Share

Bab 4

Author: Patricia
last update Last Updated: 2024-10-09 11:56:48
Reagan terlalu banyak minum semalam. Selain itu, si berengsek Philip malah mengajaknya untuk minum lagi di tengah malam. Saat Reagan diantar pulang oleh sopir, langit sudah mulai terang.

Awalnya dia sudah terkapar di ranjang karena rasa kantuknya yang hebat. Namun, dia tetap memaksakan diri untuk pergi ke kamar mandi dan membersihkan dirinya sebentar.

'Kali ini Nadine seharusnya nggak akan marah, 'kan?' batin Reagan dalam pikirannya yang setengah sadar. Saat membuka mata kembali, rasa sakit yang hebat membuatnya terjaga.

"Ugh ...." Sambil menekan perutnya, Reagan berusaha untuk bangkit.

"Aku sakit maag! Nad ...." Saat hendak memanggil nama itu, Reagan terhenti seketika. Reagan mengerutkan alisnya sejenak. 'Hebat sekali Nadine kali ini, bahkan lebih keras kepala dari sebelumnya. Baiklah, kita lihat seberapa lama dia bisa bertahan.'

Akan tetapi ... di mana letak obatnya?

Reagan pergi ke ruang tamu untuk mengobrak-abrik laci dan lemari. Semua laci yang bisa menyimpan barang sudah digeledahnya, tetapi dia masih tidak menemukan kotak obat cadangan di rumahnya. Kemudian, Reagan menelepon Julia.

"Tuan cari obat maag ya? Ada di kotak obat."

Pelipis Reagan berdenyut keras. Sambil menarik napas panjang, dia bertanya, "Di mana kotak obatnya?"

"Di laci lemari pakaian di kamar tidur. Sudah disiapkan beberapa kotak. Nona Nadine bilang Tuan sering sakit maag setelah minum terlalu banyak. Jadi, dia menaruh obatnya di kamar supaya mudah diambil ...."

"Halo? Halo? Tuan masih dengar? Kenapa teleponnya diputus ...."

Reagan berjalan ke lemari pakaian dan benar saja, dia menemukan kotak obat di laci. Di dalamnya penuh dengan obat maag yang sering dikonsumsinya, totalnya ada lima kotak.

Setelah minum obat, rasa sakitnya pun mulai mereda dan sarafnya yang tegang perlahan-lahan mulai rileks. Dia menutup kembali laci dengan santai, tapi tiba-tiba gerakannya terhenti.

Perhiasan dan tas mewah Nadine masih ada, tapi semua dokumen milik Nadine, termasuk KTP, paspor, ijazah, dan sertifikat kelulusan, semuanya sudah hilang. Reagan kemudian melihat tumpukan koper di sudut kamar dan benar saja, kopernya berkurang satu.

Reagan mematung di tempat dengan kesal. "Hebat ... hebat sekali kamu," ucapnya sambil mengangguk. Wanita memang tidak boleh dimanja. Semakin dimanjakan, dia akan semakin keras kepala.

Pada saat ini, terdengar suara pintu dibuka dari lantai bawah. Reagan langsung turun.

"Kenapa malah kamu?" tanya Reagan.

Clarine yang sedang mengganti sepatunya merasa agak terkejut mendengar ucapan Reagan. "Kalau bukan aku, memangnya siapa lagi?"

Reagan duduk di sofa dengan lesu dan tampak tak acuh. "Ngapain kamu datang? Ada urusan?"

"Kata Bi Julia, penyakit maagmu kambuh? Aku datang sesuai perintah Ibu untuk menjenguk kakakku tersayang," kata Clarine sambil berjalan ke dapur, "Aku belum makan siang, kebetulan bisa numpang makan."

Salah satu alasan lain kenapa Clarine punya kesan baik terhadap Nadine adalah karena masakannya yang luar biasa enak. Namun, setengah menit kemudian ....

"Kak! Kenapa dapurmu kosong begini? Nggak ada makanan? Mana Nadine? Dia nggak di rumah hari ini? Seharusnya nggak begitu ...."

Biasanya pada waktu seperti ini, Nadine sudah menyiapkan makanan dan menunggu kakaknya turun untuk makan. Kalau beruntung, Clarine juga bisa ikut menikmati masakannya.

Nadine, lagi-lagi Nadine .... Reagan menekan pelipisnya, enggan untuk menanggapi Clarine.

