyak orang yang akan berpikir dua kali untuk menjatuhkanmu. Tapi latar belakangku tidak bisa mereka anggap remeh, jadi mereka akan berpikir dua kali untuk tidak membuat masalah denganku. 

"Jangan sembarangan mengambil pekerjaan mulai dari sekarang, berhenti berulah." Selorohnya. 

Aku mengendik tak peduli pada peringatannya. Kalau kamu memberiku uang belanja yang digitnya berlimpah akan ku pertimbangkan. 

Tanpa ku duga tanpa ku kira, dia mengeluarkan dompetnya dan mengambil kartu kredit berlogo bank Asia yang ada di Indonesia.

"Gunakan sesukamu," ujarnya singkat. 

Belum sempat menerka berapa limitnya, belum juga pulih aku dari keheranan tentang tumben dia memberiku nafkah, aku masih dikejutkan dengan tindakan Jonathan selanjutnya. 

Dia menyesap kopiku dengan cara yang membuatku ikut haus. Aku seolah bisa melihat air kopi melewati mulutnya menuju pangkal tenggorokan, lalu jakunnya yang bergerak dramatis menambah kesan seksi, astaga... Aku mengerjap, itu tadi apa?

Aku shock, tampangku sekarang pasti sudah mirip kuda nil sangking lebarnya aku menganga. Dia meminum kopi dari gelas yang sama denganku? Aku tersipu, apa itu bisa di sebut ciuman? Ah pemikiran abege norak, kenapa aku jadi ikut berotak norak ya, akibat hal kecil begitu.

Karena terlalu banyak melamun, jadi lupa kalau bang toyib-ku minta dibuatkan kopi. 

"Pahit" katanya tanpa mimik berarti. Tanganku masih bergelandot manja. Lupa sepenuhnya kalau sebelumnya dia alergi padaku. 

"Memang, aku diet!"

Cantik seksi begini kamu tak bisa melihatku, apalagi kalau aku gendut. 

"Ngapain?" Katanya, tidak ada riak sama sekali pada nadanya. Intonasinya juga biasa-biasa saja. 

"Biar body langsingku terjaga lah. apalagi" aku cemberut, dasar.

"Kamu gendut" katanya sebelum menyesap kopi pahit itu lagi. 

Sontak aku melepas tangannya, mengukur lingkar perutku dengan kedua lenganku sendiri. Mataku meneliti diriku dari atas ke bawah. Aku berpikir, masa sih kaloriku bertambah drastis sampai kelihatan gendut. Jadi aku spontan berbalik memunggunginya, lalu mengambil timbangan digital di bawah meja makan. Harus menungging karena kemarin aku meletakkannya menggunakan kaki. Hasilnya butuh kekuatan ektra untuk meraih timbangan itu. 

Suara batuk Jonathan membuatku sadar posisiku yang pasti terlihat aneh. Rok di atas lutut kalau ku buat nungging pasti bakal memperlihatkan isi bokongku kan? Aku cekikikan lagi dalam hati, meski bibirku harus menahan agar tidak tersenyum lebar. 

"Jangan liat aku, Jo!" Aku berpura-pura murka, menempatkan diriku sebagai korban matanya yang cabul. 

"Jaga etiketmu, Cuwa!" Dia menggeram rendah, yang ku balas dengan tawa dari bawah meja.

Related chapters

  • Invers Ceria, ya Cerai   4. Secret Smile

    Seminggu ini hidupku kembali tentram dan sejahtera. Tentram tanpa si Jonathan kancut itu, yang kembali menghilang tak ada kabar. Sejahtera karena limit credit card yang dia berikan ternyata sangat memanjakan nafsu belanjaku yang sedang liar. Aku tidak peduli nanti malam atau bahkan sebentar lagi dia akan marah sampai jin Qorin dalam dirinya ikut ngamuk. Salahnya sendiri, setahun hanya memberiku lima puluh juta. Buat perawatan wajah saja tidak cukup, dikiranya menikahi aku sama dengan menikahi kaktus dalam pot yang cuma disiram air penuh cinta seminggu sekali bisa tumbuh subur. Ishhh...! +628*** is calling... Aku tersenyum, bisa dipastikan siapa yang menelpon. Jadi aku berdehem untuk menetralkan suaraku, memasang suara manis penuh rayu. Belum ku sapa dia sudah berseru rendah. "Swara Amaya!" Aduh kenapa musti menyebut nama panjangku, jantungku kan berdebar hebat jadinya. Takutnya getara

