Share

Bab 2

Author: Patricia
Di meja makan.

Reagan bertanya, "Kenapa nggak ada bubur?"

"Maksud Tuan, bubur untuk kesehatan lambung ya?"

"Bubur untuk kesehatan lambung?" tanya Reagan lagi.

"Ya, bubur yang sering dimasak Nona Nadine. Bubur millet dicampur ubi, bunga bakung, dan kurma merah, 'kan? Wah, aku nggak sempat menyiapkannya. Hanya untuk bunga bakung, jali-jali, dan kurma merahnya saja harus direndam semalaman dan mulai direbus keesokan paginya."

"Selain itu, pengaturan apinya sangat penting. Aku nggak sepeka Nona Nadine untuk terus mengawasi api. Hasil masakanku juga nggak akan seperti miliknya, terus ...."

Reagan menyelanya, "Bawakan saus daging sapi."

"Oke, Tuan."

"Kenapa rasanya beda?" Reagan melihat sekilas botol itu. "Kemasannya juga beda."

"Yang sebelumnya sudah habis, hanya tersisa yang ini," jawab Bibi Julia.

"Nanti belikan dua kaleng di supermarket."

"Nggak dijual."

"Hah?" Reagan kebingungan.

Julia tersenyum canggung. "Saus itu buatan Nona Nadine sendiri, aku nggak bisa buat ...."

Prang!

"Hm? Tuan nggak mau makan lagi?"

"Ya."

Melihat sosok punggung Reagan yang naik ke lantai atas, Julia merasa kebingungan. Kenapa tiba-tiba marah?

....

"Dasar pemalas, cepat bangun!"

Nadine berbalik tanpa membuka matanya. "Jangan berisik, aku mau tidur lagi ...."

Kelly sedang memilih tas setelah selesai berdandan, "Sudah hampir jam delapan, kamu nggak pulang untuk buatin sarapan Reagan?"

Dulu, Nadine kadang-kadang juga menginap di tempatnya. Namun sebelum fajar, dia sudah buru-buru pulang. Semua itu demi membuatkan bubur sehat untuk lambung Reagan yang bermasalah.

Kelly merasa tindakannya itu sangat konyol. Memangnya Reagan cacat? Memesan makanan lewat aplikasi memangnya sesusah itu? Dia seharusnya bisa melakukannya sendiri, tapi malah menyusahkan orang lain. Jujur saja, itu cuma kebiasaan buruk yang dibiarkan begitu saja!

Nadine, yang masih terlelap dengan nyaman, hanya melambaikan tangan saat mendengarnya. "Aku nggak pulang. Kami sudah putus."

"Oh, kali ini mau putus berapa hari?"

Nadine terdiam.

"Ya sudah, tidur saja yang tenang. Sarapan ada di meja, aku pergi kerja dulu. Malam ini aku ada janji, jadi nggak usah masak untukku .... Ah, sudahlah, kamu pasti bakal pulang sebentar lagi. Kalau gitu, tolong tutup jendela balkon waktu kamu pergi ya."

Nadine terbangun karena lapar. Dia menikmati sandwich buatan sahabatnya sambil memandangi sinar matahari cerah di luar. Nadine sudah tidak ingat kapan terakhir kalinya dia bisa tidur sampai terbangun sendiri.

Setelah selesai sarapan yang sekaligus menjadi makan siangnya dan mengganti pakaian, Nadine langsung menuju bank. Langkah pertama adalah mencairkan cek 100 miliar itu. Tentu saja, Nadine baru bisa merasa tenang setelah uangnya ada di tangannya.

Kemudian, dia pergi ke bank lain di sebelah. "Aku mau ketemu sama manajer nasabah privat. Aku mau nabung 20 miliar."

Akhirnya kepala bank turun tangan dan memberinya tingkat bunga yang cukup bagus. Nadine meminta tambahan dua poin lagi dan akhirnya mereka mencapai kesepakatan yang memuaskan.

Dengan taktik yang sama, Nadine mengunjungi dua bank lainnya dan masing-masing menyimpan 20 miliar di setiap bank. Tingkat bunga yang didapat dari setiap bank semakin tinggi dari sebelumnya.