Clarine keluar dari dapur dengan ekspresi kecewa, "Dia lagi nggak enak badan? Kemarin di rumah sakit kulihat wajahnya kurang sehat ...."

"Kamu ketemu dia di rumah sakit?" Reagan refleks duduk lebih tegak saat bertanya.

"Iya, kemarin aku ke Rumah Sakit Weston untuk jenguk Bu Freya dan ketemu Nadine di pintu gedung rawat inap. Kak, kukasih tahu ya, Bu Freya sudah setuju untuk beri aku kesempatan program doktor langsung!"

Pria itu mengernyit, "Kenapa dia ada di rumah sakit?"

"Kamu tanya aku? Kamu sendiri saja nggak tahu, mana mungkin aku tahu?"

Reagan terdiam.

"Mungkin bukan dia yang sakit? Mungkin dia hanya menjenguk seseorang? Tapi aku nggak pernah dengar kalau Nadine punya teman. Di kehidupannya ini selain ada kamu ... ya cuma kamu saja ...."

"Kamu sudah selesai bicara?" tanya Reagan.

Clarine menanggapi seadanya.

"Kalau sudah, cepat pergi. Aku masih ngantuk," kata Reagan sambil bangkit berdiri.

"Serius, kamu mau usir aku begitu saja? Oke, aku pergi sekarang," ucap Clarine sambil mengenakan sepatunya dengan kesal, "Oh ya, aku ke sini sebenarnya ada tugas."

Reagan sama sekali tidak ingin mendengarkan Clarine. Dia langsung berjalan naik ke lantai atas.

"Besok jam dua siang, di Restoran West Coast. Ibu sudah jadwalkan perjodohan untukmu, jangan terlambat!"

"Kamu ini cerewet sekali."

Clarine membuat wajah mengejek ke arah punggung Reagan sebelum akhirnya pergi. Baginya, perjodohan seperti ini sudah menjadi hal yang biasa. Lagi pula, tidak ada salahnya mencari pasangan yang sepadan secara status saat masih berpacaran dengan Nadine.

Selama bertahun-tahun, kakaknya tidak jarang menghadiri acara perjodohan seperti ini. Meskipun, sering kali memang hanya sekadar formalitas untuk menyenangkan ibunya. Setelah mengusir Clarine, Reagan pergi ke ruang kerja untuk menangani urusan perusahaan.

Beberapa tahun lalu, demi melepaskan diri dari kendali keluarganya, Reagan memutuskan untuk memulai usahanya sendiri. Tiga tahun pertama benar-benar sulit, apalagi dia menolak menerima bantuan dari keluarga. Satu-satunya yang ada di sisinya hanyalah Nadine.

Baru dalam dua tahun terakhir, kariernya mulai sukses dan dia berhasil mendirikan perusahaannya sendiri. Pada akhirnya, dia berhasil melepaskan diri dari citra "anak orang kaya" dan "pemuda tukang foya-foya".

Kini, sikap keluarganya mulai melunak. Mereka mulai mendekatinya kembali. Hal ini terlihat jelas dari bagaimana dulu mereka sangat menentang hubungannya dengan Nadine, tetapi sekarang seolah-olah telah membiarkannya begitu saja.

Setelah menyelesaikan pekerjaannya, matahari juga sudah tenggelam. Langit di luar mulai gelap dan lampu-lampu kota mulai menyala. Barulah Reagan menyadari bahwa dia kelaparan.

Reagan mengambil ponselnya dan menelepon pacarnya, "Lagi ngapain?"

Terdengar suara deringan dari ujung telepon, diikuti dengan suara gadis, "Sayang, maaf ya, aku ada kelas. Setelah selesai nanti, kita ketemuan?"

Panggilan "sayang" itu membuat Reagan merasa tidak nyaman. "Hm, lanjutkan saja." Kemudian, dia langsung menutup telepon dan melemparkan ponsel ke samping.

Setengah menit kemudian, telepon berdering lagi. Reagan tidak memperhatikannya dan kembali melanjutkan pekerjaannya. Barulah ketika perutnya mulai protes, dia terpaksa keluar dari ruang kerja.

Setelah janjian untuk makan malam dengan Philip dan teman-temannya, Reagan berganti pakaian dan bersiap untuk keluar. Gadis yang duduk di dekat pintu langsung berdiri saat mendengar ada suara. Dia lalu berbalik dengan senyuman malu-malu.

