SUAMIKU SUAMIMU

SUAMIKU SUAMIMU

last updateLast Updated : 2022-08-16
By:  pasaazkaOngoing
Language: Bahasa_indonesia
goodnovel16goodnovel
10
4 ratings. 4 reviews
78Chapters
11.7Kviews
Read
Add to library

Share:  

Report
Overview
Catalog
SCAN CODE TO READ ON APP

Synopsis

Sofia dan Fuad pindah ke rumah yang baru mereka beli. Mereka berdua bertemu dengan seorang perempuan bernama Lidya yang ternyata orang dari masa lalu Fuad. Kehidupan Sofia dan Fuad menjadi penuh warna setelah pindah rumah dan bertemu dengan Lidya dan Suaminya, Pram. Sampai akhirnya sebuah kejadian membuat Sofia memutuskan untuk menerima Lidya menjadi adik madunya. Mampukah Sofia menghadapinya? Bagaimana kehidupannya setelah memiliki adik madu?

View More

Chapter 1

Pindah

Sebuah truk besar yang memuat perkakas rumah berhenti di sebuah rumah kosong. Di belakangnya tampak mobil yang mengikuti, berhenti di belakang truk. Seorang wanita berjilbab krem dengan gamis yang senada turun dari mobil. Diikuti pria berusia 30 an mengenakan kaos kerah berwarna hijau.

Wanita itu bernama Sofia. Hari ini Sofia dan suaminya, Fuad akan menempati rumah yang baru dibelinya. Setelah menabung selama beberapa tahun dan beberapa kali pindah kontrakan akhirnya pasangan suami istri tersebut akan menempati rumah mereka sendiri. Rumah yang dibeli secara cash setelah mengikat pinggang selama bertahun-tahun agar bisa menggapai impian memiliki tempat untuk berteduh milik sendiri.

Rumah yang tidak bisa dibilang luas namun juga tidak terlalu sempit. Dengan halaman yang cukup luas di depan rumah yang rencananya akan ditanami beberapa sayuran oleh Sofia nanti. Karena inilah Sofia mantap untuk membeli rumah ini setelah melihat-lihat beberapa rumah yang hendak dibeli. Rumah dengan dua kamar dan satu kamar mandi. Dilengkapi dengan dapur kecil di belakang dan ruang tamu yang cukup luas. Cukup untuk menampung sekitar dua puluh orang.

Sofia tersenyum puas saat barang perkakas mulai diturunkan dari truk. Suaminya, Fuad sedang sibuk memberikan instruksi kepada para pekerja saat menurunkan barang perkakas mereka dari truk. Memberi tahu para pekerja untuk meletakkan barang itu dimana saja. Barang perkakas yang dibawa lumayan banyak, mengingat sudah delapan tahun mereka menikah.

Sofia memeriksa lagi rumah yang akan ditempati. Di dalam benaknya sudah tersusun rencana penataan rumah ini nanti. Kamar yang luas akan ditempatinya bersama suaminya sebagai kamar pribadi mereka. Sementara kamar satunya yang lebih kecil rencananya akan digunakan sebagai ruang salat. Mengingat mereka belum mempunyai anak, jadi belum membutuhkan kamar untuk anak.

Senyum lebar tak lepas dari bibirnya hari ini. Meskipun tubuhnya sudah mulai lelah namun tak begitu terasa terkalahkan oleh rasa bahagia karena impiannya untuk memiliki rumah sendiri tercapai sudah.

Sofia hendak membeli minuman yang akan diberikan kepada para pekerja setelah membongkar perkakas rumah. Dia segera berpamitan kepada suaminya untuk pergi ke warung.

“Mas, aku mau ke warung dulu ya. Mau membeli minuman dan camilan,” pamit Sofia.

“Iya, Dek. Sudah tahu warungnya dimana?” tanya suaminya.

“Tadi dalam perjalanan kulihat ada warung beberapa rumah dari sini.” Sofia menunjuk ke arah barat.

“Jauh enggak? Perlu kuantar?”

“Nggak usah, Mas. Dekat kok, aku jalan kaki saja,” tolak Sofia.

