Share

Bab 4

Author: Patricia
Reagan terlalu banyak minum semalam. Selain itu, si berengsek Philip malah mengajaknya untuk minum lagi di tengah malam. Saat Reagan diantar pulang oleh sopir, langit sudah mulai terang.

Awalnya dia sudah terkapar di ranjang karena rasa kantuknya yang hebat. Namun, dia tetap memaksakan diri untuk pergi ke kamar mandi dan membersihkan dirinya sebentar.

'Kali ini Nadine seharusnya nggak akan marah, 'kan?' batin Reagan dalam pikirannya yang setengah sadar. Saat membuka mata kembali, rasa sakit yang hebat membuatnya terjaga.

"Ugh ...." Sambil menekan perutnya, Reagan berusaha untuk bangkit.

"Aku sakit maag! Nad ...." Saat hendak memanggil nama itu, Reagan terhenti seketika. Reagan mengerutkan alisnya sejenak. 'Hebat sekali Nadine kali ini, bahkan lebih keras kepala dari sebelumnya. Baiklah, kita lihat seberapa lama dia bisa bertahan.'

Akan tetapi ... di mana letak obatnya?

Reagan pergi ke ruang tamu untuk mengobrak-abrik laci dan lemari. Semua laci yang bisa menyimpan barang sudah digeledahnya, tetapi dia masih tidak menemukan kotak obat cadangan di rumahnya. Kemudian, Reagan menelepon Julia.

"Tuan cari obat maag ya? Ada di kotak obat."

Pelipis Reagan berdenyut keras. Sambil menarik napas panjang, dia bertanya, "Di mana kotak obatnya?"

"Di laci lemari pakaian di kamar tidur. Sudah disiapkan beberapa kotak. Nona Nadine bilang Tuan sering sakit maag setelah minum terlalu banyak. Jadi, dia menaruh obatnya di kamar supaya mudah diambil ...."

"Halo? Halo? Tuan masih dengar? Kenapa teleponnya diputus ...."

Reagan berjalan ke lemari pakaian dan benar saja, dia menemukan kotak obat di laci. Di dalamnya penuh dengan obat maag yang sering dikonsumsinya, totalnya ada lima kotak.

Setelah minum obat, rasa sakitnya pun mulai mereda dan sarafnya yang tegang perlahan-lahan mulai rileks. Dia menutup kembali laci dengan santai, tapi tiba-tiba gerakannya terhenti.

Perhiasan dan tas mewah Nadine masih ada, tapi semua dokumen milik Nadine, termasuk KTP, paspor, ijazah, dan sertifikat kelulusan, semuanya sudah hilang. Reagan kemudian melihat tumpukan koper di sudut kamar dan benar saja, kopernya berkurang satu.

Reagan mematung di tempat dengan kesal. "Hebat ... hebat sekali kamu," ucapnya sambil mengangguk. Wanita memang tidak boleh dimanja. Semakin dimanjakan, dia akan semakin keras kepala.

Pada saat ini, terdengar suara pintu dibuka dari lantai bawah. Reagan langsung turun.

"Kenapa malah kamu?" tanya Reagan.

Clarine yang sedang mengganti sepatunya merasa agak terkejut mendengar ucapan Reagan. "Kalau bukan aku, memangnya siapa lagi?"

Reagan duduk di sofa dengan lesu dan tampak tak acuh. "Ngapain kamu datang? Ada urusan?"

"Kata Bi Julia, penyakit maagmu kambuh? Aku datang sesuai perintah Ibu untuk menjenguk kakakku tersayang," kata Clarine sambil berjalan ke dapur, "Aku belum makan siang, kebetulan bisa numpang makan."

Salah satu alasan lain kenapa Clarine punya kesan baik terhadap Nadine adalah karena masakannya yang luar biasa enak. Namun, setengah menit kemudian ....

"Kak! Kenapa dapurmu kosong begini? Nggak ada makanan? Mana Nadine? Dia nggak di rumah hari ini? Seharusnya nggak begitu ...."

Biasanya pada waktu seperti ini, Nadine sudah menyiapkan makanan dan menunggu kakaknya turun untuk makan. Kalau beruntung, Clarine juga bisa ikut menikmati masakannya.

Nadine, lagi-lagi Nadine .... Reagan menekan pelipisnya, enggan untuk menanggapi Clarine.

