Share

Kau masih Mencintaiku?

Penulis: Senja Berpena
last update Terakhir Diperbarui: 2025-02-05 14:34:20

“Lagi pula, Nadya hanya seorang perawat Melvin. Tidak lebih dari itu,” ucap Kalen, suaranya dingin bak angin malam yang menggigit tulang, menegaskan bahwa Nadya bukanlah bagian dari kepentingannya, bukanlah seseorang yang layak diperhitungkan dalam hidupnya.

Nadya menoleh perlahan, seperti boneka porselen yang retak, matanya memburam oleh luka yang mendadak mengiris relung hatinya.

Dadanya bergemuruh hebat, bukan karena amarah semata, melainkan oleh kepedihan yang menggulung-gulung, menyesakkan, membelitnya dalam ketidakberdayaan.

Kata-kata Kalen menamparnya tanpa ampun, menjadikannya sekadar bayangan samar di dunia yang tak lagi memerlukannya.

“Jadi, Mama tidak perlu khawatir terjadi sesuatu pada Melvin. Aku akan terus memantaunya setiap hari. Dan jika bukan karena tidak ada pilihan lain, aku pun tidak ingin memilih Nadya sebagai ibu susu Melvin.”

Nada suara itu, tajam seperti ujung pisau yang dihunuskan tepat ke jantungnya. Di mata Kalen, ia bukanlah siapa-siapa.

Tidak lebih dari seonggok kenangan yang tak diinginkan, yang ingin dilenyapkan secepat mungkin.

Kata-kata itu kembali diucapkan, seolah hendak mengukir kepastian di udara, menggoreskan ketidakpedulian yang mengerikan. Kalen membencinya.

Dengan sepenuh keberadaannya. Jangankan menginginkannya kembali, bahkan sekadar mengizinkan dirinya merasa jatuh cinta lagi pun tak ada dalam kamus hidup lelaki itu.

“Aku juga akan memantaumu, Kalen.” Suara Nadya gemetar, bukan karena takut, tetapi karena harga dirinya yang terinjak begitu dalam.

“Sebagai seorang pengasuh? Derajat itu memang pantas untuk wanita pengkhianat sepertimu, Nadya!”

Nala bangkit dari duduknya, gaun mahalnya berdesir pelan mengikuti gerakan tubuhnya yang anggun tapi mengandung bara dingin yang membakar. Matanya, redup tapi penuh kemarahan, menembus jiwa Nadya seperti belati es yang tak kasatmata.

“Jangan pernah bermimpi akan menjadi menantuku, Nadya.” Suaranya merayap pelan, namun mencengkeram kuat, menyayat seperti belati. “Kau hanyalah seorang murahan yang telah menyakiti hati anakku!”

Kata-kata itu meluncur begitu kejam, begitu dingin, seperti musim dingin yang tak berkesudahan, membekukan setiap harapan yang tersisa.

Nala melangkah pergi, tapi aura kemarahannya masih menggantung di udara, seolah rumah itu pun ikut mencatat luka yang baru saja diukirkan.

“Carikan ibu susu untuk Melvin, jika bisa, dalam waktu dekat ini.” Nala menghubungi seseorang, suaranya mengandung kepastian yang tak terbantahkan.

“Aku tidak sudi cucuku diberi ASI oleh wanita murahan itu!” desisnya, sebelum akhirnya mobilnya melaju pergi, meninggalkan jejak ketidakrelaan yang panjang di halaman rumah megah milik anaknya.

Sementara di dalam rumah, cahaya lampu temaram menyoroti siluet dua jiwa yang terpisah oleh jurang luka dan kebencian.

Nadya menatap Kalen yang duduk santai di sofa, seolah kehadirannya tak lebih dari sekadar angin yang berlalu.

Di tangannya, secangkir kopi mengepul, aromanya pekat, namun tak cukup kuat untuk menghangatkan suasana yang beku di antara mereka.

“Apa kau tidak ingin mendengar sedikit saja penjelasan dariku, Kalen?” tanya Nadya, suaranya lirih, hampir menyerupai bisikan angin malam yang meratap di balik jendela.

Tanpa menoleh sedikit pun, tanpa sedikit pun memberi celah untuk harapan, Kalen menggeleng tegas.

Gerakannya seperti palu godam yang menghantam dan meremukkan sisa keberanian yang Nadya kumpulkan.

“Kembali ke kamarmu dan jaga Melvin dengan baik. Aku tidak main-main dengan ucapanku tadi.”

