Menjadi Ibu Susu Anak Mantanku

Menjadi Ibu Susu Anak Mantanku

last updateปรับปรุงล่าสุด : 2025-04-24
โดย:  Senja Berpenaจบแล้ว
ภาษา: Bahasa_indonesia
goodnovel18goodnovel
10
51 การให้คะแนน. 51 ความคิดเห็น
142บท
23.3Kviews
อ่าน
เพิ่มลงในห้องสมุด

แชร์:  

รายงาน
ภาพรวม
แค็ตตาล็อก
สแกนรหัสเพื่ออ่านบนแอป

Hidup Nadya hancur berkeping-keping setelah kehilangan bayi yang baru saja ia lahirkan. Luka di hatinya masih menganga, hingga takdir mempertemukannya dengan Kalen, pria dari masa lalunya yang kelam. Kalen muncul membawa bayi mungil berusia dua minggu—yang baru saja ditinggal pergi ibunya. Bayi itu alergi susu formula, dan Kalen menawarkan uang berapa pun yang Nadya inginkan, dengan satu syarat: Nadya harus menyusui anak itu. Dari permintaan yang tak terbayangkan ini, lahir hubungan yang rumit. Rasa benci, penyesalan, dan cinta bercampur menjadi satu, menggiring mereka pada perjalanan penuh konflik yang tak pernah diduga. Apakah Nadya mampu menghadapi luka masa lalunya?

ดูเพิ่มเติม

บทที่ 1

Bukan Permintaan yang Diinginkan

“Kami turut berduka cita atas kepergian putra Anda.”

Ucapan itu melayang di udara seperti belati tak kasat mata, menembus langsung ke hati Nadya.

Dunia mendadak sunyi—seluruh hidupnya seperti terhenti dalam jeda waktu yang kejam.

Setelah empat jam bergulat dengan rasa sakit, bertarung melawan tubuhnya sendiri demi membawa kehidupan baru ke dunia ini, dunia malah merebutnya kembali.

Bayi itu—sosok kecil yang sudah ia cintai bahkan sebelum matanya terbuka untuk melihat dunia—menyerah.

Hanya lima menit, cukup bagi kehidupan untuk membisikkan harapan, sebelum akhirnya memutuskan bahwa dunia ini terlalu berat untuk ditanggung oleh makhluk sekecil itu.

“Anakku…” Nadya merintih, suara parau itu lebih seperti bisikan kepada dirinya sendiri daripada keluhan kepada dunia.

Air mata mengalir tanpa ampun, membasahi wajah yang sudah kehilangan warna. Bayinya—yang bahkan belum sempat ia dekap dalam pelukannya, belum sempat mengecap manisnya susu yang telah ia persiapkan dengan penuh cinta—pergi begitu saja.

Satu-satunya alasan ia bertahan di bawah tekanan keluarga suaminya kini sirna seperti bayangan di tengah kabut pagi.

Kepedihan Nadya bahkan belum sempat mereda ketika Jonathan datang, seperti badai yang menyapu reruntuhan. “Kau gagal memberiku anak, Nadya!” ucapnya tajam, suaranya menusuk lebih dalam daripada rasa kehilangan yang sudah melumpuhkannya.

Nadya mengangkat kepalanya perlahan, matanya yang sembab berusaha menangkap wajah pria yang seharusnya menjadi tempatnya berlindung.

“Maafkan aku…” Suaranya nyaris tidak terdengar, tercekik oleh gelombang air mata yang terus mengalir.

Namun, bukannya meredakan luka, Jonathan malah menaburkan garam di atasnya. “Hanya itu yang bisa kau lakukan, huh? Menangis, menangis, dan menangis! Aku menyesal telah menikah denganmu!” katanya dengan suara bergetar penuh amarah.

Sebuah kertas putih melayang di udara sebelum jatuh ke pangkuannya. Tangan Nadya gemetar ketika meraihnya, mata lemah itu menelusuri kata-kata yang tertulis dengan tinta hitam, seolah-olah setiap huruf mencakar-cakar relung hatinya.