Clarine keluar dari dapur dengan ekspresi kecewa, "Dia lagi nggak enak badan? Kemarin di rumah sakit kulihat wajahnya kurang sehat ...."

"Kamu ketemu dia di rumah sakit?" Reagan refleks duduk lebih tegak saat bertanya.

"Iya, kemarin aku ke Rumah Sakit Weston untuk jenguk Bu Freya dan ketemu Nadine di pintu gedung rawat inap. Kak, kukasih tahu ya, Bu Freya sudah setuju untuk beri aku kesempatan program doktor langsung!"

Pria itu mengernyit, "Kenapa dia ada di rumah sakit?"

"Kamu tanya aku? Kamu sendiri saja nggak tahu, mana mungkin aku tahu?"

Reagan terdiam.

"Mungkin bukan dia yang sakit? Mungkin dia hanya menjenguk seseorang? Tapi aku nggak pernah dengar kalau Nadine punya teman. Di kehidupannya ini selain ada kamu ... ya cuma kamu saja ...."

"Kamu sudah selesai bicara?" tanya Reagan.

Clarine menanggapi seadanya.

"Kalau sudah, cepat pergi. Aku masih ngantuk," kata Reagan sambil bangkit berdiri.

"Serius, kamu mau usir aku begitu saja? Oke, aku pergi sekarang," ucap Clarine sambil mengenakan sepatunya dengan kesal, "Oh ya, aku ke sini sebenarnya ada tugas."

Reagan sama sekali tidak ingin mendengarkan Clarine. Dia langsung berjalan naik ke lantai atas.

"Besok jam dua siang, di Restoran West Coast. Ibu sudah jadwalkan perjodohan untukmu, jangan terlambat!"

"Kamu ini cerewet sekali."

Clarine membuat wajah mengejek ke arah punggung Reagan sebelum akhirnya pergi. Baginya, perjodohan seperti ini sudah menjadi hal yang biasa. Lagi pula, tidak ada salahnya mencari pasangan yang sepadan secara status saat masih berpacaran dengan Nadine.

Selama bertahun-tahun, kakaknya tidak jarang menghadiri acara perjodohan seperti ini. Meskipun, sering kali memang hanya sekadar formalitas untuk menyenangkan ibunya. Setelah mengusir Clarine, Reagan pergi ke ruang kerja untuk menangani urusan perusahaan.

Beberapa tahun lalu, demi melepaskan diri dari kendali keluarganya, Reagan memutuskan untuk memulai usahanya sendiri. Tiga tahun pertama benar-benar sulit, apalagi dia menolak menerima bantuan dari keluarga. Satu-satunya yang ada di sisinya hanyalah Nadine.

Baru dalam dua tahun terakhir, kariernya mulai sukses dan dia berhasil mendirikan perusahaannya sendiri. Pada akhirnya, dia berhasil melepaskan diri dari citra "anak orang kaya" dan "pemuda tukang foya-foya".

Kini, sikap keluarganya mulai melunak. Mereka mulai mendekatinya kembali. Hal ini terlihat jelas dari bagaimana dulu mereka sangat menentang hubungannya dengan Nadine, tetapi sekarang seolah-olah telah membiarkannya begitu saja.

Setelah menyelesaikan pekerjaannya, matahari juga sudah tenggelam. Langit di luar mulai gelap dan lampu-lampu kota mulai menyala. Barulah Reagan menyadari bahwa dia kelaparan.

Reagan mengambil ponselnya dan menelepon pacarnya, "Lagi ngapain?"

Terdengar suara deringan dari ujung telepon, diikuti dengan suara gadis, "Sayang, maaf ya, aku ada kelas. Setelah selesai nanti, kita ketemuan?"

Panggilan "sayang" itu membuat Reagan merasa tidak nyaman. "Hm, lanjutkan saja." Kemudian, dia langsung menutup telepon dan melemparkan ponsel ke samping.

Setengah menit kemudian, telepon berdering lagi. Reagan tidak memperhatikannya dan kembali melanjutkan pekerjaannya. Barulah ketika perutnya mulai protes, dia terpaksa keluar dari ruang kerja.

