Nadine tertawa terpingkal-pingkal melihat mereka berdua. "Sudahlah, biar aku saja yang masak hari ini. Kalian bantu aku saja."Keputusan sudah dibuat, jadi keduanya tidak lagi membantah.Darius dan Mikha tahu bahwa Nadine sangat teliti saat melakukan penelitian, tetapi mereka tidak menyangka dia juga sangat disiplin saat memasak.Daging dan sayuran harus dicuci terpisah. Dia juga tahu cara membedakan daun yang tampak hijau segar, tetapi sebenarnya sudah tua. Selain itu, daging harus dipotong melintang atau memanjang, semua itu tergantung serat daging.Mikha dan Darius hampir tidak pernah menyentuh pekerjaan dapur di rumah. Sekarang mereka disuruh-suruh, tetapi tidak mengeluh, justru merasa seperti menemukan dunia baru. Semuanya terasa menarik.Dua jam kemudian, hidangan akhirnya siap di atas meja. Mikha berdiri dengan tangan di pinggang, menatap hidangan lezat di depannya dengan ekspresi bangga. "Aku memang hebat! Aku berhasil menyiapkan semua makanan ini?"Ini harus diabadikan dan dip
Terlebih lagi, orang yang dikirimi mobil ini adalah seorang wanita cantik yang tinggal di apartemen tua. Garis bawahi, cantik!Siapa pun bisa menebak seperti apa skenarionya.Pasti karena kecantikannya, dia menarik perhatian seorang konglomerat yang ingin memilikinya, jadi mobil ini dikirim sebagai hadiah awal.Atau mungkin pria itu sudah mendapatkan wanita ini dan mobil ini adalah hadiahnya. Enaknya jadi orang kaya, sekali keluar uang langsung 10 digit untuk sebuah Maserati.Sayangnya, si sales terlahir sebagai laki-laki. Kalau saja dia perempuan, dia juga pasti akan mencari sponsor kaya raya. Zaman sekarang, siapa yang nggak mau dapat uang dengan rebahan, untuk apa sok suci?"Bu Nadine, kamu orang pintar. Kadang-kadang, jangan terlalu jual mahal. Ambil kesempatan yang ada sebelum malah merugikan diri sendiri, setuju?"Maksudnya jelas, ada orang kaya yang menghadiahimu mobil karena menganggapmu berharga. Bersikap jual mahal sedikit boleh, tetapi jangan keterlaluan. Ini hanya bagian da
Semua teman dekat di lingkungan pertemanan mereka tahu bahwa Nadine Wicaksono sangat mencintai Reagan Yudhistira. Saking cintanya, Nadine sampai tidak punya kehidupannya sendiri, seolah-olah ingin berada di dekatnya selama 24 jam sehari.Setiap kali mereka putus, belum sampai tiga hari saja Nadine akan kembali untuk meminta balikan. Di dunia ini, siapa pun mungkin bisa mengatakan kata "putus", kecuali Nadine. Ketika Reagan masuk sambil memeluk kekasih barunya, ruangan itu menjadi hening selama lima detik.Gerakan Nadine yang sedang mengupas jeruk terhenti, "Kenapa kalian semua diam? Kenapa pada lihat aku?""Nadine ...." Teman-temannya memandangnya dengan tatapan khawatir.Namun Reagan tetap santai memeluk wanita itu dan langsung duduk di sofa. "Selamat ulang tahun, Philip" ucapnya. Begitu terang-terangan, seolah-olah tidak terjadi apa pun.Nadine langsung berdiri. Ini hari ulang tahun Philip, jadi dia tidak ingin membuat kekacauan. "Aku ke toilet sebentar." Saat menutup pintu, dia mend