Sofia ingin berjalan sekalian melihat-lihat lingkungan yang akan ditempati nanti. Jadi dia harus mulai membiasakan diri dari sekarang dengan menghafalkan jalan di lingkungannya.

Warung yang dituju Sofia hanya berjarak tiga rumah dari rumah barunya. Warung yang terlihat kecil dari luar namun cukup lengkap barang dagangannya.

“Buk, permisi. Mau beli,” teriak Sofia saat melihat pemiliknya tidak ada di tempat.

“Ya ....“ Terdengar jawaban dari dalam yang diikuti langkah kaki mendekat.

“Iya, mau beli apa, Mbak?” tanya pemilik warung. Seorang perempuan berkerudung merah tampak menggendong anaknya yang berusia sekitar setahun.

“Teh botolnya ada, Bu? Oh iya, perkenalkan aku Sofia, yang akan menempati rumah kosong yang berpagar kuning, Bu.” Sofia mengulurkan tangan untuk bersalaman dengan pemilik warung.

“Ada, Mbak. Mau berapa botol? Oh iya, namaku Ranti. Panggil Mbak saja, jangan Ibu kesannya kok tua. Aku masih 32 tahun loh hehehe. Jadi Mbak Sofia yang akan menempati rumah kosong di samping rumah Mbak Lidya. Nanti jangan kaget ya kalau dengar suara-suara aneh. Mbak Sofia harus siap mulai sekarang.” Ranti menyambut uluran tangan Sofia.

“Suara aneh apa, Mbak Ranti?” Sofia keheranan dengan pernyataan Ranti.

“Nanti Kamu akan tahu sendiri, Mbak. Semoga saja bisa kerasan ya. Oh iya mau berapa Mbak, teh botolnya?” Ranti segera mengalihkan pembicaraan. Seperti ada sesuatu yang ditutupi.

“Lima botol, Mbak. Sekalian ini juga.” Sofia menyerahkan beberapa makanan kecil yang sudah dipilihnya.

“Totalnya 42 ribu, Mbak,” ucap Ranti setelah menghitung belanjaan Sofia.

“Ini, Mbak Ranti.” Sofia mengulurkan selembar uang lima puluh ribuan pada Ranti.

“Putranya usia berapa, Mbak Ranti?” tanya Sofia saat menunggu Ranti mengambil uang kembalian.

“Satu setengah tahun, Mbak. Anak bontot,” jawab Ranti ramah.

“Putranya sudah berapa, Mbak Ranti?” tanya Sofia lagi.

“Dua, Mbak. Yang pertama cewek sudah kelas tiga SD. Yang kedua ya yang kugendong ini. Mbak Sofia anaknya berapa?”

“Aku belum punya anak, Mbak,” jawab Sofia pelan.

Meskipun sudah menikah selama delapan tahun, Sofia memang masih belum memiliki momongan.

“Nggak papa, Mbak. Dinikmati saja dulu, mumpung masih bisa  berdua sama suami. Anggap saja bulan madu.” Hibur Ranti saat melihat wajah Sofia yang terlihat sedih saat membahas masalah momongan.

Sofia hanya tersenyum mendengar perkataan Ranti.

“Terima kasih, Mbak Ranti. Aku pulang dulu ya,” pamit Sofia.

“Iya, Mbak Sofia. Kalau butuh apa-apa monggo belanja di warungku lagi ya. Jangan kapok belanja kesini.” Tak lupa Ranti menawarkan warungnya kepada Sofia.

“Iya, Mbak Ranti. InshaAllah aku akan sering belanja kesini,” jawab Sofia.

Sofia berjalan pulang dengan santai sambil melihat lingkungan sekitar. Saat berpapasan dengan tetangga dia akan tersenyum dan menganggukkan kepalanya. Sapaan ramah darinya sebagai warga baru di lingkungan ini.

Rencananya Sofia dan suaminya akan ke rumah Pak RT nanti sore. Hari ini dia berniat menata barang-barang di rumahnya bersama Fuad, suaminya. Mumpung hari ini dia libur. Fuad memang sengaja mengambil cuti di kantornya untuk membantu istrinya pindahan.