"Eva?"

"Maaf ya, aku sudah ketuk pintu, tapi sepertinya kamu nggak dengar. Jadi aku duduk di sini menunggu." Melihat jas yang disampirkan di lengan Reagan, Eva bertanya, "Mau keluar ya?"

Reagan tidak menjawab, hanya mengerutkan alisnya. "Kenapa kamu bisa nyari sampai ke sini?"

Eva menjawab dengan suara pelan, "Aku tanya temanmu ...."

"Philip?"

"Bukan, bukan, Teddy."

Reagan membalas, "Masuk dulu."

Gadis itu kembali tersenyum ceria, lalu melompat-lompat masuk ke rumah sambil melihat sekelilingnya dan mengeluh dengan nada manja, "Setelah kamu tutup teleponku, kamu nggak jawab panggilan dariku lagi. Aku jadi cemas ...."

Reagan keheranan, "Bukannya kamu ada kelas?"

"Aku bolos, pacar lebih penting, 'kan?"

Nadine tidak akan begini.

Saat Reagan mendekati Nadine dulu, Nadine baru saja masuk tahun pertama kuliah dan jadwalnya sangat padat. Namun, Nadine tidak pernah sekalipun membolos atau melewatkan kelas demi dirinya. Baru ketika mereka mulai berpacaran dan Nadine sudah berada di tahun terakhir dengan jadwal yang lebih sedikit, dia mulai punya waktu untuk menemani Reagan.

"Sayang, kamu belum makan, 'kan? Aku ...."

"Kamu bisa masak bubur untuk sakit maag?" Entah mengapa, Reagan menanyakan hal ini.

"Bubur untuk sakit maag?"

"Ya."

"Nggak bisa, tapi aku bisa belajar."

....

Setelah menolak secara halus isyarat Eva yang ingin menginap, Reagan menyantap makanan yang dia bawakan, kemudian mengantarnya kembali ke kampus.

Baru setelah itu, dia pergi menemui Philip.

Dalam perjalanan, saat berhenti di lampu merah, Reagan melirik ponselnya dan teringat bahwa Clarine menyebutkan kalau dia bertemu Nadine di rumah sakit.

Meskipun mereka sudah putus, hubungan mereka selama bertahun-tahun masih ada. Bahkan jika hanya sebagai teman biasa, dia merasa perlu menanyakan kabar Nadine. Reagan membuka WhatsApp dan mengetik pesan.

[ Kamu sakit? ]

Namun, sistem hanya menunjukkan centang satu.
Comments (2)
goodnovel comment avatar
Tina Kartini
sangat apik alur cerita nya..bikin pena cayank
goodnovel comment avatar
gracemilka16
menarik dan bikin penasaran kepingin tahu selanjut nya
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

  • Tak Sudi Merajut Cinta Dengan Mantan   Bab 5

    "Kenapa Kak Reagan?" Philip melirik sekilas pria yang sedang minum sendirian. Dia diam-diam menggeser duduknya mendekat ke Teddy. Sejak Reagan masuk, wajahnya sudah tampak muram, membuat suasana yang tadinya ramai mendadak menjadi hening."Diblokir seseorang," ucap Teddy yang mengetahui situasinya, menikmati drama yang sedang terjadi ini. Mendengar komentarnya, wajah Reagan semakin muram.Prang!Gelas di tangannya membentur meja kaca dengan keras. Dengan gusar, dia membuka kancing kemejanya dengan satu tangan."Sudah kubilang jangan sebut namanya lagi. Nggak ngerti bahasa manusia ya?"Teddy mengangkat bahunya dan tidak berkomentar lagi. Suasana langsung berubah. Orang-orang yang tadinya bernyanyi memilih untuk diam. Orang lainnya juga ikut bungkam karena takut memancing kemarahan Reagan.Philip tersedak oleh alkohol yang baru diminumnya. Ternyata Nadine serius kali ini?Stendy yang sudah agak mabuk, berpaling dan menanyakan Philip, "Nadine sudah balik belum?"Philip menggelengkan kepal

