Share

Bab 5

Penulis: Patricia
last update Terakhir Diperbarui: 2024-10-09 11:56:48
"Kenapa Kak Reagan?" Philip melirik sekilas pria yang sedang minum sendirian. Dia diam-diam menggeser duduknya mendekat ke Teddy. Sejak Reagan masuk, wajahnya sudah tampak muram, membuat suasana yang tadinya ramai mendadak menjadi hening.

"Diblokir seseorang," ucap Teddy yang mengetahui situasinya, menikmati drama yang sedang terjadi ini. Mendengar komentarnya, wajah Reagan semakin muram.

Prang!

Gelas di tangannya membentur meja kaca dengan keras. Dengan gusar, dia membuka kancing kemejanya dengan satu tangan.

"Sudah kubilang jangan sebut namanya lagi. Nggak ngerti bahasa manusia ya?"

Teddy mengangkat bahunya dan tidak berkomentar lagi. Suasana langsung berubah. Orang-orang yang tadinya bernyanyi memilih untuk diam. Orang lainnya juga ikut bungkam karena takut memancing kemarahan Reagan.

Philip tersedak oleh alkohol yang baru diminumnya. Ternyata Nadine serius kali ini?

Stendy yang sudah agak mabuk, berpaling dan menanyakan Philip, "Nadine sudah balik belum?"

Philip menggelengkan kepalanya. Mana mungkin dia berani mengatakan apa pun, Dia hanya menjawab tidak tahu. Mendengar hal itu, Stendy langsung paham bahwa sepertinya Nadine masih belum kembali.

Bartender datang membawa lima krat minuman, lalu ada seseorang yang memberanikan diri mengusulkan, "Gimana kalau kita main 'Truth or Dare'?"

Semua orang di sini cukup cerdas dan masing-masing juga membawa pasangan. Mendengar usul itu, mereka langsung paham dan berusaha menghidupkan kembali suasana yang canggung.

"Truth or Dare, bagus juga. Aku paling suka main Truth or Dare," kata salah satu wanita sambil tersenyum lebar. Saat itu, seorang wanita baru saja masuk.

"Tania, sini. Kebetulan Kak Reagan nggak ada pasangan ..." seru seseorang sambil mendorong wanita itu untuk duduk di samping Reagan. Dia adalah salah satu wanita favorit di tempat itu dan jelas bukan pertama kalinya menemani Reagan.

"Kak Reagan ..." sapanya lembut.

Namun, Reagan tiba-tiba bangkit dari duduknya dengan cepat, tanpa minat sedikit pun. "Kalian main saja, aku pulang dulu." Dia meninggalkan semua orang yang terkejut, termasuk Tania yang kecewa kehilangan kesempatan mendapatkan bayaran besar malam itu.

....

Setelah keluar dari bar, sopir bertanya ke Reagan yang duduk di kursi belakang, "Mau ke mana?"

Kepala Reagan terasa pusing setelah menenggak dua gelas brandy tadi. Saat teringat dengan bayangan vila yang kosong, Reagan menjawab, "Ke kantor."

"Pak Reagan? Kenapa Anda ke sini?"

Saat ini sudah pukul 10 malam. Asistennya yang baru saja beres-beres untuk pulang, terkejut melihat Reagan keluar dari lift.

Ekspresi terkejut dari asistennya malah membuat Reagan semakin jengkel. Biasanya pada jam segini, Nadine selalu mengingatkannya untuk tidur lebih awal karena khawatir dengan pola tidurnya yang tidak teratur. Jika dia tidak menurut, Nadine akan merengek manja sampai akhirnya dia menyerah dan berbaring.

"Kamu mau pulang?"

"Iya, ada yang bisa saya bantu lagi?"

Reagan ingin mengatakan tidak. Namun, karena belum makan sejak siang dan setelah minum dua gelas alkohol, perutnya mulai terasa sakit. Dengan wajah pucat, dia berkata, "Tolong belikan bubur untukku."

Setelah berpikir sejenak, dia menambahkan, "Dari restoran terbaik."

Asisten Reagan bergegas menjalankan perintahnya. Dua puluh menit kemudian, dia kembali dengan membawa bubur yang dikemas dengan rapi dan mewah, lalu menyerahkannya kepada Reagan. Namun saat Reagan membukanya, dia langsung mengernyit.

"Kenapa bubur seafood?"