Saat sampai di rumah, terlihat sebagian besar barang sudah diturunkan. Hanya tersisa barang-barang yang cukup berat. Seperti kulkas, mesin cuci dan lemari. Sementara barang-barang kecil dan ringan lainnya sudah masuk di rumahnya.

Sofia segera menyiapkan minuman, dan membongkar peralatan dapur untuk mencari piring dan nampan. Kemudian menata makanan kecil dan teh botol yang dia beli ke dalam piring dan nampan, lalu membawanya ke depan. Menyerahkan nampan tersebut kepada suaminya agar diberikan kepada para pekerja.

Setelah dua jam, akhirnya semua barang dari truk sudah dipindahkan ke dalam rumah. Truk sudah pergi. Kini tinggal Sofia dan Fuad di dalam rumah, dengan barang-barang yang masih ditaruh di sembarang tempat. Kecuali barang-barang besar seperti kulkas dan lemari yang sudah ditaruh pada tempatnya sesuai instruksi dari Fuad dan Sofia tadi.

Kini hanya tinggal membereskan barang-barang kecil seperti menata baju di lemari atau menata piring di dapur. Sofia lega setidaknya pekerjaannya menata rumah hanya tinggal pekerjaan yang ringan.

Jam di dinding menunjukkan pukul satu siang. Sofia dan Fuad segera berwudu lalu salat dhuhur berjamaah di ruang salat. Tak hentinya Sofia bersyukur karena impiannya untuk memiliki rumah sendiri sudah tercapai.

Setelah salat, Sofia mulai menata barang yang tersisa. Dia ingin segera membereskan rumahnya agar tampak rapi dan sedap dipandang mata. Sofia memang risih bila melihat barang yang berantakan dan langsung membereskannya sesegera mungkin saat melihatnya.

Fuad yang masih kelelahan membantu para pekerja mengangkut perkakas berat tadi tertidur di kamar, sementara Sofia mulai menata pakaian dalam lemari bajunya. Meskipun perutnya mulai terasa lapar, namun Sofia menahannya. Tak tega rasanya membangunkan suaminya yang masih kelelahan hanya untuk mengajaknya membeli makanan. Sofia menunggu Fuad bangun sambil menata buku-buku yang dibawa.

Fuad terbangun pada pukul empat sore. Dia segera mencari Sofia yang ternyata di dapur sedang menata peralatan memasak dan perkakas dapur lainnya. Sofia sedang menyusun piring di rak saat Fuad masuk ke dapur.

“Dek, nggak capek? dari tadi kulihat kamu beres-beres terus,” kata Fuad saat melihat Sofia di dapur.

“Eh, Mas. Sudah bangun? Capek sih. Tapi aku risih melihat rumah berantakan.”

“Kamu nggak lapar? Cari makan dulu yuk.”

“Ayok. Aku sudah lapar dari tadi, Mas. Tapi kita salat ashar dulu.” Sofia menghentikan aktivitasnya dan segera berwudhu.

Setelah salat ashar, Sofia dan Fuad keluar untuk mencari makan. Mereka mencoba warung soto babat yang terlihat ramai pembeli. Biasanya warung yang ramai pembeli identik dengan rasa makanan yang enak sehingga banyak pembeli yang rela antre demi membeli makanan tersebut.

Ternyata dugaan Fuad benar. Perjuangan antre selama sepuluh menit terbayar dengan kuah soto yang gurih dan babat yang empuk. Sofia, istrinya juga mengakui kalau soto babat yang mereka makan memang enak. Wajar saja jika warung itu selalu ramai saat mereka makan. Selalu saja ada pembeli yang datang dan pergi untuk membeli soto babat yang enak.

Setelah dirasa cukup, Sofia dan Fuad pulang ke rumah. Setibanya di rumah Sofia memilih istirahat di kamar. Dia ingin meluruskan tubuhnya sejenak sambil menunggu azan magrib. Sementara Fuad mulai memasang televisi agar istrinya memiliki hiburan saat ditinggal kerja besok.

Fuad masuk ke kamar setelah selesai memasang televisi. Terlihat Sofia yang sedang terbaring di ranjang dengan memegang ponselnya. Fuad segera berbaring di samping istrinya.