Setelah janjian untuk makan malam dengan Philip dan teman-temannya, Reagan berganti pakaian dan bersiap untuk keluar. Gadis yang duduk di dekat pintu langsung berdiri saat mendengar ada suara. Dia lalu berbalik dengan senyuman malu-malu.

"Eva?"

"Maaf ya, aku sudah ketuk pintu, tapi sepertinya kamu nggak dengar. Jadi aku duduk di sini menunggu." Melihat jas yang disampirkan di lengan Reagan, Eva bertanya, "Mau keluar ya?"

Reagan tidak menjawab, hanya mengerutkan alisnya. "Kenapa kamu bisa nyari sampai ke sini?"

Eva menjawab dengan suara pelan, "Aku tanya temanmu ...."

"Philip?"

"Bukan, bukan, Teddy."

Reagan membalas, "Masuk dulu."

Gadis itu kembali tersenyum ceria, lalu melompat-lompat masuk ke rumah sambil melihat sekelilingnya dan mengeluh dengan nada manja, "Setelah kamu tutup teleponku, kamu nggak jawab panggilan dariku lagi. Aku jadi cemas ...."

Reagan keheranan, "Bukannya kamu ada kelas?"

"Aku bolos, pacar lebih penting, 'kan?"

Nadine tidak akan begini.

Saat Reagan mendekati Nadine dulu, Nadine baru saja masuk tahun pertama kuliah dan jadwalnya sangat padat. Namun, Nadine tidak pernah sekalipun membolos atau melewatkan kelas demi dirinya. Baru ketika mereka mulai berpacaran dan Nadine sudah berada di tahun terakhir dengan jadwal yang lebih sedikit, dia mulai punya waktu untuk menemani Reagan.

"Sayang, kamu belum makan, 'kan? Aku ...."

"Kamu bisa masak bubur untuk sakit maag?" Entah mengapa, Reagan menanyakan hal ini.

"Bubur untuk sakit maag?"

"Ya."

"Nggak bisa, tapi aku bisa belajar."

....

Setelah menolak secara halus isyarat Eva yang ingin menginap, Reagan menyantap makanan yang dia bawakan, kemudian mengantarnya kembali ke kampus.

Baru setelah itu, dia pergi menemui Philip.

Dalam perjalanan, saat berhenti di lampu merah, Reagan melirik ponselnya dan teringat bahwa Clarine menyebutkan kalau dia bertemu Nadine di rumah sakit.

Meskipun mereka sudah putus, hubungan mereka selama bertahun-tahun masih ada. Bahkan jika hanya sebagai teman biasa, dia merasa perlu menanyakan kabar Nadine. Reagan membuka WhatsApp dan mengetik pesan.

[ Kamu sakit? ]

Namun, sistem hanya menunjukkan centang satu.
Continue to read this book for free
Scan code to download App
Comments (3)
goodnovel comment avatar
Rna 1122
laki" bajingan rasain luu
goodnovel comment avatar
Tina Kartini
sangat apik alur cerita nya..bikin pena cayank
goodnovel comment avatar
gracemilka16
menarik dan bikin penasaran kepingin tahu selanjut nya
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

  • Tak Sudi Merajut Cinta Dengan Mantan   Bab 5

    "Kenapa Kak Reagan?" Philip melirik sekilas pria yang sedang minum sendirian. Dia diam-diam menggeser duduknya mendekat ke Teddy. Sejak Reagan masuk, wajahnya sudah tampak muram, membuat suasana yang tadinya ramai mendadak menjadi hening."Diblokir seseorang," ucap Teddy yang mengetahui situasinya, menikmati drama yang sedang terjadi ini. Mendengar komentarnya, wajah Reagan semakin muram.Prang!Gelas di tangannya membentur meja kaca dengan keras. Dengan gusar, dia membuka kancing kemejanya dengan satu tangan."Sudah kubilang jangan sebut namanya lagi. Nggak ngerti bahasa manusia ya?"Teddy mengangkat bahunya dan tidak berkomentar lagi. Suasana langsung berubah. Orang-orang yang tadinya bernyanyi memilih untuk diam. Orang lainnya juga ikut bungkam karena takut memancing kemarahan Reagan.Philip tersedak oleh alkohol yang baru diminumnya. Ternyata Nadine serius kali ini?Stendy yang sudah agak mabuk, berpaling dan menanyakan Philip, "Nadine sudah balik belum?"Philip menggelengkan kepal