    Last Updated : 2024-10-09
  • Tak Sudi Merajut Cinta Dengan Mantan   Bab 6

    "Sudah seharusnya aku minta maaf atas tindakanku yang nggak rasional dan impulsif dulu. Ini adalah utangku padanya."Kelly hampir tersedak anggur yang diminumnya. Dia terbatuk dua kali dan berkata dengan wajah yang penuh penolakan, "Tolong, jangan libatkan aku dalam hal ini, Kak.""Kamu tahu sendiri, satu-satunya mata kuliahku yang gagal dan harus mengulang adalah mata kuliah pilihan dari Bu Freya. Setiap kali ketemu Bu Freya, aku langsung gemetaran. Lagian, aku ini orang yang nggak dikenal. Mungkin dia bahkan sudah lupa siapa aku. Aku benar-benar nggak bisa bantu kamu."Melihat Kelly menghindar seperti itu, Nadine tidak memaksanya lagi."Tapi ...." Mata Kelly berkilat licik dan nada bicaranya berubah, "Aku punya seseorang yang cocok untuk masalah ini.""Hmm?""Kamu masih ingat kakak sepupuku, Arnold, 'kan?"Nadine menyesap sedikit air hangat dan mengangguk. "Tentu saja ingat."Arnold adalah pionir termuda dalam bidang fisika di dalam negeri. Tahun lalu, dia dinobatkan sebagai salah sa

    Last Updated : 2024-10-09
  • Tak Sudi Merajut Cinta Dengan Mantan   Bab 7

    Setelah mendekat, Reagan baru menyadari bahwa rambut bergelombang Nadine yang indah, kini telah diluruskan dan warna rambut favoritnya dulu, kini kembali menjadi hitam pekat. Nadine tidak memakai riasan dan tidak mengenakan sepatu hak tinggi.Dengan hanya memakai kaus putih, penampilannya sangat sederhana. Namun yang paling mencolok adalah matanya, yang tampak lebih cerah dari sebelumnya, tanpa jejak kesedihan atau keterpurukan karena putus cinta.Jika semua ini hanya berpura-pura, Reagan harus mengakui Nadine melakukannya dengan sangat baik. Saking baiknya, hingga itu berhasil membuatnya marah.Nadine mengerutkan kening. Dia terlalu mengenal Reagan. Ekspresi yang dia lihat sekarang adalah tanda bahwa kemarahannya akan segera meledak."Haha," pria itu tertawa sinis, "Tapi selera kamu buruk sekali. Sudah bertahun-tahun bersamaku, seharusnya kamu punya sedikit standar, 'kan? Jangan sampai asal pilih pria, jangan biarkan sembarang orang mendekat. Kalau nggak, di mana harga diriku sebagai

    Last Updated : 2024-10-09
  • Tak Sudi Merajut Cinta Dengan Mantan   Bab 8

    Nadine sudah lama tidak merasakan pengalaman seperti ini, mengerjakan segala sesuatunya sendiri. Selama bertahun-tahun bersama Reagan, meskipun tidak hidup sepenuhnya bergantung pada pria itu, pekerjaan fisik seperti ini memang tidak pernah dilakukan Nadine.Bahkan beberapa tahun lalu saat Reagan baru memulai usahanya dan kondisi keuangan mereka masih ketat, mereka tetap mempekerjakan asisten rumah tangga untuk membersihkan rumah setiap minggu.Setelah selesai mengecat satu kaleng, Nadine menggosok pinggangnya yang terasa pegal. Setelah beberapa tahun hidup nyaman, dia memang sudah tidak terbiasa dengan pekerjaan fisik seperti ini ....Nadine keluar ke lorong bermaksud untuk mengambil sisa cat yang masih di luar. Namun tanpa sengaja, langkahnya terlalu cepat dan kakinya menendang salah satu kaleng cat hingga terguling. Meskipun Nadine sudah berusaha mengatasinya dengan cepat, tetap saja ada sedikit cat yang tumpah di depan pintu tetangga sebelah.Dia buru-buru mengambil pel dan mulai m

