Chapter: Pertanyaan dari ElizaEliza dan Ferdy bergegas pergi ke rumah sakit begitu mendapat kabar dari Nadya bahwa Kalen mengalami kecelakaan.Hati Eliza berdegup kencang sepanjang perjalanan, sementara genggaman tangan Ferdy di setir semakin erat, menahan kecemasan yang tak bisa ia ungkapkan dengan kata-kata.Sesampainya di rumah sakit, Eliza langsung melihat sosok Nadya yang terduduk lemas di bangku tunggu. Matanya sembab, wajahnya pucat.“Nadya.” Eliza segera menghampiri dan memeluk wanita itu erat, mencoba memberikan sedikit kehangatan di tengah duka yang menguar di udara. Pelukan itu terasa seperti tempat berteduh, walau hanya sejenak, dari badai yang tiba-tiba datang tanpa permisi.“Mama. Terima kasih sudah datang kemari. Maaf, sudah mengganggu waktumu,” ucap Nadya dengan suara lirih, hampir seperti bisikan yang diseret rasa bersalah.Eliza menggeleng, lalu menangkup wajah Nadya dan mengusap air mata yang membasahi pipinya. “It’s okay. Bagaimana ini bisa terjadi? Bagaimana kondisinya sekarang?” tanyanya pela
Terakhir Diperbarui: 2025-04-12
Chapter: Mencari Data Anak yang Hilang“Ada yang bisa dibantu?”Suara hangat dan ramah itu menyambut kedatangan Eliza dan Ferdy, yang berdiri di ambang pintu panti asuhan dengan hati berdebar dan mata yang menyimpan harapan.Alisha, wanita paruh baya dengan keriput lembut di sudut matanya, menyambut mereka dengan senyum yang tenang. Namun senyum itu tak mampu menenangkan badai yang tengah berkecamuk di dada Eliza.“Aku Eliza dan ini suamiku, Ferdy. Ada yang ingin kami bicarakan dengan Anda,” ujar Eliza dengan suara lembut namun gemetar.“Alisha. Salam kenal. Baik, silakan masuk.”Langkah kaki mereka terdengar pelan menyusuri lorong panti yang dipenuhi kenangan anak-anak—foto, lukisan, mainan kecil, dan jejak-jejak yang membisikkan kehidupan yang pernah terlantar tapi kini dirawat. Eliza menggenggam erat tangan Ferdy, seakan takut kehilangan lagi.“Ada apa, Nyonya Eliza dan Tuan Ferdy?”Eliza menarik napas panjang, mencoba menguasai dirinya yang hampir roboh oleh emosi. “Dua puluh enam tahun yang lalu, kami kehilangan anak
Terakhir Diperbarui: 2025-04-11
Chapter: Kondisi KalenNadya bergegas menuju rumah sakit dengan napas tersengal. Detik-detik di dalam mobil terasa seperti siksaan panjang yang tak kunjung usai.Wajahnya pucat, matanya sembab karena air mata terus membanjiri pipinya sepanjang perjalanan.Di sampingnya, Shopia menggenggam tangan Nadya erat, sementara Julian duduk di depan dengan rahang mengeras, berusaha tenang meski hatinya ikut tercabik.Ketakutan menggumpal di dada Nadya, seolah-olah napasnya sendiri ikut tertahan dalam kecemasan yang menyiksa.Ia terus menatap layar ponselnya, berharap ada pesan, ada panggilan—apa saja—yang bisa meyakinkannya bahwa semua ini hanya mimpi buruk yang sebentar lagi akan berakhir.Sesampainya di rumah sakit, langkah Nadya limbung. Kakinya nyaris tak kuat menopang tubuhnya yang diguncang rasa takut. John sudah menunggunya di ruang tunggu UGD.Pria itu berdiri dengan ekspresi suram, seolah sedang memikul beban yang tak sanggup ia bagi.“John. Bagaimana kondisi Kalen?” tanya Nadya, suaranya nyaris tak terdengar
Terakhir Diperbarui: 2025-04-10
