แชร์

Bab 2

ผู้เขียน: Patricia
Di meja makan.

Reagan bertanya, "Kenapa nggak ada bubur?"

"Maksud Tuan, bubur untuk kesehatan lambung ya?"

"Bubur untuk kesehatan lambung?" tanya Reagan lagi.

"Ya, bubur yang sering dimasak Nona Nadine. Bubur millet dicampur ubi, bunga bakung, dan kurma merah, 'kan? Wah, aku nggak sempat menyiapkannya. Hanya untuk bunga bakung, jali-jali, dan kurma merahnya saja harus direndam semalaman dan mulai direbus keesokan paginya."

"Selain itu, pengaturan apinya sangat penting. Aku nggak sepeka Nona Nadine untuk terus mengawasi api. Hasil masakanku juga nggak akan seperti miliknya, terus ...."

Reagan menyelanya, "Bawakan saus daging sapi."

"Oke, Tuan."

"Kenapa rasanya beda?" Reagan melihat sekilas botol itu. "Kemasannya juga beda."

"Yang sebelumnya sudah habis, hanya tersisa yang ini," jawab Bibi Julia.

"Nanti belikan dua kaleng di supermarket."

"Nggak dijual."

"Hah?" Reagan kebingungan.

Julia tersenyum canggung. "Saus itu buatan Nona Nadine sendiri, aku nggak bisa buat ...."

Prang!

"Hm? Tuan nggak mau makan lagi?"

"Ya."

Melihat sosok punggung Reagan yang naik ke lantai atas, Julia merasa kebingungan. Kenapa tiba-tiba marah?

....

"Dasar pemalas, cepat bangun!"

Nadine berbalik tanpa membuka matanya. "Jangan berisik, aku mau tidur lagi ...."

Kelly sedang memilih tas setelah selesai berdandan, "Sudah hampir jam delapan, kamu nggak pulang untuk buatin sarapan Reagan?"

Dulu, Nadine kadang-kadang juga menginap di tempatnya. Namun sebelum fajar, dia sudah buru-buru pulang. Semua itu demi membuatkan bubur sehat untuk lambung Reagan yang bermasalah.

Kelly merasa tindakannya itu sangat konyol. Memangnya Reagan cacat? Memesan makanan lewat aplikasi memangnya sesusah itu? Dia seharusnya bisa melakukannya sendiri, tapi malah menyusahkan orang lain. Jujur saja, itu cuma kebiasaan buruk yang dibiarkan begitu saja!

Nadine, yang masih terlelap dengan nyaman, hanya melambaikan tangan saat mendengarnya. "Aku nggak pulang. Kami sudah putus."

"Oh, kali ini mau putus berapa hari?"

Nadine terdiam.

"Ya sudah, tidur saja yang tenang. Sarapan ada di meja, aku pergi kerja dulu. Malam ini aku ada janji, jadi nggak usah masak untukku .... Ah, sudahlah, kamu pasti bakal pulang sebentar lagi. Kalau gitu, tolong tutup jendela balkon waktu kamu pergi ya."

Nadine terbangun karena lapar. Dia menikmati sandwich buatan sahabatnya sambil memandangi sinar matahari cerah di luar. Nadine sudah tidak ingat kapan terakhir kalinya dia bisa tidur sampai terbangun sendiri.

Setelah selesai sarapan yang sekaligus menjadi makan siangnya dan mengganti pakaian, Nadine langsung menuju bank. Langkah pertama adalah mencairkan cek 100 miliar itu. Tentu saja, Nadine baru bisa merasa tenang setelah uangnya ada di tangannya.

Kemudian, dia pergi ke bank lain di sebelah. "Aku mau ketemu sama manajer nasabah privat. Aku mau nabung 20 miliar."

Akhirnya kepala bank turun tangan dan memberinya tingkat bunga yang cukup bagus. Nadine meminta tambahan dua poin lagi dan akhirnya mereka mencapai kesepakatan yang memuaskan.

Dengan taktik yang sama, Nadine mengunjungi dua bank lainnya dan masing-masing menyimpan 20 miliar di setiap bank. Tingkat bunga yang didapat dari setiap bank semakin tinggi dari sebelumnya.

