Share

SUAMIKU SUAMIMU
SUAMIKU SUAMIMU
Author: pasaazka

Pindah

Author: pasaazka
last update Last Updated: 2022-01-28 15:04:21

Sebuah truk besar yang memuat perkakas rumah berhenti di sebuah rumah kosong. Di belakangnya tampak mobil yang mengikuti, berhenti di belakang truk. Seorang wanita berjilbab krem dengan gamis yang senada turun dari mobil. Diikuti pria berusia 30 an mengenakan kaos kerah berwarna hijau.

Wanita itu bernama Sofia. Hari ini Sofia dan suaminya, Fuad akan menempati rumah yang baru dibelinya. Setelah menabung selama beberapa tahun dan beberapa kali pindah kontrakan akhirnya pasangan suami istri tersebut akan menempati rumah mereka sendiri. Rumah yang dibeli secara cash setelah mengikat pinggang selama bertahun-tahun agar bisa menggapai impian memiliki tempat untuk berteduh milik sendiri.

Rumah yang tidak bisa dibilang luas namun juga tidak terlalu sempit. Dengan halaman yang cukup luas di depan rumah yang rencananya akan ditanami beberapa sayuran oleh Sofia nanti. Karena inilah Sofia mantap untuk membeli rumah ini setelah melihat-lihat beberapa rumah yang hendak dibeli. Rumah dengan dua kamar dan satu kamar mandi. Dilengkapi dengan dapur kecil di belakang dan ruang tamu yang cukup luas. Cukup untuk menampung sekitar dua puluh orang.

Sofia tersenyum puas saat barang perkakas mulai diturunkan dari truk. Suaminya, Fuad sedang sibuk memberikan instruksi kepada para pekerja saat menurunkan barang perkakas mereka dari truk. Memberi tahu para pekerja untuk meletakkan barang itu dimana saja. Barang perkakas yang dibawa lumayan banyak, mengingat sudah delapan tahun mereka menikah.

Sofia memeriksa lagi rumah yang akan ditempati. Di dalam benaknya sudah tersusun rencana penataan rumah ini nanti. Kamar yang luas akan ditempatinya bersama suaminya sebagai kamar pribadi mereka. Sementara kamar satunya yang lebih kecil rencananya akan digunakan sebagai ruang salat. Mengingat mereka belum mempunyai anak, jadi belum membutuhkan kamar untuk anak.

Senyum lebar tak lepas dari bibirnya hari ini. Meskipun tubuhnya sudah mulai lelah namun tak begitu terasa terkalahkan oleh rasa bahagia karena impiannya untuk memiliki rumah sendiri tercapai sudah.

Sofia hendak membeli minuman yang akan diberikan kepada para pekerja setelah membongkar perkakas rumah. Dia segera berpamitan kepada suaminya untuk pergi ke warung.

“Mas, aku mau ke warung dulu ya. Mau membeli minuman dan camilan,” pamit Sofia.

“Iya, Dek. Sudah tahu warungnya dimana?” tanya suaminya.

“Tadi dalam perjalanan kulihat ada warung beberapa rumah dari sini.” Sofia menunjuk ke arah barat.

“Jauh enggak? Perlu kuantar?”

“Nggak usah, Mas. Dekat kok, aku jalan kaki saja,” tolak Sofia.

Sofia ingin berjalan sekalian melihat-lihat lingkungan yang akan ditempati nanti. Jadi dia harus mulai membiasakan diri dari sekarang dengan menghafalkan jalan di lingkungannya.

Warung yang dituju Sofia hanya berjarak tiga rumah dari rumah barunya. Warung yang terlihat kecil dari luar namun cukup lengkap barang dagangannya.

“Buk, permisi. Mau beli,” teriak Sofia saat melihat pemiliknya tidak ada di tempat.

“Ya ....“ Terdengar jawaban dari dalam yang diikuti langkah kaki mendekat.

“Iya, mau beli apa, Mbak?” tanya pemilik warung. Seorang perempuan berkerudung merah tampak menggendong anaknya yang berusia sekitar setahun.

“Teh botolnya ada, Bu? Oh iya, perkenalkan aku Sofia, yang akan menempati rumah kosong yang berpagar kuning, Bu.” Sofia mengulurkan tangan untuk bersalaman dengan pemilik warung.

“Ada, Mbak. Mau berapa botol? Oh iya, namaku Ranti. Panggil Mbak saja, jangan Ibu kesannya kok tua. Aku masih 32 tahun loh hehehe. Jadi Mbak Sofia yang akan menempati rumah kosong di samping rumah Mbak Lidya. Nanti jangan kaget ya kalau dengar suara-suara aneh. Mbak Sofia harus siap mulai sekarang.” Ranti menyambut uluran tangan Sofia.