Di meja makan.Reagan bertanya, "Kenapa nggak ada bubur?""Maksud Tuan, bubur untuk kesehatan lambung ya?""Bubur untuk kesehatan lambung?" tanya Reagan lagi."Ya, bubur yang sering dimasak Nona Nadine. Bubur millet dicampur ubi, bunga bakung, dan kurma merah, 'kan? Wah, aku nggak sempat menyiapkannya. Hanya untuk bunga bakung, jali-jali, dan kurma merahnya saja harus direndam semalaman dan mulai direbus keesokan paginya.""Selain itu, pengaturan apinya sangat penting. Aku nggak sepeka Nona Nadine untuk terus mengawasi api. Hasil masakanku juga nggak akan seperti miliknya, terus ...."Reagan menyelanya, "Bawakan saus daging sapi.""Oke, Tuan.""Kenapa rasanya beda?" Reagan melihat sekilas botol itu. "Kemasannya juga beda.""Yang sebelumnya sudah habis, hanya tersisa yang ini," jawab Bibi Julia."Nanti belikan dua kaleng di supermarket.""Nggak dijual.""Hah?" Reagan kebingungan.Julia tersenyum canggung. "Saus itu buatan Nona Nadine sendiri, aku nggak bisa buat ...."Prang!"Hm? Tuan n
"Nggak nemu tempat parkir yang bagus ya? Aku keluar untuk bantu ...." Saat menyadari ekspresi Reagan yang muram, Philip baru tersadar. "Hah! Kak Reagan, jangan-jangan ... Kak Nadine masih belum kembali?"Sekarang ini sudah lewat dari tiga jam.Reagan membuka tangannya sambil mengangkat bahu. "Balik apanya? Kamu kira putus itu candaan?" Setelah berkata demikian, dia berjalan melewati Philip dan duduk di sofa.Philip menggaruk kepalanya. Apakah kali ini mereka benar-benar putus? Namun, dia langsung menggelengkan kepala mengenyahkan pemikiran itu. Dia percaya bahwa Reagan tega memutuskan hubungan, tetapi Nadine ....Semua wanita di dunia ini mungkin bisa menerima putus, tapi Nadine sudah pasti tidak bisa. Hal ini adalah fakta yang telah diakui dalam lingkaran pertemanan mereka selama ini."Reagan, kenapa kamu sendirian?" tanya Teddy sambil tersenyum sinis. "Tiga jam sudah lewat, sekarang sudah seharian."Reagan menyeringai, "Aku kalah taruhan, jadi harus terima hukumannya. Apa hukumannya?
Reagan terlalu banyak minum semalam. Selain itu, si berengsek Philip malah mengajaknya untuk minum lagi di tengah malam. Saat Reagan diantar pulang oleh sopir, langit sudah mulai terang.Awalnya dia sudah terkapar di ranjang karena rasa kantuknya yang hebat. Namun, dia tetap memaksakan diri untuk pergi ke kamar mandi dan membersihkan dirinya sebentar.'Kali ini Nadine seharusnya nggak akan marah, 'kan?' batin Reagan dalam pikirannya yang setengah sadar. Saat membuka mata kembali, rasa sakit yang hebat membuatnya terjaga."Ugh ...." Sambil menekan perutnya, Reagan berusaha untuk bangkit."Aku sakit maag! Nad ...." Saat hendak memanggil nama itu, Reagan terhenti seketika. Reagan mengerutkan alisnya sejenak. 'Hebat sekali Nadine kali ini, bahkan lebih keras kepala dari sebelumnya. Baiklah, kita lihat seberapa lama dia bisa bertahan.'Akan tetapi ... di mana letak obatnya?Reagan pergi ke ruang tamu untuk mengobrak-abrik laci dan lemari. Semua laci yang bisa menyimpan barang sudah digeleda
"Kenapa Kak Reagan?" Philip melirik sekilas pria yang sedang minum sendirian. Dia diam-diam menggeser duduknya mendekat ke Teddy. Sejak Reagan masuk, wajahnya sudah tampak muram, membuat suasana yang tadinya ramai mendadak menjadi hening."Diblokir seseorang," ucap Teddy yang mengetahui situasinya, menikmati drama yang sedang terjadi ini. Mendengar komentarnya, wajah Reagan semakin muram.Prang!Gelas di tangannya membentur meja kaca dengan keras. Dengan gusar, dia membuka kancing kemejanya dengan satu tangan."Sudah kubilang jangan sebut namanya lagi. Nggak ngerti bahasa manusia ya?"Teddy mengangkat bahunya dan tidak berkomentar lagi. Suasana langsung berubah. Orang-orang yang tadinya bernyanyi memilih untuk diam. Orang lainnya juga ikut bungkam karena takut memancing kemarahan Reagan.Philip tersedak oleh alkohol yang baru diminumnya. Ternyata Nadine serius kali ini?Stendy yang sudah agak mabuk, berpaling dan menanyakan Philip, "Nadine sudah balik belum?"Philip menggelengkan kepal