Setelah keluar dari pintu bank yang terakhir, Nadine kini memegang tiga kartu hitam dari tiga bank dengan tabungan 60 miliar dan 40 miliar di rekening berjalan.

"Memang keputusan yang bagus untuk putus," gumamnya. Perpisahan ini benar-benar membuatnya kaya mendadak.

Saat melintas di depan sebuah salon yang ramai, Nadine mendorong pintu untuk masuk. Di sana, dia langsung membuat kartu anggota senilai 4 juta agar mendapat prioritas antrean. Saat duduk di depan cermin menatap rambut ikal berwarna cokelat miliknya, untuk pertama kalinya Nadine merasa agak jengah.

"Cantik, rambutmu bagus sekali seperti boneka ...."

Nadine membiarkan rambut ikalnya karena Reagan suka rambut panjang yang berkesan elegan. Setiap kali mereka habis bercinta, tangan Reagan selalu suka memainkan helaian rambutnya. Namun, rambut ikal yang indah berarti harus menghabiskan lebih banyak waktu untuk merawatnya.

Nadine tersenyum tipis, lalu berkata kepada penata rambut, "Tolong pendekkan sedikit, luruskan, dan cat hitam."

Boneka seindah apa pun, pada akhirnya hanya sebuah mainan. Silakan saja bagi siapa pun yang ingin jadi boneka. Namun, Nadine tidak lagi tertarik untuk ikut-ikutan.

Setelah keluar dari salon, Nadine merasa lega. Kebetulan di sebelahnya ada toko baju yang sedang diskon. Jadi, dia langsung masuk dan memilih sepotong kaus putih dan sepasang celana jeans.

Nadine langsung mengenakan pakaian itu saat keluar dari toko. Sepatu olahraga yang dikenakannya hari ini juga sangat cocok dengan penampilannya.

Sambil berjalan, tanpa sadar dia sampai di depan gerbang Universitas Brata. Melihat para mahasiswa yang bersepeda keluar masuk di bawah sinar matahari terbenam, Nadine tertegun sejenak.

"Kak Taufan! Di sini ...."

Seorang pria berjalan melewati Nadine. "Kenapa semuanya di sini?"

"Kami semua mau jenguk Bu Freya, jadi ...."

Taufan berkata, "Terlalu banyak orang, rumah sakit pasti nggak akan izinin masuk. Begini saja, perwakilan dari jurusan bioinformatika, cukup dua orang yang ikut denganku."

Bioinformatika ... Bu Freya ....

Mata Nadine tiba-tiba menajam, dia buru-buru melangkah maju dan bertanya, "Tadi kamu bilang siapa yang sakit?"

Taufan agak gugup melihat gadis yang tampak cantik di depannya, "Bu ... Bu Freya."

"Freya Salim?"

"Ya."

"Di rumah sakit mana?"

"Rumah Sakit Weston."

"Terima kasih."

"Eh ... maaf, kamu dari jurusan mana? Kamu juga murid Bu Freya?"

Pertanyaan pria itu diabaikan oleh Nadine yang sudah melangkah pergi dengan cepat.

Setelah kembali ke apartemennya, hati Nadine tetap tidak bisa tenang. Apa benar si nenek yang selalu marah-marah dan mengetuk kepala orang saat kesal itu jatuh sakit? Seberapa parahnya?

Dia membuka daftar kontak di ponselnya dan menemukan nomor yang disimpan dengan nama "Imelda". Setelah ragu-ragu sejenak, pada akhirnya Nadine tetap tidak berani menekan tombol memanggil.

Dulu, demi memperjuangkan cintanya bersama Reagan, Nadine tidak ragu-ragu merelakan kesempatan untuk melanjutkan program S3. Bahkan setelah lulus sarjana, dia tidak pernah bekerja sehari pun. Dia memilih untuk menjalani hidup sebagai ibu rumah tangga yang seluruh hidupnya berputar di sekitar pria itu.

Freya pasti sangat kecewa.

"Lho? Nadine? Kamu nggak pulang?" tanya Kelly dengan terkejut sambil mengganti sepatunya.

Sudut bibir Nadine berkedut. "Kenapa? Kamu mau ngusir aku?"

"Ckck, ajaib sekali kamu bisa bertahan cukup lama kali ini. Seingatku waktu putus sebelumnya, dalam waktu kurang dari setengah jam kamu langsung pulang setelah ditelepon sama Reagan."