Dingin. Tajam. Kata-kata itu meluncur dengan ketegasan yang tak tergoyahkan, seperti ukiran di atas batu yang tak akan luntur oleh waktu.

Nadya meremas jemarinya, mencoba mencari pegangan di tengah gejolak yang bergemuruh dalam dadanya.

Napasnya tersengal, bukan karena udara yang menipis, tapi karena luka yang kian melebar setiap kali suara Kalen menghantam hatinya.

“Ini adalah kesempatanku untuk menjelaskan semuanya,” suaranya bergetar, namun dipaksakan untuk tetap tegak.

“Aku tidak mengenal pria itu. Aku bahkan tidak tidur dengannya. Aku tidak mengkhianatimu, Kalen. Itu semua hanya salah paham, dan aku dijebak.”

Tapi harapan itu mati bahkan sebelum sempat tumbuh.

“Cukup, Nadya!”

Pekikan Kalen mengiris udara, penuh dengan bara emosi yang siap membakar apa pun di sekitarnya.

“Kau pikir aku akan memaafkanmu begitu saja setelah kau menjelaskan semuanya?”

Nadya menggigit bibirnya, menahan perih yang menusuk hingga ke tulang. “Setidaknya begitu,” ucapnya, hampir seperti gumaman, seolah sadar bahwa jawabannya hanya akan menjadi abu di telapak tangan Kalen.

Kalen mendengkus, bibirnya melengkung dalam seringai pahit. “Maaf saja tidak cukup, Nadya.” Matanya menatapnya tanpa belas kasihan, seperti es yang tak akan pernah mencair.

“Kau telah mempermalukan keluargaku, keluarga yang telah menerimamu, yang telah menganggapmu bagian dari kami. Kau juga menghancurkan kepercayaan Mama yang sudah menyayangimu.”

Nadya menelan salivanya dengan pelan, merasakan getir yang menggumpal di tenggorokannya.

Tak ada kata-kata yang mampu keluar, tak ada pembelaan yang bisa menembus tembok kokoh yang telah dibangun Kalen di antara mereka. Yang tersisa hanya air mata, jatuh tanpa suara, membawa kepedihan yang tak terkatakan.

“Hapus air mata dustamu itu, Nadya.” Suara Kalen terdengar seperti pisau yang mengiris perlahan, penuh dengan kegetiran yang tak berujung.

“Tangisanmu tidak akan bisa mengembalikan semuanya seperti semula. Aku membencimu, dan sampai kapan pun kau hanyalah masa lalu yang menyakitkan.”

Kalen menatap datar wajah Nadya yang masih berdiri di hadapanya. “Atau … sebenarnya kau masih mencintaiku?”

Bab terkait

  • Menjadi Ibu Susu Anak Mantanku   Hanya Seorang Pengasuh

    “Tidak!” Nadya menggeleng cepat, seolah mencoba mengusir tuduhan yang baru saja dilontarkan Kalen. Dadanya bergemuruh, sementara tatapannya berusaha menembus dinding kebencian yang lelaki itu bangun di antara mereka.Kalen menyipitkan matanya, sorotnya tajam, menusuk hingga ke dasar hatinya. “Kalau begitu, kenapa kau bersikeras ingin menjelaskan hal yang tak ingin aku dengar?” suaranya terdengar seperti dentingan baja, dingin dan tak tergoyahkan.Nadya menelan ludah, mencoba menenangkan gejolak dalam dirinya. “Agar kau berhenti membenciku,” suaranya lirih, hampir lenyap ditelan udara di antara mereka.Kalen tertawa kecil, tapi tawa itu lebih menyerupai sengatan sarkasme yang mematikan. “Aku tidak akan melupakan semuanya,” bisiknya, suaranya mengandung api yang telah lama membara dalam dadanya. “Aku ingin kau tahu betapa hancurnya hidupku saat itu, Nadya!”Dengan satu gerakan, ia bangkit dari duduknya, tubuhnya menjulang dalam ketegasan yang tak tergoyahkan. Matanya, sedingin musim din

    Terakhir Diperbarui : 2025-02-05
  • Menjadi Ibu Susu Anak Mantanku   Bukan Permintaan yang Diinginkan