“Kau… menceraikanku?” Nadya berbisik, lebih kepada dirinya sendiri. Kata-kata itu tidak mungkin benar, meskipun kenyataan di hadapannya tidak bisa disangkal.

“Ya! Mulai detik ini kau bukan lagi istriku. Aku tidak sudi bertemu denganmu lagi. Kau gagal menjadi ibu, Nadya. Aku akan menikah dengan wanita yang lebih baik darimu!”

Tanpa memberi waktu bagi Nadya untuk menyerap kejamnya kata-kata itu, Jonathan pergi, langkah-langkahnya meninggalkan bayangan yang terasa lebih berat dari kepergiannya sendiri.

Nadya terisak, tubuhnya berguncang dalam kesunyian yang semakin pekat.

Tangannya mencengkeram kertas itu erat, seolah-olah dengan menghancurkannya, ia bisa menghancurkan kenyataan pahit yang kini membebaninya. Dadanya terasa sesak, seperti terhimpit oleh ribuan beban tak kasat mata.

“Kenapa dunia begitu kejam padaku…” ucapnya lirih, suaranya menghilang di antara tangisan yang seolah tak kunjung reda.

Di sudut pikirannya, ingatan tentang mertua yang selalu mencemooh, suami yang tidak peduli, dan bayi yang kini telah tiada bergulung menjadi satu, seperti pusaran gelap yang tidak memiliki akhir.

Nadya hanya bisa menangis, tetapi bahkan air matanya terasa tidak cukup untuk melukiskan kedalaman luka yang baru saja menghancurkan hidupnya.

Hujan turun deras di luar, mengguyur jalanan yang sepi. Nadya duduk di tepi ranjangnya, menggenggam surat cerai yang baru saja diterimanya pagi itu.

Surat itu basah oleh air mata yang tak henti-hentinya mengalir dari matanya. Kepedihan menggerogoti hatinya seperti racun yang merambat perlahan. Dadanya terasa sesak, seolah dunia menolak memberinya ruang untuk bernapas.

Ia menyentuh dadanya, merasakan ASI yang terus keluar, seolah tubuhnya menolak menerima kenyataan bahwa bayinya telah tiada. Rasanya seperti ejekan kejam dari tubuhnya sendiri.

Saat mendengar pintu ruangannya diketuk, Nadya menghapus air matanya dengan cepat, berusaha menenangkan diri sebelum orang itu masuk ke ruangannya.

Di depannya berdiri seorang pria tampan berusia tiga puluh lima tahun, pria yang pernah menjadi bagian dari hidupnya bertahun-tahun lalu.

Wajah pria itu tetap sama seperti yang diingat Nadya: tegas, dingin, namun matanya memancarkan kehangatan yang tak pernah bisa ia abaikan.

"Kalen?" Nadya terkejut. Kehadirannya di tengah badai emosinya adalah sesuatu yang tak pernah ia duga.

"Nadya, ada yang ingin aku bicarakan denganmu," jawab Kalen tanpa basa-basi, nada suaranya tegas namun penuh ketegangan. Matanya menatap Nadya dengan intensitas yang membuatnya merasa terpojok.

"Apa?" tanya Nadya bingung, masih mencoba mencerna kehadiran pria itu di hadapannya. “Dari mana kau tahu aku ada di sini?”

Kalen menarik napas panjang sebelum menjelaskan, “Jadilah ibu susu untuk anakku.”

“Apa?” Mata Nadya membulat mendengar permintaan mendadak dari mantan kekasihnya itu.

“Anakku baru berusia dua minggu, dan dia alergi susu formula. Ibunya baru saja meninggal. Dan aku butuh kau menjadi ibu susu untuk anakku."

Kata-kata itu menghantam Nadya seperti gelombang besar. Ia terdiam sejenak, mencoba memahami maksud dari permintaan Kalen.

"Apa? Kalen, aku baru saja kehilangan anakku sendiri. Aku tidak bisa melakukan itu. Lagi pula, aku bukan ibu kandungnya," ujarnya, suaranya bergetar.