“Suara aneh apa, Mbak Ranti?” Sofia keheranan dengan pernyataan Ranti.

“Nanti Kamu akan tahu sendiri, Mbak. Semoga saja bisa kerasan ya. Oh iya mau berapa Mbak, teh botolnya?” Ranti segera mengalihkan pembicaraan. Seperti ada sesuatu yang ditutupi.

“Lima botol, Mbak. Sekalian ini juga.” Sofia menyerahkan beberapa makanan kecil yang sudah dipilihnya.

“Totalnya 42 ribu, Mbak,” ucap Ranti setelah menghitung belanjaan Sofia.

“Ini, Mbak Ranti.” Sofia mengulurkan selembar uang lima puluh ribuan pada Ranti.

“Putranya usia berapa, Mbak Ranti?” tanya Sofia saat menunggu Ranti mengambil uang kembalian.

“Satu setengah tahun, Mbak. Anak bontot,” jawab Ranti ramah.

“Putranya sudah berapa, Mbak Ranti?” tanya Sofia lagi.

“Dua, Mbak. Yang pertama cewek sudah kelas tiga SD. Yang kedua ya yang kugendong ini. Mbak Sofia anaknya berapa?”

“Aku belum punya anak, Mbak,” jawab Sofia pelan.

Meskipun sudah menikah selama delapan tahun, Sofia memang masih belum memiliki momongan.

“Nggak papa, Mbak. Dinikmati saja dulu, mumpung masih bisa  berdua sama suami. Anggap saja bulan madu.” Hibur Ranti saat melihat wajah Sofia yang terlihat sedih saat membahas masalah momongan.

Sofia hanya tersenyum mendengar perkataan Ranti.

“Terima kasih, Mbak Ranti. Aku pulang dulu ya,” pamit Sofia.

“Iya, Mbak Sofia. Kalau butuh apa-apa monggo belanja di warungku lagi ya. Jangan kapok belanja kesini.” Tak lupa Ranti menawarkan warungnya kepada Sofia.

“Iya, Mbak Ranti. InshaAllah aku akan sering belanja kesini,” jawab Sofia.

Sofia berjalan pulang dengan santai sambil melihat lingkungan sekitar. Saat berpapasan dengan tetangga dia akan tersenyum dan menganggukkan kepalanya. Sapaan ramah darinya sebagai warga baru di lingkungan ini.

Rencananya Sofia dan suaminya akan ke rumah Pak RT nanti sore. Hari ini dia berniat menata barang-barang di rumahnya bersama Fuad, suaminya. Mumpung hari ini dia libur. Fuad memang sengaja mengambil cuti di kantornya untuk membantu istrinya pindahan.

Saat sampai di rumah, terlihat sebagian besar barang sudah diturunkan. Hanya tersisa barang-barang yang cukup berat. Seperti kulkas, mesin cuci dan lemari. Sementara barang-barang kecil dan ringan lainnya sudah masuk di rumahnya.

Sofia segera menyiapkan minuman, dan membongkar peralatan dapur untuk mencari piring dan nampan. Kemudian menata makanan kecil dan teh botol yang dia beli ke dalam piring dan nampan, lalu membawanya ke depan. Menyerahkan nampan tersebut kepada suaminya agar diberikan kepada para pekerja.

Setelah dua jam, akhirnya semua barang dari truk sudah dipindahkan ke dalam rumah. Truk sudah pergi. Kini tinggal Sofia dan Fuad di dalam rumah, dengan barang-barang yang masih ditaruh di sembarang tempat. Kecuali barang-barang besar seperti kulkas dan lemari yang sudah ditaruh pada tempatnya sesuai instruksi dari Fuad dan Sofia tadi.

Kini hanya tinggal membereskan barang-barang kecil seperti menata baju di lemari atau menata piring di dapur. Sofia lega setidaknya pekerjaannya menata rumah hanya tinggal pekerjaan yang ringan.

Jam di dinding menunjukkan pukul satu siang. Sofia dan Fuad segera berwudu lalu salat dhuhur berjamaah di ruang salat. Tak hentinya Sofia bersyukur karena impiannya untuk memiliki rumah sendiri sudah tercapai.

Setelah salat, Sofia mulai menata barang yang tersisa. Dia ingin segera membereskan rumahnya agar tampak rapi dan sedap dipandang mata. Sofia memang risih bila melihat barang yang berantakan dan langsung membereskannya sesegera mungkin saat melihatnya.