Asisten itu terlihat bingung, "Restoran paling terkenal di sekitar sini punya menu andalan bubur seafood, saya kira ...."

"Sudahlah, keluar saja."

Bubur seafood itu tampak sempurna. Begitu dimasukkan ke mulut, aroma wangi yang samar langsung menyebar dan rasa manis dari seafood-nya juga sangat terasa. Namun, baru makan beberapa suap saja, Reagan sudah kehilangan selera dan meletakkan sendoknya.

Tanpa disadari, dia mulai merindukan bubur buatan Nadine.

"Sialan!" Dia mengutuk pelan. Kenapa dia masih terus memikirkan Nadine?

Dia sangat terobsesi!

....

Setelah kembali dari rumah sakit ke apartemen, Nadine meraba sakelar di dinding dan menekannya. Seketika, terdengar suara napas yang berat dan penuh dengan keintiman. Saat lampu menyala terang, yang pertama dilihatnya adalah Kelly mengenakan gaun tidur sutra seksi dengan tali tipis dan sedang bermesraan dengan seorang pria muda.

Keduanya berada di sofa. Tangan Kelly yang lembut bergerak bebas di bawah baju pria itu, menyentuh perutnya yang berotot. Bibir mereka juga sibuk saling mencumbu. Leher Kelly memperlihatkan bekas-bekas berwarna merah yang tampak sangat mencolok.

Suasana di ruangan itu penuh gairah dan kemesraan.

Kelly sempat terkejut oleh cahaya lampu yang menyilaukan. Wajahnya tampak bingung sejenak, lalu secara refleks menghentikan pria itu yang hendak menciumnya lagi.

"Eh? Nadine, kamu sudah pulang."

"Uh, sebaiknya kalian pakai baju dulu."

Nadine tersenyum kaku dan buru-buru membalikkan tubuhnya, memberikan waktu bagi mereka untuk merapikan diri.

Nadine menghela napas sejenak. Sepertinya dia tidak bisa tinggal di tempat Kelly terlalu lama. Sekalipun teman baik, setiap orang punya privasi masing-masing. Tinggal bersama dalam waktu lama pasti tidak akan nyaman untuk keduanya.

Dengan sikap santainya, Kelly tersenyum menggoda. Dia sama sekali tidak merasa keberatan dengan apa yang baru saja terjadi. Dia merapikan tali gaunnya yang melorot ke lengan, lalu mengambil jaket dan mengenakannya dan melemparkan jas di lantai ke arah pria itu.

Wajah tampan pria tersebut masih dihiasi noda lipstik dan matanya masih agak merah. Kelly menepuk pipinya dengan lembut, "Manis, tunggu aku di kamar, ya."

Pria itu mengangkat pakaiannya dengan patuh untuk menutupi dadanya yang penuh bekas ciuman. Kemudian, dia tersenyum dengan percaya diri ke arah Nadine, "Halo, Kak, selamat malam."

Nadine secara refleks menjawab, "Hai, Keven."

Pria itu hanya tersenyum lagi dan masuk ke kamar tanpa berkata apa pun.

Kelly menuang segelas anggur merah untuk dirinya sendiri, lalu menyesapnya. Rasa manis yang bercampur dengan sedikit rasa pahit, menyebar di pangkal lidahnya. Dia berdecak puas, lalu mengoreksi Nadine dengan santai, "Yang ini namanya Steven, bukan Keven."

Nadine terdiam.

"Ke mana saja baru pulang semalam ini?" Melihat mata Nadine yang agak memerah, Kelly mengerutkan alisnya. "Kamu baru nangis?"

Nadine menuangkan segelas air hangat untuk dirinya sendiri, lalu berkata dengan tidak fokus, "Hari ini aku jenguk Bu Freya di rumah sakit."

Keduanya adalah teman seangkatan di universitas dan sama-sama merupakan murid dari Freya. Kelly masih berada di grup WhatsApp universitas mereka, jadi dia pernah mendengar tentang masalah ini.

Dia melirik Nadine dengan hati-hati, "Kamu ...."

Baru saja hendak mengatakan sesuatu, Kelly ragu untuk melanjutkannya.

Dulu, Nadine adalah salah satu murid yang paling disayangi oleh Freya. Orang lain mungkin tidak tahu, tetapi sebagai teman sekamar dan sahabat terdekatnya, Kelly menyaksikan langsung bagaimana profesor tersebut memberi perhatian khusus pada Nadine.