"Sudah seharusnya aku minta maaf atas tindakanku yang nggak rasional dan impulsif dulu. Ini adalah utangku padanya."Kelly hampir tersedak anggur yang diminumnya. Dia terbatuk dua kali dan berkata dengan wajah yang penuh penolakan, "Tolong, jangan libatkan aku dalam hal ini, Kak.""Kamu tahu sendiri, satu-satunya mata kuliahku yang gagal dan harus mengulang adalah mata kuliah pilihan dari Bu Freya. Setiap kali ketemu Bu Freya, aku langsung gemetaran. Lagian, aku ini orang yang nggak dikenal. Mungkin dia bahkan sudah lupa siapa aku. Aku benar-benar nggak bisa bantu kamu."Melihat Kelly menghindar seperti itu, Nadine tidak memaksanya lagi."Tapi ...." Mata Kelly berkilat licik dan nada bicaranya berubah, "Aku punya seseorang yang cocok untuk masalah ini.""Hmm?""Kamu masih ingat kakak sepupuku, Arnold, 'kan?"Nadine menyesap sedikit air hangat dan mengangguk. "Tentu saja ingat."Arnold adalah pionir termuda dalam bidang fisika di dalam negeri. Tahun lalu, dia dinobatkan sebagai salah sa
Terlebih lagi, orang yang dikirimi mobil ini adalah seorang wanita cantik yang tinggal di apartemen tua. Garis bawahi, cantik!Siapa pun bisa menebak seperti apa skenarionya.Pasti karena kecantikannya, dia menarik perhatian seorang konglomerat yang ingin memilikinya, jadi mobil ini dikirim sebagai hadiah awal.Atau mungkin pria itu sudah mendapatkan wanita ini dan mobil ini adalah hadiahnya. Enaknya jadi orang kaya, sekali keluar uang langsung 10 digit untuk sebuah Maserati.Sayangnya, si sales terlahir sebagai laki-laki. Kalau saja dia perempuan, dia juga pasti akan mencari sponsor kaya raya. Zaman sekarang, siapa yang nggak mau dapat uang dengan rebahan, untuk apa sok suci?"Bu Nadine, kamu orang pintar. Kadang-kadang, jangan terlalu jual mahal. Ambil kesempatan yang ada sebelum malah merugikan diri sendiri, setuju?"Maksudnya jelas, ada orang kaya yang menghadiahimu mobil karena menganggapmu berharga. Bersikap jual mahal sedikit boleh, tetapi jangan keterlaluan. Ini hanya bagian da
Nadine tertawa terpingkal-pingkal melihat mereka berdua. "Sudahlah, biar aku saja yang masak hari ini. Kalian bantu aku saja."Keputusan sudah dibuat, jadi keduanya tidak lagi membantah.Darius dan Mikha tahu bahwa Nadine sangat teliti saat melakukan penelitian, tetapi mereka tidak menyangka dia juga sangat disiplin saat memasak.Daging dan sayuran harus dicuci terpisah. Dia juga tahu cara membedakan daun yang tampak hijau segar, tetapi sebenarnya sudah tua. Selain itu, daging harus dipotong melintang atau memanjang, semua itu tergantung serat daging.Mikha dan Darius hampir tidak pernah menyentuh pekerjaan dapur di rumah. Sekarang mereka disuruh-suruh, tetapi tidak mengeluh, justru merasa seperti menemukan dunia baru. Semuanya terasa menarik.Dua jam kemudian, hidangan akhirnya siap di atas meja. Mikha berdiri dengan tangan di pinggang, menatap hidangan lezat di depannya dengan ekspresi bangga. "Aku memang hebat! Aku berhasil menyiapkan semua makanan ini?"Ini harus diabadikan dan dip