Setelah keluar dari pintu bank yang terakhir, Nadine kini memegang tiga kartu hitam dari tiga bank dengan tabungan 60 miliar dan 40 miliar di rekening berjalan.

"Memang keputusan yang bagus untuk putus," gumamnya. Perpisahan ini benar-benar membuatnya kaya mendadak.

Saat melintas di depan sebuah salon yang ramai, Nadine mendorong pintu untuk masuk. Di sana, dia langsung membuat kartu anggota senilai 4 juta agar mendapat prioritas antrean. Saat duduk di depan cermin menatap rambut ikal berwarna cokelat miliknya, untuk pertama kalinya Nadine merasa agak jengah.

"Cantik, rambutmu bagus sekali seperti boneka ...."

Nadine membiarkan rambut ikalnya karena Reagan suka rambut panjang yang berkesan elegan. Setiap kali mereka habis bercinta, tangan Reagan selalu suka memainkan helaian rambutnya. Namun, rambut ikal yang indah berarti harus menghabiskan lebih banyak waktu untuk merawatnya.

Nadine tersenyum tipis, lalu berkata kepada penata rambut, "Tolong pendekkan sedikit, luruskan, dan cat hitam."

Boneka seindah apa pun, pada akhirnya hanya sebuah mainan. Silakan saja bagi siapa pun yang ingin jadi boneka. Namun, Nadine tidak lagi tertarik untuk ikut-ikutan.

Setelah keluar dari salon, Nadine merasa lega. Kebetulan di sebelahnya ada toko baju yang sedang diskon. Jadi, dia langsung masuk dan memilih sepotong kaus putih dan sepasang celana jeans.

Nadine langsung mengenakan pakaian itu saat keluar dari toko. Sepatu olahraga yang dikenakannya hari ini juga sangat cocok dengan penampilannya.

Sambil berjalan, tanpa sadar dia sampai di depan gerbang Universitas Brata. Melihat para mahasiswa yang bersepeda keluar masuk di bawah sinar matahari terbenam, Nadine tertegun sejenak.

"Kak Taufan! Di sini ...."

Seorang pria berjalan melewati Nadine. "Kenapa semuanya di sini?"

"Kami semua mau jenguk Bu Freya, jadi ...."

Taufan berkata, "Terlalu banyak orang, rumah sakit pasti nggak akan izinin masuk. Begini saja, perwakilan dari jurusan bioinformatika, cukup dua orang yang ikut denganku."

Bioinformatika ... Bu Freya ....

Mata Nadine tiba-tiba menajam, dia buru-buru melangkah maju dan bertanya, "Tadi kamu bilang siapa yang sakit?"

Taufan agak gugup melihat gadis yang tampak cantik di depannya, "Bu ... Bu Freya."

"Freya Salim?"

"Ya."

"Di rumah sakit mana?"

"Rumah Sakit Weston."

"Terima kasih."

"Eh ... maaf, kamu dari jurusan mana? Kamu juga murid Bu Freya?"

Pertanyaan pria itu diabaikan oleh Nadine yang sudah melangkah pergi dengan cepat.

Setelah kembali ke apartemennya, hati Nadine tetap tidak bisa tenang. Apa benar si nenek yang selalu marah-marah dan mengetuk kepala orang saat kesal itu jatuh sakit? Seberapa parahnya?

Dia membuka daftar kontak di ponselnya dan menemukan nomor yang disimpan dengan nama "Imelda". Setelah ragu-ragu sejenak, pada akhirnya Nadine tetap tidak berani menekan tombol memanggil.

Dulu, demi memperjuangkan cintanya bersama Reagan, Nadine tidak ragu-ragu merelakan kesempatan untuk melanjutkan program S3. Bahkan setelah lulus sarjana, dia tidak pernah bekerja sehari pun. Dia memilih untuk menjalani hidup sebagai ibu rumah tangga yang seluruh hidupnya berputar di sekitar pria itu.

Freya pasti sangat kecewa.

"Lho? Nadine? Kamu nggak pulang?" tanya Kelly dengan terkejut sambil mengganti sepatunya.