Fuad yang masih kelelahan membantu para pekerja mengangkut perkakas berat tadi tertidur di kamar, sementara Sofia mulai menata pakaian dalam lemari bajunya. Meskipun perutnya mulai terasa lapar, namun Sofia menahannya. Tak tega rasanya membangunkan suaminya yang masih kelelahan hanya untuk mengajaknya membeli makanan. Sofia menunggu Fuad bangun sambil menata buku-buku yang dibawa.

Fuad terbangun pada pukul empat sore. Dia segera mencari Sofia yang ternyata di dapur sedang menata peralatan memasak dan perkakas dapur lainnya. Sofia sedang menyusun piring di rak saat Fuad masuk ke dapur.

“Dek, nggak capek? dari tadi kulihat kamu beres-beres terus,” kata Fuad saat melihat Sofia di dapur.

“Eh, Mas. Sudah bangun? Capek sih. Tapi aku risih melihat rumah berantakan.”

“Kamu nggak lapar? Cari makan dulu yuk.”

“Ayok. Aku sudah lapar dari tadi, Mas. Tapi kita salat ashar dulu.” Sofia menghentikan aktivitasnya dan segera berwudhu.

Setelah salat ashar, Sofia dan Fuad keluar untuk mencari makan. Mereka mencoba warung soto babat yang terlihat ramai pembeli. Biasanya warung yang ramai pembeli identik dengan rasa makanan yang enak sehingga banyak pembeli yang rela antre demi membeli makanan tersebut.

Ternyata dugaan Fuad benar. Perjuangan antre selama sepuluh menit terbayar dengan kuah soto yang gurih dan babat yang empuk. Sofia, istrinya juga mengakui kalau soto babat yang mereka makan memang enak. Wajar saja jika warung itu selalu ramai saat mereka makan. Selalu saja ada pembeli yang datang dan pergi untuk membeli soto babat yang enak.

Setelah dirasa cukup, Sofia dan Fuad pulang ke rumah. Setibanya di rumah Sofia memilih istirahat di kamar. Dia ingin meluruskan tubuhnya sejenak sambil menunggu azan magrib. Sementara Fuad mulai memasang televisi agar istrinya memiliki hiburan saat ditinggal kerja besok.

Fuad masuk ke kamar setelah selesai memasang televisi. Terlihat Sofia yang sedang terbaring di ranjang dengan memegang ponselnya. Fuad segera berbaring di samping istrinya.

“Dek, nanti habis magrib aku mau ke rumah Pak RT untuk menyerahkan fotocopy KK dan KTP. Kamu mau ikut atau di rumah saja?” tanya Fuad.

“Aku di rumah saja, Mas. Aku mau istirahat.”

“Baiklah. Istrirahatlah, kamu pasti lelah karena menata rumah seharian.”

Setelah salat magrib Fuad bersiap ke rumah pak RT. Sementara Sofia berbaring di ranjang untuk mengistirahatkan tubuhnya. Tanpa menunggu lama Sofia langsung terlelap saat kepalanya menyentuh bantal. Tampaknya perempuan berkulit kuning langsat itu kelelahan setelah membereskan rumah seharian.

Fuad urung pamit, dan langsung pergi saat melihat Sofia yang tidur dengan nyenyak.

Praanggg....

Sofia terbangun dari tidurnya. Dia sangat kaget mendengar suara yang terdengar seperti piring pecah. Berikutnya terdengar beberapa barang yang dibanting. Sofia bangun dari ranjang dan mencari sumber suara tersebut. Sepertinya dari rumah sebelah.

Teriakan suara lelaki yang diikuti tangisa seorang perempuan terdengar cukup keras dari arah samping kanan rumahnya. Tangisan anak kecil yang menggelegar menambah keriuhan suara dari rumah sebelah. Terdengar bantingan beberapa barang yang tampak berat.

Sofia gemetar ketakutan mendengar keributan dari samping rumahnya. Dia keluar dari kamar untuk mencari suaminya dan menyadari bahwa suaminya sedang pergi ke rumah pak RT. Sofia akhirnya memutuskan untuk mengunci rumah dan masuk ke kamarnya lagi. Tak lupa pintu kamar juga dikuncinya agar lebih aman.

Suara teriakan bersahut-sahutan dengan tangisan anak kecil terdengar cukup keras dari kamarnya meskipun Sofia sudah mengunci kamarnya. Teriakan nyaring anak kecil yang kesakitan memohon ampun membuat gadis berkulit kuning langsat itu gemetar sendirian di dalam kamar.

Suara inikah yang dikatakan Mbak Ranti tadi. Sebenarnya apa yang terjadi di rumah sebelah. Kemana para tetangganya. Apakah mereka tidak mendengar keributan ini. Jika terjadi pertengkaran di rumah sebelah, kenapa tidak ada satu pun diantara mereka yang keluar untuk membantu dan melerai pertengkaran itu.