Chapter: Sesuatu yang Terjadi“Apa hanya aku, yang diharapkan oleh ibunya untuk mati? Anak sendiri, yang terlahir dari rahimnya sendiri?” gumam Kalen lirih, seolah bertanya pada semesta, pada takdir yang begitu kejam padanya.Suaranya nyaris tak terdengar, tapi penuh luka yang tak bisa ditambal siapa pun.Ia duduk di dalam mobilnya, menatap kosong ke depan. “Selama ini aku selalu berusaha sabar dan mengerti karakter negatifnya,” lanjutnya, suara itu kini disertai getaran halus dari dada yang penuh sesak.Kalen menghela napas panjang, menarik udara dalam-dalam seolah berharap kesakitannya ikut terhembus keluar bersama napas itu. Tapi tak berhasil.Dadanya tetap terasa berat. Seberat beban pengkhianatan yang ditimpakan oleh wanita yang ia panggil ‘Mama’.“Ibu mana yang tega membiarkan anaknya mati di tangannya sendiri?” Suaranya terdengar patah, seperti pecahan kaca yang diinjak perlahan.“Sepertinya hanya aku... anak yang tidak beruntung di dunia ini. Ibuku menginginkanku mati. Ayahku meninggalkanku, dan aku harus
Terakhir Diperbarui: 2025-04-09
Chapter: Mulai Mencaritahu“Siapa orang itu? Katakan padaku siapa orang itu?” desak Kalen, suaranya dingin dan tajam, seperti pisau yang siap menebas.Sorot matanya menusuk, seolah mencoba menggali kebenaran yang disembunyikan ibunya selama ini.Nala merespon dengan tawa ringan yang menggema di ruang interogasi itu, seakan mengejek keputusasaan anak kandungnya sendiri.Ia menyilangkan tangan di dada, penuh percaya diri, seperti seorang ratu yang tak sudi digulingkan.“Apa kau akan memberikan saham itu jika aku memberitahumu?” tanyanya santai, meski tatapannya kini seperti bara api yang siap membakar apa pun.Tangan Kalen mengepal begitu kuat hingga buku jarinya memutih. Dadanya naik turun menahan amarah yang menggelegak.Ia menatap ibunya dengan mata yang penuh luka dan kemarahan. “Sekalipun aku tahu siapa orang itu, aku tidak akan pernah memberikan sepeser pun saham yang kumiliki!” ucapnya tegas, suaranya bergetar bukan karena takut—tetapi karena kecewa yang begitu dalam.Mata Nala semakin menyala, penuh amara
Terakhir Diperbarui: 2025-04-08
Chapter: Yang Diinginkan Nala“Siapa yang akan mengira bahwa ibu sendiri yang akan membunuh istri dari anaknya?” ucap Kalen dengan suara bergetar, jemarinya mengepal erat hingga buku-bukunya memutih.Matanya merah menahan gejolak emosi yang nyaris meledak dari dalam dadanya. Napasnya berat, seolah setiap kata yang keluar membawa beban berton-ton di dadanya.Di hadapannya, Nala hanya menyunggingkan senyum sinis, lalu membuang muka seperti tidak peduli. Sorot matanya kosong, nyaris dingin, seperti wanita yang telah kehilangan sisi kemanusiaannya.“Apa yang kau inginkan sampai membunuh Rania dan menjebak Nadya, Ma?” Kalen kembali bicara, kali ini suaranya lebih keras, lebih putus asa.“Kau ingin aku menjalani hidup seorang diri, tanpa ada pendamping di hidupku? Itu, yang kau mau? Bahkan kau ingin membunuh anakku juga!”Suasana ruang interogasi itu menegang. Sejenak, hanya suara detik jam dinding yang terdengar di antara mereka.Nala akhirnya menoleh. Matanya menusuk ke arah anak lelakinya, dingin dan penuh kebencian
Terakhir Diperbarui: 2025-04-08