Sudut bibir Nadine berkedut. "Kenapa? Kamu mau ngusir aku?"

"Ckck, ajaib sekali kamu bisa bertahan cukup lama kali ini. Seingatku waktu putus sebelumnya, dalam waktu kurang dari setengah jam kamu langsung pulang setelah ditelepon sama Reagan."

"Ada bubur di panci, ambil saja sendiri," balas Nadine.

Mata Kelly langsung berbinar dan berjalan menuju dapur untuk mengambil semangkuk bubur. Sambil makan, dia berdecak kagum. "Si berengsek Reagan itu bahagia sekali ya, bisa nikmati bubur ini setiap hari ...."

Nadine membalas, "Habis makan ingat cuci piring dan panci. Aku mau tidur dulu."

"Hei, kamu benaran nggak mau pulang?"

Tanggapan yang diterima Kelly hanyalah suara pintu kamar ditutup. Kelly berkomentar, "Kali ini dia lumayan hebat ...."

Sementara itu di Vila Riverside.

"Pak Reagan, pihak bank sudah konfirmasi bahwa Bu Nadine yang ke sana langsung untuk mencairkan cek senilai 100 miliar itu. Waktunya adalah siang ini pukul 12.05 ...."

Reagan menutup telepon itu, lalu menatap pemandangan malam di luar jendela. "Nadine, apa lagi ulahmu kali ini?"

Jika Nadine mengira bisa membuat Reagan kembali dengan cara seperti ini, dia benar-benar salah besar. Hal yang sudah diputuskannya tidak akan bisa diubah lagi.

"Philip, mau keluar untuk minum?"

Setengah jam kemudian, Reagan membuka pintu ruang VIP. Philip yang menyambutnya duluan sambil tersenyum, "Kak Reagan, semuanya sudah datang. Kami sudah nunggu dari tadi. Mau minum apa malam ini?"

Reagan berjalan masuk. Philip tidak bergerak, melainkan melihat ke belakang Reagan.

"Kenapa diam saja?" tanya Reagan.

"Mana Kak Nadine? Lagi parkir?"

Ekspresi Reagan langsung menjadi muram.
Comments (2)
goodnovel comment avatar
Endang Skw
baru baca ni,, bagus juga ceritanya
goodnovel comment avatar
metty lie
bgs crta ny . yuk lanjut ...
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

  • Tak Sudi Merajut Cinta Dengan Mantan   Bab 3

    "Nggak nemu tempat parkir yang bagus ya? Aku keluar untuk bantu ...." Saat menyadari ekspresi Reagan yang muram, Philip baru tersadar. "Hah! Kak Reagan, jangan-jangan ... Kak Nadine masih belum kembali?"Sekarang ini sudah lewat dari tiga jam.Reagan membuka tangannya sambil mengangkat bahu. "Balik apanya? Kamu kira putus itu candaan?" Setelah berkata demikian, dia berjalan melewati Philip dan duduk di sofa.Philip menggaruk kepalanya. Apakah kali ini mereka benar-benar putus? Namun, dia langsung menggelengkan kepala mengenyahkan pemikiran itu. Dia percaya bahwa Reagan tega memutuskan hubungan, tetapi Nadine ....Semua wanita di dunia ini mungkin bisa menerima putus, tapi Nadine sudah pasti tidak bisa. Hal ini adalah fakta yang telah diakui dalam lingkaran pertemanan mereka selama ini."Reagan, kenapa kamu sendirian?" tanya Teddy sambil tersenyum sinis. "Tiga jam sudah lewat, sekarang sudah seharian."Reagan menyeringai, "Aku kalah taruhan, jadi harus terima hukumannya. Apa hukumannya?