  • Tak Sudi Merajut Cinta Dengan Mantan   Bab 6

    "Sudah seharusnya aku minta maaf atas tindakanku yang nggak rasional dan impulsif dulu. Ini adalah utangku padanya."Kelly hampir tersedak anggur yang diminumnya. Dia terbatuk dua kali dan berkata dengan wajah yang penuh penolakan, "Tolong, jangan libatkan aku dalam hal ini, Kak.""Kamu tahu sendiri, satu-satunya mata kuliahku yang gagal dan harus mengulang adalah mata kuliah pilihan dari Bu Freya. Setiap kali ketemu Bu Freya, aku langsung gemetaran. Lagian, aku ini orang yang nggak dikenal. Mungkin dia bahkan sudah lupa siapa aku. Aku benar-benar nggak bisa bantu kamu."Melihat Kelly menghindar seperti itu, Nadine tidak memaksanya lagi."Tapi ...." Mata Kelly berkilat licik dan nada bicaranya berubah, "Aku punya seseorang yang cocok untuk masalah ini.""Hmm?""Kamu masih ingat kakak sepupuku, Arnold, 'kan?"Nadine menyesap sedikit air hangat dan mengangguk. "Tentu saja ingat."Arnold adalah pionir termuda dalam bidang fisika di dalam negeri. Tahun lalu, dia dinobatkan sebagai salah sa

  • Tak Sudi Merajut Cinta Dengan Mantan   Bab 7

    Setelah mendekat, Reagan baru menyadari bahwa rambut bergelombang Nadine yang indah, kini telah diluruskan dan warna rambut favoritnya dulu, kini kembali menjadi hitam pekat. Nadine tidak memakai riasan dan tidak mengenakan sepatu hak tinggi.Dengan hanya memakai kaus putih, penampilannya sangat sederhana. Namun yang paling mencolok adalah matanya, yang tampak lebih cerah dari sebelumnya, tanpa jejak kesedihan atau keterpurukan karena putus cinta.Jika semua ini hanya berpura-pura, Reagan harus mengakui Nadine melakukannya dengan sangat baik. Saking baiknya, hingga itu berhasil membuatnya marah.Nadine mengerutkan kening. Dia terlalu mengenal Reagan. Ekspresi yang dia lihat sekarang adalah tanda bahwa kemarahannya akan segera meledak."Haha," pria itu tertawa sinis, "Tapi selera kamu buruk sekali. Sudah bertahun-tahun bersamaku, seharusnya kamu punya sedikit standar, 'kan? Jangan sampai asal pilih pria, jangan biarkan sembarang orang mendekat. Kalau nggak, di mana harga diriku sebagai

  • Tak Sudi Merajut Cinta Dengan Mantan   Bab 8

    Nadine sudah lama tidak merasakan pengalaman seperti ini, mengerjakan segala sesuatunya sendiri. Selama bertahun-tahun bersama Reagan, meskipun tidak hidup sepenuhnya bergantung pada pria itu, pekerjaan fisik seperti ini memang tidak pernah dilakukan Nadine.Bahkan beberapa tahun lalu saat Reagan baru memulai usahanya dan kondisi keuangan mereka masih ketat, mereka tetap mempekerjakan asisten rumah tangga untuk membersihkan rumah setiap minggu.Setelah selesai mengecat satu kaleng, Nadine menggosok pinggangnya yang terasa pegal. Setelah beberapa tahun hidup nyaman, dia memang sudah tidak terbiasa dengan pekerjaan fisik seperti ini ....Nadine keluar ke lorong bermaksud untuk mengambil sisa cat yang masih di luar. Namun tanpa sengaja, langkahnya terlalu cepat dan kakinya menendang salah satu kaleng cat hingga terguling. Meskipun Nadine sudah berusaha mengatasinya dengan cepat, tetap saja ada sedikit cat yang tumpah di depan pintu tetangga sebelah.Dia buru-buru mengambil pel dan mulai m