"Ada bubur di panci, ambil saja sendiri," balas Nadine.

Mata Kelly langsung berbinar dan berjalan menuju dapur untuk mengambil semangkuk bubur. Sambil makan, dia berdecak kagum. "Si berengsek Reagan itu bahagia sekali ya, bisa nikmati bubur ini setiap hari ...."

Nadine membalas, "Habis makan ingat cuci piring dan panci. Aku mau tidur dulu."

"Hei, kamu benaran nggak mau pulang?"

Tanggapan yang diterima Kelly hanyalah suara pintu kamar ditutup. Kelly berkomentar, "Kali ini dia lumayan hebat ...."

Sementara itu di Vila Riverside.

"Pak Reagan, pihak bank sudah konfirmasi bahwa Bu Nadine yang ke sana langsung untuk mencairkan cek senilai 100 miliar itu. Waktunya adalah siang ini pukul 12.05 ...."

Reagan menutup telepon itu, lalu menatap pemandangan malam di luar jendela. "Nadine, apa lagi ulahmu kali ini?"

Jika Nadine mengira bisa membuat Reagan kembali dengan cara seperti ini, dia benar-benar salah besar. Hal yang sudah diputuskannya tidak akan bisa diubah lagi.

"Philip, mau keluar untuk minum?"

Setengah jam kemudian, Reagan membuka pintu ruang VIP. Philip yang menyambutnya duluan sambil tersenyum, "Kak Reagan, semuanya sudah datang. Kami sudah nunggu dari tadi. Mau minum apa malam ini?"

Reagan berjalan masuk. Philip tidak bergerak, melainkan melihat ke belakang Reagan.

"Kenapa diam saja?" tanya Reagan.

"Mana Kak Nadine? Lagi parkir?"

Ekspresi Reagan langsung menjadi muram.
อ่านหนังสือเล่มนี้ต่อได้ฟรี
สแกนรหัสเพื่อดาวน์โหลดแอป
ความคิดเห็น (3)
goodnovel comment avatar
Ros Diana
ceritanya bagus
goodnovel comment avatar
Endang Skw
baru baca ni,, bagus juga ceritanya
goodnovel comment avatar
metty lie
bgs crta ny . yuk lanjut ...
ดูความคิดเห็นทั้งหมด

บทที่เกี่ยวข้อง

  • Tak Sudi Merajut Cinta Dengan Mantan   Bab 3

    "Nggak nemu tempat parkir yang bagus ya? Aku keluar untuk bantu ...." Saat menyadari ekspresi Reagan yang muram, Philip baru tersadar. "Hah! Kak Reagan, jangan-jangan ... Kak Nadine masih belum kembali?"Sekarang ini sudah lewat dari tiga jam.Reagan membuka tangannya sambil mengangkat bahu. "Balik apanya? Kamu kira putus itu candaan?" Setelah berkata demikian, dia berjalan melewati Philip dan duduk di sofa.Philip menggaruk kepalanya. Apakah kali ini mereka benar-benar putus? Namun, dia langsung menggelengkan kepala mengenyahkan pemikiran itu. Dia percaya bahwa Reagan tega memutuskan hubungan, tetapi Nadine ....Semua wanita di dunia ini mungkin bisa menerima putus, tapi Nadine sudah pasti tidak bisa. Hal ini adalah fakta yang telah diakui dalam lingkaran pertemanan mereka selama ini."Reagan, kenapa kamu sendirian?" tanya Teddy sambil tersenyum sinis. "Tiga jam sudah lewat, sekarang sudah seharian."Reagan menyeringai, "Aku kalah taruhan, jadi harus terima hukumannya. Apa hukumannya?