“Dari mana kau tahu aku memiliki ASI yang tidak bisa aku salurkan?” tanya Nadya dengan tatapannya masih menatap heran Kalen yang tiba-tiba saja memintanya menjadi ibu susu untuk anaknya.

“Dokter yang menanganimu adalah sepupuku. Dia memberitahuku satu jam yang lalu, setelah bayimu meninggal,” ucapnya dengan nada datarnya.

Kalen menatapnya dengan penuh harap. "Anakku butuh ASI, dan aku butuh bantuanmu. Aku akan memberikan uang sebanyak yang kau minta. Bahkan bisa memberimu fasilitas apa pun yang kau inginkan.”

Nadya menggeleng. "Ini bukan soal uang, Kalen. Aku... aku tidak yakin bisa melakukannya."

Mata Kalen yang tajam itu menatap lekat wajah Nadya yang terus menerus menolaknya. Ia sangat tidak suka penolakan, dan Nadya telah membuatnya emosi.

“Kau baru saja bercerai dengan suamimu, kan? Kau butuh tempat tinggal setelah diusir oleh suamimu. Lalu, apa alasanmu menolak permintaanku?”

แสดง
บทถัดไป
ดาวน์โหลด

บทล่าสุด

ถึงผู้อ่าน

Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.

ความคิดเห็น

10
100%(51)
9
0%(0)
8
0%(0)
7
0%(0)
6
0%(0)
5
0%(0)
4
0%(0)
3
0%(0)
2
0%(0)
1
0%(0)
10 / 10.0
51 การให้คะแนน · 51 ความคิดเห็น
เขียนรีวิว
user avatar
Kania Putri
jahat banget bilang penghianat tapi hati masih cinta sama Nadya astaga kalen hidupmu juga miris ini. koq aq justru curiga jangan2 yg minta Melvin di jadikan ibu susu justru oleh rania sendiru sebelum meninggal udah menitipkan amanat ini pada kalen
2025-04-26 14:56:14
0
user avatar
Kania Putri
kicep kan kamu dengar alasan dari eliza ini jangan terlalu membenci Nadya sedemikian rupa gitu karena hidup Melvin bergantung pada nadya
2025-04-26 14:54:43
0
user avatar
Kania Putri
lega ya Nadya kamu udah ceritakan semuanya pada eliza luka batinku sedikit terobati ini. tiga kata panggil aku mama makjleb banget sih ini kehilangan buah hati di gantikan dengan sosok kehadiran orangtua
2025-04-26 14:43:22
0
user avatar
Kania Putri
udah ngamuk aja kirain kalen gak taunya eliza mamanya rania tapi dia beda sama nada baik banget malah ramah gitu. nah ada baiknya kamu jujur aja ini cerita aja kali kamu dulunya mantan kalen
2025-04-26 14:38:04
1
user avatar
Kania Putri
sedih banget pasti ya kehilangan anak suami, wah kebetulan macam apa ini makam anak Nadya dan rania satu tempat gini astaga koq curiga ini ada apa sebenarnya
2025-04-26 14:37:14
1
user avatar
Kania Putri
di skak mat langsung kicep cinta bilang aja sih denger tuh apa kata julian kalo terjadi sesuatu sama Nadya Melvin juga kena imbasnya, woi slow orang cuma ziarah aja kenapa kamu panik gitu sih. liat Nadya handukan malah tuh mata anu kedip woi
2025-04-26 14:27:38
1
user avatar
Kania Putri
bagus kamu panas2in aja tuh kalen biar makin hot masih cinta tapi gengsi giliran Julian mau perjuangkan Nadya kamu misuh2 heran amat pria plin plan wkwkw
2025-04-26 14:22:28
0
user avatar
Kania Putri
demi apa kalen ini mulutnya sadis banget sih liat aja ntar ketulah cinta sama Nadya buat yang kedua kalinya tau rasa kamu
2025-04-26 14:21:40
0
user avatar
Kania Putri
kepo sama kehidupan Nadya mau tau ini itu tapi ujung2nya menyakiti Nadya situ waras kalen astaga mana minta di layani pula sama Nadya gak mau kalah sama anaknya