    Last Updated : 2021-06-12
  • Invers Ceria, ya Cerai   5. Beginning of the Story

    Aku termenung di balkon apartemen.Gadung ini adalah salah satu proyek yang dimiliki Samsu Group milik kelurga Jonathan. Samsu adalah nama kakek buyut Jonathan, pengembang pertama bisnis keluarga itu. Semua aset yang berada di bawah naungan keluarga ini akan memiliki embel-embel Samsu. Bagaimana bisa aku menikah dengan anak sultan macam Jonathan Wirautama?Huftt, aku menghembuskan nafas berat.Ayahku adalah pengusaha kecil, kecil apabila dibandingkan dengan Samsu Group. Tapi sekecilnya perusahaan percetakan milik ayah, satu-satunya orangtua yang sayang padaku tersebut mampu membiayai ku sekolah di National University of Singapore jurusan teater dan seni peran. Setelah ku hitung ayah mengeluarkan hampir 250 jt per tahun untuk biaya kuliah ku di sana. (Bisa cek Google, barangkali para pembaca yang Budiman ada yang berminat kuliah di NUS dengan jurusan ini. Hampir 200jt per tahun untuk biaya kuliah saja belum akomodasi pr

    Last Updated : 2021-07-08
  • Invers Ceria, ya Cerai   6. Attention

    Akhir part 5Aku mengerang mendengar suara bass Jonathan dari balik tubuhku. Siluetnya memang sempurna, tapi, Oh... aku butuh ke toilet. Dorongan luar biasa terasa menekan keluar dari dalam perutku.***"Cuwa, kamu kenapa?" Jonathan mengikuti ku yang setengah berlari ke dalam toilet. Dengan tak sabar ku buka tutup toilet lalu mengeluarkan isi perutku, meski ternyata hanya liur pahit. Pria itu bersandar nyaman di pintu kamar mandi melihatku, aku menatapnya aneh. Ngapain dia disitu?Desakan dari dalam mengalihkan perhatianku darinya. Kembali otot-otot lambungku bereaksi. Suara berirama yang ku keluarkan nyatanya mampu menarik Jonathan mendekat hanya untuk memijat tengkukku.Aku menoleh padanya, menautkan alis, berpikir keras, ngapain orang ini bersikap baik padaku? Apa dia kerasukan jin penunggu lift?Tumben Jonathan jadi perhatian, positif

    Last Updated : 2021-07-09
  • Invers Ceria, ya Cerai   7. Karbol rasa hutan Cemara

    "Alergi mu sudah sembuh?" Aku membawa tubuhku dalam posisi miring untuk menghadap dirinya yang sedang duduk dengan tablet di pangkuan. Raut tenang tanpa rasa bersalah sedikitpun dia menjawab."Aku tidak punya alergi""Alergi berdekatan denganku" sahutku dengan mata memincing penuh godaan. Kalau ini orang lain, seperti sutradara dan produser mesum yang suka firtling itu. Ku tatap dengan cara demikian, bisa dipastikan mereka akan mengajakku check in di hotel bintang lima.Namun aku justru menemukan matanya sedikit beriak seperti air danau terkena hembusan angin. Kalau orang normal mungkin akan salah tingkah mendengar kalimat sarkastik seperti yang baru saja ku katakan.Lain kali jangan mencium sembarangan, donk. Aku tidak mau yang seperti ini terjadi lagi. Sumpah ciumanmu memicu asam lambung, dan itu menyiksa. Jonathan menatapku tak habis pikir. Biar bagaimanapun aku tersenyum bert