Sofia mengambil ponselnya untuk menghubungi suaminya agar segera pulang. Sofia merasa ketakutan mendengar keributan yang masih terus berlanjut di samping rumahnya.

Terdengar dering ponsel dari meja di ruang tamu. Ternyata Fuad tidak membawa ponselnya.

Sofia gelisah mendengar teriakan-teriakan yang bersahut-sahutan tak kunjung henti. Mulutnya tak henti mengucapkan doa apa pun yang terlintas di kepalanya. Setelah beberapa menit akhirnya keributan itu berhenti. Tak terdengar apa pun lagi dari rumah sebelah.

Terdengar pintu pagar dibuka dari luar. Sofia segera membuka pintu untuk menyambut suaminya yang baru pulang. Tak pernah dia merasa selega ini sebelumnya menyambut suaminya pulang ke rumah.

Setelah keduanya duduk, Sofia segera menceritakan peristiwa yang baru dialami ke suaminya. Fuad mendengarkan penuh seksama cerita Sofia.

“Mas, menurutmu apa yang terjadi di rumah sebelah?” tanya Sofia.

“Entahlah, Dek. Mas, juga tidak tahu.”

Sofia diam dan teringat perkataan Mbak Ranti tadi sidang. Jadi ini suara yang dia katakan tadi. Sofia memutuskan untuk mencari tahu apa yang sebenarnya terjadi dan bertanya kepada Ranti langsung.

Comments (1)
goodnovel comment avatar
Fahmi
Sangat bertanggung jawap
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

  • SUAMIKU SUAMIMU   Tetangga

    Pagi itu Sofia menunggu tukang sayur yang lewat. Menurut Ranti kemarin biasanya pukul enam pagi ada mang Udin, penjual sayur langganan ibu-ibu di lingkungan ini yang biasa memasak pagi. Ada lagi kang Asep yang lewat agak siang saat pukul sepuluh pagi. Biasanya ibu-ibu yang terlewat belanja pada mang Udin akan belanja pada kang Asep. Yang terakhir ada penjual sayur yang lewat sore hari sekitar pukul empat, namanya Bu Minah. Biasanya ibu-ibu pekerja yang harus masak pagi-pagi sekali akan berbelanja ke Bu Minah. Kemarin Sofia tidak melihatnya, mungkin Bu Minah lewat saat dia keluar untuk cari makan diluar.“Sayur ... yuk yang mau belanja sayur.”Terdengar suara mang Udin menawarkan dagangannya.Sofia segera memakai kerudung dan memba

    Last Updated : 2022-01-29
  • SUAMIKU SUAMIMU   Bertemu anak-anak

    Setelah Fuad berangkat, Sofia segera membereskan piring bekas sarapan tadi dan mencucinya di wastafel. Dilanjutkan dengan membersihkan rumah, mulai dari menyapu lantai lalu mengepel untuk menghilangkan debu yang masih tersisa.Setelah semua pekerjaan rumah selesai Sofia segera mandi dan bersiap-siap untuk belanja bahan-bahan untuk membuat brownis. Sofia masih belum tahu toko bahan kue di sekitar sini jadi ia berencana untuk bertanya kepada Ranti. Sekalian membeli gula dan telur di warungnya.Sofia mengeluarkan motor matic miliknya dan berkendara dengan santai sampai di warung Ranti. Di warung tampak seorang bapak paruh baya yang sedang dilayani oleh Ranti. Setelah bapak tersebut pergi sekarang giliran Sofia untuk berbelanja.“Mbak Ranti beli Gula tiga kilo dan telur dua kilo ya.” Sofia menyebutkan barang yang akan dibeli pada Ranti. Dengan cekatan Ranti segera mengambil barang yang

    Last Updated : 2022-02-03
  • SUAMIKU SUAMIMU   Secuil informasi

    Sofia sudah selesai memanggang semua adonan brownis. Kali ini dia membuat cukup banyak untuk dibagi-bagikan sekaligus berkenalan dengan tetangga sekitar rumah. Brownis yang baru saja dikeluarkan dari oven, didiamkan agar dingin terlebih dahulu. Baru dikemas ke dalam kardus yang sudah dibeli di pasar tadi.Sembari menunggu brownis dingin, Sofia membereskan peralatan kotor untuk dicuci. Ia memang selalu membersihkan langsung perkakas kotor yang baru saja digunakan untuk memasak karena tidak suka melihat barang-barang yang kotor dan berantakan. Jiwanya tergelitik untuk segera membersihkan dan membereskannya setiap kali melihat barang-barang yang berserakan atau tidak tersimpan pada tempatnya.Selesai mencuci, Sofia memeriksa brownis apakah sudah dingin. Setelah dirasa cukup dingin, Sofia memasukkan brownis ke dalam kardus yang sudah disiapkan. Lalu dimasukkan dalam tas plastik agar lebih mudah saat membawa.