  • Tak Sudi Merajut Cinta Dengan Mantan   Bab 4

    Reagan terlalu banyak minum semalam. Selain itu, si berengsek Philip malah mengajaknya untuk minum lagi di tengah malam. Saat Reagan diantar pulang oleh sopir, langit sudah mulai terang.Awalnya dia sudah terkapar di ranjang karena rasa kantuknya yang hebat. Namun, dia tetap memaksakan diri untuk pergi ke kamar mandi dan membersihkan dirinya sebentar.'Kali ini Nadine seharusnya nggak akan marah, 'kan?' batin Reagan dalam pikirannya yang setengah sadar. Saat membuka mata kembali, rasa sakit yang hebat membuatnya terjaga."Ugh ...." Sambil menekan perutnya, Reagan berusaha untuk bangkit."Aku sakit maag! Nad ...." Saat hendak memanggil nama itu, Reagan terhenti seketika. Reagan mengerutkan alisnya sejenak. 'Hebat sekali Nadine kali ini, bahkan lebih keras kepala dari sebelumnya. Baiklah, kita lihat seberapa lama dia bisa bertahan.'Akan tetapi ... di mana letak obatnya?Reagan pergi ke ruang tamu untuk mengobrak-abrik laci dan lemari. Semua laci yang bisa menyimpan barang sudah digeleda

  • Tak Sudi Merajut Cinta Dengan Mantan   Bab 5

    "Kenapa Kak Reagan?" Philip melirik sekilas pria yang sedang minum sendirian. Dia diam-diam menggeser duduknya mendekat ke Teddy. Sejak Reagan masuk, wajahnya sudah tampak muram, membuat suasana yang tadinya ramai mendadak menjadi hening."Diblokir seseorang," ucap Teddy yang mengetahui situasinya, menikmati drama yang sedang terjadi ini. Mendengar komentarnya, wajah Reagan semakin muram.Prang!Gelas di tangannya membentur meja kaca dengan keras. Dengan gusar, dia membuka kancing kemejanya dengan satu tangan."Sudah kubilang jangan sebut namanya lagi. Nggak ngerti bahasa manusia ya?"Teddy mengangkat bahunya dan tidak berkomentar lagi. Suasana langsung berubah. Orang-orang yang tadinya bernyanyi memilih untuk diam. Orang lainnya juga ikut bungkam karena takut memancing kemarahan Reagan.Philip tersedak oleh alkohol yang baru diminumnya. Ternyata Nadine serius kali ini?Stendy yang sudah agak mabuk, berpaling dan menanyakan Philip, "Nadine sudah balik belum?"Philip menggelengkan kepal

  • Tak Sudi Merajut Cinta Dengan Mantan   Bab 6

    "Sudah seharusnya aku minta maaf atas tindakanku yang nggak rasional dan impulsif dulu. Ini adalah utangku padanya."Kelly hampir tersedak anggur yang diminumnya. Dia terbatuk dua kali dan berkata dengan wajah yang penuh penolakan, "Tolong, jangan libatkan aku dalam hal ini, Kak.""Kamu tahu sendiri, satu-satunya mata kuliahku yang gagal dan harus mengulang adalah mata kuliah pilihan dari Bu Freya. Setiap kali ketemu Bu Freya, aku langsung gemetaran. Lagian, aku ini orang yang nggak dikenal. Mungkin dia bahkan sudah lupa siapa aku. Aku benar-benar nggak bisa bantu kamu."Melihat Kelly menghindar seperti itu, Nadine tidak memaksanya lagi."Tapi ...." Mata Kelly berkilat licik dan nada bicaranya berubah, "Aku punya seseorang yang cocok untuk masalah ini.""Hmm?""Kamu masih ingat kakak sepupuku, Arnold, 'kan?"Nadine menyesap sedikit air hangat dan mengangguk. "Tentu saja ingat."Arnold adalah pionir termuda dalam bidang fisika di dalam negeri. Tahun lalu, dia dinobatkan sebagai salah sa

