Accueil / Romansa / Menjadi Ibu Susu Anak Mantanku / Tidak ada Kesempatan Kedua

Share

Tidak ada Kesempatan Kedua

Auteur: Senja Berpena
last update Dernière mise à jour: 2025-02-08 21:27:58

"Kau jahat sekali, Kalen."

Suara Nadya bergetar, lirih namun sarat dengan luka yang menganga. Matanya berkilat, menahan air mata yang hampir luruh, tapi Kalen hanya menyunggingkan senyum sinis—senyum yang begitu tajam, menusuk tanpa belas kasihan.

"Ucapanmu benar-benar tidak bisa difilter sama sekali," lanjutnya, suaranya hampir tercekat.

Namun, bukannya merasa bersalah, Kalen justru menyandarkan punggungnya dengan santai, seakan menikmati bagaimana kata-katanya menghancurkan hati Nadya perlahan-lahan.

"Terima nasib saja, Nadya," ucapnya dingin. "Memang itu takdir yang harus kau lalui."

Nadya mencengkeram roknya erat, kuku-kukunya hampir menembus kain.

"Kau pikir karma itu tidak ada?" lanjut Kalen, tatapannya begitu menusuk. "Tentu saja ada. Dan bukti bahwa karma itu nyata adalah kau diceraikan oleh suamimu dan anakmu meninggalkanmu."

Dunia seakan berhenti berputar.

Dadanya seperti dihantam batu raksasa, menghancurkan sisa-sisa pertahanan yang ia miliki. Kata-kata Kalen bergema di kep
Continuez à lire ce livre gratuitement
Scanner le code pour télécharger l'application
Chapitre verrouillé

Related chapter

  • Menjadi Ibu Susu Anak Mantanku   Akan Mendekatinya

    “Kau sudah dengar, kan? Kalen sudah tidak mencintaimu!”Suara Nala meluncur tajam, memenuhi ruang tamu dengan hawa kebencian yang menggumpal di udara.Pagi itu, ia datang ke rumah dengan langkah mantap, memastikan Nadya benar-benar memahami tempatnya.Nadya hanya diam, menatap wajah wanita yang sejak dulu tak pernah benar-benar menerimanya.Ada bara dendam yang bersemayam di mata Nala, sebuah bara yang tak akan padam meskipun waktu terus bergulir.Namun, alih-alih terpancing, Nadya mencoba tersenyum. Senyum yang rapuh, tapi tetap teguh. Ia mengangguk pelan, lalu berbisik dengan suara yang nyaris tak terdengar, “Aku juga tidak mengharapkan Kalen untuk mencintaiku.”Matanya berkabut, namun ia menolak untuk menitikkan air mata di hadapan Nala. “Aku sudah tidak mencintainya.”Kalimat itu keluar begitu saja, meski hatinya tak benar-benar yakin apakah itu sebuah kebenaran atau hanya sekadar pelarian. “Aku ada di sini hanya untuk bekerja, untuk menyusui Melvin. Tidak lebih.”Mendengar itu, b

    Dernière mise à jour : 2025-02-09
  • Menjadi Ibu Susu Anak Mantanku   Tidak akan Melarikan Diri, kan?

    “Untuk apa mendekati pengkhianat seperti Nadya?”Suara Kalen terdengar tajam, sarat dengan kebencian yang telah mengakar bertahun-tahun.Matanya menyala penuh bara saat menatap Julian, seolah pria itu baru saja mengucapkan sesuatu yang benar-benar tak masuk akal.“Kuingatkan sekali lagi, Julian. Nadya bukan wanita yang pantas untuk dicintai!”Julian menghela napas kasar, kedua tangannya terangkat sebelum kembali dijatuhkan di sisi tubuhnya. “Astaga, Kalen. Sampai kapan kau akan menyimpan kebencian ini?” suaranya sarat dengan kelelahan.Namun, Kalen hanya menatapnya dengan rahang yang mengeras, kepalan tangannya membuktikan betapa ia tak ingin mendengar satu pun pembelaan terhadap wanita yang telah menghancurkannya.Julian mendekat, menatap langsung ke dalam mata sahabatnya itu. “Melvin membutuhkan Nadya, Kalen. Kau sadar itu, bukan?”Kalen mengerjapkan matanya, ekspresinya sedikit berubah, namun tetap tak menjawab.“Bayi itu hidup karena Nadya. Nafasnya bergantung pada wanita yang kau