  • Tak Sudi Merajut Cinta Dengan Mantan   Bab 4

    Reagan terlalu banyak minum semalam. Selain itu, si berengsek Philip malah mengajaknya untuk minum lagi di tengah malam. Saat Reagan diantar pulang oleh sopir, langit sudah mulai terang.Awalnya dia sudah terkapar di ranjang karena rasa kantuknya yang hebat. Namun, dia tetap memaksakan diri untuk pergi ke kamar mandi dan membersihkan dirinya sebentar.'Kali ini Nadine seharusnya nggak akan marah, 'kan?' batin Reagan dalam pikirannya yang setengah sadar. Saat membuka mata kembali, rasa sakit yang hebat membuatnya terjaga."Ugh ...." Sambil menekan perutnya, Reagan berusaha untuk bangkit."Aku sakit maag! Nad ...." Saat hendak memanggil nama itu, Reagan terhenti seketika. Reagan mengerutkan alisnya sejenak. 'Hebat sekali Nadine kali ini, bahkan lebih keras kepala dari sebelumnya. Baiklah, kita lihat seberapa lama dia bisa bertahan.'Akan tetapi ... di mana letak obatnya?Reagan pergi ke ruang tamu untuk mengobrak-abrik laci dan lemari. Semua laci yang bisa menyimpan barang sudah digeleda

  • Tak Sudi Merajut Cinta Dengan Mantan   Bab 5

    "Kenapa Kak Reagan?" Philip melirik sekilas pria yang sedang minum sendirian. Dia diam-diam menggeser duduknya mendekat ke Teddy. Sejak Reagan masuk, wajahnya sudah tampak muram, membuat suasana yang tadinya ramai mendadak menjadi hening."Diblokir seseorang," ucap Teddy yang mengetahui situasinya, menikmati drama yang sedang terjadi ini. Mendengar komentarnya, wajah Reagan semakin muram.Prang!Gelas di tangannya membentur meja kaca dengan keras. Dengan gusar, dia membuka kancing kemejanya dengan satu tangan."Sudah kubilang jangan sebut namanya lagi. Nggak ngerti bahasa manusia ya?"Teddy mengangkat bahunya dan tidak berkomentar lagi. Suasana langsung berubah. Orang-orang yang tadinya bernyanyi memilih untuk diam. Orang lainnya juga ikut bungkam karena takut memancing kemarahan Reagan.Philip tersedak oleh alkohol yang baru diminumnya. Ternyata Nadine serius kali ini?Stendy yang sudah agak mabuk, berpaling dan menanyakan Philip, "Nadine sudah balik belum?"Philip menggelengkan kepal

  • Tak Sudi Merajut Cinta Dengan Mantan   Bab 6

    "Sudah seharusnya aku minta maaf atas tindakanku yang nggak rasional dan impulsif dulu. Ini adalah utangku padanya."Kelly hampir tersedak anggur yang diminumnya. Dia terbatuk dua kali dan berkata dengan wajah yang penuh penolakan, "Tolong, jangan libatkan aku dalam hal ini, Kak.""Kamu tahu sendiri, satu-satunya mata kuliahku yang gagal dan harus mengulang adalah mata kuliah pilihan dari Bu Freya. Setiap kali ketemu Bu Freya, aku langsung gemetaran. Lagian, aku ini orang yang nggak dikenal. Mungkin dia bahkan sudah lupa siapa aku. Aku benar-benar nggak bisa bantu kamu."Melihat Kelly menghindar seperti itu, Nadine tidak memaksanya lagi."Tapi ...." Mata Kelly berkilat licik dan nada bicaranya berubah, "Aku punya seseorang yang cocok untuk masalah ini.""Hmm?""Kamu masih ingat kakak sepupuku, Arnold, 'kan?"Nadine menyesap sedikit air hangat dan mengangguk. "Tentu saja ingat."Arnold adalah pionir termuda dalam bidang fisika di dalam negeri. Tahun lalu, dia dinobatkan sebagai salah sa

  • Tak Sudi Merajut Cinta Dengan Mantan   Bab 7

    Setelah mendekat, Reagan baru menyadari bahwa rambut bergelombang Nadine yang indah, kini telah diluruskan dan warna rambut favoritnya dulu, kini kembali menjadi hitam pekat. Nadine tidak memakai riasan dan tidak mengenakan sepatu hak tinggi.Dengan hanya memakai kaus putih, penampilannya sangat sederhana. Namun yang paling mencolok adalah matanya, yang tampak lebih cerah dari sebelumnya, tanpa jejak kesedihan atau keterpurukan karena putus cinta.Jika semua ini hanya berpura-pura, Reagan harus mengakui Nadine melakukannya dengan sangat baik. Saking baiknya, hingga itu berhasil membuatnya marah.Nadine mengerutkan kening. Dia terlalu mengenal Reagan. Ekspresi yang dia lihat sekarang adalah tanda bahwa kemarahannya akan segera meledak."Haha," pria itu tertawa sinis, "Tapi selera kamu buruk sekali. Sudah bertahun-tahun bersamaku, seharusnya kamu punya sedikit standar, 'kan? Jangan sampai asal pilih pria, jangan biarkan sembarang orang mendekat. Kalau nggak, di mana harga diriku sebagai