  • Tak Sudi Merajut Cinta Dengan Mantan   Bab 7

    Setelah mendekat, Reagan baru menyadari bahwa rambut bergelombang Nadine yang indah, kini telah diluruskan dan warna rambut favoritnya dulu, kini kembali menjadi hitam pekat. Nadine tidak memakai riasan dan tidak mengenakan sepatu hak tinggi.Dengan hanya memakai kaus putih, penampilannya sangat sederhana. Namun yang paling mencolok adalah matanya, yang tampak lebih cerah dari sebelumnya, tanpa jejak kesedihan atau keterpurukan karena putus cinta.Jika semua ini hanya berpura-pura, Reagan harus mengakui Nadine melakukannya dengan sangat baik. Saking baiknya, hingga itu berhasil membuatnya marah.Nadine mengerutkan kening. Dia terlalu mengenal Reagan. Ekspresi yang dia lihat sekarang adalah tanda bahwa kemarahannya akan segera meledak."Haha," pria itu tertawa sinis, "Tapi selera kamu buruk sekali. Sudah bertahun-tahun bersamaku, seharusnya kamu punya sedikit standar, 'kan? Jangan sampai asal pilih pria, jangan biarkan sembarang orang mendekat. Kalau nggak, di mana harga diriku sebagai

  • Tak Sudi Merajut Cinta Dengan Mantan   Bab 8

    Nadine sudah lama tidak merasakan pengalaman seperti ini, mengerjakan segala sesuatunya sendiri. Selama bertahun-tahun bersama Reagan, meskipun tidak hidup sepenuhnya bergantung pada pria itu, pekerjaan fisik seperti ini memang tidak pernah dilakukan Nadine.Bahkan beberapa tahun lalu saat Reagan baru memulai usahanya dan kondisi keuangan mereka masih ketat, mereka tetap mempekerjakan asisten rumah tangga untuk membersihkan rumah setiap minggu.Setelah selesai mengecat satu kaleng, Nadine menggosok pinggangnya yang terasa pegal. Setelah beberapa tahun hidup nyaman, dia memang sudah tidak terbiasa dengan pekerjaan fisik seperti ini ....Nadine keluar ke lorong bermaksud untuk mengambil sisa cat yang masih di luar. Namun tanpa sengaja, langkahnya terlalu cepat dan kakinya menendang salah satu kaleng cat hingga terguling. Meskipun Nadine sudah berusaha mengatasinya dengan cepat, tetap saja ada sedikit cat yang tumpah di depan pintu tetangga sebelah.Dia buru-buru mengambil pel dan mulai m

  • Tak Sudi Merajut Cinta Dengan Mantan   Bab 9

    Nadine berjalan lebih dulu, sementara Arnold mengikuti dari belakang. Jika dibandingkan dengan kegugupannya semalam, kini Nadine tampak sudah kembali normal.Arnold membawa mobilnya ke depan dan Nadine duduk di kursi penumpang. Dalam perjalanan, mereka melewati sebuah supermarket buah-buahan. Nadine tiba-tiba berkata, "Bisa berhenti sebentar? Aku butuh dua menit untuk beli buah.""Buah?" tanya Arnold."Ya, untuk Bu Freya."Arnold menggenggam setir dengan agak kebingungan. "Memangnya perlu seribet itu?"Nadine menoleh dengan ekspresi sedikit geli. "Kamu selalu berkunjung dengan tangan kosong?"Arnold mengangguk dengan jujur. Nadine diam-diam mengacungkan jempol dalam hati. Luar biasa. Mungkin orang-orang hebat memang begitu ... tidak terlalu peduli dengan hal-hal kecil?Meski demikian, Arnold tetap menepikan mobilnya.....Freya tinggal di Jalan Cempaka, tidak jauh dari Universitas Brata. Deretan rumah kecil bergaya campuran antara desain barat dan timur berjejer di kawasan itu. Masing-

  • Tak Sudi Merajut Cinta Dengan Mantan   Bab 10

    Arnold tetap diam. Baginya, makanan hanyalah sesuatu yang berfungsi untuk mengisi energi, bukan soal rasa. "Sudah selesai dicuci," katanya akhirnya.Nadine melirik sekilas pada paprika merah dan sayuran yang sudah tertata rapi seperti hasil kerja orang yang perfeksionis."Kenapa kamu ketawa?" tanya Arnold bingung. Nadine cepat-cepat berdeham, "Nggak apa-apa, kamu bisa keluar dulu.""Oke." Arnold mengeringkan tangannya, lalu mengangguk sedikit dan keluar dari dapur. Nadine kemudian menyiapkan semeja penuh makanan. Semuanya memiliki cita rasa yang ringan, sesuai dengan selera Freya dan jenis makanan yang bisa dikonsumsinya semasa pemulihan."Terima kasih, kamu masih ingat semuanya ....," komentar Freya dengan rasa syukur.Setelah makan, Nadine langsung mengambil inisiatif untuk membereskan piring dan peralatan makan. Arnold kembali masuk ke dapur untuk membantu dengan sukarela.Dia berdiri di bawah cahaya lampu yang hangat dan bayangannya terlihat memanjang di dapur. Dari sudut pandang N