  • Tak Sudi Merajut Cinta Dengan Mantan   Bab 9

    Nadine berjalan lebih dulu, sementara Arnold mengikuti dari belakang. Jika dibandingkan dengan kegugupannya semalam, kini Nadine tampak sudah kembali normal.Arnold membawa mobilnya ke depan dan Nadine duduk di kursi penumpang. Dalam perjalanan, mereka melewati sebuah supermarket buah-buahan. Nadine tiba-tiba berkata, "Bisa berhenti sebentar? Aku butuh dua menit untuk beli buah.""Buah?" tanya Arnold."Ya, untuk Bu Freya."Arnold menggenggam setir dengan agak kebingungan. "Memangnya perlu seribet itu?"Nadine menoleh dengan ekspresi sedikit geli. "Kamu selalu berkunjung dengan tangan kosong?"Arnold mengangguk dengan jujur. Nadine diam-diam mengacungkan jempol dalam hati. Luar biasa. Mungkin orang-orang hebat memang begitu ... tidak terlalu peduli dengan hal-hal kecil?Meski demikian, Arnold tetap menepikan mobilnya.....Freya tinggal di Jalan Cempaka, tidak jauh dari Universitas Brata. Deretan rumah kecil bergaya campuran antara desain barat dan timur berjejer di kawasan itu. Masing-

  • Tak Sudi Merajut Cinta Dengan Mantan   Bab 10

    Arnold tetap diam. Baginya, makanan hanyalah sesuatu yang berfungsi untuk mengisi energi, bukan soal rasa. "Sudah selesai dicuci," katanya akhirnya.Nadine melirik sekilas pada paprika merah dan sayuran yang sudah tertata rapi seperti hasil kerja orang yang perfeksionis."Kenapa kamu ketawa?" tanya Arnold bingung. Nadine cepat-cepat berdeham, "Nggak apa-apa, kamu bisa keluar dulu.""Oke." Arnold mengeringkan tangannya, lalu mengangguk sedikit dan keluar dari dapur. Nadine kemudian menyiapkan semeja penuh makanan. Semuanya memiliki cita rasa yang ringan, sesuai dengan selera Freya dan jenis makanan yang bisa dikonsumsinya semasa pemulihan."Terima kasih, kamu masih ingat semuanya ....," komentar Freya dengan rasa syukur.Setelah makan, Nadine langsung mengambil inisiatif untuk membereskan piring dan peralatan makan. Arnold kembali masuk ke dapur untuk membantu dengan sukarela.Dia berdiri di bawah cahaya lampu yang hangat dan bayangannya terlihat memanjang di dapur. Dari sudut pandang N

  • Tak Sudi Merajut Cinta Dengan Mantan   Bab 11

    Setelah berkata demikian, Reagan langsung masuk mobil dan melaju dengan kecepatan tinggi, meninggalkan Kelly yang benar-benar marah. "Apa-apaan orang ini? Berengsek! Bikin emosi saja!" teriak Kelly sambil mengentakkan kakinya.Dia meraih kerah pria muda di sebelahnya sambil berkata, "Dengar, kali ini Nadine nggak akan kembali padanya! Aku yakin!" Pria muda itu berusaha menenangkan, "Iya, iya, tenang saja ... jangan marah ...."Namun, apakah benar-benar seperti itu?Reagan tampaknya sangat yakin bahwa Nadine pada akhirnya akan kembali. Pria muda itu diam-diam melirik Kelly, berharap dia juga bisa membuat Kelly begitu setia seperti Nadine terhadap Reagan ....Berhenti! Jangan bermimpi! Bahkan dalam mimpinya pun, dia tidak akan berani berpikir sejauh itu.....Di dalam mobil, Reagan menerima panggilan telepon. Dengan suasana hati yang buruk, suaranya terdengar sangat ketus, "Ada apa?""Sayang, aku baru ketemu restoran baru yang luar biasa, kepitingnya gemuk-gemuk. Kebetulan besok Sabtu, g

