Eva bergegas menuju ke gerbang universitas. Dia langsung melihat mobil Reagan yang diparkir di pinggir jalan.Reagan duduk di kepala mobil. Dia memakai kaus putih, jas panjang abu-abu tua, dan celana kasual hitam. Penampilannya terlihat seperti mahasiswa. Muda dan keren. Orang-orang di sekitar tidak berhenti memandangnya.Dalam 3 menit, Reagan telah memeriksa jamnya sebanyak 3 kali. Eva terlambat keluar. Reagan pun mengeluarkan ponselnya untuk mencari nomor Eva. Ketika dia hendak membuat panggilan, aroma yang wangi tiba-tiba tercium.Eva melingkari leher Reagan, lalu bertanya dengan centil, "Kamu sudah tunggu lama ya?""Kamu terlambat." Reagan melirik Eva dengan tatapan mendalam. Kedua tangannya diletakkan di dalam saku."Maaf, aku nggak bakal telat lagi lain kali. Janji." Eva menghela napas lega melihat Reagan tidak bersikap perhitungan padanya."Masuk mobil." Reagan bukan tidak tahu isi pikiran Eva, tetapi malas membongkarnya.Eva langsung duduk di samping kursi pengemudi. Sepanjang
Kelly menggandeng Nadine dan mendesak lagi, "Ayo, ayo. Aku sudah menyusun rencana sebelum kemari. Hari ini, aku akan membawamu main sampai puas.""Ah!""Ibu! Tolong!"Terdengar jeritan yang memekakkan telinga selama 5 menit. Nadine mengusap telinganya yang mati rasa, lalu melirik orang yang baru selesai muntah. Wajah pucat orang itu membuatnya merasa lucu sekaligus iba.Nadine menepuk punggungnya sambil bertanya, "Sudah enakan setelah muntah?""Aku ... huek ...."Orang itu muntah lagi. Nadine mengambilkan tisu untuknya, lalu membuka sebotol air. Setelah dia selesai muntah, Nadine menyodorkan air kepadanya.Saat ini, Kelly akhirnya keluar dari kamar mandi dan tidak muntah-muntah lagi. "Kata orang kereta luncur di sini seperti neraka. Aku akhirnya tahu seperti apa neraka. Seram sekali."Kelly menyeka bibirnya sambil menepuk dadanya. Dia benar-benar ketakutan.Nadine menyahut, "Siapa suruh kamu sok hebat?"Kelly jelas-jelas takut ketinggian, tetapi masih ngotot mau bermain. Nadine hanya b
Selesai makan siang, Kelly membeli 2 tiket atraksi hewan. Dia mengajak Nadine menonton pertunjukan lumba-lumba.Mereka melewati lautan manusia, lalu mengikuti kerumunan ke ruang pertunjukan di sebelah barat daya.Ruangan dilengkapi AC sehingga terasa sangat sejuk, tidak seperti saat di luar. Nadine tidak terlalu tertarik dengan atraksi hewan, tetapi Kelly sangat menyukai lumba-lumba. Selama sesi interaksi dengan lumba-lumba, Kelly menyerahkan kamera kepada Nadine supaya Nadine memotretnya.Ketika melihat senyuman Kelly, Nadine tak kuasa tersenyum. Setengah jam kemudian, pertunjukan akhirnya berakhir. Nadine menitip tasnya kepada Kelly karena dia ingin ke toilet.Begitu berbelok, Nadine malah melihat Eva yang sedang mencuci tangan di wastafel. Langkah kaki Nadine sontak terhenti. Kemudian, dia segera berjalan melewati Eva dan masuk ke bilik di sebelah.Ketika keluar, Nadine mendapati wanita itu masih berada di tempatnya. Sepertinya, Eva sengaja menunggunya.Nadine mengabaikannya dan han
"Silakan masuk." Di belakang staf adalah tirai. Angin dingin bertiup dari dalam, memperlihatkan sebuah lorong gelap.Jeritan terus terdengar. Kelly menelan ludah sambil menggenggam tangan Nadine. Mereka berjalan masuk dengan perlahan.Bisa dibilang Nadine menyeret Kelly masuk. Nadine pun merasa lucu melihat tingkah sahabatnya ini. Dia bertanya, "Gimana kalau kita pergi saja?""Nggak boleh! Kita sudah di sini!" Kelly jelas-jelas ketakutan, tetapi masih tidak mau mengaku. Dia langsung menarik Nadine dengan sok berani.Tiba-tiba, muncul boneka yang mengerikan. "Ah! Nadine, tolong aku!"Reagan sontak menoleh. Sepertinya, dia mendengar seseorang memanggil nama Nadine? Reagan memandang ke sekeliling, tetapi tidak melihat sosok yang familier.Reagan tak kuasa mengernyit. Ketika melihat pacarnya kehilangan fokus, Eva merangkul lengannya dengan takut dan berucap, "Kak, aku takut. Kamu harus jaga aku ya?"Reagan tersadar kembali. Dia mengiakan dengan lirih. Di depan sana gelap gulita, hanya ada