Latest chapter

  • Tak Sudi Merajut Cinta Dengan Mantan   Bab 502

    "A-aku capek, jadi minggir sebentar buat istirahat, eh malah ketiduran ...."Kelly langsung memutar ke sisi lain mobil, menarik pintu kursi penumpang depan, dan duduk. "Kebetulan, antarin aku pulang."Teddy mendengus. "Kamu benaran nggak tahu malu, ya." Meskipun begitu, sudut bibirnya tetap melengkung ke atas."Oke deh, hari ini sekalian aku jadi malaikat baik hati. Pegangan yang kencang ...." Begitu dia menginjak gas, mobil melesat seperti anak panah yang dilepas dari busurnya.Kelly: "Gila! Pelan sedikit! Aku masih betah hidup, nggak mau ketemu malaikat maut bareng kamu!"Teddy: "Kenapa? Kita bisa dikubur dalam satu liang lahat, romantis, 'kan? Hehehe ...."Kelly hanya bisa memberikan tatapan menjijikkan kepadanya. Kalau pun mati, mereka pasti bakal dikubur di tempat terpisah!Dua puluh menit kemudian ....Kelly: "Berhenti di depan gerbang apartemen aja, aku jalan sendiri ke dalam.""Nggak bisa! Belum sampai depan pintu!"Dengan satu putaran setir, Teddy langsung mengarahkan mobil ma

  • Tak Sudi Merajut Cinta Dengan Mantan   Bab 501

    Teddy langsung nyeletuk, "Aku traktir kamu makan!""Nggak perlu, sudah ada yang ngajak. Kamu tunggu kesempatan berikutnya aja."Selesai bicara, Kelly hendak berjalan melewatinya.Teddy buru-buru mengejar. "Kalau begitu, biar aku antar kamu!"Kelly langsung berhenti melangkah. "Kamu serius?""Banget!""Oke deh, tapi nyetirnya cepat, ya."Seminggu ini Kelly memang sengaja tidak bawa mobil sendiri, supaya bisa tidur sebentar di perjalanan pulang-pergi kerja. Teddy membukakan pintu depan mobil dengan sigap dan seramah mungkin.Sayangnya ....Kelly berkata, "Aku duduk di belakang saja. Lebih enak buat rebahan.""Oke deh."Di dalam mobil, Teddy menyetir sambil menarik napas panjang. Apa ada pacar yang lebih baik lagi dari dia di dunia ini? Menunggu pacarnya satu jam untuk pulang kerja, lalu mengantarkan dia untuk bertemu pria lain dengan sukarela.Namun, jika dia tidak mengantarkannya, Kelly pasti sudah pergi duluan. Selain itu, dia ingin melihat pria berengsek mana yang memikat pacarnya sam

  • Tak Sudi Merajut Cinta Dengan Mantan   Bab 500

    Banyak atau tidak, Nadine tidak tahu. Karena Arnold tidak membalas pesannya lagi.Saat semua bakpao kepiting selesai dikukus, Nadine mengambil sepuluh buah, memasukkannya ke dalam kantong plastik, dan berencana membawanya untuk Arnold. Namun, setelah mengetuk pintunya selama setengah menit, tetap tidak ada jawaban.Dia mengeluarkan ponselnya dan mengetik.[ Profesor, ada di rumah? ]Kali ini Arnold membalas dengan cepat:[ Sudah di laboratorium. ]Nadine mengetik lagi.[ Aku mengukus bakpao kepiting, aku sudah siapkan sepuluh untukmu. Nanti malam waktu kamu pulang, ambil di tempatku, ya? ]Arnold awalnya ingin membalas "Terima kasih, nggak usah", tetapi saat hampir mengetik selesai, dia merasa .... Seorang gadis bersusah payah membuat makanan sendiri dan bahkan ingin memberinya, kalau dia menolak mentah-mentah, sepertinya ....Sangat tidak sopan.Dan juga ... akan terlihat sangat mencurigakan.[ Oke. ]Nadine menyimpan ponselnya dan kembali ke rumah.Setelah selesai merapikan dapur, ba