  • Tak Sudi Merajut Cinta Dengan Mantan   Bab 12

    "Nggak mau." Eva menggelengkan kepalanya. Detik berikutnya, dia menjinjit kakinya sambil tersipu. "Aku masih mau sama kamu lebih lama lagi." Namun sebelum dia bisa mendekat, Reagan justru mengambil inisiatif untuk memeluk pinggang ramping Eva dan menciumnya dengan kuat."Wow!" Kerumunan yang menyaksikan langsung bersorak lagi."Keren ya!""Astaga, pasti cinta banget ya?"Sementara itu, Nadine melihat semua kejadian itu dari jauh. Tangannya yang menggenggam buku terasa tegang, begitu kuat hingga jari-jarinya berubah pucat. Ternyata hatinya masih bisa merasa sakit. Namun ... wajahnya tetap tenang, bahkan terlalu tenang sampai nyaris mati rasa.Dalam hatinya berpikir, 'Nggak apa-apa, lama-lama juga terbiasa.' Sama seperti orang yang baru berhenti merokok, pasti akan menimbulkan efek kecanduan, apalagi setelah mencintai seseorang selama enam tahun.Nadine tidak tinggal lebih lama lagi. Dia berbalik dan langsung pergi ... masih ada banyak buku yang harus dia baca.Namun saat itu, Reagan mer

Latest chapter

  • Tak Sudi Merajut Cinta Dengan Mantan   Bab 695

    "Nggak merepotkan. Sudah ada model yang kamu suka?"Nadine tidak punya permintaan khusus, yang penting mobilnya nyaman dikendarai."Kalau begitu, aku sarankan sedan. Kenyamanan duduk dan handling-nya lebih baik dibanding SUV. Hanya saja, ruang kabinnya lebih kecil. Kalau nggak mempertimbangkan perjalanan keluarga dan hanya untuk mobilitas harian, sedan adalah pilihan yang bagus.""Oke." Nadine mengangguk. Dia tipe yang mendengarkan saran."Gimana dengan merek?" Pria itu bertanya lagi, "Ada preferensi tertentu?""Nggak ada." Nadine menggeleng. "Tapi, aku suka mobil luar negeri."Arnold menaikkan alis. Kebetulan sekali. Dia juga."Kalau anggaran?""Bebas."Mereka pertama-tama pergi ke showroom Volkswagen terdekat. Begitu masuk, seorang sales segera menyambut mereka dengan senyuman. "Selamat datang! Mau lihat mobil seperti apa? Aku bisa membantu.""Sedan. Irit bahan bakar, mudah dikendarai. Ada rekomendasi?" tanya Arnold."Silakan lihat model ini." Sales itu membawa mereka ke sebuah mobil

  • Tak Sudi Merajut Cinta Dengan Mantan   Bab 694

    Reagan tidak punya waktu untuk memikirkan perasaan Jinny, juga tidak memedulikan semangkuk bubur di sampingnya.Dia sedang dalam suasana hati yang buruk. Setelah menyelesaikan pekerjaannya, dia baru menutup laptopnya.Tiba-tiba, dia melihat mangkuk bubur yang masih ada di dekatnya. Buburnya dimasak hingga lembut, hampir penuh satu mangkuk, dengan tambahan kurma merah dan goji berry. Dibandingkan dengan yang pernah dibuat Eva, ini terlihat lebih detail.Reagan memang sedikit lapar. Saat mengangkat mangkuk, dia menyadari buburnya masih hangat. Awalnya, dia hanya berniat mencicipi.Namun, begitu bubur itu masuk ke mulutnya, dia sontak termangu. Rasanya ....Dia menunduk menatap mangkuk itu, ekspresinya menjadi rumit. Sangat mirip, nyaris sama dengan yang dulu dibuat oleh Nadine.Reagan tidak bisa menahan diri untuk tertegun. Untuk sesaat, dia merasa wanita itu masih berada di sisinya.Saat turun ke lantai bawah, Jinny masih belum pergi. Dia duduk di sofa, membaca buku, terlihat tenang dan

  • Tak Sudi Merajut Cinta Dengan Mantan   Bab 693

    Terlebih lagi, orang yang dikirimi mobil ini adalah seorang wanita cantik yang tinggal di apartemen tua. Garis bawahi, cantik!Siapa pun bisa menebak seperti apa skenarionya.Pasti karena kecantikannya, dia menarik perhatian seorang konglomerat yang ingin memilikinya, jadi mobil ini dikirim sebagai hadiah awal.Atau mungkin pria itu sudah mendapatkan wanita ini dan mobil ini adalah hadiahnya. Enaknya jadi orang kaya, sekali keluar uang langsung 10 digit untuk sebuah Maserati.Sayangnya, si sales terlahir sebagai laki-laki. Kalau saja dia perempuan, dia juga pasti akan mencari sponsor kaya raya. Zaman sekarang, siapa yang nggak mau dapat uang dengan rebahan, untuk apa sok suci?"Bu Nadine, kamu orang pintar. Kadang-kadang, jangan terlalu jual mahal. Ambil kesempatan yang ada sebelum malah merugikan diri sendiri, setuju?"Maksudnya jelas, ada orang kaya yang menghadiahimu mobil karena menganggapmu berharga. Bersikap jual mahal sedikit boleh, tetapi jangan keterlaluan. Ini hanya bagian da