“Dek, nanti habis magrib aku mau ke rumah Pak RT untuk menyerahkan fotocopy KK dan KTP. Kamu mau ikut atau di rumah saja?” tanya Fuad.

“Aku di rumah saja, Mas. Aku mau istirahat.”

“Baiklah. Istrirahatlah, kamu pasti lelah karena menata rumah seharian.”

Setelah salat magrib Fuad bersiap ke rumah pak RT. Sementara Sofia berbaring di ranjang untuk mengistirahatkan tubuhnya. Tanpa menunggu lama Sofia langsung terlelap saat kepalanya menyentuh bantal. Tampaknya perempuan berkulit kuning langsat itu kelelahan setelah membereskan rumah seharian.

Fuad urung pamit, dan langsung pergi saat melihat Sofia yang tidur dengan nyenyak.

Praanggg....

Sofia terbangun dari tidurnya. Dia sangat kaget mendengar suara yang terdengar seperti piring pecah. Berikutnya terdengar beberapa barang yang dibanting. Sofia bangun dari ranjang dan mencari sumber suara tersebut. Sepertinya dari rumah sebelah.

Teriakan suara lelaki yang diikuti tangisa seorang perempuan terdengar cukup keras dari arah samping kanan rumahnya. Tangisan anak kecil yang menggelegar menambah keriuhan suara dari rumah sebelah. Terdengar bantingan beberapa barang yang tampak berat.

Sofia gemetar ketakutan mendengar keributan dari samping rumahnya. Dia keluar dari kamar untuk mencari suaminya dan menyadari bahwa suaminya sedang pergi ke rumah pak RT. Sofia akhirnya memutuskan untuk mengunci rumah dan masuk ke kamarnya lagi. Tak lupa pintu kamar juga dikuncinya agar lebih aman.

Suara teriakan bersahut-sahutan dengan tangisan anak kecil terdengar cukup keras dari kamarnya meskipun Sofia sudah mengunci kamarnya. Teriakan nyaring anak kecil yang kesakitan memohon ampun membuat gadis berkulit kuning langsat itu gemetar sendirian di dalam kamar.

Suara inikah yang dikatakan Mbak Ranti tadi. Sebenarnya apa yang terjadi di rumah sebelah. Kemana para tetangganya. Apakah mereka tidak mendengar keributan ini. Jika terjadi pertengkaran di rumah sebelah, kenapa tidak ada satu pun diantara mereka yang keluar untuk membantu dan melerai pertengkaran itu.

Sofia mengambil ponselnya untuk menghubungi suaminya agar segera pulang. Sofia merasa ketakutan mendengar keributan yang masih terus berlanjut di samping rumahnya.

Terdengar dering ponsel dari meja di ruang tamu. Ternyata Fuad tidak membawa ponselnya.

Sofia gelisah mendengar teriakan-teriakan yang bersahut-sahutan tak kunjung henti. Mulutnya tak henti mengucapkan doa apa pun yang terlintas di kepalanya. Setelah beberapa menit akhirnya keributan itu berhenti. Tak terdengar apa pun lagi dari rumah sebelah.

Terdengar pintu pagar dibuka dari luar. Sofia segera membuka pintu untuk menyambut suaminya yang baru pulang. Tak pernah dia merasa selega ini sebelumnya menyambut suaminya pulang ke rumah.

Setelah keduanya duduk, Sofia segera menceritakan peristiwa yang baru dialami ke suaminya. Fuad mendengarkan penuh seksama cerita Sofia.

“Mas, menurutmu apa yang terjadi di rumah sebelah?” tanya Sofia.

“Entahlah, Dek. Mas, juga tidak tahu.”

Sofia diam dan teringat perkataan Mbak Ranti tadi sidang. Jadi ini suara yang dia katakan tadi. Sofia memutuskan untuk mencari tahu apa yang sebenarnya terjadi dan bertanya kepada Ranti langsung.

Expand
Next Chapter
Download

Latest chapter

To Readers

Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.