    Dernière mise à jour : 2025-02-10
  • Menjadi Ibu Susu Anak Mantanku   Dalam Tempat yang Sama

    Pagi telah tiba.Nadya, yang sudah bersiap dengan pakaian sederhana, menatap bayangan dirinya di cermin sesaat sebelum melangkah keluar. Ia ingin pergi. Harus pergi.Di ruang tengah, Yanna—salah satu pelayan rumah itu—baru saja selesai membereskan meja sarapan ketika Nadya menghampirinya.“Yanna, aku titip Melvin sebentar. Aku harus pergi ke makam anakku,” ujar Nadya dengan suara pelan namun tegas.Yanna menatapnya dengan cemas. “Apakah Tuan sudah tahu kalau kau akan pergi?” tanyanya hati-hati. Ia tahu betul betapa Kalen bisa menjadi pria yang sulit ditebak.Nadya mengangguk. “Aku sudah bicara dengan Kalen semalam. Dia sudah mengizinkanku, tapi hanya sebentar. Aku juga sudah menyediakan stok ASI di lemari es di kamar Melvin.”Yanna menghela napas lega, tetapi masih terlihat ragu. “Baiklah kalau begitu. Tapi jangan terlalu lama, Nadya. Aku takut Melvin menangis dan tidak mau digendong oleh siapa pun selain olehmu.”“Ya. Aku akan segera pulang begitu selesai.”Dengan itu, Nadya mengambi

    Dernière mise à jour : 2025-02-10
  • Menjadi Ibu Susu Anak Mantanku   Pertanyaan yang Mengejutkan

    "A—aku … aku hanya mampir sebentar," suara Nadya terdengar lirih, hampir tenggelam dalam angin senja yang membelai pucuk-pucuk bunga kamboja di pemakaman itu.Matanya yang bening menyimpan sembilu kepedihan, sementara jemarinya menggigil, meremas ujung jaket tipis yang membungkus tubuhnya."Kau mengenalnya?" Suara wanita itu terdengar datar, namun ada selarik keingintahuan yang bersembunyi di balik intonasinya.Nadya menelan salivanya dengan pelan, merasakan kepahitan menggumpal di tenggorokannya.Ia menggeleng pelan, seolah ragu dengan jawabannya sendiri. "Tidak terlalu mengenalnya. Aku kemari karena anakku dimakamkan di sini."Suaranya nyaris teredam desir angin yang melintas di antara nisan.Jemarinya gemetar saat menunjuk sebuah makam kecil yang terletak tak jauh dari tempatnya berdiri, batu nisannya masih tampak baru, seakan kesedihan yang melingkupinya belum sempat mengering."Siapa namamu?" Pertanyaan itu meluncur begitu saja, membelah kesunyian yang menggantung di antara merek

    Dernière mise à jour : 2025-02-11
  • Menjadi Ibu Susu Anak Mantanku   Panggil Aku Mama

    "Nala juga yang memberitahuku. Dia melarangmu menjadi ibu susu Melvin karena kau adalah mantan kekasih Kalen. Kau dan Kalen berpisah karena kau selingkuh darinya. Apa itu benar?"Suara Eliza terdengar lembut, tetapi ada ketegasan yang menggantung di udara.Nadya merasakan dadanya mengencang, seakan ada tangan tak terlihat yang meremas hatinya tanpa ampun.Napasnya tercekat, dan untuk sesaat, ia hanya bisa menelan ludahnya dengan susah payah.Kesunyian menyelubungi ruangan, begitu pekat hingga detak jam di dinding terdengar seperti gemuruh yang menggema di telinganya.Matanya sedikit mengerjap, menatap wanita paruh baya di hadapannya dengan perasaan campur aduk.Perlahan, Nadya menggeleng. Gerakan kepalanya nyaris tak terlihat, seakan setiap sentakan kecil membawa beban yang terlalu berat untuk ditanggung."Sebenarnya itu hanya kesalahpahaman yang tidak bisa menemukan ujungnya," ucapnya dengan suara lirih, nyaris seperti bisikan yang hampir terbang bersama angin malam."Tapi, semuanya