Chapter: Babak Baru DimulaiKevin bersandar di kursinya, mengusap permukaan meja kayu mahoni yang mengilap dengan ujung jarinya, seolah merasakan denyut kemenangan yang bergetar di setiap seratnya.Senyum tipis bertengger di sudut bibirnya saat tinta emas pena menggoreskan tanda tangannya di atas kontrak yang menjanjikan masa depan gemilang bagi perusahaannya.Ini bukan sekadar kesepakatan biasa, melainkan puncak dari perjalanan panjang yang penuh lika-liku. Sebuah mahakarya diplomasi bisnis yang akhirnya terwujud dalam lembaran perjanjian resmi.Namun, euforia itu buyar dalam sekejap. Seperti kaca kristal yang terlepas dari genggaman, jatuh dan hancur berkeping-keping di lantai realitas yang kejam.Notifikasi email menyala di sudut layar laptopnya, seperti pertanda kehancuran yang menanti. Alisnya mengernyit, jemarinya bergerak membuka pesan dengan perasaan yang tiba-tiba diliputi firasat buruk.Begitu matanya menyapu isi surat elektronik itu, denyut nadinya melonjak, dan perutnya seakan dihantam gelombang ding
Terakhir Diperbarui: 2025-03-29
Chapter: Lakukan Sekarang Juga!Mike melirik arlojinya sejenak sebelum memasukkan kembali ponselnya ke dalam saku. Waktu sudah berlalu lebih cepat dari yang ia kira.Dengan langkah mantap, ia menuju restoran kecil yang terletak tak jauh dari kantor The Gold Company.Aroma kopi yang baru diseduh bercampur dengan keharuman roti panggang yang baru keluar dari oven menyambutnya begitu ia mendorong pintu kaca restoran.Di dekat jendela besar yang menghadap ke jalan, Julia sudah menunggu. Cahaya matahari yang menembus kaca membingkai wajahnya dengan kilauan keemasan, menciptakan siluet yang hampir tak nyata.Ia tampak anggun dalam setelan formalnya, meskipun ada sedikit kelelahan yang tersembunyi dalam sorot matanya."Maaf menunggu lama, Julia," ujar Mike dengan senyum tipis, nada suaranya penuh kehangatan.Julia mengangkat wajahnya, tersenyum samar. "Tidak apa-apa, aku juga baru saja datang. Terima kasih sudah menyempatkan waktu untuk makan siang bersamaku."Mike menarik kursinya dan duduk, kedua sikunya bertumpu ringan
Terakhir Diperbarui: 2025-03-28
Chapter: Tidak akan Tinggal Diam!Kevin mengerutkan keningnya saat sosok anggun itu melangkah masuk ke dalam ruang pertemuan. Cahaya lampu kristal yang menggantung megah di langit-langit memantulkan kilauan halus di atas setelan jas navy yang membalut tubuh Julia dengan sempurna.Matanya menyipit, mengamati wanita yang pernah menjadi bagian dari hidupnya—sekarang berdiri di hadapannya dengan aura yang jauh lebih mengintimidasi.“Untuk apa kau kemari? Ada urusan apa?” suaranya terdengar tajam, sarat dengan ketidaksenangan yang tak berusaha ia sembunyikan.Julia tetap melangkah maju dengan percaya diri, langkahnya mantap seperti seorang ratu yang memasuki medan pertempuran yang telah dikuasainya.Ia menyunggingkan senyum tipis, seolah menikmati ketidaknyamanan yang jelas terlihat di wajah Kevin.“Kolegamu adalah kolegaku juga, Kevin,” ucapnya ringan, suaranya lembut namun menusuk. “Aku hanya penasaran… apa yang akan terjadi dengan perusahaanmu jika tidak ada aku yang membantumu!”Kevin terkekeh sinis, melipat kedua tang
Terakhir Diperbarui: 2025-03-28