2025-04-26 14:11:53
0
user avatar
Kania Putri
sabar nadya kebenaran pasti akan terungkap ini kamu hanya perlu sedikit waktu lalu bom Viola dalang semuanya akan terungkap
2025-04-26 14:07:08
0
user avatar
Kania Putri
cuma diajaka berjemur aja panik astaga jangan2 dulu rania gak becus ngurus Melvin ini gak usah takut gitu kali Nadya gak culik anakmu. nah sesuai dengan keinginan kamu kan ini mau asi dan tegangan Nadya jadi harus bayar anggap aja Nadya pengaruh anakmu
2025-04-26 14:03:11
1
user avatar
Kania Putri
koq curiga jangan2 malah rania yg menjebak Nadya kala itu bisa aja dia iri dengan hubungannya sama nadya lalu masuk ke kehidupan kalen ini
2025-04-26 14:01:52
1
user avatar
Kania Putri
astaga sumpah ya nada jangan menyalahkan Nadya atas kematian rania kali dih mulu jahat amat. harusnya kamu berterima kasih karena Nadya mau mendonorkan asinya
2025-04-26 13:52:52
1
user avatar
Kania Putri
jadi kalen dan Nadya dulu sempat pacaran ya tapi penyebab putusnya apa ini. lalu rania kecelakaan karena sabotase mobil siapa yg melakukannya
2025-04-26 13:51:56
1
user avatar
Kania Putri
langsung klop ikatan batin langsung tercipta antara Melvin & Nadya ini menyusui tapi masih nyesek sama nasib Nadya ini. bagi kalen hanya Melvin anugerah terindah yg dia miliki dengan mendiang istrinya
2025-04-26 13:42:29
1
  • 1
  • 2
  • 3
  • 4
142
Bukan Permintaan yang Diinginkan
“Kami turut berduka cita atas kepergian putra Anda.”Ucapan itu melayang di udara seperti belati tak kasat mata, menembus langsung ke hati Nadya.Dunia mendadak sunyi—seluruh hidupnya seperti terhenti dalam jeda waktu yang kejam.Setelah empat jam bergulat dengan rasa sakit, bertarung melawan tubuhnya sendiri demi membawa kehidupan baru ke dunia ini, dunia malah merebutnya kembali.Bayi itu—sosok kecil yang sudah ia cintai bahkan sebelum matanya terbuka untuk melihat dunia—menyerah.Hanya lima menit, cukup bagi kehidupan untuk membisikkan harapan, sebelum akhirnya memutuskan bahwa dunia ini terlalu berat untuk ditanggung oleh makhluk sekecil itu.“Anakku…” Nadya merintih, suara parau itu lebih seperti bisikan kepada dirinya sendiri daripada keluhan kepada dunia.Air mata mengalir tanpa ampun, membasahi wajah yang sudah kehilangan warna. Bayinya—yang bahkan belum sempat ia dekap dalam pelukannya, belum sempat mengecap manisnya susu yang telah ia persiapkan dengan penuh cinta—pergi begi
last updateปรับปรุงล่าสุด : 2025-02-04
อ่านเพิ่มเติม
(Terpaksa) Bersedia
"Da—dari mana kau tahu aku dan suamiku bercerai?" Suara Nadya terdengar bergetar, matanya melebar, dadanya sesak oleh keterkejutan yang baru saja ditorehkan oleh Kalen.Pria itu tetap berdiri tegak, sorot matanya sekelam langit yang kehilangan bintang. "Aku akan memberimu tempat tinggal jika kau menerima permintaanku," ucapnya, suaranya datar, namun ada sesuatu yang berputar di balik nada tenangnya—sesuatu yang enggan ia ungkapkan.Sejenak Nadya terdiam, membiarkan perasaan yang berjejalan di dadanya berusaha menemukan celah untuk keluar. "Ini terlalu sulit, Kalen."Kalen menghela napas panjang dan kasar. Kesabarannya mulai goyah. Tanpa berkata-kata lagi, ia melangkah mendekat, lalu meletakkan bayi mungil itu di hadapan Nadya.Tangisan bayi itu meraung seperti jeritan kecil yang memohon kasih sayang. Air matanya mengalir tanpa henti, napasnya tersengal-sengal dalam dekap kehausan dan kelelahan."Kau sudah merasakan kehilangan yang menyakitkan karena kepergian anakmu, kan?" Suara Kalen