Bahkan, Freya memberinya proyek-proyek khusus dan membimbingnya dalam menulis makalah. Padahal, Nadine masih seorang mahasiswa sarjana dan Freya bukan pembimbing akademis resminya.

Namun, Freya rela memberikan begitu banyak sumber daya akademik untuknya.

Jika Nadine mengikuti rencana karier yang telah disusun oleh Freya dan melakukannya dengan baik, tidak ada yang mustahil bagi Nadine untuk menjadi doktor biologi termuda di dalam negeri dalam lima tahun.

Sampai hari ini, Kelly masih tidak mengerti mengapa Nadine memutuskan untuk meninggalkan jenjang pendidikannya.

Mengingat bagaimana Freya sangat menyayanginya, Kelly tidak bisa menahan diri untuk berpikir, 'Mungkin orang yang mendapatkan segalanya dengan mudah, memang cenderung tidak menghargainya.'

Seorang genius memang punya hak untuk bertindak sesuka hati.

"Dengar-dengar, profesor sakit parah kali ini. Gimana kondisi pemulihannya setelah operasi?" tanya Kelly.

Nadine hanya menggelengkan kepala. Kelly tertawa dengan kesal, "Kamu ini gimana, sih? Kamu pergi jenguk orang, tapi nggak tahu apa-apa sama kondisi pasien?"

"Aku nggak berani masuk."

"Pengecut sekali?" Melihat ekspresi Nadine, Kelly tak bisa menahan diri untuk mengejek, "Kamu memang pantas mendapatkannya!"

Bulu mata Nadine bergetar, tapi dia tidak berkata apa-apa. Kelly segera menyadari sesuatu saat melihat sikap keras kepala Nadine. Ternyata makanan yang dibawa pagi tadi itu untuk profesor.

"Kamu mau terus begini?"

Kelly yang biasanya tegas dan pemberani, tidak menyangka sahabatnya menjadi begitu pengecut hingga tidak berani menampakkan wajahnya.

Nadine termasuk cukup rasional saat menjawab, "Cepat atau lambat, aku harus ketemu Bu Freya. Memang ada beberapa masalah dan orang yang nggak bisa diselesaikan dengan menghindar."

Beberapa detik kemudian, Nadine menatap Kelly, "Kelly, boleh temani aku ketemu sama Bu Freya?"

"Kamu mau ngapain?"
Komen (5)
goodnovel comment avatar
Fangirl Musik 17
bab selanjutnya
goodnovel comment avatar
Syyeka
lanjut terus
goodnovel comment avatar
Yuni
duhh sedih bnget bacanya
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

  • Tak Sudi Merajut Cinta Dengan Mantan   Bab 6

    "Sudah seharusnya aku minta maaf atas tindakanku yang nggak rasional dan impulsif dulu. Ini adalah utangku padanya."Kelly hampir tersedak anggur yang diminumnya. Dia terbatuk dua kali dan berkata dengan wajah yang penuh penolakan, "Tolong, jangan libatkan aku dalam hal ini, Kak.""Kamu tahu sendiri, satu-satunya mata kuliahku yang gagal dan harus mengulang adalah mata kuliah pilihan dari Bu Freya. Setiap kali ketemu Bu Freya, aku langsung gemetaran. Lagian, aku ini orang yang nggak dikenal. Mungkin dia bahkan sudah lupa siapa aku. Aku benar-benar nggak bisa bantu kamu."Melihat Kelly menghindar seperti itu, Nadine tidak memaksanya lagi."Tapi ...." Mata Kelly berkilat licik dan nada bicaranya berubah, "Aku punya seseorang yang cocok untuk masalah ini.""Hmm?""Kamu masih ingat kakak sepupuku, Arnold, 'kan?"Nadine menyesap sedikit air hangat dan mengangguk. "Tentu saja ingat."Arnold adalah pionir termuda dalam bidang fisika di dalam negeri. Tahun lalu, dia dinobatkan sebagai salah sa

    Terakhir Diperbarui : 2024-10-09
  • Tak Sudi Merajut Cinta Dengan Mantan   Bab 7