    “Kami turut berduka cita atas kepergian putra Anda.”Ucapan itu melayang di udara seperti belati tak kasat mata, menembus langsung ke hati Nadya.Dunia mendadak sunyi—seluruh hidupnya seperti terhenti dalam jeda waktu yang kejam.Setelah empat jam bergulat dengan rasa sakit, bertarung melawan tubuhnya sendiri demi membawa kehidupan baru ke dunia ini, dunia malah merebutnya kembali.Bayi itu—sosok kecil yang sudah ia cintai bahkan sebelum matanya terbuka untuk melihat dunia—menyerah.Hanya lima menit, cukup bagi kehidupan untuk membisikkan harapan, sebelum akhirnya memutuskan bahwa dunia ini terlalu berat untuk ditanggung oleh makhluk sekecil itu.“Anakku…” Nadya merintih, suara parau itu lebih seperti bisikan kepada dirinya sendiri daripada keluhan kepada dunia.Air mata mengalir tanpa ampun, membasahi wajah yang sudah kehilangan warna. Bayinya—yang bahkan belum sempat ia dekap dalam pelukannya, belum sempat mengecap manisnya susu yang telah ia persiapkan dengan penuh cinta—pergi begi

    Terakhir Diperbarui : 2025-02-04
  • Menjadi Ibu Susu Anak Mantanku   (Terpaksa) Bersedia

    "Da—dari mana kau tahu aku dan suamiku bercerai?" Suara Nadya terdengar bergetar, matanya melebar, dadanya sesak oleh keterkejutan yang baru saja ditorehkan oleh Kalen.Pria itu tetap berdiri tegak, sorot matanya sekelam langit yang kehilangan bintang. "Aku akan memberimu tempat tinggal jika kau menerima permintaanku," ucapnya, suaranya datar, namun ada sesuatu yang berputar di balik nada tenangnya—sesuatu yang enggan ia ungkapkan.Sejenak Nadya terdiam, membiarkan perasaan yang berjejalan di dadanya berusaha menemukan celah untuk keluar. "Ini terlalu sulit, Kalen."Kalen menghela napas panjang dan kasar. Kesabarannya mulai goyah. Tanpa berkata-kata lagi, ia melangkah mendekat, lalu meletakkan bayi mungil itu di hadapan Nadya.Tangisan bayi itu meraung seperti jeritan kecil yang memohon kasih sayang. Air matanya mengalir tanpa henti, napasnya tersengal-sengal dalam dekap kehausan dan kelelahan."Kau sudah merasakan kehilangan yang menyakitkan karena kepergian anakmu, kan?" Suara Kalen

    Terakhir Diperbarui : 2025-02-04
  • Menjadi Ibu Susu Anak Mantanku   Sangat Menyakiti Hati Nadya

    "Ini kamarmu. Kau akan tinggal di rumahku sampai Melvin berhenti menyusui."Suara Kalen bergema di antara dinding-dinding ruangan yang luas, namun tetap terasa dingin—sedingin es yang mengiris udara malam.Langkah-langkah mereka terdengar samar di lantai marmer, berbaur dengan denyut waktu yang terasa begitu lambat.Begitu tiba di dalam kamar, Kalen menunjuk ke arah ranjang yang telah disiapkan. Nadya masih duduk di kursi roda, menggendong Melvin erat-erat, seolah anak itu adalah satu-satunya pegangan di dunia yang terasa semakin asing baginya."Kau akan tidur dengan Melvin. Setiap dua jam sekali, kau harus menyusuinya." Suara Kalen datar, nyaris tanpa emosi, tetapi sorot matanya menusuk, seakan memastikan bahwa perintahnya tak bisa diganggu gugat.Nadya menoleh pelan, matanya mencari sesuatu di wajah pria itu—sesuatu yang dulu pernah ia kenali, tetapi kini telah berubah menjadi bayangan yang asing.Ada pertanyaan yang berputar di benaknya, sebuah rasa ingin tahu yang begitu kuat hing

    Terakhir Diperbarui : 2025-02-04
  • Menjadi Ibu Susu Anak Mantanku   Pertentangan dari Orang Tua Kalen