Comments

user avatar
Rizka Hasanah
kapan lanjutan brikut nya nih masih d tunggu2
2022-08-13 09:13:27
0
user avatar
Dini Prawitasari
lanjut... semangat......
2022-06-16 14:26:04
0
user avatar
Eva Susanti
lanjut Thor
2022-03-15 19:38:09
0
user avatar
pasaazka
selamat menikmati cerita baru ini. semoga kalian suka. jangan lupa tinggalkan jejak, kritik dan saran biar bintangnya segera menyala. terima kasih
2022-02-27 19:59:10
0
78 Chapters
Pindah
Sebuah truk besar yang memuat perkakas rumah berhenti di sebuah rumah kosong. Di belakangnya tampak mobil yang mengikuti, berhenti di belakang truk. Seorang wanita berjilbab krem dengan gamis yang senada turun dari mobil. Diikuti pria berusia 30 an mengenakan kaos kerah berwarna hijau. Wanita itu bernama Sofia. Hari ini Sofia dan suaminya, Fuad akan menempati rumah yang baru dibelinya. Setelah menabung selama beberapa tahun dan beberapa kali pindah kontrakan akhirnya pasangan suami istri tersebut akan menempati rumah mereka sendiri. Rumah yang dibeli secara cash setelah mengikat pinggang selama bertahun-tahun agar bisa menggapai impian memiliki tempat untuk berteduh milik sendiri. Rumah yang tidak bisa dibilang luas namun juga tidak terlalu sempit. Dengan halaman yang cukup luas di depan rumah yang rencananya akan ditanami beberapa sayuran oleh Sofia nanti. Karena inilah Sofia mantap untuk membeli rumah ini setelah melihat-lihat beberapa rum
last updateLast Updated : 2022-01-28
Read more
Tetangga
Pagi itu Sofia menunggu tukang sayur yang lewat. Menurut Ranti kemarin biasanya pukul enam pagi ada mang Udin, penjual sayur langganan ibu-ibu di lingkungan ini yang biasa memasak pagi. Ada lagi kang Asep yang lewat agak siang saat pukul sepuluh pagi. Biasanya ibu-ibu yang terlewat belanja pada mang Udin akan belanja pada kang Asep. Yang terakhir ada penjual sayur yang lewat sore hari sekitar pukul empat, namanya Bu Minah. Biasanya ibu-ibu pekerja yang harus masak pagi-pagi sekali akan berbelanja ke Bu Minah. Kemarin Sofia tidak melihatnya, mungkin Bu Minah lewat saat dia keluar untuk cari makan diluar. “Sayur ... yuk yang mau belanja sayur.” Terdengar suara mang Udin menawarkan dagangannya. Sofia segera memakai kerudung dan memba
last updateLast Updated : 2022-01-29
Read more
Bertemu anak-anak
  Setelah Fuad berangkat, Sofia segera membereskan piring bekas sarapan tadi dan mencucinya di wastafel. Dilanjutkan dengan membersihkan rumah, mulai dari menyapu lantai lalu mengepel untuk menghilangkan debu yang masih tersisa. Setelah semua pekerjaan rumah selesai Sofia segera mandi dan bersiap-siap untuk belanja bahan-bahan untuk membuat brownis. Sofia masih belum tahu toko bahan kue di sekitar sini jadi ia berencana untuk bertanya kepada Ranti. Sekalian membeli gula dan telur di warungnya. Sofia mengeluarkan motor matic miliknya dan berkendara dengan santai sampai di warung Ranti. Di warung tampak seorang bapak paruh baya yang sedang dilayani oleh Ranti. Setelah bapak tersebut pergi sekarang giliran Sofia untuk berbelanja. “Mbak Ranti beli Gula tiga kilo dan telur dua kilo ya.” Sofia menyebutkan barang yang akan dibeli pada Ranti. Dengan cekatan Ranti segera mengambil barang yang
last updateLast Updated : 2022-02-03
Read more
Secuil informasi