    Last Updated : 2021-07-09
  • Invers Ceria, ya Cerai   8. Don't Thinking

    Aku masih sangat lemas, dokter bilang efek diet tidak sehat, meski ketika aku bercerita bahwa aku eneg dan selalu mual saat melihat wajah seseorang, si dokter hanya tertawa. Justru merekomendasikan psikolog atau bahkan psikiater RS ini agar aku membuat janji konsultasi. Karena kalau sampai begitu berarti masalah mual muntahku bukan karena diet tapi karena kelainan mental. Disini yang menurutku terindikasi gila itu Jojo kenapa jadi malah aku? Dokter juga tak mengijinkan aku keluar RS meskipun itu penting seperti ke Soeta bertemu mertua dan syuting 15-20 menit. Sampai bilang siap mengeluarkan surat kesehatan apabila ku butuhkan untuk membatalkan syuting. Pada akhirnya aku memang berhasil menurunkan berat badan hingga 2 kilo. Tapi kalau tau diet kali ini menyiksa aku tak akan lagi sanggup, sungguh cantik itu memang butuh pengorbanan. Jangan bilang cantik itu diturunkan dari gen. Cantik itu karena perjuangan

    Last Updated : 2021-07-10
  • Invers Ceria, ya Cerai   9. Make your dreams come true

    "Dia Iren, teman SMA ku" Jojo tak melepas gandengan tangan kami hingga memastikan aku duduk dengan benar. Pipiku jelas merona karena perlakuannya. Tapi kalian pasti tahu, di dalam hati aku terus mencibir kelakuan Jonathan."Hallo, aku Iren. Dan kamu lebih cantik aslinya dari pada di layar kaca" aku tahu setelan kerja mahal yang dikenakan wanita ini, berapa sih gaji psikolog, mentereng banget yang satu ini. Aku tak melewatkan setitik ekspresi kecewa di wajah wanita ini ketika tahu Jojo mengaitkan tangannya dengan tanganku. Bahkan pilihan meja sofa yang ditata berpasangan ini, sangat merugikan dia. Mungkin dia tak menyangka Jojo akan datang bersama ku. Sungguh wajah di depanku ini menghibur sekali."Halo juga, senang bertemu denganmu mbak, thankyou. Kamu juga cantik" aku menyambut jabat tangan formal Iren Audi, seolah aku tidak meremehkannya baru saja. Perempuan cantik i

    Last Updated : 2021-07-10
  • Invers Ceria, ya Cerai   10. Acting memang melelahkan

    "Wa mau makan malam apa?"Sebutan Wa dari bibirnya terasa asing di telinga. Jonathan yang dulunya antipati padaku tiba-tiba memanggilku dengan sebutan yang terlalu akrab. Jadi jangan salahkan aku kalau di hati terdalam ku menyimpan banyak sekali kecurigaan padanya.Tawaran Jojo ku jawab gumaman malas dari balik selimut dan guling. Cuaca malam Jakarta yang hujan terasa mendukung. Masih jam 7 malam, tapi rasanya mataku berat."Jangan tidur dulu, Wa""Aku lelah, Jo""Aku pesen restoran bawah biar cepet"Aku tak meresponnya lagi karena setelah aku kembali tersadar, aku tak melihat keberadaan Jojo di kamar. Justru aku mendengar suara yang ku pastikan itu adalah Renita yang sedang tertawa bahagia. Aku mengerjap, mengusap mata beberapa saat, memastikan apakah aku mimpi atau halusinasi."Bang Nath, bagaimana bisa itu tidak lucu. Lihatlah dia bisa berjalan dengan pose