    Last Updated : 2022-02-13
  • SUAMIKU SUAMIMU   Pertengkaran Tetangga Baru

    Sofia berencana pergi ke rumah Ranti terlebih dulu sebelum ke rumah Lidya yang lebih dekat dengan rumahnya. Dia berjalan cukup cepat agar segera sampai tempat tujuan. Saat sampai di warung Ranti, terlihat beberapa pembeli yang antre untuk dilayani. Melihat Ranti yang sedang sibuk, ia akhirnya langsung menyerahkan brownis pada Ranti yang saat itu sedang melayani salah satu pembeli tanpa mampir atau singgah terlebih dulu.“Biarlah, mengobrolnya kapan-kapan saja. Lagi pula aku juga sedang terburu-buru saat ini,” pikir Sofia sembari berpamitan pada Ranti setelah menyerahkan brownis yang ia janjikan tadi pagi.“Wah, beneran dikasih ternyata. Terima kasih ya, Mbak Sofia,” sambut Ranti dengan sukacita saat menerima brownis dari Sofia. Senyum yang lebar mengembang di wajahnya yang terlihat semringah.Setelah Sofia pergi Ranti kembali melayani pembeli satunya dengan cekatan. Meskipun terlihat kecil dari luar, tapi warung milik Ranti

    Last Updated : 2022-02-22
  • SUAMIKU SUAMIMU   Azzam dan Azizah

    Teriakan-teriakan itu masih berlangsung saat Sofia sampai di rumahnya. Kali ini diikuti beberapa barang yang tampak di banting. Sofia hanya mondar-mandir di ruang tamunya. Sesekali dia mengintip keluar untuk melihat apakah suaminya, Fuad sudah sampai.Sofia tidak bisa duduk di kursi dengan tenang dan memilih berjalan keluar untuk menunggu Fuad di halaman. Dari luar rumah suara teriakan dan keributan di rumah sebelah terdengar lebih jelas. Terdengar tangisan Azalea disela teriakan Lidya dan Pram. Bayi kecil itu sepertinya merasa ketakutan melihat kedua orang tuanya bertengkar hebat.Pintu rumah Lidya terbuka, Azzam dan Azizah berlari keluar dengan terburu-buru. Azizah sampai terjatuh karena kakinya menyandung batu. Azzam segera menolong adiknya untuk berdiri.Sofia melihat kedua anak itu dengan rasa iba. Keduanya membuka pintu pagar dan berlari kecil di jalan. Saat melewati depan rumah Sofia, wanita itu memanggil keduanya dengan melambaikan tangannya.&ldq

    Last Updated : 2022-02-22
  • SUAMIKU SUAMIMU   Sosok dari Masa Lalu

    “Mas, suara inilah yang kuceritakan padamu kemarin. Aku mendengarnya saat kamu pergi ke rumah pak RT,” jelas Sofia pada Fuad begitu keduanya tiba di kamar.Sofia merasa tidak enak bila harus membahas hal ini di depan Azzam dan Azizah. Mengingat pembicaraan ini berkaitan dengan kedua orang tua mereka. Setelah menaruh tas kerja Fuad pada tempatnya ia mulai menceritakan semua hal yang diketahui setelah mengumpulkan informasi sepotong-sepotong dari tetangga yang ditemui hari ini. Ia rangkai semua dan menceritakan kesimpulannya kepada Fuad.Fuad mendengarkan secara saksama tanpa memotong atau bertanya sebelum Sofia selesai bercerita. Ia tampak kaget setelah mendengar keseluruhan cerita yang disampaikan istrinya.“Astagfirullah ... jadi maksudmu kedua anak itu disiksa oleh orang tuanya dan dimanfaatkan untuk mencari uang?” tanya Fuad dengan gusar. Ia mengusap wajah dengan kedua tangan setelah mengembuskan nafas kasar.“Aku masih be