    Last Updated : 2024-10-09
  • Tak Sudi Merajut Cinta Dengan Mantan   Bab 9

    Nadine berjalan lebih dulu, sementara Arnold mengikuti dari belakang. Jika dibandingkan dengan kegugupannya semalam, kini Nadine tampak sudah kembali normal.Arnold membawa mobilnya ke depan dan Nadine duduk di kursi penumpang. Dalam perjalanan, mereka melewati sebuah supermarket buah-buahan. Nadine tiba-tiba berkata, "Bisa berhenti sebentar? Aku butuh dua menit untuk beli buah.""Buah?" tanya Arnold."Ya, untuk Bu Freya."Arnold menggenggam setir dengan agak kebingungan. "Memangnya perlu seribet itu?"Nadine menoleh dengan ekspresi sedikit geli. "Kamu selalu berkunjung dengan tangan kosong?"Arnold mengangguk dengan jujur. Nadine diam-diam mengacungkan jempol dalam hati. Luar biasa. Mungkin orang-orang hebat memang begitu ... tidak terlalu peduli dengan hal-hal kecil?Meski demikian, Arnold tetap menepikan mobilnya.....Freya tinggal di Jalan Cempaka, tidak jauh dari Universitas Brata. Deretan rumah kecil bergaya campuran antara desain barat dan timur berjejer di kawasan itu. Masing-

    Last Updated : 2024-10-09
  • Tak Sudi Merajut Cinta Dengan Mantan   Bab 10

    Arnold tetap diam. Baginya, makanan hanyalah sesuatu yang berfungsi untuk mengisi energi, bukan soal rasa. "Sudah selesai dicuci," katanya akhirnya.Nadine melirik sekilas pada paprika merah dan sayuran yang sudah tertata rapi seperti hasil kerja orang yang perfeksionis."Kenapa kamu ketawa?" tanya Arnold bingung. Nadine cepat-cepat berdeham, "Nggak apa-apa, kamu bisa keluar dulu.""Oke." Arnold mengeringkan tangannya, lalu mengangguk sedikit dan keluar dari dapur. Nadine kemudian menyiapkan semeja penuh makanan. Semuanya memiliki cita rasa yang ringan, sesuai dengan selera Freya dan jenis makanan yang bisa dikonsumsinya semasa pemulihan."Terima kasih, kamu masih ingat semuanya ....," komentar Freya dengan rasa syukur.Setelah makan, Nadine langsung mengambil inisiatif untuk membereskan piring dan peralatan makan. Arnold kembali masuk ke dapur untuk membantu dengan sukarela.Dia berdiri di bawah cahaya lampu yang hangat dan bayangannya terlihat memanjang di dapur. Dari sudut pandang N

    Last Updated : 2024-10-09
  • Tak Sudi Merajut Cinta Dengan Mantan   Bab 11

    Setelah berkata demikian, Reagan langsung masuk mobil dan melaju dengan kecepatan tinggi, meninggalkan Kelly yang benar-benar marah. "Apa-apaan orang ini? Berengsek! Bikin emosi saja!" teriak Kelly sambil mengentakkan kakinya.Dia meraih kerah pria muda di sebelahnya sambil berkata, "Dengar, kali ini Nadine nggak akan kembali padanya! Aku yakin!" Pria muda itu berusaha menenangkan, "Iya, iya, tenang saja ... jangan marah ...."Namun, apakah benar-benar seperti itu?Reagan tampaknya sangat yakin bahwa Nadine pada akhirnya akan kembali. Pria muda itu diam-diam melirik Kelly, berharap dia juga bisa membuat Kelly begitu setia seperti Nadine terhadap Reagan ....Berhenti! Jangan bermimpi! Bahkan dalam mimpinya pun, dia tidak akan berani berpikir sejauh itu.....Di dalam mobil, Reagan menerima panggilan telepon. Dengan suasana hati yang buruk, suaranya terdengar sangat ketus, "Ada apa?""Sayang, aku baru ketemu restoran baru yang luar biasa, kepitingnya gemuk-gemuk. Kebetulan besok Sabtu, g

    Last Updated : 2024-10-09
  • Tak Sudi Merajut Cinta Dengan Mantan   Bab 12

    "Nggak mau." Eva menggelengkan kepalanya. Detik berikutnya, dia menjinjit kakinya sambil tersipu. "Aku masih mau sama kamu lebih lama lagi." Namun sebelum dia bisa mendekat, Reagan justru mengambil inisiatif untuk memeluk pinggang ramping Eva dan menciumnya dengan kuat."Wow!" Kerumunan yang menyaksikan langsung bersorak lagi."Keren ya!""Astaga, pasti cinta banget ya?"Sementara itu, Nadine melihat semua kejadian itu dari jauh. Tangannya yang menggenggam buku terasa tegang, begitu kuat hingga jari-jarinya berubah pucat. Ternyata hatinya masih bisa merasa sakit. Namun ... wajahnya tetap tenang, bahkan terlalu tenang sampai nyaris mati rasa.Dalam hatinya berpikir, 'Nggak apa-apa, lama-lama juga terbiasa.' Sama seperti orang yang baru berhenti merokok, pasti akan menimbulkan efek kecanduan, apalagi setelah mencintai seseorang selama enam tahun.Nadine tidak tinggal lebih lama lagi. Dia berbalik dan langsung pergi ... masih ada banyak buku yang harus dia baca.Namun saat itu, Reagan mer