 Sofia sudah selesai memanggang semua adonan brownis. Kali ini dia membuat cukup banyak untuk dibagi-bagikan sekaligus berkenalan dengan tetangga sekitar rumah. Brownis yang baru saja dikeluarkan dari oven, didiamkan agar dingin terlebih dahulu. Baru dikemas ke dalam kardus yang sudah dibeli di pasar tadi. Sembari menunggu brownis dingin, Sofia membereskan peralatan kotor untuk dicuci. Ia  memang selalu membersihkan langsung perkakas kotor yang baru saja digunakan untuk memasak karena tidak suka melihat barang-barang yang kotor dan berantakan. Jiwanya tergelitik untuk segera membersihkan dan membereskannya setiap kali melihat barang-barang yang berserakan atau tidak tersimpan pada tempatnya. Selesai mencuci, Sofia memeriksa brownis apakah sudah dingin. Setelah dirasa cukup dingin, Sofia memasukkan brownis ke dalam kardus yang sudah disiapkan. Lalu dimasukkan dalam tas plastik agar lebih mudah saat membawa. 
last updateLast Updated : 2022-02-13
Read more
Pertengkaran Tetangga Baru
 Sofia berencana pergi ke rumah Ranti terlebih dulu sebelum ke rumah Lidya yang lebih dekat dengan rumahnya. Dia berjalan cukup cepat agar segera sampai tempat tujuan. Saat sampai di warung Ranti, terlihat beberapa pembeli yang antre untuk dilayani. Melihat Ranti yang sedang sibuk, ia akhirnya langsung menyerahkan brownis pada Ranti yang saat itu sedang melayani salah satu pembeli tanpa mampir atau singgah terlebih dulu.“Biarlah, mengobrolnya kapan-kapan saja. Lagi pula aku juga sedang terburu-buru saat ini,” pikir Sofia sembari berpamitan pada Ranti setelah menyerahkan brownis yang ia janjikan tadi pagi.“Wah, beneran dikasih ternyata. Terima kasih ya, Mbak Sofia,” sambut Ranti dengan sukacita saat menerima brownis dari Sofia. Senyum yang lebar mengembang di wajahnya yang terlihat semringah.Setelah Sofia pergi Ranti kembali melayani pembeli satunya dengan cekatan. Meskipun terlihat kecil dari luar, tapi warung milik Ranti
last updateLast Updated : 2022-02-22
Read more
Azzam dan Azizah
Teriakan-teriakan itu masih berlangsung saat Sofia sampai di rumahnya. Kali ini diikuti beberapa barang yang tampak di banting. Sofia hanya mondar-mandir di ruang tamunya. Sesekali dia mengintip keluar untuk melihat apakah suaminya, Fuad sudah sampai.Sofia tidak bisa duduk di kursi dengan tenang dan memilih berjalan keluar untuk menunggu Fuad di halaman. Dari luar rumah suara teriakan dan keributan di rumah sebelah terdengar lebih jelas. Terdengar tangisan Azalea disela teriakan Lidya dan Pram. Bayi kecil itu sepertinya merasa ketakutan melihat kedua orang tuanya bertengkar hebat.Pintu rumah Lidya terbuka, Azzam dan Azizah berlari keluar dengan terburu-buru. Azizah sampai terjatuh karena kakinya menyandung batu. Azzam segera menolong adiknya untuk berdiri.Sofia melihat kedua anak itu dengan rasa iba. Keduanya membuka pintu pagar dan berlari kecil di jalan. Saat melewati depan rumah Sofia, wanita itu memanggil keduanya dengan melambaikan tangannya.&ldq
last updateLast Updated : 2022-02-22
Read more
Sosok dari Masa Lalu
“Mas, suara inilah yang kuceritakan padamu kemarin. Aku mendengarnya saat kamu pergi ke rumah pak RT,” jelas Sofia pada Fuad begitu keduanya tiba di kamar.Sofia merasa tidak enak bila harus membahas hal ini di depan Azzam dan Azizah. Mengingat pembicaraan ini berkaitan dengan kedua orang tua mereka. Setelah menaruh tas kerja Fuad pada tempatnya ia mulai menceritakan semua hal yang diketahui setelah mengumpulkan informasi sepotong-sepotong dari tetangga yang ditemui hari ini. Ia rangkai semua dan menceritakan kesimpulannya kepada Fuad.Fuad mendengarkan secara saksama tanpa memotong atau bertanya sebelum Sofia selesai bercerita. Ia tampak kaget setelah mendengar keseluruhan cerita yang disampaikan istrinya.“Astagfirullah ... jadi maksudmu kedua anak itu disiksa oleh orang tuanya dan dimanfaatkan untuk mencari uang?” tanya Fuad dengan gusar. Ia mengusap wajah dengan kedua tangan setelah mengembuskan nafas kasar.“Aku masih be