    Last Updated : 2022-02-23
  • SUAMIKU SUAMIMU   Cerita Masa Lalu

    Sofia dan Fuad kini duduk berhadapan dengan Lidya yang sedang memangku Lea di ruang tamu. Wajahnya kini dibiarkan terbuka, tidak ditutup lagi. Ia pikir percuma menutupinya lagi, toh mereka berdua sudah melihat tadi.Lidya tampak kikuk, memilih untuk menunduk dalam-dalam karena diperhatikan oleh Fuad dan Sofia dengan saksama. Fuad bahkan tidak berkedip selama beberapa saat sampai tepukan lembut Sofia di bahunya menyadarkannya.“Bagaimana kabarmu sekarang?” tanya Fuad memecah keheningan.“Seperti yang kamu lihat, Mas. Kondisiku sangat buruk. Mungkin aku sedang di hukum oleh tuhan atas perbuatanku padamu dan keluargaku dulu.” Lidya menunduk lagi setelah menatap Fuad sejenak.Terlihat raut wajah menyesal yang tak bisa diungkapkan lewat kata hanya tampak lewat tatapan mata dan perilakunya saja. Lidya merasa sangat malu, bahkan untuk memandang Fuad pun tak mampu sehingga memilih menunduk lagi.Sebelum menikah dengan Sofia, Lidya a

    Last Updated : 2022-02-24
  • SUAMIKU SUAMIMU   Tawaran Bantuan

    “Sebenarnya ini baru terjadi beberapa bulan terakhir, Mas. Awalnya dia baik, sangat baik. Bahkan tidak segan membantuku mengerjakan pekerjaan rumah. Namun semua berubah setelah aku melahirkan Lea. Anakku yang ketiga.” Lidya mulai bercerita setelah tangisnya reda.“Saat melahirkan Lea, aku terkena preeklampsi dan harus dirawat di rumah sakit selama dua bulan. Selama dirawat di rumah sakit Mas Pram selalu sabar menunggu dan merawatku. Bahkan dia mengabaikan semua pekerjaan dan menyerahkan tempat usaha kami untuk dikelola oleh orang kepercayaannya. Namun, ia dikhianati. Beberapa tempat usaha kami mulai mengalami kerugian sampai akhirnya bangkrut dan usaha terpaksa ditutup.” Lidya menarik nafas panjang, mengusap ujung hidungnya dan menatap Fuad tanpa berkedip.“Hanya tinggal satu tempat yang tersisa setelah dipertahankan Mas Pram dengan usaha semaksimal mungkin. Namun, tempat itu akhirnya terpaksa harus ditutup juga karena modal kami yang tida

    Last Updated : 2022-02-25

Latest chapter

  • SUAMIKU SUAMIMU   Kabar dari Pram

    “Dek ... Kok malah bengong? Kenapa pertanyaanku nggak dijawab? Bagaimana kalau Lidya marah saat tahu kamu membuka-buka ponselnya?” tanya Fuad tidak sabar saat melihat Sofia yang malah melamun dan tidak menjawab pertanyaannya.“Eh ... Anu. Itu karena Mbak Lidya yang menyuruhku, Mas. Dia tadi menitipkan ponselnya padaku untuk berjaga-jaga kalau ada pesan dari pelanggan yang memesan kue atau brownis mendadak. Jadi dia memintaku untuk membalas pesan yang masuk atau mengangkat telepon yang masuk ke ponselnya,” terang Sofia sambil mengarang alasan yang serealistis mungkin agar Fuad tidak curiga dan bertanya lebih jauh lagi.“Oh begitu ... Kenapa tidak bilang dari tadi? Ayo kita duduk dulu,” ajak Fuad sambil menggandeng tangan Sofia berjalan menuju deretan kursi yang ada di depan ruang operasi.Sofia hanya mengangguk pasrah saat Fuad mengajaknya duduk di kursi panjang yang tersedia di depan ruang operasi. Ia merasa lega karena Fuad langsung mempercayai penjelasannya dan tidak bertanya lebih

  • SUAMIKU SUAMIMU   Saat Menegangkan

    Lidya menarik nafas panjang lalu mengambil ponsel yang tergeletak di atas nakas. Diangsurkannya ponsel tersebut pada Sofia sambil tersenyum tipis.“Saat aku dioperasi nanti, tolong simpan ponselku Mbak. Siapa tahu nanti ada telepon penting yang masuk angkatlah. Atau mungkin ada pesan masuk yang penting dan membutuhkan balasan segera, tolong balaslah. Berpura-pura saja menjadi diriku saat kamu membalasnya, jangan katakan kalau aku sedang operasi,” pinta Lidya sambil memandang Sofia tanpa berkedip.“Iya, Mbak.” Sofia mengambil ponsel yang diangsurkan Lidya padanya. Lalu menyimpan ponsel tersebut dalam tas selempang yang dikenakannya walaupun ia masih tidak mengerti kenapa Lidya memintanya untuk melakukan hal tersebut.“Sebenarnya aku ada permintaan lain, Mbak ....”Sofia yang sedang menutup tas segera menghentikan gerakan tangannya dan menatap Lidya. Menunggunya mengungkapkan permintaan lain yang disebutkannya tadi. Namun, wanita berpipi dekik itu malah diam dan tidak mengucapkan se