    Dernière mise à jour : 2025-02-11
  • Menjadi Ibu Susu Anak Mantanku   Ancaman dari Eliza

    “Mama? Ada apa, Ma?”Kalen sedikit terkejut melihat kedatangan Eliza ke kantornya tanpa pemberitahuan.Wanita paruh baya itu berdiri tegap di ambang pintu, mengenakan setelan berwarna krem yang elegan, wajahnya datar tanpa ekspresi.Meski penampilannya tampak tenang, ada sesuatu dalam sorot matanya yang membuat Kalen merasa waspada.“Halo, Tante. Apa kabar?” ucap Julian, rekan kerja sekaligus sahabat Kalen, yang ikut berada di ruangan itu. Ia tersenyum ramah ke arah Eliza, berusaha mencairkan suasana yang sedikit tegang.“Kabarku baik. Bagaimana denganmu, Julian?” jawab Eliza, membalas dengan nada formal namun tetap hangat.“Kabarku baik, Tante.”“Syukurlah. Bisa tinggalkan kami sebentar? Ada yang ingin aku bicarakan dengan Kalen.”Julian menatap Kalen sejenak, seakan meminta konfirmasi, sebelum akhirnya mengangguk sopan dan beranjak dari kursinya.“Baik, kalau begitu aku keluar dulu.” Setelah berpamitan, Julian melangkah keluar, menutup pintu di belakangnya, meninggalkan Kalen dan El

    Dernière mise à jour : 2025-02-12
  • Menjadi Ibu Susu Anak Mantanku   Akan Terus Membencinya?

    Brak!Pintu rumah terbanting keras, memecah keheningan malam yang seharusnya damai. Nadya tersentak, jantungnya berdegup kencang mendengar suara itu.Dengan langkah cepat, ia menghampiri sumber kegaduhan dan menemukan Kalen berdiri di ambang pintu. Pria itu terhuyung, matanya sayu, dan wajahnya merah padam.“Kalen? Apa yang kau lakukan?” suaranya bergetar antara terkejut dan khawatir.Nadya menahan napas saat aroma tajam alkohol menyeruak dari tubuh Kalen. Bau itu begitu kuat, bercampur dengan hawa malam yang dingin.“Kau mabuk?” tanyanya pelan, meski ia sudah tahu jawabannya.Kalen tidak menjawab, hanya mendesah berat sebelum melangkah masuk dengan langkah gontai.Nadya melirik jam di pergelangan tangan pria itu—pukul dua belas malam. Matanya mengerjap, menatap pria yang kini nyaris kehilangan keseimbangan.“Tolong bawa dia ke kamarnya, Gery,” pinta Nadya kepada pria lain yang berdiri di belakang Kalen.Gery—asisten pribadi Kalen—tanpa banyak bertanya langsung memapah majikannya menu

    Dernière mise à jour : 2025-02-12
  • Menjadi Ibu Susu Anak Mantanku   Meradang Melihatnya

    Waktu sudah menunjuk angka tujuh pagi. Cahaya matahari yang hangat menelusup melalui celah tirai jendela, menciptakan corak lembut di dinding kamar yang masih remang.Kalen membuka matanya perlahan. Sebuah denyutan tajam berpusar di kepalanya, membuatnya mengerang pelan.Pengar itu terasa begitu nyata, seolah semalam dirinya tenggelam terlalu dalam dalam gelas-gelas pahit yang membakar tenggorokannya.Bayang-bayang samar menari di benaknya. Ia melihat dirinya, wajah merah padam dan suara yang meninggi, berdiri di hadapan Nadya.Sepotong ingatan itu menyesakkan dadanya. Rasa bersalah mengendap, membuat napasnya terasa berat.“Apa yang telah kulakukan semalam?” gumamnya, suara seraknya nyaris tak terdengar.Ia melirik ke arah pintu, menelaah apakah ada tanda-tanda seseorang masuk ke kamarnya. Kosong. Hanya keheningan yang menyapanya.Dengan frustasi, Kalen menjambak rambutnya sendiri, lalu menghela napas panjang. “Sepertinya tidak. Aku tidak mengatakan apa pun pada Nadya.”Ia menggeleng