  • Tak Sudi Merajut Cinta Dengan Mantan   Bab 692

    Nadine tertawa terpingkal-pingkal melihat mereka berdua. "Sudahlah, biar aku saja yang masak hari ini. Kalian bantu aku saja."Keputusan sudah dibuat, jadi keduanya tidak lagi membantah.Darius dan Mikha tahu bahwa Nadine sangat teliti saat melakukan penelitian, tetapi mereka tidak menyangka dia juga sangat disiplin saat memasak.Daging dan sayuran harus dicuci terpisah. Dia juga tahu cara membedakan daun yang tampak hijau segar, tetapi sebenarnya sudah tua. Selain itu, daging harus dipotong melintang atau memanjang, semua itu tergantung serat daging.Mikha dan Darius hampir tidak pernah menyentuh pekerjaan dapur di rumah. Sekarang mereka disuruh-suruh, tetapi tidak mengeluh, justru merasa seperti menemukan dunia baru. Semuanya terasa menarik.Dua jam kemudian, hidangan akhirnya siap di atas meja. Mikha berdiri dengan tangan di pinggang, menatap hidangan lezat di depannya dengan ekspresi bangga. "Aku memang hebat! Aku berhasil menyiapkan semua makanan ini?"Ini harus diabadikan dan dip

  • Tak Sudi Merajut Cinta Dengan Mantan   Bab 691

    Di tengah jalan, Darius ingin membantu, tetapi ditolak."Kamu meremehkanku?" Mikha mendelik.Melihat Mikha bersikeras, ditambah lagi tangannya sendiri sudah membawa dua kantong besar, Darius akhirnya menyerah.Hanya saja, dia tidak menyangka setelah sampai di lantai 7, Mikha berkeringat deras seperti orang yang berjemur di musim panas.Sebaliknya, Darius tetap tenang. Wajahnya tetap normal, napasnya stabil, hanya detak jantungnya yang sedikit lebih cepat dari biasanya.Nadine membuka pintu. Dia sudah menyiapkan sandal untuk mereka berdua.Dokter bilang, meskipun kaki yang cedera sudah tidak bengkak lagi dan secara teori sudah bisa digunakan untuk berjalan, demi keamanan, sebaiknya jangan bergerak terlalu banyak dulu.Jadi, begitu pintu terbuka, Darius dan Mikha melihatnya melompat dengan satu kaki. Setelah berdiri dengan stabil, dia baru menurunkan kaki yang cedera, tetapi tetap tidak berani menapakkan terlalu kuat."Aduh! Kak Nadine! Pelan-pelan dong!" Mikha segera maju untuk menopang

  • Tak Sudi Merajut Cinta Dengan Mantan   Bab 690

    "Bagaimana keadaan kakimu?" Arnold baru saja kembali dari laboratorium dan melihat ada kotak paket yang sudah dibuka di depan pintu. Dia langsung tahu bahwa Nadine sudah keluar dari rumah sakit."Dokter bilang nggak ada masalah serius, cuma perlu oleskan obat secara rutin dan periksa kembali seminggu kemudian." Karena teringat sesuatu, Nadine menunduk. "Hari itu ... kalau bukan karena kamu dan Stendy, mungkin aku nggak bisa bertahan selama itu ...."Terutama karena dia sempat mengalami demam. Dia juga mendengar bahwa obat penurun panas yang diminumnya diberikan oleh Arnold.Meskipun pada tengah malam, kesadarannya sempat menurun karena demamnya yang tinggi, dia masih bisa merasakan kehadiran mereka.Dia tahu Arnold memindahkannya ke belakang pilar untuk menghindari angin, juga tahu bahwa dia dan Stendy melingkari tubuhnya untuk memberi kehangatan, bahkan terus-menerus menggunakan alkohol dan kain kasa untuk menurunkan suhu tubuhnya ....Semua itu, Nadine ingat.Termasuk setelah tiba di