  • Tak Sudi Merajut Cinta Dengan Mantan   Bab 8

    Nadine sudah lama tidak merasakan pengalaman seperti ini, mengerjakan segala sesuatunya sendiri. Selama bertahun-tahun bersama Reagan, meskipun tidak hidup sepenuhnya bergantung pada pria itu, pekerjaan fisik seperti ini memang tidak pernah dilakukan Nadine.Bahkan beberapa tahun lalu saat Reagan baru memulai usahanya dan kondisi keuangan mereka masih ketat, mereka tetap mempekerjakan asisten rumah tangga untuk membersihkan rumah setiap minggu.Setelah selesai mengecat satu kaleng, Nadine menggosok pinggangnya yang terasa pegal. Setelah beberapa tahun hidup nyaman, dia memang sudah tidak terbiasa dengan pekerjaan fisik seperti ini ....Nadine keluar ke lorong bermaksud untuk mengambil sisa cat yang masih di luar. Namun tanpa sengaja, langkahnya terlalu cepat dan kakinya menendang salah satu kaleng cat hingga terguling. Meskipun Nadine sudah berusaha mengatasinya dengan cepat, tetap saja ada sedikit cat yang tumpah di depan pintu tetangga sebelah.Dia buru-buru mengambil pel dan mulai m

  • Tak Sudi Merajut Cinta Dengan Mantan   Bab 9

    Nadine berjalan lebih dulu, sementara Arnold mengikuti dari belakang. Jika dibandingkan dengan kegugupannya semalam, kini Nadine tampak sudah kembali normal.Arnold membawa mobilnya ke depan dan Nadine duduk di kursi penumpang. Dalam perjalanan, mereka melewati sebuah supermarket buah-buahan. Nadine tiba-tiba berkata, "Bisa berhenti sebentar? Aku butuh dua menit untuk beli buah.""Buah?" tanya Arnold."Ya, untuk Bu Freya."Arnold menggenggam setir dengan agak kebingungan. "Memangnya perlu seribet itu?"Nadine menoleh dengan ekspresi sedikit geli. "Kamu selalu berkunjung dengan tangan kosong?"Arnold mengangguk dengan jujur. Nadine diam-diam mengacungkan jempol dalam hati. Luar biasa. Mungkin orang-orang hebat memang begitu ... tidak terlalu peduli dengan hal-hal kecil?Meski demikian, Arnold tetap menepikan mobilnya.....Freya tinggal di Jalan Cempaka, tidak jauh dari Universitas Brata. Deretan rumah kecil bergaya campuran antara desain barat dan timur berjejer di kawasan itu. Masing-

  • Tak Sudi Merajut Cinta Dengan Mantan   Bab 10

    Arnold tetap diam. Baginya, makanan hanyalah sesuatu yang berfungsi untuk mengisi energi, bukan soal rasa. "Sudah selesai dicuci," katanya akhirnya.Nadine melirik sekilas pada paprika merah dan sayuran yang sudah tertata rapi seperti hasil kerja orang yang perfeksionis."Kenapa kamu ketawa?" tanya Arnold bingung. Nadine cepat-cepat berdeham, "Nggak apa-apa, kamu bisa keluar dulu.""Oke." Arnold mengeringkan tangannya, lalu mengangguk sedikit dan keluar dari dapur. Nadine kemudian menyiapkan semeja penuh makanan. Semuanya memiliki cita rasa yang ringan, sesuai dengan selera Freya dan jenis makanan yang bisa dikonsumsinya semasa pemulihan."Terima kasih, kamu masih ingat semuanya ....," komentar Freya dengan rasa syukur.Setelah makan, Nadine langsung mengambil inisiatif untuk membereskan piring dan peralatan makan. Arnold kembali masuk ke dapur untuk membantu dengan sukarela.Dia berdiri di bawah cahaya lampu yang hangat dan bayangannya terlihat memanjang di dapur. Dari sudut pandang N