    Last Updated : 2024-10-09

Latest chapter

  • Tak Sudi Merajut Cinta Dengan Mantan   Bab 314

    "Olive?" Wilfred memanggilnya sekali lagi."Ada apa?""Tadi kamu telepon agen properti, mau cari rumah ya?"Hati Olive gelisah, takut Wilfred bertanya lebih jauh. Dengan nada ketus, dia menjawab, "Tanya banyak banget sih?! Apa urusannya sama kamu?!"Wilfred merasa sedikit terluka, tapi tidak menunjukkan perasaannya. "Aku 'kan pacarmu, tentu aku peduli.""Aku ini cari pacar, bukan cari bapak.""Kalau kamu merasa aku terlalu cerewet, ya ... aku akan lebih sedikit bicara mulai sekarang." Wilfred berkata hati-hati, takut membuat Olive semakin marah.Melihat Wilfred tidak bertanya lagi soal sewa rumah, Olive diam-diam menghela napas lega. Sikapnya pun mulai melunak. "Berikan padaku." Dia mengulurkan tangan."Apa?""Bubble tea di tanganmu itu, bukannya untukku?""Oh, iya! Hampir lupa ...." Wilfred tersenyum cerah.....Setelah berkutat di laboratorium selama seminggu penuh, akhirnya dua set data berhasil didapatkan. Pekerjaan mereka kini tidak terlalu mendesak lagi. Pada hari Sabtu, Nadine m

  • Tak Sudi Merajut Cinta Dengan Mantan   Bab 313

    Sambil berkata demikian, Nadine menyerahkan kertas dan pena. "Kalau begitu, aku pamit dulu."Stendy hanya bisa tersenyum, "Baik. Sampai jumpa.""Hmm, ayo Pak Arnold. Kedai bubble tea itu kebetulan ada di dekat tempat tinggal kita, cukup menyeberang jalan saja sudah sampai."Terakhir kali dia dan Stendy membahas sesuatu, mereka juga pergi ke tempat itu....."Bubble tea sudah sampai!"Calvin, Kamila, dan Wilfred langsung muncul setelah mendengar kabar itu."Terima kasih, Pak Arnold. Terima kasih juga, Nadine! Membuat dua orang sibuk seperti kalian jadi kurir benar-benar keterlaluan!"Calvin menusukkan sedotan dan mengisapnya dalam-dalam, "Ah, nikmat sekali ...."Kamila mengerutkan dahi, "Seperti itu berlebihan banget nggak, sih?"Wilfred mengambil bubble tea miliknya dan milik Olive, lalu tersenyum sambil mengucapkan terima kasih kepada Arnold dan Nadine. Setelah itu, dia membawanya ke Olive dengan antusias."Olive, ini punyamu.""Oh."Mendengar bahwa Nadine pergi bersama Arnold untuk m

  • Tak Sudi Merajut Cinta Dengan Mantan   Bab 312

    Nadine dan Stendy duduk di samping meja batu dan berbincang tentang sesuatu. Keduanya duduk sangat dekat. Wajah Nadine terlihat serius, sementara Stendy mendengarkan dengan saksama dan sesekali mengangguk.Arnold tidak melewatkan senyum tipis yang muncul di sudut bibir Stendy. Bahkan dari jarak sejauh ini, dia bisa merasakan aura godaan yang memancar. Tatapan Arnold tiba-tiba menjadi lebih dalam.Detik berikutnya, dia mengeluarkan ponsel dan menelepon Calvin."Halo, Arnold, ada apa?""Kamu mau minum bubble tea?""Hah?" Calvin menurunkan ponselnya, memeriksa layar untuk memastikan itu benar-benar Arnold yang menelepon. "Apa maksudnya? Kok tiba-tiba ngomong soal bubble tea?""Mau atau nggak? Aku yang traktir. Kamu bisa tanyakan ke yang lain juga."Calvin langsung berseru dengan suaranya yang keras, "Pak Arnold traktir bubble tea! Siapa yang nggak mau, angkat tangan! Bagus, nggak ada. Jadi kita semua mau.""Baik. Aku akan pergi beli.""Eh ... kenapa nggak pesan saja lewat aplikasi? Kan le