  • Tak Sudi Merajut Cinta Dengan Mantan   Bab 499

    Melewati bagian perlengkapan rumah tangga, Arnold tiba-tiba berhenti. "Ada yang perlu dibeli?"Nadine teringat kalau sabun mandi dan deterjen di rumahnya hampir habis. "Ada."Saat memilih sabun mandi, dia melirik ke arah Arnold yang juga sedang memasukkan beberapa barang ke dalam troli belanja. Dia melirik sekilas dan melihat ada handuk, sandal rumah, gantungan, dan beberapa barang kecil lainnya ....Barang yang dibelinya cukup banyak, dan troli yang sudah hampir penuh kini makin menggunung.Saat tiba di kasir, Arnold berkata bahwa dia yang akan membayar. Nadine tidak terlalu mempermasalahkan, hanya mengingatkannya untuk menyimpan struk agar nanti mereka bisa membagi biayanya.Arnold mengangguk dan menyuruhnya menunggu di luar jalur kasir. "Di sini terlalu ramai.""Baik," kata Nadine, lalu keluar terlebih dahulu.Beberapa saat kemudian, Arnold selesai membayar dan keluar sambil membawa tiga kantong besar.Melihat itu, Nadine langsung mengulurkan tangan untuk membantu membawanya. Namun,

  • Tak Sudi Merajut Cinta Dengan Mantan   Bab 498

    Setelah berkeliling taman dan menikmati kue kacang hijau, Irene merasa sangat puas. Keesokan harinya, dia dan Jeremy kembali ke Kota Linong. Nadine mengantar mereka ke stasiun kereta cepat.Hugo yang mendapat kabar langsung bergegas menyusul."Bu Irene, ini surat dari para penggemar yang dikirim ke penerbit. Mereka minta aku untuk menyerahkannya kepada Anda."Irene tampak terkejut dan senang. Ini pertama kalinya dia menerima surat dari penggemar. Dan jumlahnya cukup banyak, satu buntalan besar.....Setelah kembali ke rumah, Nadine memanfaatkan cuaca cerah untuk mencuci seprai dan sarung bantal dari dua kamar.Akhir Oktober, hawa panas musim panas perlahan memudar, digantikan dengan kesejukan musim gugur yang menyelinap diam-diam.Nadine kemudian merapikan lemari pakaian. Baju dan gaun yang sudah jarang dipakai dia simpan di bagian atas, sementara pakaian musim gugur dia pindahkan ke tempat yang lebih mudah dijangkau.Saat semuanya beres, waktu sudah menunjukkan pukul dua siang dan dia

  • Tak Sudi Merajut Cinta Dengan Mantan   Bab 497

    Nadine bertanya lagi, "Nenek, mau coba dulu kue kacang hijau ini? Aku ambilkan satu untuk Anda."Safir baru hendak berbicara, tetapi saat itu juga ponsel Stendy berdering. Tak lama setelah mendengar isi panggilan, ekspresinya langsung berubah dingin. "Baik, aku mengerti. Stabilkan dulu situasinya, aku akan segera ke sana ...."Setelah menutup telepon, dia menoleh ke Nadine sambil meminta maaf. "Maaf, ada masalah mendesak di kantor. Aku harus pergi sekarang."Lalu, dia berpaling kepada kedua orang tua itu. "Kakek, Nenek, aku antar kalian pulang dulu. Lain kali kalau ada waktu, kita jalan-jalan lagi, ya?"Corwin mengangguk, tetapi sempat melirik ke Nadine. "Tapi kami belum sempat bertemu orang tuamu ...."Nadine segera menjawab, "Nggak masalah, pasti akan ada kesempatan lain.""Baiklah."Ketika Irene dan Jeremy mendekat, Stendy sudah membawa kedua orang tua itu keluar dari kedai teh dan langsung mengantar mereka pulang.Irene melihat sekilas ke luar, lalu bertanya, "Siapa dua orang tua t