    “Kau sudah menemukan orang yang mau mendonorkan ASI-nya untuk Melvin?”Suara Nala, ibu Kalen, terdengar tegas saat langkah anggunnya memasuki ruang tamu yang luas.Sorot matanya tajam, penuh wibawa, seperti seorang ratu yang baru saja kembali untuk menginspeksi kerajaan yang ditinggalkannya.Kalen yang duduk di sofa meletakkan cangkir kopinya dengan pelan, seolah sedang mempertimbangkan kata-kata yang tepat sebelum menjawab.“Sudah. Bayinya meninggal dunia, dan dia masih memproduksi ASI dalam jumlah yang cukup banyak,” ucapnya, suaranya lebih pelan dari biasanya.Nala mengangguk pelan, tetapi tatapan matanya masih menyelidik. “Kalau begitu, Mama ingin bertemu dengannya.”Kalen mendesah pelan, tubuhnya menegang. “Jangan hari ini, Ma. Dia masih—”“Kenapa tidak?” Nala memotong tanpa ragu, suaranya naik sedikit, mencerminkan ketidaksabarannya. “Kau tidak asal pilih ibu susu untuk anakmu, kan?”Sorot matanya kini penuh curiga, menusuk Kalen seolah berusaha mengungkap rahasia yang tersembun

    Terakhir Diperbarui : 2025-02-05

Bab terbaru

  • Menjadi Ibu Susu Anak Mantanku   Hanya Seorang Pengasuh

    “Tidak!” Nadya menggeleng cepat, seolah mencoba mengusir tuduhan yang baru saja dilontarkan Kalen. Dadanya bergemuruh, sementara tatapannya berusaha menembus dinding kebencian yang lelaki itu bangun di antara mereka.Kalen menyipitkan matanya, sorotnya tajam, menusuk hingga ke dasar hatinya. “Kalau begitu, kenapa kau bersikeras ingin menjelaskan hal yang tak ingin aku dengar?” suaranya terdengar seperti dentingan baja, dingin dan tak tergoyahkan.Nadya menelan ludah, mencoba menenangkan gejolak dalam dirinya. “Agar kau berhenti membenciku,” suaranya lirih, hampir lenyap ditelan udara di antara mereka.Kalen tertawa kecil, tapi tawa itu lebih menyerupai sengatan sarkasme yang mematikan. “Aku tidak akan melupakan semuanya,” bisiknya, suaranya mengandung api yang telah lama membara dalam dadanya. “Aku ingin kau tahu betapa hancurnya hidupku saat itu, Nadya!”Dengan satu gerakan, ia bangkit dari duduknya, tubuhnya menjulang dalam ketegasan yang tak tergoyahkan. Matanya, sedingin musim din

  • Menjadi Ibu Susu Anak Mantanku   Kau masih Mencintaiku?

    “Lagi pula, Nadya hanya seorang perawat Melvin. Tidak lebih dari itu,” ucap Kalen, suaranya dingin bak angin malam yang menggigit tulang, menegaskan bahwa Nadya bukanlah bagian dari kepentingannya, bukanlah seseorang yang layak diperhitungkan dalam hidupnya.Nadya menoleh perlahan, seperti boneka porselen yang retak, matanya memburam oleh luka yang mendadak mengiris relung hatinya.Dadanya bergemuruh hebat, bukan karena amarah semata, melainkan oleh kepedihan yang menggulung-gulung, menyesakkan, membelitnya dalam ketidakberdayaan.Kata-kata Kalen menamparnya tanpa ampun, menjadikannya sekadar bayangan samar di dunia yang tak lagi memerlukannya.“Jadi, Mama tidak perlu khawatir terjadi sesuatu pada Melvin. Aku akan terus memantaunya setiap hari. Dan jika bukan karena tidak ada pilihan lain, aku pun tidak ingin memilih Nadya sebagai ibu susu Melvin.”Nada suara itu, tajam seperti ujung pisau yang dihunuskan tepat ke jantungnya. Di mata Kalen, ia bukanlah siapa-siapa.Tidak lebih dari se

  • Menjadi Ibu Susu Anak Mantanku   Pertentangan dari Orang Tua Kalen

    “Kau sudah menemukan orang yang mau mendonorkan ASI-nya untuk Melvin?”Suara Nala, ibu Kalen, terdengar tegas saat langkah anggunnya memasuki ruang tamu yang luas.Sorot matanya tajam, penuh wibawa, seperti seorang ratu yang baru saja kembali untuk menginspeksi kerajaan yang ditinggalkannya.Kalen yang duduk di sofa meletakkan cangkir kopinya dengan pelan, seolah sedang mempertimbangkan kata-kata yang tepat sebelum menjawab.“Sudah. Bayinya meninggal dunia, dan dia masih memproduksi ASI dalam jumlah yang cukup banyak,” ucapnya, suaranya lebih pelan dari biasanya.Nala mengangguk pelan, tetapi tatapan matanya masih menyelidik. “Kalau begitu, Mama ingin bertemu dengannya.”Kalen mendesah pelan, tubuhnya menegang. “Jangan hari ini, Ma. Dia masih—”“Kenapa tidak?” Nala memotong tanpa ragu, suaranya naik sedikit, mencerminkan ketidaksabarannya. “Kau tidak asal pilih ibu susu untuk anakmu, kan?”Sorot matanya kini penuh curiga, menusuk Kalen seolah berusaha mengungkap rahasia yang tersembun