last updateปรับปรุงล่าสุด : 2025-02-04
อ่านเพิ่มเติม
Sangat Menyakiti Hati Nadya
"Ini kamarmu. Kau akan tinggal di rumahku sampai Melvin berhenti menyusui."Suara Kalen bergema di antara dinding-dinding ruangan yang luas, namun tetap terasa dingin—sedingin es yang mengiris udara malam.Langkah-langkah mereka terdengar samar di lantai marmer, berbaur dengan denyut waktu yang terasa begitu lambat.Begitu tiba di dalam kamar, Kalen menunjuk ke arah ranjang yang telah disiapkan. Nadya masih duduk di kursi roda, menggendong Melvin erat-erat, seolah anak itu adalah satu-satunya pegangan di dunia yang terasa semakin asing baginya."Kau akan tidur dengan Melvin. Setiap dua jam sekali, kau harus menyusuinya." Suara Kalen datar, nyaris tanpa emosi, tetapi sorot matanya menusuk, seakan memastikan bahwa perintahnya tak bisa diganggu gugat.Nadya menoleh pelan, matanya mencari sesuatu di wajah pria itu—sesuatu yang dulu pernah ia kenali, tetapi kini telah berubah menjadi bayangan yang asing.Ada pertanyaan yang berputar di benaknya, sebuah rasa ingin tahu yang begitu kuat hing
last updateปรับปรุงล่าสุด : 2025-02-04
อ่านเพิ่มเติม
Pertentangan dari Orang Tua Kalen
“Kau sudah menemukan orang yang mau mendonorkan ASI-nya untuk Melvin?”Suara Nala, ibu Kalen, terdengar tegas saat langkah anggunnya memasuki ruang tamu yang luas.Sorot matanya tajam, penuh wibawa, seperti seorang ratu yang baru saja kembali untuk menginspeksi kerajaan yang ditinggalkannya.Kalen yang duduk di sofa meletakkan cangkir kopinya dengan pelan, seolah sedang mempertimbangkan kata-kata yang tepat sebelum menjawab.“Sudah. Bayinya meninggal dunia, dan dia masih memproduksi ASI dalam jumlah yang cukup banyak,” ucapnya, suaranya lebih pelan dari biasanya.Nala mengangguk pelan, tetapi tatapan matanya masih menyelidik. “Kalau begitu, Mama ingin bertemu dengannya.”Kalen mendesah pelan, tubuhnya menegang. “Jangan hari ini, Ma. Dia masih—”“Kenapa tidak?” Nala memotong tanpa ragu, suaranya naik sedikit, mencerminkan ketidaksabarannya. “Kau tidak asal pilih ibu susu untuk anakmu, kan?”Sorot matanya kini penuh curiga, menusuk Kalen seolah berusaha mengungkap rahasia yang tersembun
last updateปรับปรุงล่าสุด : 2025-02-05
อ่านเพิ่มเติม
Kau masih Mencintaiku?