    Dernière mise à jour : 2025-02-13

Latest chapter

  • Menjadi Ibu Susu Anak Mantanku   Penyerbuan Markas Romeo

    Langit malam begitu gelap tanpa bintang. Di sebuah sudut kota yang sepi dan nyaris terlupakan, berdiri sebuah gudang tua yang sudah lama tak digunakan.Tapi malam itu, gudang yang tampak tak bernyawa itu justru hidup. Musik keras berdentum dari dalam, disertai gelak tawa dan aroma menyengat yang tak sedap.Di situlah Romeo, seorang bandar narkoba yang cukup terkenal di kalangan hitam, sedang berpesta dengan puluhan anak buahnya.Tiba-tiba, suasana berubah drastis.“BRAK! BRAK!”Suara tembakan peringatan menggema. Sirine meraung menembus udara malam.Lampu sorot dari mobil polisi membanjiri kegelapan gudang, menyilaukan mata semua orang di dalamnya. Kepanikan langsung merebak."POLISI! JANGAN BERGERAK!" teriak seorang anggota tim khusus bersenjata lengkap.Beberapa orang mencoba melarikan diri, tapi tak sempat jauh. Mereka langsung disergap dan diborgol di tempat. Di antara mereka, Romeo berdiri terpaku. Matanya membola, tubuhnya gemetar.“Apa-apaan ini?!” pekiknya. “Lepaskan aku! Kali

  • Menjadi Ibu Susu Anak Mantanku   Sudah Menjadi Garis Takdirnya

    “Kau… tidak sedang bercanda, kan?” ucap Kalen dengan suara serak, nyaris tercekat. Sorot matanya penuh dengan keterkejutan yang belum sempat ia sembunyikan.Tatapannya menusuk dalam ke mata Nadya, seolah ingin menemukan secuil kebohongan di sana—namun tak ada. Yang ada hanya ketulusan yang terpancar begitu jelas.Nadya menggeleng pelan, nyaris seperti anak kecil yang merasa takut telah menyakiti seseorang.“Aku tahu, ini berita yang sangat berat dan sulit untuk dipercaya. Tapi kenyataannya memang seperti itu, Kalen…” Nadanya lembut, namun mengandung guncangan emosi yang ia tahan keras-keras agar tidak tumpah.“Dan kau harus menyadari satu hal… Melvin hanya ingin meminum ASI dariku. Karena hatinya tahu… aku adalah bagian dari Rania.”Kalen terdiam. Wajahnya tak bergerak, tapi matanya—matanya berbicara banyak. Penuh kebingungan, penuh guncangan, dan juga rasa tak percaya yang luar biasa.Tubuhnya masih, namun dadanya terasa bergemuruh. Dunia seolah bergeser dari tempatnya.“Kau… tidak b

  • Menjadi Ibu Susu Anak Mantanku   Memberitahu Kalen

    “Apa yang Amora katakan padamu?” tanya Kalen pelan, matanya langsung menatap Nadya ketika wanita itu kembali masuk ke kamar rawatnya.Suaranya terdengar tenang, namun matanya menyiratkan rasa ingin tahu.Nadya menghela napas singkat, lalu duduk di depan Kalen, menatap pria yang kini tengah terbaring dengan selang infus di lengannya.“Aku pikir dia tidak ingin bertemu denganmu. Rupanya dia tidak ingin bertemu dengan John. Dan dia tidak mau memberitahu alasannya.”Kalen menaikkan sebelah alisnya, kebingungan tergambar jelas di wajahnya. “Ada apa dengan mereka?”Nadya mengangkat bahu, lalu memiringkan kepalanya sejenak. “Aku pun tidak tahu. Tapi, aku penasaran.”Kalen terkekeh, tawa kecilnya terdengar renyah meski tubuhnya belum sepenuhnya pulih. “Kau penasaran karena Amora adalah adikmu, hm? Jangan khawatir. Kalaupun mereka menjalin hubungan, John pria baik-baik. Kau mengenalnya sejak lama.”Nadya mengangguk perlahan, matanya menerawang. “Ya, aku tahu. Tapi tetap saja, aku ingin tahu ap