  • Menjadi Ibu Susu Anak Mantanku   Sangat Menyakiti Hati Nadya

    "Ini kamarmu. Kau akan tinggal di rumahku sampai Melvin berhenti menyusui."Suara Kalen bergema di antara dinding-dinding ruangan yang luas, namun tetap terasa dingin—sedingin es yang mengiris udara malam.Langkah-langkah mereka terdengar samar di lantai marmer, berbaur dengan denyut waktu yang terasa begitu lambat.Begitu tiba di dalam kamar, Kalen menunjuk ke arah ranjang yang telah disiapkan. Nadya masih duduk di kursi roda, menggendong Melvin erat-erat, seolah anak itu adalah satu-satunya pegangan di dunia yang terasa semakin asing baginya."Kau akan tidur dengan Melvin. Setiap dua jam sekali, kau harus menyusuinya." Suara Kalen datar, nyaris tanpa emosi, tetapi sorot matanya menusuk, seakan memastikan bahwa perintahnya tak bisa diganggu gugat.Nadya menoleh pelan, matanya mencari sesuatu di wajah pria itu—sesuatu yang dulu pernah ia kenali, tetapi kini telah berubah menjadi bayangan yang asing.Ada pertanyaan yang berputar di benaknya, sebuah rasa ingin tahu yang begitu kuat hing

  • Menjadi Ibu Susu Anak Mantanku   (Terpaksa) Bersedia

    "Da—dari mana kau tahu aku dan suamiku bercerai?" Suara Nadya terdengar bergetar, matanya melebar, dadanya sesak oleh keterkejutan yang baru saja ditorehkan oleh Kalen.Pria itu tetap berdiri tegak, sorot matanya sekelam langit yang kehilangan bintang. "Aku akan memberimu tempat tinggal jika kau menerima permintaanku," ucapnya, suaranya datar, namun ada sesuatu yang berputar di balik nada tenangnya—sesuatu yang enggan ia ungkapkan.Sejenak Nadya terdiam, membiarkan perasaan yang berjejalan di dadanya berusaha menemukan celah untuk keluar. "Ini terlalu sulit, Kalen."Kalen menghela napas panjang dan kasar. Kesabarannya mulai goyah. Tanpa berkata-kata lagi, ia melangkah mendekat, lalu meletakkan bayi mungil itu di hadapan Nadya.Tangisan bayi itu meraung seperti jeritan kecil yang memohon kasih sayang. Air matanya mengalir tanpa henti, napasnya tersengal-sengal dalam dekap kehausan dan kelelahan."Kau sudah merasakan kehilangan yang menyakitkan karena kepergian anakmu, kan?" Suara Kalen

  • Menjadi Ibu Susu Anak Mantanku   Bukan Permintaan yang Diinginkan

    “Kami turut berduka cita atas kepergian putra Anda.”Ucapan itu melayang di udara seperti belati tak kasat mata, menembus langsung ke hati Nadya.Dunia mendadak sunyi—seluruh hidupnya seperti terhenti dalam jeda waktu yang kejam.Setelah empat jam bergulat dengan rasa sakit, bertarung melawan tubuhnya sendiri demi membawa kehidupan baru ke dunia ini, dunia malah merebutnya kembali.Bayi itu—sosok kecil yang sudah ia cintai bahkan sebelum matanya terbuka untuk melihat dunia—menyerah.Hanya lima menit, cukup bagi kehidupan untuk membisikkan harapan, sebelum akhirnya memutuskan bahwa dunia ini terlalu berat untuk ditanggung oleh makhluk sekecil itu.“Anakku…” Nadya merintih, suara parau itu lebih seperti bisikan kepada dirinya sendiri daripada keluhan kepada dunia.Air mata mengalir tanpa ampun, membasahi wajah yang sudah kehilangan warna. Bayinya—yang bahkan belum sempat ia dekap dalam pelukannya, belum sempat mengecap manisnya susu yang telah ia persiapkan dengan penuh cinta—pergi begi

Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status