    Setelah mendekat, Reagan baru menyadari bahwa rambut bergelombang Nadine yang indah, kini telah diluruskan dan warna rambut favoritnya dulu, kini kembali menjadi hitam pekat. Nadine tidak memakai riasan dan tidak mengenakan sepatu hak tinggi.Dengan hanya memakai kaus putih, penampilannya sangat sederhana. Namun yang paling mencolok adalah matanya, yang tampak lebih cerah dari sebelumnya, tanpa jejak kesedihan atau keterpurukan karena putus cinta.Jika semua ini hanya berpura-pura, Reagan harus mengakui Nadine melakukannya dengan sangat baik. Saking baiknya, hingga itu berhasil membuatnya marah.Nadine mengerutkan kening. Dia terlalu mengenal Reagan. Ekspresi yang dia lihat sekarang adalah tanda bahwa kemarahannya akan segera meledak."Haha," pria itu tertawa sinis, "Tapi selera kamu buruk sekali. Sudah bertahun-tahun bersamaku, seharusnya kamu punya sedikit standar, 'kan? Jangan sampai asal pilih pria, jangan biarkan sembarang orang mendekat. Kalau nggak, di mana harga diriku sebagai

    Terakhir Diperbarui : 2024-10-09
  • Tak Sudi Merajut Cinta Dengan Mantan   Bab 8

    Nadine sudah lama tidak merasakan pengalaman seperti ini, mengerjakan segala sesuatunya sendiri. Selama bertahun-tahun bersama Reagan, meskipun tidak hidup sepenuhnya bergantung pada pria itu, pekerjaan fisik seperti ini memang tidak pernah dilakukan Nadine.Bahkan beberapa tahun lalu saat Reagan baru memulai usahanya dan kondisi keuangan mereka masih ketat, mereka tetap mempekerjakan asisten rumah tangga untuk membersihkan rumah setiap minggu.Setelah selesai mengecat satu kaleng, Nadine menggosok pinggangnya yang terasa pegal. Setelah beberapa tahun hidup nyaman, dia memang sudah tidak terbiasa dengan pekerjaan fisik seperti ini ....Nadine keluar ke lorong bermaksud untuk mengambil sisa cat yang masih di luar. Namun tanpa sengaja, langkahnya terlalu cepat dan kakinya menendang salah satu kaleng cat hingga terguling. Meskipun Nadine sudah berusaha mengatasinya dengan cepat, tetap saja ada sedikit cat yang tumpah di depan pintu tetangga sebelah.Dia buru-buru mengambil pel dan mulai m

    Terakhir Diperbarui : 2024-10-09
  • Tak Sudi Merajut Cinta Dengan Mantan   Bab 9

    Nadine berjalan lebih dulu, sementara Arnold mengikuti dari belakang. Jika dibandingkan dengan kegugupannya semalam, kini Nadine tampak sudah kembali normal.Arnold membawa mobilnya ke depan dan Nadine duduk di kursi penumpang. Dalam perjalanan, mereka melewati sebuah supermarket buah-buahan. Nadine tiba-tiba berkata, "Bisa berhenti sebentar? Aku butuh dua menit untuk beli buah.""Buah?" tanya Arnold."Ya, untuk Bu Freya."Arnold menggenggam setir dengan agak kebingungan. "Memangnya perlu seribet itu?"Nadine menoleh dengan ekspresi sedikit geli. "Kamu selalu berkunjung dengan tangan kosong?"Arnold mengangguk dengan jujur. Nadine diam-diam mengacungkan jempol dalam hati. Luar biasa. Mungkin orang-orang hebat memang begitu ... tidak terlalu peduli dengan hal-hal kecil?Meski demikian, Arnold tetap menepikan mobilnya.....Freya tinggal di Jalan Cempaka, tidak jauh dari Universitas Brata. Deretan rumah kecil bergaya campuran antara desain barat dan timur berjejer di kawasan itu. Masing-

    Terakhir Diperbarui : 2024-10-09
  • Tak Sudi Merajut Cinta Dengan Mantan   Bab 10