Chapter: Menyusun Balas Dendam"Aku minta maaf karena sudah mengakuimu sebagai calon tunanganku," ucapnya lirih setelah mereka tiba di rumah megah milik Julia dan Mike mengantarnya pulang ke sana.Mike hanya terkekeh kecil, seolah kegetiran Julia bukanlah sesuatu yang perlu disesali. Ia menepuk pundak wanita itu dengan kelembutan yang tak dibuat-buat."Bukankah kau yang meminta bantuanku? Lakukanlah sesuai dengan keinginanmu. Tidak masalah, mau menganggapnya sebagai calon tunangan pun."Julia menatap Mike, menemukan sesuatu dalam sorot matanya yang membuat dadanya sedikit lebih ringan.Pria itu tak memandangnya dengan kasihan, tidak pula dengan rasa menghakimi. Ia hanya ada di sana—mendengarkan, memahami, tanpa menuntut apapun darinya.Senyum lega mengembang di bibir Julia. "Terima kasih, Mike. Aku benar-benar menghargai bantuanmu. Aku tidak tahu apa jadinya jika kau tidak ada tadi. Mungkin Kevin akan semakin mencemoohku karena duduk sendiri.”Mike menatapnya lama, ekspresinya sulit diartikan—ada sesuatu yang bersi
Terakhir Diperbarui: 2025-03-27
Chapter: Dia adalah Calon Tunanganku!"Kita harus memastikan bahwa kerja sama dengan mitra dari luar negeri berjalan dengan lancar. Aku sudah berbicara dengan beberapa pihak, dan mereka tampak tertarik," kata Julia dengan mata menatap Mike dengan keyakinan seorang pemimpin yang tahu arah langkahnya.Mike mengangguk, ekspresinya menunjukkan penghargaan terhadap ketajaman wanita di hadapannya. "Itu langkah yang bagus. Dengan reputasi The Gold Company, aku yakin mereka tidak akan menolak."Namun, sebelum Julia sempat menanggapi, suara langkah kaki tergesa-gesa mendekat, memecah harmoni pertemuan bisnis itu.Pintu ruangan terbuka dengan kasar, dan sosok yang dulu pernah menguasai hatinya kini berdiri di ambang pintu dengan ekspresi murka. Kevin.Matanya yang gelap menyala dengan amarah yang tak terkendali, seolah api cemburu dan keterkejutan membakar dirinya dari dalam."Apa maksud dari ini semua, Julia?" suaranya menggema, memecah keheningan dan menarik perhatian beberapa pengunjung yang masih berada di sekitar.Julia menghe
Terakhir Diperbarui: 2025-03-27
Chapter: Aku ingin Balas Dendam"Mari kita sambut, donatur amal terbanyak kali ini untuk Yayasan Musik International tahun ini!"Suara pembawa acara menggema di seluruh aula megah, merambat di antara pilar-pilar marmer yang menjulang tinggi.Kilauan lampu kristal menggantung dari langit-langit, memantulkan cahaya seperti bintang-bintang yang berjatuhan di antara para tamu yang berdiri dalam gaun dan jas terbaik mereka."Seorang yang telah memberikan fasilitas terbaik demi kemajuan yayasan ini, untuk semua murid yang kurang mampu! Julia!"Sejenak, keheningan menggantung di udara, seolah semua orang menahan napas. Kemudian, tepuk tangan bergemuruh, memenuhi ruangan dengan semangat dan kekaguman yang meluap-luap.Para hadirin berdiri, memberikan penghormatan kepada sosok yang telah menjadi pilar utama yayasan ini.Dari balik tirai kemewahan, seorang wanita anggun melangkah maju. Julia.Gaun malam yang membalut tubuhnya dengan sempurna, membiaskan kilauan bak safir yang tersentuh sinar bulan. Setiap langkahnya adalah si
Terakhir Diperbarui: 2025-03-26