    Last Updated : 2021-07-10
  • Invers Ceria, ya Cerai   11. 5 ronde

    Aku menghela nafas, memijit tengkuk yang terasa tegang karena padatnya aktivitas. Pemotretan dengan pihak Teta selesai menjelang petang. Beruntung beberapa model yang dipakai sudah profesional, Tama si macho tapi gay itu berkali-kali berteriak, bagus, good, kalian sempurna, oke, keren, siip. Tapi karena kondisiku yang baru sembuh mambuatku ingin segera bergelung dengan kasur.Dialog dengan female.fm apalagi, membuatku menahan agar lonjakan tensiku tidak sampai ke ujung kepala. Bayangkan pertanyaan mereka, sejak kapan aku lepas keperawanan. Terus gimana malam pertamanya, stamina suami apa kabar? Seminggu berapa kali bercinta, kuat berapa ronde semalam. Aje gile aku cuma tertawa macem orang gila baru gila.Aku yang tak mungkin menghindar, asal menjawab. Aku kuat 5 ronde tiap malam kecuali kalau periode ku datang. Dan hasilnya, akan kita lihat besok, apakah ada lagi hidung belang yang akan menawar ku 2M seperti waktu itu. Ah... Benar kata

    Last Updated : 2021-07-10

Latest chapter

  • Invers Ceria, ya Cerai   47. Dibuang sayang

    Dibuang sayang.Terngiang telpon dari Tante girang, aku tersenyum antara miris dan sedih. Bukannya aku takut padanya, tapi jelas menghadapinya perlu menyusun strategi, mengingat ini Mitsuko. Jauh-jauh dari Jepang jelas dia tak mau pulang kampung dengan tangan hampa.Gini amat punya suami bajingan, susahnya menghempaskan masa lalu, tak semudah membuang remahan roti pada taplak meja. Ahh, aku menghela nafas lelah, rumah mungil pinggir pantai dan seorang anak yang memanggil mama, hidup tenang dan jauh dari hiruk pikuknya kehidupan. Aku ingin mewujudkan itu. Kalau gini abaikan perih, suruh Jojo rajin anu, biar cepet jadi anak. Jadi janda anak satu, kayaknya masih oke, sesuai slogan janda makin di depan.Jadi setelah ku ceritakan semua pada Phia, akhirnya dia datang. Hebatnya tanpa ku minta, dia membawa Mbah Menyan pula, dan itu membuatku puas. Phia emang selangkah lebih maju.Cinta mengalahkan logika emang bener ya? Tidak, bukannya cintaku pada Jo

  • Invers Ceria, ya Cerai   46. Ekstrapart

    Inikah yang kalian tunggu? Extrapartpart Cuwa yang bikin penasaran...Happy Reading ?Apa yang dipikirkan kakek ketika menjodohkan ku dengan gadis bar-bar tapi kemayu itu?Masih terlalu anak-anak, manja dan childish. Suka merengek setiap kali bicara, dan jelas merepotkan, apalagi dengan dalih ditinggal pergi sang ayah untuk selama-lamanya. Dia memanfaatkan kakek dan ayahku.Aku menggeleng tak paham dengan pemikiran ku sendiri. Apa aku harus menjadi baby sitter yang harus mengajarinya bagaimana bicara baik dan benar? Apa aku juga harus mengajarinya untuk berhenti berkedip genit pada semua orang? Apa aku juga harus merangkap jadi fashion designer pribadinya untuk menyortir mana busana pantas dan tidak pantas?Sama halnya dengan papa yang sudah tertipu tampang innocentnya. Yang selalu bilang bahwa dia dibesarkan dengan baik oleh ayahnya, dididik keras oleh ibunya, maka jangan ragu kalau dia akan jadi istri dan ibu yang baik untukmu dan anakmu. Bukankah dia mani