Di tengah jalan, Darius ingin membantu, tetapi ditolak."Kamu meremehkanku?" Mikha mendelik.Melihat Mikha bersikeras, ditambah lagi tangannya sendiri sudah membawa dua kantong besar, Darius akhirnya menyerah.Hanya saja, dia tidak menyangka setelah sampai di lantai 7, Mikha berkeringat deras seperti orang yang berjemur di musim panas.Sebaliknya, Darius tetap tenang. Wajahnya tetap normal, napasnya stabil, hanya detak jantungnya yang sedikit lebih cepat dari biasanya.Nadine membuka pintu. Dia sudah menyiapkan sandal untuk mereka berdua.Dokter bilang, meskipun kaki yang cedera sudah tidak bengkak lagi dan secara teori sudah bisa digunakan untuk berjalan, demi keamanan, sebaiknya jangan bergerak terlalu banyak dulu.Jadi, begitu pintu terbuka, Darius dan Mikha melihatnya melompat dengan satu kaki. Setelah berdiri dengan stabil, dia baru menurunkan kaki yang cedera, tetapi tetap tidak berani menapakkan terlalu kuat."Aduh! Kak Nadine! Pelan-pelan dong!" Mikha segera maju untuk menopang
"Bagaimana keadaan kakimu?" Arnold baru saja kembali dari laboratorium dan melihat ada kotak paket yang sudah dibuka di depan pintu. Dia langsung tahu bahwa Nadine sudah keluar dari rumah sakit."Dokter bilang nggak ada masalah serius, cuma perlu oleskan obat secara rutin dan periksa kembali seminggu kemudian." Karena teringat sesuatu, Nadine menunduk. "Hari itu ... kalau bukan karena kamu dan Stendy, mungkin aku nggak bisa bertahan selama itu ...."Terutama karena dia sempat mengalami demam. Dia juga mendengar bahwa obat penurun panas yang diminumnya diberikan oleh Arnold.Meskipun pada tengah malam, kesadarannya sempat menurun karena demamnya yang tinggi, dia masih bisa merasakan kehadiran mereka.Dia tahu Arnold memindahkannya ke belakang pilar untuk menghindari angin, juga tahu bahwa dia dan Stendy melingkari tubuhnya untuk memberi kehangatan, bahkan terus-menerus menggunakan alkohol dan kain kasa untuk menurunkan suhu tubuhnya ....Semua itu, Nadine ingat.Termasuk setelah tiba di
Saat ini, Natasha dan Phoebe kembali dari kamar mandi.Kelly buru-buru menepis tangan Teddy, sementara Teddy segera kembali ke tempat duduknya.Phoebe merasakan ada sesuatu yang aneh, jadi bertanya dengan hati-hati, "Kalian ... baik-baik saja?"Teddy diam, menatap lurus ke arah Kelly. Dia menunggu jawaban dari Kelly.Kelly menarik napas dalam-dalam, lalu tersenyum, "Kami baik-baik saja kok."Dari sekadar rekan kerja yang kebetulan tidur bersama, kini mereka menjadi pasangan dalam hubungan terbuka.....Kelly tersadar dari lamunannya. Dia mendorong Teddy yang terus mendekatinya. "Masih belum puas? Cepat nyetir!""Cium lagi dong! Aku belum puas ...."Kelly memutar bola matanya dengan kesal. "Teddy, kamu lebih lengket dari Papu, tahu nggak?"Papu adalah kuda poni dari luar negeri yang Kelly pelihara di peternakan kudanya. Kuda itu sangat ramah, terutama kepada pemiliknya.Setiap kali Kelly datang menemuinya, Papu pasti akan manja dan terus menempel padanya.Teddy pernah ikut melihat sekal
"Sebenarnya, akhir-akhir ini ibuku sering tanya tentangmu," ucap Teddy tiba-tiba."Tanya soal apa?" Kelly tetap menghormati Phoebe.Bagaimanapun, wanita itu langsung memberinya gelang giok berkualitas tinggi saat pertama kali bertemu. Oh ya, gelang itu belum dikembalikan ...."Ibuku tanya kenapa kamu nggak pernah main ke rumah lagi. Dia juga tanya apa aku membuatmu marah.""Terus, kamu jawab apa?""Ehem! Aku bilang ... aku nggak sengaja membuatmu hamil.""Apa?" Kelly langsung syok.Teddy terkekeh-kekeh. "Santai, aku cuma bercanda."Dasar gila!"Aku bilang, kamu sibuk kerja dan mengabaikanku. Terus, aku marah dan buat keributan, sampai akhirnya kamu kesal."Ternyata Teddy ini tahu diri juga, tahu harus mengalihkan kesalahan ke dirinya sendiri. Sudut bibir Kelly sedikit naik.Melihat mood-nya membaik, Teddy buru-buru menawarkan, "Gimana kalau kita lanjut kerja sama? Dengar dulu analisisku .... Pertama, kalau ibu kita tahu kita sudah putus, bisa dipastikan kita bakal kena ceramah, 'kan?"