“Lagi pula, Nadya hanya seorang perawat Melvin. Tidak lebih dari itu,” ucap Kalen, suaranya dingin bak angin malam yang menggigit tulang, menegaskan bahwa Nadya bukanlah bagian dari kepentingannya, bukanlah seseorang yang layak diperhitungkan dalam hidupnya.Nadya menoleh perlahan, seperti boneka porselen yang retak, matanya memburam oleh luka yang mendadak mengiris relung hatinya.Dadanya bergemuruh hebat, bukan karena amarah semata, melainkan oleh kepedihan yang menggulung-gulung, menyesakkan, membelitnya dalam ketidakberdayaan.Kata-kata Kalen menamparnya tanpa ampun, menjadikannya sekadar bayangan samar di dunia yang tak lagi memerlukannya.“Jadi, Mama tidak perlu khawatir terjadi sesuatu pada Melvin. Aku akan terus memantaunya setiap hari. Dan jika bukan karena tidak ada pilihan lain, aku pun tidak ingin memilih Nadya sebagai ibu susu Melvin.”Nada suara itu, tajam seperti ujung pisau yang dihunuskan tepat ke jantungnya. Di mata Kalen, ia bukanlah siapa-siapa.Tidak lebih dari se
last updateปรับปรุงล่าสุด : 2025-02-05
อ่านเพิ่มเติม
Hanya Seorang Pengasuh
“Tidak!” Nadya menggeleng cepat, seolah mencoba mengusir tuduhan yang baru saja dilontarkan Kalen. Dadanya bergemuruh, sementara tatapannya berusaha menembus dinding kebencian yang lelaki itu bangun di antara mereka.Kalen menyipitkan matanya, sorotnya tajam, menusuk hingga ke dasar hatinya. “Kalau begitu, kenapa kau bersikeras ingin menjelaskan hal yang tak ingin aku dengar?” suaranya terdengar seperti dentingan baja, dingin dan tak tergoyahkan.Nadya menelan ludah, mencoba menenangkan gejolak dalam dirinya. “Agar kau berhenti membenciku,” suaranya lirih, hampir lenyap ditelan udara di antara mereka.Kalen tertawa kecil, tapi tawa itu lebih menyerupai sengatan sarkasme yang mematikan. “Aku tidak akan melupakan semuanya,” bisiknya, suaranya mengandung api yang telah lama membara dalam dadanya. “Aku ingin kau tahu betapa hancurnya hidupku saat itu, Nadya!”Dengan satu gerakan, ia bangkit dari duduknya, tubuhnya menjulang dalam ketegasan yang tak tergoyahkan. Matanya, sedingin musim din
last updateปรับปรุงล่าสุด : 2025-02-05
อ่านเพิ่มเติม
Hidup yang Menyedihkan
Nadya menarik napas panjang, mencoba menenangkan debar jantungnya yang tak beraturan.Ia menatap Kalen dengan tatapan tak tergoyahkan, lalu berkata dengan nada yang jernih namun sarat makna,“Aku ingin dibayar setiap bulan,” ulang Nadya kembali.Alis Kalen sedikit terangkat, matanya yang tajam menyipit. “Untuk apa?”Nadya tersenyum tipis, sebuah senyum yang lebih mirip tamparan halus daripada ekspresi kebahagiaan.“Agar aku bisa membeli rumah. Aku tidak akan selamanya di sini. Dua tahun lagi, aku harus pergi, dan aku butuh tempat untuk melanjutkan hidupku.”Sejenak, hanya keheningan yang menjawab.Kalen tetap diam, matanya mengunci pada wajah Nadya seolah mencari celah di balik kata-kata yang baru saja keluar dari bibirnya.Hatinya menggeram pelan, tapi ia tak mengerti mengapa ada sesuatu yang menusuk dadanya ketika mendengar wanita itu berbicara tentang kepergian.Nadya menatapnya dengan sorot penuh tantangan. “Kenapa diam?” suaranya lirih, namun menggema bagai gemuruh di kepala Kale
last updateปรับปรุงล่าสุด : 2025-02-07
อ่านเพิ่มเติม
Ucapan yang Menusuk Hati