  • Invers Ceria, ya Cerai   45. Only Jojo

    Jojo kejang, matanya terbuka sesaat lalu menutup lagi, begitu beberapa kali hingga perawat yang ku teriaki datang. Perawat sebenarnya hanya menepi tak jauh dari kamar Jojo, kebiasaan yang dia lakukan ketika pihak keluarga menemani."Tolong kirimkan siapapun ke kediaman Jonathan Wirautama, pasien mengalami kejang." Ujarnya di telpon entah pada siapa.Aku membekap mulutku yang hendak berteriak menyebut nama lelakiku itu, tapi aku tak mau kelakuan ini justru membuat suasana makin panik. Perawat senior kepala empat itu menatap khawatir pada Jojo. Meskipun gerakannya tetap tenang tapi aku sempat melihat wanita itu menarik nafas dalam."Lebih baik anda menunggu di luar." Sarannya pada kami, matanya menyiratkan permohonan."Tidak" ucapku berbarengan dengan Renita. Ini pertama kali dialami Jojo. Aku ingat dokter pernah bilang, usahakan jangan sampai oksigen lepas darinya, itu bisa menyebabkan kejang yang artinya otak kekurangan pasokan oksigen. Apa arti

  • Invers Ceria, ya Cerai   44. Oedipus kompleks

    "Sayang, jangan lari-lari.""Mam, itu... Aku takut.""Apa yang kamu takutkan sayang?" Tanyaku padanya pria kecil yang memeluk kakiku. Dia menunjuk pada rombongan penari bertopeng yang baru saja melewati kami.(Pasti udah ada yang salah paham ???)"Erlang jangan ganggu Tante Cuwa, kemari sayang.""Biar saja Ren, mungkin dia kangen aku." Ku tarik Erlang dalam pelukan dengan berjongkok.Renita beruntung, meskipun hidupnya terkekang seperti prediksi ku. Tapi sepertinya dia berhasil menjalani pernikahan perjodohan dengan Fathian. Kini dia tengah hamil, sudah enam bulan usia kandungannya.Untuk informasi saja, mulut si Fathian masih tercemar bon cabe level 50. Tidak ada yang berubah selain statusnya yang menyandang suami dari Renita Sumanji. Dia masih menatapku tajam dan lapar. Abaikan saja kenyataan ini, aku tidak mau Renita tau. Pernah suatu kali dia membisikkan kalimat, siap menjadikanku yang utama jika Jojo meninggal. Dia gila kan?

  • Invers Ceria, ya Cerai   43. Aku Hamil

    "Ini bukan telpon penipuan kan Shof?" Ucapku tak yakin dengan kalimat ku sendiri. Aku tidak shock sampai gemetar atau jantungan. Aku juga tidak terperangkap dalam histeria kepedihan karena kabar ini. Aku hanya merasa ringan, terlalu ringan untuk disebut baik-baik saja."Wa, itu tadi Widi, asistennya Pak Jonathan, Wa." Ucap Shofi sungguh-sungguh, ketegangan menghiasi wajahnya yang manis."Penipuan kali Shof..." Tepis ku sekali lagi.Berusaha menghalau kebenaran kabar yang membuatku merasakan percampuran antara kecewa dan marah, tapi sedih disaat yang bersamaan.Aku akan mengerti kepentingan Jojo menemui Mitsuko, tidak mungkin Mitsuko akan melepas Jojo begitu saja dengan tuntutannya. Walau tetap saja, praduga menyakitkan membayang di depan mata. Ponselku kembali berdering nyaring, mengusik rentetan huruf demi huruf yang membentuk suatu ancaman dalam ingatanku.Pergi atau mati. Benar, pesan itu disampaikan lewat mimpiku. Entah ditujukan untuk siapa? Ata

  • Invers Ceria, ya Cerai   42. Tragedi

    "Swara Amaya, help me please..."Tangisan Mitsuko menyambutku. Serius, dia tau nomor pribadiku? dapat darimana coba? Nggak tahu malu banget, kayak enggak habis mau ngambil nyawaku aja. "Please listen to me... He showed me the pain I betrayed from these eyes. I can't take it anymore" Tolong dengarkan aku, dia memperlihatkan rasa sakitnya ku khianati dari mata ini. Aku tak tahan lagi. Ungkapnya cepat, ada nada ketakutan dan kesedihan yang akut dari suaranya yang bergetar. Aku bingung kenapa dia jadi curhat padaku? Ah kalau begini, haruskah ku buka jasa curhat berbayar. Dia yang dimaksud apa itu mendiang suaminya? "Jonathan must help me, I beg you."Jonathan harus membantuku, aku mohon padamu.Aku membuang nafas, sungguh drama sekali Tante girang ini. Apa dia lupa aku ini apanya Jonathan? Apa dia juga melupakan perlakuannya yang membuatku disatroni hantu t