  • Tak Sudi Merajut Cinta Dengan Mantan   Bab 689

    Saat ini, Natasha dan Phoebe kembali dari kamar mandi.Kelly buru-buru menepis tangan Teddy, sementara Teddy segera kembali ke tempat duduknya.Phoebe merasakan ada sesuatu yang aneh, jadi bertanya dengan hati-hati, "Kalian ... baik-baik saja?"Teddy diam, menatap lurus ke arah Kelly. Dia menunggu jawaban dari Kelly.Kelly menarik napas dalam-dalam, lalu tersenyum, "Kami baik-baik saja kok."Dari sekadar rekan kerja yang kebetulan tidur bersama, kini mereka menjadi pasangan dalam hubungan terbuka.....Kelly tersadar dari lamunannya. Dia mendorong Teddy yang terus mendekatinya. "Masih belum puas? Cepat nyetir!""Cium lagi dong! Aku belum puas ...."Kelly memutar bola matanya dengan kesal. "Teddy, kamu lebih lengket dari Papu, tahu nggak?"Papu adalah kuda poni dari luar negeri yang Kelly pelihara di peternakan kudanya. Kuda itu sangat ramah, terutama kepada pemiliknya.Setiap kali Kelly datang menemuinya, Papu pasti akan manja dan terus menempel padanya.Teddy pernah ikut melihat sekal

  • Tak Sudi Merajut Cinta Dengan Mantan   Bab 688

    "Sebenarnya, akhir-akhir ini ibuku sering tanya tentangmu," ucap Teddy tiba-tiba."Tanya soal apa?" Kelly tetap menghormati Phoebe.Bagaimanapun, wanita itu langsung memberinya gelang giok berkualitas tinggi saat pertama kali bertemu. Oh ya, gelang itu belum dikembalikan ...."Ibuku tanya kenapa kamu nggak pernah main ke rumah lagi. Dia juga tanya apa aku membuatmu marah.""Terus, kamu jawab apa?""Ehem! Aku bilang ... aku nggak sengaja membuatmu hamil.""Apa?" Kelly langsung syok.Teddy terkekeh-kekeh. "Santai, aku cuma bercanda."Dasar gila!"Aku bilang, kamu sibuk kerja dan mengabaikanku. Terus, aku marah dan buat keributan, sampai akhirnya kamu kesal."Ternyata Teddy ini tahu diri juga, tahu harus mengalihkan kesalahan ke dirinya sendiri. Sudut bibir Kelly sedikit naik.Melihat mood-nya membaik, Teddy buru-buru menawarkan, "Gimana kalau kita lanjut kerja sama? Dengar dulu analisisku .... Pertama, kalau ibu kita tahu kita sudah putus, bisa dipastikan kita bakal kena ceramah, 'kan?"

  • Tak Sudi Merajut Cinta Dengan Mantan   Bab 687

    Tangan nakalnya langsung menyelinap ke bawah sweter Kelly, dengan cekatan membuka kancing di punggungnya."Kelly ... Kelly ...." Sambil mencium, Teddy juga memanggil namanya dengan penuh gairah. Suaranya lembut, tetapi gerakannya ganas, seolah-olah ingin melahap Kelly.Kelly mengerahkan sedikit tenaga untuk mendorongnya menjauh. Pipinya merona, napasnya sedikit tersengal. "Siang bolong begini, kamu mau melakukan hal mesum? Minggir."Teddy tampak tidak puas. "Biarin aku cium sebentar lagi ...." Sambil berbicara, dia kembali mendekat. "Dua hari ini kamu sibuk jagain Nadine di rumah sakit, aku kangen sekali tahu!""Kangen aku?" Kelly meliriknya dengan ekspresi pasrah. Dia tahu betul seperti apa Teddy ini. "Lebih baik tutup mulutmu.""Hehe, benar sekali. Aku kangen tidur denganmu, kenapa memangnya?" Teddy pun merentangkan lengannya, memeluknya erat, seperti koala yang malas.Kelly sudah terbiasa dengan tingkah tidak tahu malunya ini. Dengan tenang, dia berkata, "Kamu ini Teddy yang dikelil

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status