  • SUAMIKU SUAMIMU   Rencana Operasi

    Setelah menerima surat dari Pram, hati Lidya terasa resah. Tiada hari yang dilalui tanpa merasa cemas. Ia bahkan tidak bisa tidur dengan nyenyak saat malam hari dan kerap terbangun karena mimpi buruk yang selalu menemani dalam setiap tidurnya.Akibatnya tubuhnya terasa semakin lelah karena kualitas tidur yang buruk. Juga pikiran yang tegang. Nafsu makannya juga semakin berkurang karena perutnya terasa begah jika ia makan banyak. Pun ia tidak memiliki nafsu makan karena memikirkan berbagai kemungkinan yang akan terjadi jika Pram kembali sebelum ia melahirkan. Lidya tidak berani menceritakan mengenai hal tersebut dan menyimpan semua pemikirannya sendirian. Ia terus berpikir bagaimana caranya agar Pram tidak pulang sebelum ia melahirkan. Ia sangat takut membayangkan jika Pram mengetahui tentang perjanjian pernikahan yang sudah dibuat dengan Sofia dan Fuad. Lelaki itu pasti akan sangat marah dan pergi meninggalkannya.Setiap hari Lidya terus berdoa agar Pram tidak pulang sebelum bayi dal

  • SUAMIKU SUAMIMU   Surat dari luar negeri

    Lidya baru saja selesai menata baju dan beberapa barang perlengkapan untuk bayi yang sudah dibeli oleh Sofia dan Fuad. Rencananya untuk berbelanja perlengkapan bayi bersama Sofia terpaksa dibatalkan karena Fuad melarangnya. Lelaki itu memintanya untuk istirahat di rumah saja, mengingat kondisi Lidya yang belum pulih sepenuhnya serta anjuran dari dokter yang menyarankan agar ia tidak boleh beraktivitas yang berlebihan sehingga membuatnya kelelahan.Lidya terpaksa menurut karena tidak ingin merepotkan orang di sekitarnya lagi. Ia baru saja keluar dari rumah sakit dan tidak ingin dirawat lagi padahal baru saja pulang ke rumah. Ia akhirnya menyerahkan urusan belanja perlengkapan bayi pada Sofia dan Fuad semua. Sofia sempat menyarankan agar berbelanja online saja agar bisa memilih bersama-sama. Namun Lidya menolaknya karena takut barang yang dibeli tidak sesuai harapan. Ia meminta pada Sofia untuk berbelanja langsung di toko saja agar lebih leluasa memilih karena bisa melihat barang yang

  • SUAMIKU SUAMIMU   Firasat

    Setelah dirawat selama seminggu di rumah sakit, Lidya akhirnya sudah bisa pulang ke rumah. Kondisinya semakin hari semakin membaik setelah perbincangan terakhir dengan Sofia. Hubungan mereka berdua juga semakin membaik dari hari ke hari. Tidak terlihat canggung lagi. Bahkan hampir setiap hari Sofia terlihat menemani Lidya di rumah sakit selama ditinggal Fuad bekerja. Urusan toko untuk sementara mereka serahkan pada Rani dulu. Sementara anak-anak dalam pengasuhan Mbok Rum. Beruntung, Mbok Rum sudah tidak memiliki tanggungan di rumah. Jadi bisa menginap di rumah Lidya tanpa harus pulang ke rumah seperti biasanya.Lidya tidak pernah membahas masalah Fuad lagi. Sepertinya ia benar-benar melupakan keinginannya untuk menguasai lelaki itu sepenuhnya untuk dirinya sendiri. Ia juga tidak pernah membicarakan tentang Pram sekalipun. Hanya membicarakan tentang janin dalam perutnya yang semakin hari semakin aktif.Sebelum pulang, Dokter berpesan pada Lidya agar mengurangi aktivitas yang berat me

  • SUAMIKU SUAMIMU   Serangan Balik

    Dada Sofia berdebar kencang mendengar permintaan Lidya yang menurutnya sangat lancang. Ia ingin marah, berteriak dan mengutuk wanita yang sedang terbaring lemah di hadapannya. Namun, hati nuraninya masih mencegahnya untuk melakukan hal tersebut.Tangan Sofia terkepal erat sampai ujung jarinya memutih. Titik-titik keringat mulai bermunculan memenuhi telapak tangannya yang terkepal hingga terasa basah. Dadanya terasa panas karena menahan amarah yang menggelegak dalam dada. Bersiap untuk dilampiaskan pada wanita berpipi dekik yang sedang memandangnya, menunggu jawabannya. Ditarik nafas panjang lalu dikeluarkan pelan sambil memejamkan mata. Sofia mencoba mengingat hal-hal menyenangkan yang pernah dilaluinya bersama Lidya untuk mengurangi amarah yang bersiap untuk meledak. Seperti bom waktu yang siap untuk meledak kapan pun.“Mbak, bagaimana? Bisakah kamu menyerahkan Mas Fuad untuk kumiliki sepenuhnya? Kamu masih muda dan masih cantik ... Jadi tidak sulit bagimu untuk menemukan lelaki lai