  • Tak Sudi Merajut Cinta Dengan Mantan   Bab 311

    Pukul setengah delapan, Nadine sudah sampai. Orang lain belum datang, tiba-tiba terdengar suara dari ruang istirahat. Diiringi suara langkah kaki, Arnold keluar dari dalam. Mata mereka bertemu, keduanya tertegun.Arnold teringat pelariannya yang tergesa-gesa kemarin, merasa sedikit canggung. Nadine mengingat dirinya yang pura-pura tidur dan tanpa sengaja melihat kejadian itu .... Dia pun merasa tak nyaman."Selamat pagi." Pria itu lebih dulu membuka suara.Nadine mengangguk sedikit, "Pagi."Setelah itu, dia langsung melesat ke meja kerjanya dan mulai sibuk bekerja, sampai-sampai lupa menaruh makan siang yang dibawanya ke dalam kulkas.Arnold berkata, "Kebetulan aku mau ke pantri, aku bantu taruh."Nadine menjawab, "Terima kasih."Saat waktu makan siang, Nadine meninggalkan laboratorium. Baru saja keluar dari gedung, dia melihat Stendy berdiri tidak jauh dengan kedua tangan dimasukkan ke saku.Pria itu mengenakan kemeja dengan gaya santai, kerahnya sedikit terbuka, dipadukan dengan cela

  • Tak Sudi Merajut Cinta Dengan Mantan   Bab 310

    "Waktu ibumu terbuang sia-sia selama ini."Hati Nadine mencelos mendengarnya. Hugo ingin bertemu dengan Irene, tetapi Nadine mengatakan ibunya sedang berada di kota lain. Lagi pula, kontrak Irene dengan Lauren belum berakhir. Nadine tidak ingin merusak mood ibunya.Setelah mendengar tentang kontrak, Hugo langsung meminta salinan elektroniknya dari Nadine. "Nggak usah terburu-buru. Aku akan pelajari kontrak ibumu. Kalau ada apa-apa, aku hubungi kamu. Aku pasti akan tanda tangan kontrak dengan ibumu!"Kalimat terakhir membuat Nadine agak ragu. Bukankah Hugo tidak menandatangani kontrak dengan penulis dan hanya melihat hasil karya?Nadine merasa mungkin Hugo salah bicara atau mungkin dia yang salah dengar. Jadi, dia memutuskan untuk tidak terlalu memikirkannya.Saat melihat putrinya begitu serius, Jeremy segera menghentikan pekerjaannya. "Ada apa, Nad? Apa ibumu ada masalah dengan editor itu?""Ada sedikit masalah, bukan masalah besar. Aku sudah mencari cara untuk mengatasinya. Jangan kas

  • Tak Sudi Merajut Cinta Dengan Mantan   Bab 309

    "Ya sudah. Kamu ini memang sibuk sekali, lebih sibuk daripada dekan ....""Kalau begitu, aku pergi dulu.""Oh ya, aku lupa tanya. Kamu ambil apa tadi?" teriak Calvin kepada Arnold."Pertanyaanmu terlalu banyak."Setelah Arnold pergi, Nadine tidur lagi sebentar. Jika tidak tidur, dia akan mengantuk saat kerja. Hal ini akan memengaruhi efisiensinya.Pukul 2 siang, Nadine bangun dan mencuci wajahnya sebelum kembali ke laboratorium. Kamila dan lainnya juga sudah kembali ke meja masing-masing."Nad, kenapa wajahmu merah? Kamu kepanasan ya?"Nadine segera meraba wajahnya. "Merah ya? Mungkin ....""Bukannya di dalam buka AC? Kenapa kepanasan begini?" tanya Calvin."Aku lupa buka AC hari ini.""Sepertinya kamu dan Pak Arnold sama-sama takut panas. Tadi aku ketemu dia di luar ruang istirahat. Wajahnya juga merah karena kepanasan."Kamila tidak bisa menahan tawa. "Masa sampai seperti itu? Eee, Nad, sepertinya wajahmu semakin merah. Wilfred, buat AC-nya lebih dingin."Nadine tidak bisa berkata-ka