Tangan nakalnya langsung menyelinap ke bawah sweter Kelly, dengan cekatan membuka kancing di punggungnya."Kelly ... Kelly ...." Sambil mencium, Teddy juga memanggil namanya dengan penuh gairah. Suaranya lembut, tetapi gerakannya ganas, seolah-olah ingin melahap Kelly.Kelly mengerahkan sedikit tenaga untuk mendorongnya menjauh. Pipinya merona, napasnya sedikit tersengal. "Siang bolong begini, kamu mau melakukan hal mesum? Minggir."Teddy tampak tidak puas. "Biarin aku cium sebentar lagi ...." Sambil berbicara, dia kembali mendekat. "Dua hari ini kamu sibuk jagain Nadine di rumah sakit, aku kangen sekali tahu!""Kangen aku?" Kelly meliriknya dengan ekspresi pasrah. Dia tahu betul seperti apa Teddy ini. "Lebih baik tutup mulutmu.""Hehe, benar sekali. Aku kangen tidur denganmu, kenapa memangnya?" Teddy pun merentangkan lengannya, memeluknya erat, seperti koala yang malas.Kelly sudah terbiasa dengan tingkah tidak tahu malunya ini. Dengan tenang, dia berkata, "Kamu ini Teddy yang dikelil
"Ka ... kalian berdua ngapain?" Teddy berdiri terpaku di tempat dengan ember di tangannya. Matanya melebar seperti orang bodoh.Kelly dan Nadine serentak menoleh ke arahnya."Kenapa lama banget? Suruh beli ember doang, malah pergi satu jam." Sambil bicara, Kelly merebut ember dari tangannya. Saat menoleh ke Nadine lagi, senyuman kembali muncul di wajahnya. "Aku sudah siapin air hangat. Nanti aku bantu lap badanmu supaya kamu merasa lebih nyaman.""Terima kasih, Kelly. Kamu baik banget.""Kalau begitu, lain kali jangan menghindar. Kasih aku cium kamu ....""Nggak bisa. Aku tiduran seharian. Muka belum cuci, rambut belum sisir, mana bisa terima ciuman dari dewi?""Nggak masalah, aku nggak keberatan kok."Sementara itu, Teddy yang embernya direbut masih tertegun di tempat. Apa-apaan ini?"Hah? Logo ini ...." Kelly menatap ember itu beberapa saat seperti melihat hantu. "Jangan bilang kamu beli ini di toko Hermes?""Iya!" Teddy mengangkat dagu sedikit dan mendengus ringan. "Gimana? Seleraku
Kode sandi untuk membuka ponsel dan melakukan pembayaran ....Arnold menjawab tanpa menoleh sama sekali. Nada bicaranya juga sama menyebalkannya dengan sosok punggungnya. "Dia yang kasih tahu aku."Stendy dan Reagan pun tidak bisa berkata-kata.....Saat Nadine terbangun, langit di luar jendela sudah terang. Tidak ada sinar matahari, tapi juga tidak sedang hujan. Angin musim dingin bertiup kencang menerpa ranting pohon yang gersang. Tidak ada sehelai pun daun yang tersisa di dahannya.Nadine duduk perlahan. Aroma khas disinfektan rumah sakit langsung menusuk hidung dan membuatnya refleks mengusap pelipis dan hidung.Saat melirik ke arah pergelangan kakinya yang cedera, Nadine mendapati kakinya sudah dibalut rapi. Dia tak bisa melihat jelas kondisinya, tapi tetap mencoba menggerakkannya sedikit.Untung saja .... Meski masih terasa nyeri, kakinya sudah jauh lebih baik dari sebelumnya.Saat itulah Kelly masuk ke kamar sambil membawa termos berisi air hangat. Begitu melihat Nadine sudah du