    Arnold tetap diam. Baginya, makanan hanyalah sesuatu yang berfungsi untuk mengisi energi, bukan soal rasa. "Sudah selesai dicuci," katanya akhirnya.Nadine melirik sekilas pada paprika merah dan sayuran yang sudah tertata rapi seperti hasil kerja orang yang perfeksionis."Kenapa kamu ketawa?" tanya Arnold bingung. Nadine cepat-cepat berdeham, "Nggak apa-apa, kamu bisa keluar dulu.""Oke." Arnold mengeringkan tangannya, lalu mengangguk sedikit dan keluar dari dapur. Nadine kemudian menyiapkan semeja penuh makanan. Semuanya memiliki cita rasa yang ringan, sesuai dengan selera Freya dan jenis makanan yang bisa dikonsumsinya semasa pemulihan."Terima kasih, kamu masih ingat semuanya ....," komentar Freya dengan rasa syukur.Setelah makan, Nadine langsung mengambil inisiatif untuk membereskan piring dan peralatan makan. Arnold kembali masuk ke dapur untuk membantu dengan sukarela.Dia berdiri di bawah cahaya lampu yang hangat dan bayangannya terlihat memanjang di dapur. Dari sudut pandang N

    Terakhir Diperbarui : 2024-10-09
  • Tak Sudi Merajut Cinta Dengan Mantan   Bab 11

    Setelah berkata demikian, Reagan langsung masuk mobil dan melaju dengan kecepatan tinggi, meninggalkan Kelly yang benar-benar marah. "Apa-apaan orang ini? Berengsek! Bikin emosi saja!" teriak Kelly sambil mengentakkan kakinya.Dia meraih kerah pria muda di sebelahnya sambil berkata, "Dengar, kali ini Nadine nggak akan kembali padanya! Aku yakin!" Pria muda itu berusaha menenangkan, "Iya, iya, tenang saja ... jangan marah ...."Namun, apakah benar-benar seperti itu?Reagan tampaknya sangat yakin bahwa Nadine pada akhirnya akan kembali. Pria muda itu diam-diam melirik Kelly, berharap dia juga bisa membuat Kelly begitu setia seperti Nadine terhadap Reagan ....Berhenti! Jangan bermimpi! Bahkan dalam mimpinya pun, dia tidak akan berani berpikir sejauh itu.....Di dalam mobil, Reagan menerima panggilan telepon. Dengan suasana hati yang buruk, suaranya terdengar sangat ketus, "Ada apa?""Sayang, aku baru ketemu restoran baru yang luar biasa, kepitingnya gemuk-gemuk. Kebetulan besok Sabtu, g

    Terakhir Diperbarui : 2024-10-09
  • Tak Sudi Merajut Cinta Dengan Mantan   Bab 12

    "Nggak mau." Eva menggelengkan kepalanya. Detik berikutnya, dia menjinjit kakinya sambil tersipu. "Aku masih mau sama kamu lebih lama lagi." Namun sebelum dia bisa mendekat, Reagan justru mengambil inisiatif untuk memeluk pinggang ramping Eva dan menciumnya dengan kuat."Wow!" Kerumunan yang menyaksikan langsung bersorak lagi."Keren ya!""Astaga, pasti cinta banget ya?"Sementara itu, Nadine melihat semua kejadian itu dari jauh. Tangannya yang menggenggam buku terasa tegang, begitu kuat hingga jari-jarinya berubah pucat. Ternyata hatinya masih bisa merasa sakit. Namun ... wajahnya tetap tenang, bahkan terlalu tenang sampai nyaris mati rasa.Dalam hatinya berpikir, 'Nggak apa-apa, lama-lama juga terbiasa.' Sama seperti orang yang baru berhenti merokok, pasti akan menimbulkan efek kecanduan, apalagi setelah mencintai seseorang selama enam tahun.Nadine tidak tinggal lebih lama lagi. Dia berbalik dan langsung pergi ... masih ada banyak buku yang harus dia baca.Namun saat itu, Reagan mer

    Terakhir Diperbarui : 2024-10-09
  • Tak Sudi Merajut Cinta Dengan Mantan   Bab 13

    Dalam pernikahan keluarga kaya, pria yang memiliki wanita simpanan sangat lumrah. Selama rumah tangga tetap terjaga, pria bebas berhubungan dengan siapa saja di luar.Sebagai seorang ibu, Rebecca tidak akan terlalu ikut campur. Hari ini, dia termasuk resmi menawarkan janji kepada Nadine. Namun, ungkapan terima kasih dari Nadine yang Rebecca bayangkan, sama sekali tidak diucapkan. Yang dia dapatkan malah cibiran.Nadine berkata, "Bu Rebecca, sebaiknya berikan niat baikmu sama  orang lain saja. Aku nggak layak menerimanya. Selain itu, aku sudah putus sama Reagan. Kalau kelak kita bertemu, lebih baik menjadi orang asing.Dulu, Nadine akan menahan kesabarannya terhadap Rebecca demi Reagan. Rebecca mengeluh Nadine tidak berpendidikan tinggi, tidak punya latar belakang sekolah di luar negeri, dan tidak punya karier atau pekerjaan setelah lulus. Intinya, tidak cocok dengan putranya.Dulu, Nadine mungkin masih akan memikirkan cara untuk menyenangkan calon mertuanya ini. Kini, dia bahkan tidak