  • Tak Sudi Merajut Cinta Dengan Mantan   Bab 308

    Pada jam istirahat siang, seluruh laboratorium sangat sepi. Arnold membuka pintu ruang istirahatnya, lalu mencuci tangan dan wajahnya di wastafel. Kemudian dia berjalan ke dalam.Pakaian gantinya disimpan di dalam. Arnold membuka pintu, lalu menuju ke lemari sambil membuka kancing kemejanya. Kemudian, dia mengambil pakaian bersih.Nadine terbangun saat Arnold membuka pintu. Ranjang lipatnya diletakkan di belakang pintu. Begitu pintu didorong, Tubuhnya pun terhalangi.Namun, itu bukan berarti sosoknya tak terlihat. Jadi, begitu membuka matanya, Nadine bisa melihat Arnold sedang melepaskan kemejanya.Nadine pun terkejut, tidak tahu harus memperingatkan Arnold bahwa dia ada di sini atau tidak. Kini, Arnold telanjang dada.Ketika melihat situasi ini, Nadine tahu berbicara hanya akan membuat mereka merasa canggung. Dia memilih untuk memejamkan mata dan berpura-pura tidur.Nadine bisa melihat otot-otot Arnold yang kekar. Bahunya lebar dan pinggangnya ramping. Pemandangan ini terus terbayang

  • Tak Sudi Merajut Cinta Dengan Mantan   Bab 307

    Eva marah hingga hampir menangis. Dengan suara serak, dia berteriak, "Aku bilang aku nggak punya uang! Nggak punya uang! Pokoknya nggak punya uang! Sekalipun kamu membunuhku, aku tetap nggak punya uang! Kamu mau apa?"Yang terdengar oleh Lupita hanya tiga kata, yaitu tidak punya uang."Kalau nggak punya uang, tidur saja sama pria! Setelah itu, kamu dapat uang, 'kan? Aku sudah ajarin kamu ini dari kecil! Kenapa masih nggak ngerti?""Pria dari mana? Nggak ada lagi yang mau sama aku! Aku mau tidur sama siapa?" pekik Eva.Lupita akhirnya menangkap ada yang aneh dari nada bicara Eva. Karena hal ini menyangkut masa depannya, apakah dia masih bisa mendapat uang dari Eva atau tidak, jadi dia meninggalkan mejanya dan mencari tempat yang lebih sepi."Maksudmu gimana? Kenapa bilang nggak ada yang mau sama kamu lagi? Pacar kayamu itu mana? Bukannya waktu itu kamu bilang bakal segera nikah sama orang kaya? Apa yang terjadi? Apa pernikahanmu dibatalkan?"Ketika mendengar suara ibunya yang emosional,

  • Tak Sudi Merajut Cinta Dengan Mantan   Bab 306

    Teman asramanya."Eva, kenapa kamu jadi kurus begini?" Zovein meraih tangan Eva yang dingin dan kaku. "Kudengar kamu keguguran. Kamu harus istirahat dengan baik supaya nggak jadi penyakit. Jangan ...."Begitu mendengar kata keguguran, tatapan Eva langsung menjadi tajam. "Kamu bilang siapa keguguran?"Zovein termangu."Kamu yang keguguran! Aku baik-baik saja. Aku nggak apa-apa!""Eva, kamu ....""Kamu datang untuk mentertawaiku ya? Jangan mimpi!" Eva duduk tegak. Tubuhnya dipenuhi penolakan. "Kamu kira kamu bisa menginjakku karena situasiku seperti ini?""Zovein, singkirkan ekspresi kasihanmu itu. Kamu kira aku nggak tahu kamu iri karena aku punya pacar kaya?""Asal kamu tahu, aku jauh lebih hebat darimu. Meskipun aku di rumah sakit sekarang, aku pernah memiliki sesuatu yang nggak bakal pernah kamu miliki seumur hidup!"Zovein tidak bisa merespons. Dia tidak mengerti kenapa Eva menggila seperti ini.Eva terkekeh-kekeh. "Kamu nggak tulus ingin menjengukku. Kamu cuma ingin kenal orang kay

DMCA.com Protection Status