Chapter: Peringatan untuk StellaSenja mulai turun ketika Louis melangkah keluar dari restoran tempatnya bertemu dengan klien Smith.Udara sore masih terasa hangat, namun ketegangan yang tiba-tiba muncul membuat suasana terasa lebih dingin.Stella berdiri tak jauh darinya, menunggu dengan tangan terlipat di depan dada, ekspresi wajahnya penuh kecurigaan."Akhirnya kau keluar juga," kata Stella dengan nada sinis.Louis menghentikan langkahnya, menatapnya sekilas sebelum kembali melangkah tanpa berniat berbicara. Namun, Stella tidak membiarkannya pergi begitu saja."Aku tahu itu kau, Louis," tuduh Stella tiba-tiba. "Kau yang mengirim seseorang untuk menerorku, bukan?"Louis mengernyit, lalu tiba-tiba tertawa kecil, geli mendengar tuduhan tersebut."Menerormu?" ulangnya, menatap Stella dengan pandangan meremehkan."Kau pikir aku punya waktu untuk itu? Aku punya banyak pekerjaan yang jauh lebih penting daripada membuang-buang energi untuk menerormu.""Jangan berlagak tidak tahu, Louis," sahut Stella dengan nada tajam. "A
Terakhir Diperbarui: 2025-03-15
Chapter: Mulai BergerakFajar baru saja merekah, tapi Stella sudah terjaga. Ia duduk di tepi ranjang dengan ponselnya tergenggam erat, tatapan matanya melekat pada layar yang menampilkan sebuah pesan tak dikenal.“Berhenti mengganggu hidup Smith. Atau kau akan merasakan neraka di dunia.”Alih-alih merasa takut, Stella justru tersenyum sinis. Tawa kecilnya menggema di kamar yang sunyi, serupa bisikan iblis yang tengah bersiap memainkan permainannya sendiri.“Peneror murahan,” gumamnya, membuang ponsel itu ke atas meja rias. Seberapa banyak pun ancaman yang datang, ia tidak akan mundur. Tidak akan pernah.Dengan gerakan anggun, Stella berdiri dan berjalan ke depan cermin besar yang terpajang di sudut ruangan.Jemarinya yang ramping mengambil lipstik merah dari meja rias, lalu perlahan menggoreskannya ke bibirnya yang penuh.Warna merah darah itu menyala tajam, seperti simbol dari ambisi dan obsesi yang tak pernah padam.Ia menyeringai, memiringkan kepalanya sedikit, mengamati bayangan dirinya yang terpantul di
Terakhir Diperbarui: 2025-03-02
Chapter: Melakukan Sesuatu pada StellaMalam menyelimuti kota dengan gelap yang pekat, hanya diterangi oleh kelip lampu jalan yang berpendar samar.Di sudut sebuah gudang tua yang tersembunyi dari hiruk-pikuk kehidupan, Smith berdiri dengan sorot mata dingin, menatap sosok di hadapannya.Bobby, pria berbadan kekar dengan rahang keras bak batu dan mata yang tajam seperti pisau, menyeringai tipis.Tangan kasarnya menyulut sebatang rokok, asapnya mengepul ke udara, menambah suasana kelam di antara mereka."Jadi, kau ingin aku meneror wanita itu?" suara Bobby berat dan kasar, penuh nada ketertarikan yang berbahaya.Smith tidak menunjukkan ekspresi gentar sedikit pun. Ia hanya mengangguk, suaranya terdengar tegas dan dingin."Stella sudah semakin menggila. Aku ingin dia berhenti mengganggu rumah tanggaku. Apa pun yang kau lakukan untuk membuatnya jera, aku serahkan padamu."Bobby tertawa kecil, rokoknya hampir habis di antara jemarinya yang kekar. "Lucu sekali. Seorang Smith Alexander, pria yang begitu berkuasa, memilih menyele
Terakhir Diperbarui: 2025-02-25