  • Menjadi Ibu Susu Anak Mantanku   Permintaan Maaf Amora

    Dering ponsel Nadya memecah keheningan di ruang rawat itu. Ia melihat layar ponsel, dan nama "Amora" tertera jelas di sana—nama yang entah mengapa membawa campuran rasa asing dan akrab di hati Nadya. Ia segera menjawab.“Halo, Amora?” sapanya, mencoba terdengar tenang.“Kau masih di rumah sakit? Aku ada di kafetaria. Apa kau bisa menemuiku?” tanya Amora dari seberang, suaranya terdengar pelan, nyaris ragu.Nadya terdiam sejenak, bingung dengan permintaan itu. “Kenapa tidak kemari saja, Amora? Aku ada di ruang rawat Kalen dan hanya kami berdua saja.”“Tidak bisa, Nadya. Aku tidak bisa bertemu dengan Kalen. Aku masih canggung jika bertemu dengannya,” ucap Amora, lirih—seperti menyembunyikan lebih banyak luka daripada yang ia izinkan terdengar.Nadya menghela napas pelan. Ada sesuatu dalam nada suara Amora yang membuat dadanya ikut sesak. “Ya sudah. Aku akan ke sana beberapa menit lagi.”Ia menutup panggilan itu, lalu menoleh ke arah Kalen. Ia duduk di kursi dekat ranjang, menatap wajah

  • Menjadi Ibu Susu Anak Mantanku   Menemukan Identitas Anak Nala

    “Kalen. Kau sudah membaik?” Robin menghampiri Kalen yang sudah dipindahkan ke ruang rawat inap. Udara di ruangan itu masih terasa sunyi, hanya diisi suara mesin infus dan napas tenang Kalen yang perlahan mulai kembali normal.Kalen mengangguk pelan, tubuhnya masih tampak lemah, tapi sorot matanya sudah kembali hidup. “Ya. Sudah sedikit membaik meski harus dirawat beberapa hari lagi,” jawabnya dengan suara parau.“Ada apa, Robin? Kau menemukan sesuatu?” tanyanya kemudian, sedikit menegakkan tubuhnya meski terasa nyeri.Robin mengangguk dan duduk di kursi dekat ranjang. Ia menyerahkan sebuah map berisi data, ekspresinya serius dan tegang.“Ya. Aku sudah menemukan data tentang anak ibumu. Dia bekerja sebagai bandar narkoba dan menggunakan identitas palsu,” ujar Robin, nada suaranya rendah tapi tegas.“Huh? Anak Nyonya Nala?” ucap Nadya yang sedang menyuapi Melvin di pojok ruangan. Sontak ia menghampiri mereka dengan raut terkejut.“Kau… memiliki saudara, Kalen?” tanyanya lirih, seolah ka

  • Menjadi Ibu Susu Anak Mantanku   Dua Kabar Baik

    Dua hari kemudian, hasil tes DNA akhirnya keluar—dua hari yang terasa seperti seumur hidup bagi Eliza.Pagi itu, langit sedikit mendung, seolah ikut menahan napas menunggu akhir dari kisah pencarian panjang yang telah membebani hati seorang ibu selama lebih dari dua dekade.Di rumah sakit, suasana di dalam ruang dokter terasa hening. Hanya suara detak jarum jam dan embusan AC yang terdengar samar.Eliza, Ferdy, dan Nadya duduk bersebelahan, tapi hati mereka melayang entah ke mana. Kegelisahan menyelimuti mereka semua.Dokter yang menangani mereka masuk sambil membawa sebuah map putih. Ia tersenyum lembut, mencoba meredakan ketegangan yang terasa di ruangan itu.“Ini hasilnya. Anda bisa melihatnya secara langsung,” ucapnya seraya menyerahkan kertas itu ke Eliza.Tangan Eliza bergetar saat menerimanya. Ia menoleh pada Ferdy, dan suaminya mengangguk pelan—sebuah isyarat yang membawa kekuatan. Ia membuka kertas itu perlahan, seakan takut waktu berhenti begitu hasil itu terbaca.Matanya me