    Terakhir Diperbarui : 2024-10-09

Bab terbaru

  • Tak Sudi Merajut Cinta Dengan Mantan   Bab 314

    "Olive?" Wilfred memanggilnya sekali lagi."Ada apa?""Tadi kamu telepon agen properti, mau cari rumah ya?"Hati Olive gelisah, takut Wilfred bertanya lebih jauh. Dengan nada ketus, dia menjawab, "Tanya banyak banget sih?! Apa urusannya sama kamu?!"Wilfred merasa sedikit terluka, tapi tidak menunjukkan perasaannya. "Aku 'kan pacarmu, tentu aku peduli.""Aku ini cari pacar, bukan cari bapak.""Kalau kamu merasa aku terlalu cerewet, ya ... aku akan lebih sedikit bicara mulai sekarang." Wilfred berkata hati-hati, takut membuat Olive semakin marah.Melihat Wilfred tidak bertanya lagi soal sewa rumah, Olive diam-diam menghela napas lega. Sikapnya pun mulai melunak. "Berikan padaku." Dia mengulurkan tangan."Apa?""Bubble tea di tanganmu itu, bukannya untukku?""Oh, iya! Hampir lupa ...." Wilfred tersenyum cerah.....Setelah berkutat di laboratorium selama seminggu penuh, akhirnya dua set data berhasil didapatkan. Pekerjaan mereka kini tidak terlalu mendesak lagi. Pada hari Sabtu, Nadine m

  • Tak Sudi Merajut Cinta Dengan Mantan   Bab 313

    Sambil berkata demikian, Nadine menyerahkan kertas dan pena. "Kalau begitu, aku pamit dulu."Stendy hanya bisa tersenyum, "Baik. Sampai jumpa.""Hmm, ayo Pak Arnold. Kedai bubble tea itu kebetulan ada di dekat tempat tinggal kita, cukup menyeberang jalan saja sudah sampai."Terakhir kali dia dan Stendy membahas sesuatu, mereka juga pergi ke tempat itu....."Bubble tea sudah sampai!"Calvin, Kamila, dan Wilfred langsung muncul setelah mendengar kabar itu."Terima kasih, Pak Arnold. Terima kasih juga, Nadine! Membuat dua orang sibuk seperti kalian jadi kurir benar-benar keterlaluan!"Calvin menusukkan sedotan dan mengisapnya dalam-dalam, "Ah, nikmat sekali ...."Kamila mengerutkan dahi, "Seperti itu berlebihan banget nggak, sih?"Wilfred mengambil bubble tea miliknya dan milik Olive, lalu tersenyum sambil mengucapkan terima kasih kepada Arnold dan Nadine. Setelah itu, dia membawanya ke Olive dengan antusias."Olive, ini punyamu.""Oh."Mendengar bahwa Nadine pergi bersama Arnold untuk m

  • Tak Sudi Merajut Cinta Dengan Mantan   Bab 312

    Nadine dan Stendy duduk di samping meja batu dan berbincang tentang sesuatu. Keduanya duduk sangat dekat. Wajah Nadine terlihat serius, sementara Stendy mendengarkan dengan saksama dan sesekali mengangguk.Arnold tidak melewatkan senyum tipis yang muncul di sudut bibir Stendy. Bahkan dari jarak sejauh ini, dia bisa merasakan aura godaan yang memancar. Tatapan Arnold tiba-tiba menjadi lebih dalam.Detik berikutnya, dia mengeluarkan ponsel dan menelepon Calvin."Halo, Arnold, ada apa?""Kamu mau minum bubble tea?""Hah?" Calvin menurunkan ponselnya, memeriksa layar untuk memastikan itu benar-benar Arnold yang menelepon. "Apa maksudnya? Kok tiba-tiba ngomong soal bubble tea?""Mau atau nggak? Aku yang traktir. Kamu bisa tanyakan ke yang lain juga."Calvin langsung berseru dengan suaranya yang keras, "Pak Arnold traktir bubble tea! Siapa yang nggak mau, angkat tangan! Bagus, nggak ada. Jadi kita semua mau.""Baik. Aku akan pergi beli.""Eh ... kenapa nggak pesan saja lewat aplikasi? Kan le