  • SUAMIKU SUAMIMU   Menemani Lidya

    Sementara itu di rumah sakit, Fuad tidak bisa tidur karena merasa bingung memikirkan hari esok. Ia harus pergi ke kantor besok karena jatah cutinya sudah habis. Namun, ia tidak tega jika harus meninggalkan Lidya sendirian tanpa ada yang menemani. Kondisi Lidya yang masih lemah membuatnya membutuhkan bantuan untuk memenuhi segala keperluannya. Sebenarnya Fuad ingin meminta bantuan pada Mbok Rum agar menunggu Lidya. Namun mengingat dia harus menjaga anak-anak di rumah hal itu urung dilakukannya. Saat sedang memikirkan jalan keluar masalah tersebut, tiba-tiba Sofia meneleponnya.“Halo, Dek,” jawab Fuad setelah mengangkat telepon.“Waalaikumsalam, Mas,” ucap Sofia dengan penuh penekanan.“Eh iya ... Assalamualaikum, sayang,” sahut Fuad dengan cengengesan. Ia memang sering lupa mengucapkan salam saat menjawab telepon. Namun Sofia tidak pernah lelah selalu mengingatkannya lagi dan lagi.“Bagaimana kondisi Mbak Lidya, Mas? Apa kata dokter?”“Besok pagi Lidya akan diperiksa lab untuk mengeta

  • SUAMIKU SUAMIMU   Prasangka yang Keliru

    “Siapa yang pingsan, Mas?” bisik Sofia sambil menjawil lengan Fuad. Fuad segera melambaikan tangan sebagai isyarat agar Sofia diam dan bersabar menunggu terlebih dulu. Sementara itu ia meneruskan pembicaraan dengan Mbok Rum di telepon.“Pingsan bagaimana maksudnya Mbok? Kapan?” tanya Fuad dengan tenang. “Sudah dua jam lalu, Pak. Barusan sudah sadar tapi katanya masih pusing. Mau saya antarkan periksa ke dokter tapi saya bingung, bagaimana dengan anak-anak kalau ditinggal?” jelas Mbok Rum panik.“Baiklah ... Mbok Rum tenang dulu, jangan panik. Aku sampai rumah paling cepat besok pagi, jadi sementara menungguku tolong jaga Lidya baik-baik. Penuhi semua kebutuhan dan permintaannya, kalau ada apa-apa segera hubungi aku,” perintah Fuad dengan tenang.Sofia langsung mencubit perut Fuad saat mendengarnya mengatakan mereka akan sampai besok pagi. Padahal selambat-lambatnya perjalanan pulang paling lama pukul sepuluh malam mereka sudah sampai di rumah. Fuad hanya mengedipkan sebelah mat

  • SUAMIKU SUAMIMU   Kembali Bersama

    “Beneran nggak mau kemana-mana? Mumpung kita di sini, Mas,” tanya Sofia sekali lagi saat Fuad menolak untuk diajak pergi keluar.“Iya. Aku mau istirahat di rumah saja sama kamu. Kita mengobrol dan menghabiskan waktu yang berkualitas di rumah saja sudah lama kita tidak melakukannya. Atau kamu mau packing barang-barang sekarang? Aku bantu biar cepat,” tolak Fuad tegas.“Baiklah kalau begitu. Kita di rumah saja seharian nanti.”Sofia menutup kembali lemari pakaian dengan keras. Sebenarnya ia sudah bersemangat sejak tadi pagi ingin mengajak Fuad bepergian berwisata kuliner. Memberitahukan makanan enak yang sudah dimakannya kemarin. Namun, karena Fuad menolak ia tidak bisa berbuat apa pun lagi. Berjalan ke pojok kamar, Sofia mengambil koper kecil yang dibawa untuk mengangkut beberapa pakaian yang dibawanya kesini dulu. Lalu mulai menata baju dan kerudung ke dalam koper dengan tenang. “Ada yang bisa kubantu?” tawar Fuad saat melihat Sofia mulai berkemas. “Tidak ada, Mas. Tidurlah s

DMCA.com Protection Status