  • Tak Sudi Merajut Cinta Dengan Mantan   Bab 496

    Saat melewati toko ini, Irene tiba-tiba berhenti dan berkata ingin makan kue kacang hijau.Nadine melihat sekeliling. Toko ini tampak sangat tua, dekorasinya sudah ketinggalan zaman, tidak ada poster promosi di sekitarnya, dan seseorang harus masuk lebih dalam untuk bisa melihat daftar kue yang dijual di papan menu.Ternyata memang ada kue kacang hijau!Jadi, bagaimana ibunya bisa tahu bahwa toko ini menjual kue kacang hijau hanya dengan berdiri di depan pintu? Dan kue kacang hijau ini ternyata juga menjadi menu andalan di sini.Irene berkata, "Nggak tahu. Aku cuma merasa mereka seharusnya menjualnya, dan mungkin rasanya cukup enak."Jeremy menimpali, "Kamu kacang tahu kalau ibumu ini punya hidung yang sangat tajam? Makanan enak atau nggak, cukup dengan mencium baunya, dia sudah tahu."Nadine mengangguk. "Oh begitu .... Wah, benar-benar luar biasa!"Di saat yang sama, Stendy juga muncul di antrean. "Kebetulan sekali, aku juga ke sini untuk membeli kue kacang hijau."Nadine menoleh ke a

  • Tak Sudi Merajut Cinta Dengan Mantan   Bab 495

    "Hah …. Aku tahu, kalian semua menyalahkanku! Ayah, Ibu, dan juga kamu! Kalian semua merasa bahwa saat itu aku pergi bersama Aileen, tapi dia menghilang sementara aku kembali, jadi aku yang harus menanggung semua ini, bukan?""Kalian pasti berharap aku nggak pernah kembali! Lebih baik aku mati bersamanya!""Diam ...!" Paulus tiba-tiba menunjukkan ekspresi dingin, tatapannya menjadi tajam. "Coba saja kamu ucapkan kata 'mati' lagi!""Hahaha .... Dua puluh delapan tahun sudah berlalu. Kalian benar-benar pikir dia masih hidup? Ayah dan Ibu nggak mau menyerah, aku nggak heran. Aileen adalah anak kesayangan mereka. Kalau mereka nggak berpegang pada harapan, bagaimana mereka bisa terus hidup?""Tapi yang sama sekali nggak aku sangka, Paulus, ternyata kamu juga masih nggak bisa melupakannya!""Kita sudah menikah lebih dari 20 tahun! Anak kita hampir berkeluarga! Tapi kamu masih terus mengingatnya?! Hahaha ... lucu sekali! Menjijikkan sekali!"Plak!Paulus mengangkat tangan dan menamparnya. Ger

  • Tak Sudi Merajut Cinta Dengan Mantan   Bab 494

    Inez menatap ponselnya yang baru saja diputus dengan penuh amarah, lalu dengan geram membalikkan nampan di depannya.Nampan berisi sarang burung walet yang baru saja dimasak itu pun terbalik dan tumpah ke lantai. Mangkuk porselen jatuh dan pecah dengan suara nyaring yang menggema di ruangan."Nyonya ...." Para pelayan menatap kejadian itu dengan ketakutan."Keluar! Semuanya keluar dari sini ...." Inez menunjuk ke arah pintu, ekspresi yang biasanya terawat dengan baik kini tampak penuh amarah.Para pelayan buru-buru berjalan keluar dan tidak berani membantah.Inez mundur dua langkah lalu jatuh terduduk di sofa. Dadanya naik turun dengan cepat, napasnya memburu karena emosi yang meluap.Selama bertahun-tahun, dia sudah berusaha keras untuk memperbaiki hubungannya dengan kedua orang tuanya. Meski awalnya ayahnya sangat dingin dan menyalahkannya, lambat laun mulai bersikap lebih tenang. Meskipun hubungan mereka tidak sehangat dulu, setidaknya masih bisa dikatakan cukup baik.Namun, ibunya

Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status