  • Tak Sudi Merajut Cinta Dengan Mantan   Bab 311

    Pukul setengah delapan, Nadine sudah sampai. Orang lain belum datang, tiba-tiba terdengar suara dari ruang istirahat. Diiringi suara langkah kaki, Arnold keluar dari dalam. Mata mereka bertemu, keduanya tertegun.Arnold teringat pelariannya yang tergesa-gesa kemarin, merasa sedikit canggung. Nadine mengingat dirinya yang pura-pura tidur dan tanpa sengaja melihat kejadian itu .... Dia pun merasa tak nyaman."Selamat pagi." Pria itu lebih dulu membuka suara.Nadine mengangguk sedikit, "Pagi."Setelah itu, dia langsung melesat ke meja kerjanya dan mulai sibuk bekerja, sampai-sampai lupa menaruh makan siang yang dibawanya ke dalam kulkas.Arnold berkata, "Kebetulan aku mau ke pantri, aku bantu taruh."Nadine menjawab, "Terima kasih."Saat waktu makan siang, Nadine meninggalkan laboratorium. Baru saja keluar dari gedung, dia melihat Stendy berdiri tidak jauh dengan kedua tangan dimasukkan ke saku.Pria itu mengenakan kemeja dengan gaya santai, kerahnya sedikit terbuka, dipadukan dengan cela

  • Tak Sudi Merajut Cinta Dengan Mantan   Bab 310

    "Waktu ibumu terbuang sia-sia selama ini."Hati Nadine mencelos mendengarnya. Hugo ingin bertemu dengan Irene, tetapi Nadine mengatakan ibunya sedang berada di kota lain. Lagi pula, kontrak Irene dengan Lauren belum berakhir. Nadine tidak ingin merusak mood ibunya.Setelah mendengar tentang kontrak, Hugo langsung meminta salinan elektroniknya dari Nadine. "Nggak usah terburu-buru. Aku akan pelajari kontrak ibumu. Kalau ada apa-apa, aku hubungi kamu. Aku pasti akan tanda tangan kontrak dengan ibumu!"Kalimat terakhir membuat Nadine agak ragu. Bukankah Hugo tidak menandatangani kontrak dengan penulis dan hanya melihat hasil karya?Nadine merasa mungkin Hugo salah bicara atau mungkin dia yang salah dengar. Jadi, dia memutuskan untuk tidak terlalu memikirkannya.Saat melihat putrinya begitu serius, Jeremy segera menghentikan pekerjaannya. "Ada apa, Nad? Apa ibumu ada masalah dengan editor itu?""Ada sedikit masalah, bukan masalah besar. Aku sudah mencari cara untuk mengatasinya. Jangan kas

  • Tak Sudi Merajut Cinta Dengan Mantan   Bab 309

    "Ya sudah. Kamu ini memang sibuk sekali, lebih sibuk daripada dekan ....""Kalau begitu, aku pergi dulu.""Oh ya, aku lupa tanya. Kamu ambil apa tadi?" teriak Calvin kepada Arnold."Pertanyaanmu terlalu banyak."Setelah Arnold pergi, Nadine tidur lagi sebentar. Jika tidak tidur, dia akan mengantuk saat kerja. Hal ini akan memengaruhi efisiensinya.Pukul 2 siang, Nadine bangun dan mencuci wajahnya sebelum kembali ke laboratorium. Kamila dan lainnya juga sudah kembali ke meja masing-masing."Nad, kenapa wajahmu merah? Kamu kepanasan ya?"Nadine segera meraba wajahnya. "Merah ya? Mungkin ....""Bukannya di dalam buka AC? Kenapa kepanasan begini?" tanya Calvin."Aku lupa buka AC hari ini.""Sepertinya kamu dan Pak Arnold sama-sama takut panas. Tadi aku ketemu dia di luar ruang istirahat. Wajahnya juga merah karena kepanasan."Kamila tidak bisa menahan tawa. "Masa sampai seperti itu? Eee, Nad, sepertinya wajahmu semakin merah. Wilfred, buat AC-nya lebih dingin."Nadine tidak bisa berkata-ka