  • Menjadi Ibu Susu Anak Mantanku   Pada Dasarnya Kalen hanya Mencintaimu

    “Kenapa Nyonya Eliza ingin melakukan tes DNA denganmu, Nadya?” tanya Shopia begitu menghampiri, tepat setelah Nadya keluar dari ruang laboratorium bersama Eliza.Udara sore itu terasa lebih berat dari biasanya.Eliza dan suaminya sudah lebih dulu pulang, meninggalkan Nadya dalam ruang sunyi yang seolah masih dipenuhi gema langkah-langkah mereka dan desiran kenangan yang belum selesai.Nadya menghela napas panjang, seolah berusaha meredakan gemuruh di dadanya. “Aku baru tahu... bahwa Rania memiliki saudara kembar,” ucapnya pelan, hampir seperti sedang berbicara pada dirinya sendiri. “Selama ini, Kalen tidak pernah memberitahuku soal itu.”Mata Shopia sedikit menyipit, alisnya terangkat tinggi mendengar ucapan itu. “Lalu?” tanyanya, masih berusaha mencerna maksudnya.“Apakah Nyonya Eliza menganggap bahwa kau adalah saudara kembar Rania?”Nadya menoleh pelan. Wajahnya tampak campur aduk—ada kebingungan, harapan, dan ketakutan yang bertabrakan dalam sorot matanya.“Ya,” jawabnya pelan. “H

  • Menjadi Ibu Susu Anak Mantanku   Melakukan Tes DNA

    “Apakah Kalen yang memberitahu Mama soal ini?” tanya Nadya akhirnya, suaranya terdengar ragu, seperti takut pada jawaban yang akan ia dengar.Eliza menelan salivanya, sejenak menunduk untuk menenangkan degup jantung yang mulai tak beraturan. Lalu ia menganggukkan kepala dengan pelan.“Ya. Aku ingin tahu di mana orang tuamu. Dan Kalen memberitahuku bahwa kau tinggal di panti asuhan sejak usiamu masih dua tahun. Apa itu benar?”Pertanyaan itu seperti menggoreskan kembali luka lama yang belum sepenuhnya sembuh. Nadya menundukkan kepala, matanya mulai memanas. Dalam diam, ia mengangguk.“Ya,” jawabnya lirih, lalu menarik napas panjang sebelum melanjutkan, “Kami pernah bertemu sejak usia kami lima belas tahun, di sekolah yang sama… dan kembali bertemu ketika kami lulus kuliah.”Suara Nadya perlahan bergetar, seperti mencoba menahan emosi yang sudah menumpuk selama bertahun-tahun. “Dan hanya Kalen yang mau menjadi temanku... di saat yang lain memandangku rendah, hina, dan hanya sebagai seor

  • Menjadi Ibu Susu Anak Mantanku   Pertanyaan dari Eliza

    Eliza dan Ferdy bergegas pergi ke rumah sakit begitu mendapat kabar dari Nadya bahwa Kalen mengalami kecelakaan.Hati Eliza berdegup kencang sepanjang perjalanan, sementara genggaman tangan Ferdy di setir semakin erat, menahan kecemasan yang tak bisa ia ungkapkan dengan kata-kata.Sesampainya di rumah sakit, Eliza langsung melihat sosok Nadya yang terduduk lemas di bangku tunggu. Matanya sembab, wajahnya pucat.“Nadya.” Eliza segera menghampiri dan memeluk wanita itu erat, mencoba memberikan sedikit kehangatan di tengah duka yang menguar di udara. Pelukan itu terasa seperti tempat berteduh, walau hanya sejenak, dari badai yang tiba-tiba datang tanpa permisi.“Mama. Terima kasih sudah datang kemari. Maaf, sudah mengganggu waktumu,” ucap Nadya dengan suara lirih, hampir seperti bisikan yang diseret rasa bersalah.Eliza menggeleng, lalu menangkup wajah Nadya dan mengusap air mata yang membasahi pipinya. “It’s okay. Bagaimana ini bisa terjadi? Bagaimana kondisinya sekarang?” tanyanya pela

Découvrez et lisez de bons romans gratuitement
Accédez gratuitement à un grand nombre de bons romans sur GoodNovel. Téléchargez les livres que vous aimez et lisez où et quand vous voulez.
Lisez des livres gratuitement sur l'APP
Scanner le code pour lire sur l'application
DMCA.com Protection Status