Seketika, hanya tersisa Nadine seorang. Untungnya, setelah alarm berbunyi, cahaya di tempat ini menjadi lebih terang. Setelah maju 2 langkah, Nadine melihat petunjuk di dinding.Setelah berhasil melewati level kedua, Nadine mendengar keributan tidak jauh dari sana. Dia mengernyit menatap ke arah sana. Seharusnya pintu keluar terblokir karena terlalu ramai.Ketika Nadine ragu-ragu harus berdesakan atau tidak, tiba-tiba datang rombongan dari belakangnya, membuat dia tidak bisa mundur lagi.Entah siapa yang mendorongnya dan menginjak kakinya. Setelah bereaksi kembali, tubuh Nadine menempel di dinding. Dia terjepit dan kesakitan.Tiba-tiba, Nadine merasakan ada tatapan yang tertuju padanya. Dia tanpa sadar menengadah, lalu bertemu pandang dengan seorang pria.Reagan menatap Nadine yang terlihat menyedihkan. Dia merasa kasihan sekaligus kesal. Ternyata pendengarannya tidak salah tadi. Memang ada yang memanggil nama Nadine.Siapa sangka, ternyata Nadine masih sempat berjelajah di rumah hantu
Saat ini, terdengar suara staf. "Masalah jalur sudah teratasi. Silakan berbaris untuk keluar."Orang-orang mulai berbaris sehingga kekacauan pun berakhir. Nadine malas menghiraukan Reagan. Dia langsung berjalan keluar.Reagan menarik lengannya dari genggaman Eva, lalu mengikuti di belakang. Eva menggertakkan gigi sambil memanggil, "Kak, tunggu aku ...."Di depan sana, Kelly sudah menunggu di luar sejak tadi. Ketika mendengar ada masalah di dalam, dia langsung cemas karena Nadine belum keluar. Kalau bukan karena dihalangi staf, dia pasti sudah menerobos masuk.Untungnya, sebelum 30 menit berlalu, Nadine keluar dalam keadaan selamat. Kelly buru-buru menghampiri dan bertanya, "Kamu baik-baik saja, 'kan? Tadi aku dengar suara alarm. Mengejutkanku saja.""Aku nggak apa-apa. Ayo, kita pulang." Setelah bermain seharian, Nadine benar-benar sudah lelah.Kelly mengangguk. "Ya sudah, kita .... Eh? Bukannya itu Reagan?"Terlihat Reagan dan Eva berjalan keluar bersama."Kenapa bisa ketemu 2 makhluk
Reagan sedang menikmati makan malam romantis dengan Eva di restoran. Ketika melihat pesan-pesan itu, ekspresinya langsung menjadi masam. Eva tentu melihatnya. Dia bertanya dengan hati-hati, "Ada apa?"Reagan menahan emosinya dan tidak melontarkan sepatah kata pun. Kemudian, dia membalas pesan.[ Bukan urusanku. ]Stendy menatap layar ponsel sambil tersenyum misterius dan mengirim pesan lagi.[ Sepertinya kali ini kalian serius mau putus ya? ]Reagan melirik sekilas, lalu menggertakkan gigi dan mengetik pesan yang berusaha menunjukkan dirinya tidak peduli.[ Ya. Kamu keberatan? ][ Stendy: Nggak, aku nggak keberatan. ]Stendy menambahkan emotikon menyerah di belakang pesannya.[ Stendy: Gimana kalau ada pria yang mengejar Nadine? Kamu seharusnya nggak keberatan, 'kan? ][ Teddy: Kenapa? Jangan-jangan kamu ingin mengejar Nadine? ]Dengan ekspresi agak suram, Stendy mengirim GIF mengangguk.[ Philip: Hahahaha! ][ Stendy: Dasar kamu ini. ]Tidak ada yang percaya. Reagan tidak peduli. Dia
Stendy tidak banyak tanya. Dia tersenyum dan menawarkan, "Aku baru buka burgundi ini. Mau nggak?"Stendy menuangkan setengah gelas untuk Reagan, lalu menyodorkannya. Reagan mengambilnya dan menyesapnya. Dia memuji, "Hm, lumayan."Sesaat kemudian, Reagan berpura-pura bertanya dengan tidak peduli, "Bukannya kamu bilang ada Nadine di sini? Kenapa aku nggak melihatnya?""Jangan-jangan kamu kemari untuk melihatnya?" goda Stendy sambil menggoyang gelasnya dan tersenyum tipis."Heh. Aku cuma datang untuk minum-minum. Masa tanya saja nggak boleh?" sahut Reagan dengan ekspresi suram.Stendy mengedikkan bahu dan berkata, "Aku ketemu dia di koridor tadi. Dia juga datang untuk minum-minum. Tapi, aku rasa dia sudah pulang sejak tadi."Reagan tidak berbicara lagi. Hanya saja, ekspresinya menjadi lebih baik. Ternyata, Nadine memang tidak cocok dengan lingkungan seperti ini.Reagan meletakkan gelasnya, lalu bangkit dan berujar, "Aku masih harus kerja besok. Aku pergi dulu. Kutraktir kalian semua hari