  • Tak Sudi Merajut Cinta Dengan Mantan   Bab 308

    Pada jam istirahat siang, seluruh laboratorium sangat sepi. Arnold membuka pintu ruang istirahatnya, lalu mencuci tangan dan wajahnya di wastafel. Kemudian dia berjalan ke dalam.Pakaian gantinya disimpan di dalam. Arnold membuka pintu, lalu menuju ke lemari sambil membuka kancing kemejanya. Kemudian, dia mengambil pakaian bersih.Nadine terbangun saat Arnold membuka pintu. Ranjang lipatnya diletakkan di belakang pintu. Begitu pintu didorong, Tubuhnya pun terhalangi.Namun, itu bukan berarti sosoknya tak terlihat. Jadi, begitu membuka matanya, Nadine bisa melihat Arnold sedang melepaskan kemejanya.Nadine pun terkejut, tidak tahu harus memperingatkan Arnold bahwa dia ada di sini atau tidak. Kini, Arnold telanjang dada.Ketika melihat situasi ini, Nadine tahu berbicara hanya akan membuat mereka merasa canggung. Dia memilih untuk memejamkan mata dan berpura-pura tidur.Nadine bisa melihat otot-otot Arnold yang kekar. Bahunya lebar dan pinggangnya ramping. Pemandangan ini terus terbayang

  • Tak Sudi Merajut Cinta Dengan Mantan   Bab 307

    Eva marah hingga hampir menangis. Dengan suara serak, dia berteriak, "Aku bilang aku nggak punya uang! Nggak punya uang! Pokoknya nggak punya uang! Sekalipun kamu membunuhku, aku tetap nggak punya uang! Kamu mau apa?"Yang terdengar oleh Lupita hanya tiga kata, yaitu tidak punya uang."Kalau nggak punya uang, tidur saja sama pria! Setelah itu, kamu dapat uang, 'kan? Aku sudah ajarin kamu ini dari kecil! Kenapa masih nggak ngerti?""Pria dari mana? Nggak ada lagi yang mau sama aku! Aku mau tidur sama siapa?" pekik Eva.Lupita akhirnya menangkap ada yang aneh dari nada bicara Eva. Karena hal ini menyangkut masa depannya, apakah dia masih bisa mendapat uang dari Eva atau tidak, jadi dia meninggalkan mejanya dan mencari tempat yang lebih sepi."Maksudmu gimana? Kenapa bilang nggak ada yang mau sama kamu lagi? Pacar kayamu itu mana? Bukannya waktu itu kamu bilang bakal segera nikah sama orang kaya? Apa yang terjadi? Apa pernikahanmu dibatalkan?"Ketika mendengar suara ibunya yang emosional,

  • Tak Sudi Merajut Cinta Dengan Mantan   Bab 306

    Teman asramanya."Eva, kenapa kamu jadi kurus begini?" Zovein meraih tangan Eva yang dingin dan kaku. "Kudengar kamu keguguran. Kamu harus istirahat dengan baik supaya nggak jadi penyakit. Jangan ...."Begitu mendengar kata keguguran, tatapan Eva langsung menjadi tajam. "Kamu bilang siapa keguguran?"Zovein termangu."Kamu yang keguguran! Aku baik-baik saja. Aku nggak apa-apa!""Eva, kamu ....""Kamu datang untuk mentertawaiku ya? Jangan mimpi!" Eva duduk tegak. Tubuhnya dipenuhi penolakan. "Kamu kira kamu bisa menginjakku karena situasiku seperti ini?""Zovein, singkirkan ekspresi kasihanmu itu. Kamu kira aku nggak tahu kamu iri karena aku punya pacar kaya?""Asal kamu tahu, aku jauh lebih hebat darimu. Meskipun aku di rumah sakit sekarang, aku pernah memiliki sesuatu yang nggak bakal pernah kamu miliki seumur hidup!"Zovein tidak bisa merespons. Dia tidak mengerti kenapa Eva menggila seperti ini.Eva terkekeh-kekeh. "Kamu nggak tulus ingin menjengukku. Kamu cuma ingin kenal orang kay

DMCA.com Protection Status