"Buatkan aku kopi."Suara berat itu menggema di ruangan, membuat Nadya spontan menoleh. Matanya membelalak tipis, memastikan apakah ia tidak salah dengar."Buatkan kopi?" ulangnya, nyaris tak percaya.Kalen menatapnya dengan dingin, tangan terselip di saku celana, posturnya tegak tanpa cela. "Ya," jawabnya santai, seolah itu adalah permintaan paling wajar di dunia."Selain merawat Melvin, kau juga harus merawatku, memberikan apa pun yang aku butuhkan."Dada Nadya bergemuruh hebat, amarah dan keterpaksaan bercampur menjadi satu.Tangan mungilnya mengepal erat, kukunya hampir menancap ke telapak tangannya sendiri. Betapa lancangnya pria itu, menuntutnya seolah ia adalah pelayan pribadi!Seakan belum cukup merendahkannya, Kalen menambahkan dengan nada penuh sindiran, "Kau ingin dibayar setiap bulan, kan? Maka dari itu, lakukan pekerjaan lain di rumah ini."Nadya merasakan sesuatu yang pahit menjalari tenggorokannya. Ia ingin menolak, ingin membalas kata-kata Kalen dengan sesuatu yang leb
last updateปรับปรุงล่าสุด : 2025-02-07
อ่านเพิ่มเติม
Tidak ada Kesempatan Kedua
"Kau jahat sekali, Kalen."Suara Nadya bergetar, lirih namun sarat dengan luka yang menganga. Matanya berkilat, menahan air mata yang hampir luruh, tapi Kalen hanya menyunggingkan senyum sinis—senyum yang begitu tajam, menusuk tanpa belas kasihan."Ucapanmu benar-benar tidak bisa difilter sama sekali," lanjutnya, suaranya hampir tercekat.Namun, bukannya merasa bersalah, Kalen justru menyandarkan punggungnya dengan santai, seakan menikmati bagaimana kata-katanya menghancurkan hati Nadya perlahan-lahan."Terima nasib saja, Nadya," ucapnya dingin. "Memang itu takdir yang harus kau lalui."Nadya mencengkeram roknya erat, kuku-kukunya hampir menembus kain."Kau pikir karma itu tidak ada?" lanjut Kalen, tatapannya begitu menusuk. "Tentu saja ada. Dan bukti bahwa karma itu nyata adalah kau diceraikan oleh suamimu dan anakmu meninggalkanmu."Dunia seakan berhenti berputar.Dadanya seperti dihantam batu raksasa, menghancurkan sisa-sisa pertahanan yang ia miliki. Kata-kata Kalen bergema di kep
last updateปรับปรุงล่าสุด : 2025-02-08
อ่านเพิ่มเติม
Akan Mendekatinya
“Kau sudah dengar, kan? Kalen sudah tidak mencintaimu!”Suara Nala meluncur tajam, memenuhi ruang tamu dengan hawa kebencian yang menggumpal di udara.Pagi itu, ia datang ke rumah dengan langkah mantap, memastikan Nadya benar-benar memahami tempatnya.Nadya hanya diam, menatap wajah wanita yang sejak dulu tak pernah benar-benar menerimanya.Ada bara dendam yang bersemayam di mata Nala, sebuah bara yang tak akan padam meskipun waktu terus bergulir.Namun, alih-alih terpancing, Nadya mencoba tersenyum. Senyum yang rapuh, tapi tetap teguh. Ia mengangguk pelan, lalu berbisik dengan suara yang nyaris tak terdengar, “Aku juga tidak mengharapkan Kalen untuk mencintaiku.”Matanya berkabut, namun ia menolak untuk menitikkan air mata di hadapan Nala. “Aku sudah tidak mencintainya.”Kalimat itu keluar begitu saja, meski hatinya tak benar-benar yakin apakah itu sebuah kebenaran atau hanya sekadar pelarian. “Aku ada di sini hanya untuk bekerja, untuk menyusui Melvin. Tidak lebih.”Mendengar itu, b
last updateปรับปรุงล่าสุด : 2025-02-09
อ่านเพิ่มเติม
สำรวจและอ่านนวนิยายดีๆ ได้ฟรี
เข้าถึงนวนิยายดีๆ จำนวนมากได้ฟรีบนแอป GoodNovel ดาวน์โหลดหนังสือที่คุณชอบและอ่านได้ทุกที่ทุกเวลา
อ่านหนังสือฟรีบนแอป
สแกนรหัสเพื่ออ่านบนแอป
DMCA.com Protection Status