last updateLast Updated : 2022-02-23
Read more
Cerita Masa Lalu
Sofia dan Fuad kini duduk berhadapan dengan Lidya yang sedang memangku Lea di ruang tamu. Wajahnya kini dibiarkan terbuka, tidak ditutup lagi. Ia pikir percuma menutupinya lagi, toh mereka berdua sudah melihat tadi.Lidya tampak kikuk, memilih untuk menunduk dalam-dalam karena diperhatikan oleh Fuad dan Sofia dengan saksama. Fuad bahkan tidak berkedip selama beberapa saat sampai tepukan lembut Sofia di bahunya menyadarkannya.“Bagaimana kabarmu sekarang?” tanya Fuad memecah keheningan.“Seperti yang kamu lihat, Mas. Kondisiku sangat buruk. Mungkin aku sedang di hukum oleh tuhan atas perbuatanku padamu dan keluargaku dulu.” Lidya menunduk lagi setelah menatap Fuad sejenak.Terlihat raut wajah menyesal yang tak bisa diungkapkan lewat kata hanya tampak lewat tatapan mata dan perilakunya saja. Lidya merasa sangat malu, bahkan untuk memandang Fuad pun tak mampu sehingga memilih menunduk lagi.Sebelum menikah dengan Sofia, Lidya a
last updateLast Updated : 2022-02-24
Read more
Tawaran Bantuan
“Sebenarnya ini baru terjadi beberapa bulan terakhir, Mas. Awalnya dia baik, sangat baik. Bahkan tidak segan membantuku mengerjakan pekerjaan rumah. Namun semua berubah setelah aku melahirkan Lea. Anakku yang ketiga.” Lidya mulai bercerita setelah tangisnya reda.“Saat melahirkan Lea, aku terkena preeklampsi dan harus dirawat di rumah sakit selama dua bulan. Selama dirawat di rumah sakit Mas Pram selalu sabar menunggu dan merawatku. Bahkan dia mengabaikan semua pekerjaan dan menyerahkan tempat usaha kami untuk dikelola oleh orang kepercayaannya. Namun, ia dikhianati. Beberapa tempat usaha kami mulai mengalami kerugian sampai akhirnya bangkrut dan usaha terpaksa ditutup.” Lidya menarik nafas panjang, mengusap ujung hidungnya dan menatap Fuad tanpa berkedip.“Hanya tinggal satu tempat yang tersisa setelah dipertahankan Mas Pram dengan usaha semaksimal mungkin. Namun, tempat itu akhirnya terpaksa harus ditutup juga karena modal kami yang tida
last updateLast Updated : 2022-02-25
Read more
Menguatkan Hati
Sofia dan Fuad pulang berjalan kaki dalam diam. Sibuk dengan pikiran masing-masing. Beberapa kali Sofia melirik Fuad yang berjalan di sampingnya. Tampaknya ia sedang memikirkan sesuatu dengan serius. Terlihat kerutan di keningnya saat ia berpikir serius.Sofia hafal dengan watak suaminya yang memilih diam saat sedang berpikir. Ia tidak mau mengganggu, ingin memberikan waktu pada Fuad yang masih terlihat kaget melihat calon istrinya dulu menjadi tetangga sebelah rumahnya. Ditambah lagi kondisinya cukup mengenaskan, dengan wajah penuh luka dan lebam akibat kekerasan yang dilakukan suaminya.Sesampainya di rumah Fuad masih terdiam selama beberapa saat. Namun, Sofia menunggu dengan sabar di sebelahnya sambil berpura-pura memainkan ponsel. Ia menunggu Fuad membahas tentang kejadian barusan.“Dek ...,” panggil Fuad pelan.“Iya. Ada apa, Mas?” Sofia meletakkan ponsel di atas meja.“Aku ingin bertanya padamu mengenai Lidya. Se
last updateLast Updated : 2022-02-25
Read more
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status