Chapter: Aku Hanya Mencintaimu, Itu SajaPintu rumah terbuka dengan bunyi klik pelan, menandakan kepulangan Smith setelah seharian penuh berkutat dengan pekerjaan.Rambutnya sedikit berantakan, dasinya sudah longgar, dan ekspresi wajahnya menunjukkan betapa lelahnya ia setelah kembali ke rutinitas kantornya.Bahkan, waktu istirahatnya tadi hanya cukup untuk makan siang bersama Louis.Laura yang tengah duduk di sofa langsung bangkit begitu melihat suaminya memasuki ruangan. Dengan senyum lembut, ia melangkah mendekat dan langsung mencium pipi Smith."Selamat datang di rumah, Sayang," bisiknya lembut, berharap bisa sedikit mengusir penat di wajah pria itu.Smith mendesah pelan, lalu tanpa ragu menarik Laura ke dalam pelukannya. Ia mencium kening wanita itu dengan penuh kasih sebelum mengubur wajahnya di bahu Laura."Astaga, Laura... Aku benar-benar lelah hari ini. Pekerjaan menumpuk setelah satu minggu penuh kita liburan. Rasanya seperti dihukum karena bersenang-senang."Laura terkekeh mendengar keluhan suaminya. Ia mengusap p
Terakhir Diperbarui: 2025-02-08
Chapter: Back to New YorkSetelah satu minggu penuh menikmati keindahan New Zealand, Laura dan Smith akhirnya kembali ke New York.Begitu menginjakkan kaki di kantornya, Smith langsung disambut oleh tumpukan berkas yang menggunung di meja kerjanya.Vincent dan Louis sudah menunggunya dengan ekspresi yang sama sekali tidak menunjukkan belas kasihan.Smith menghela napas panjang sebelum menjatuhkan diri ke kursi dengan lemas. "Kalian serius? Aku baru sampai dan langsung disuguhi ini semua?" keluhnya sambil menunjuk setumpuk dokumen yang sudah tertata rapi menunggunya.Vincent menyeringai. "Apa boleh buat? Ada banyak hal yang harus kau urus, bos besar."Louis menepuk bahu saudara kembarnya dan menahan tawa. "Selamat datang kembali di dunia nyata, Smith."Smith menggerutu sambil membuka salah satu berkas. "Sumpah, ini benar-benar menyebalkan. Aku masih ingin bersantai, menikmati waktu dengan Laura, bukannya terjebak dalam tumpukan laporan keuangan dan pengecekan proyek!"Louis tak bisa menahan tawa kali ini. "Kau
Terakhir Diperbarui: 2025-02-08
Chapter: Kemarahan Stella Pagi di New Zealand terasa begitu segar. Cahaya matahari menyelinap di antara dedaunan, angin sepoi-sepoi berembus lembut membawa aroma laut yang khas.Laura dan Smith berjalan bergandengan tangan menyusuri trotoar kota kecil yang ramai.Hari ini mereka memutuskan untuk pergi ke pasar swalayan dan berbelanja beberapa barang, termasuk oleh-oleh dan, tentu saja, perlengkapan untuk calon bayi mereka.Sesampainya di pasar swalayan, mata Laura berbinar melihat deretan baju bayi yang menggemaskan tersusun rapi di rak-rak kayu.Berbagai warna pastel yang lembut dengan motif hewan-hewan khas New Zealand seperti domba dan burung kiwi terpajang begitu cantik.“Lihat ini, Smith!” seru Laura antusias sambil mengambil dua setelan baju bayi berwarna putih dengan motif domba kecil. “Bukankah ini lucu sekali?”Smith yang tengah memperhatikan rak sepatu bayi menoleh dan tersenyum. “Lucu sekali. Aku suka motifnya.”Laura mengelus kain baju itu dengan jemarinya, membayangkan kedua bayi kecil mereka meng
Terakhir Diperbarui: 2025-02-07