  • Invers Ceria, ya Cerai   41. Dua ronde nambah seronde

    Sarapan yang sangat terlambat, sudah pukul sebelas saat kami sampai di restoran. Jojo hanya mengenakan kaos oblong santai, sementara aku sendiri menemukan selembar gaun rajut sederhana. Itu adalah satu-satunya yang bisa kami pakai dalam tas traveling yang disiapkan Shofi ketika kami di rumah sakit."Makanlah... Jangan marah lagi." Katanya dengan sangat lembut.Jangan harap akan ada situasi canggung yang akan melingkupi setelah apa yang kami lewati. Sepanjang waktu aku terus memasang wajah merengut padanya, setelah mengangguk setuju memberinya kesempatan denganku.Aku tidak marah, aku hanya sedang kesal padamu. Aku kesal kamu membuatku tak bisa mengelak hanya karena kamu bisa mendengar pikiran terdalamku.Roti dengan isian daging asap serta saos yang tercium lezat dari aromanya, tak mampu menggugah seleraku."Maafkan aku. Jangan kesal lagi kalau begitu, nanti malam orang Mikimoto datang. Pesanlah beberapa, kamu pasti suka."Aku mengerny

  • Invers Ceria, ya Cerai   40. Ceraikan aku

    "Sayang, kamu baik-baik saja?" Dia mengecup ujung bibirku hingga wajahnya bersilangan dengan wajahku. Setelah menyimpan diriku dalam bathtub, aku membawa mataku memejam. Tak ada aromaterapi, hanya persediaan sabun ala kadarnya yang memenuhi bilik ini. Memangnya apa yang bisa ku harapkan dari rumah baru yang dapur dan terasnya saja aku tidak tahu letaknya."Ada yang tidak nyaman di tubuhmu?" Tanyanya lagi dengan segala perhatian yang hanya padaku, entah nanti kalau dia sudah bosan.Aku mengangguk untuk menggeleng kemudian, wajah Jojo yang flat jadi mengerut, karena gestur ku mungkin membingungkan. Atau karena dia mendengar pikiranku."Aku ingin tidur..." Sahutku akhirnya."Istirahat di kamar saja, nanti kamu masuk angin, airnya sudah mendingin.""Mhm" mataku memejam lagi, rasanya berat dan lengket, aku butuh menghilangkan pegal-pegal di tubuhku. Pria ini bahkan bertanggung jawab pada rasa kebas yang membuat pusatku hampir mati rasa. Tidak, a

  • Invers Ceria, ya Cerai   39. Jojo mulai meng....

    "Maafkan aku, Wa." Katanya penuh penyesalan. Lalu dengan cepat menarik tanganku untuk dia kunci di atas kepala pada tembok tepat sebelah ranjang. Bibirnya melahap bibirku tanpa seni, mencium ku dengan brutal, seolah menegaskan aku ada di bawah kuasanya. Yang paling ku benci, satu tangannya yang lain meraih tali bathrobe di perutku, selanjutnya menstimulasi dada menimbulkan sensasi menggelitik yang asing. Dengan cepat dia menarik pembungkus tubuhku satu-satunya tersebut. Sedikit kasar dia menarik bathrobenya sendiri. Jangankan menghalau semua tindakannya, membantin saja aku tak sempat. Lalu....Aku berjengkit kaget luar biasa setelah dia mendorong ke ranjang. Satu tangannya menarik punggungku agar tak terpelanting. Matanya menatapku dalam, membawa menyelami gairah yang terkungkung antara dia dan aku. Dalam sekejap membawaku bergulung dalam pusaran yang belum pernah ku rasakan. Aku tak bisa lagi menolak medan magnetik yang terpercik darinya, yang kini menula

DMCA.com Protection Status