บทล่าสุด

  • Tak Sudi Merajut Cinta Dengan Mantan   Bab 649

    Kota Juanin, Laboratorium Absolut.Untuk ketiga kalinya, Nadine berdiri di depan meja eksperimen untuk mengubah data. Darius dan Mikha saling bertukar pandang. Ada yang tidak beres!"Nad, kamu tadi malam kurang tidur ya? Aku lihat kamu hari ini kayak nggak fokus.""Nggak tahu kenapa, dari tadi mataku terus berkedut, rasanya gelisah sekali.""Mata kiri atau mata kanan?""Dua-duanya."Saat siang, Nadine sempat tidur sebentar dan berharap kondisinya membaik. Namun, matanya tetap terus berkedut, seolah-olah ada sesuatu yang buruk akan terjadi.Sore hari, setelah akhirnya menyelesaikan pekerjaannya dan memastikan semua data sudah benar, Nadine meregangkan tubuhnya sambil menghela napas."Huh ... akhirnya selesai juga."Mikha berseru, "Aku juga hampir selesai. Darius gimana?""Aku juga sudah beres.""Bagus! Malam ini kita akhirnya bisa tidur nyenyak. Yuk, makan di luar! Aku traktir!"Nadine menggeleng sambil melambaikan tangan. "Kalian saja, aku nggak ikut."Belakangan ini dia benar-benar le

  • Tak Sudi Merajut Cinta Dengan Mantan   Bab 648

    "Nggak usah pura-pura lagi. Bicara terus terang saja.""Aku sudah tanda tangan kontrak samm apenerbit lain. 'Seven Days'yang kamu lihat diterbitkan sama mereka. Jadi, nggak mungkin aku perpanjang kontrak denganmu. Demi hubungan kita selama 10 tahun terakhir, lebih baik kita berpisah baik-baik.""Pisah baik-baik?" Lauren tertawa dingin. Kali ini, dia tidak lagi berpura-pura ramah. "Kamu mau pergi begitu saja? Lalu siapa yang akan mengganti kerugianku?"Irene menatapnya dengan ekspresi tidak percaya. "Kerugian? Kerugian apa?""Aku sudah menghabiskan banyak uang untuk mengontrakmu! Sepuluh tahun, Irene! Selama sepuluh tahun penuh, nggak satu pun buku bestseller yang kamu hasilkan. Tapi begitu kontrak kita habis, kamu langsung menerbitkan buku sama penerbit lain dan sukses besar? Kamu sengaja mau mempermainkanku, ya?""Apa kamu pikir aku nggak mau nulis? Kamu yang selama ini selalu menolak setiap konsep yang kuberikan dan nggak ngasih kesempatan untuk menerbitkannya buatku. Selama sepuluh

  • Tak Sudi Merajut Cinta Dengan Mantan   Bab 647

    Saat itu, Jeremy sedang pergi ke kampus untuk mengajar dan di rumah hanya ada Irene seorang diri.Sejak kembali dari Kota Juanin, dia sudah menyusun kerangka novel barunya. Dia berencana menulis sebuah kisah horor bertema cerita mistis di sekolah.Di tengah kesibukannya, Nadine sempat menelepon untuk mengundang mereka menghadiri peresmian laboratorium barunya. Namun, Jeremy dan Irene terpaksa menolaknya dengan berat hati.Jeremy harus mengajar dan tidak bisa meninggalkan kampus; sementara Irene sedang dalam masa perenungan dan tidak ingin terganggu.Kini, cerita yang sedang dikerjakannya sudah hampir rampung. Bab terakhir sebentar lagi akan selesai, jadi belakangan ini dia benar-benar mengurung diri untuk fokus menulis.Ketika terdengar suara ketukan di pintu, Irene tidak terlalu memikirkan siapa yang datang. Dalam perjalanan menuju pintu, pikirannya masih hanyut dalam plot novelnya. "Kenapa hari ini cepat sekali datangnya? Bukankah ...."Namun, saat pintu terbuka, Irene langsung memat

  • Tak Sudi Merajut Cinta Dengan Mantan   Bab 646

    Lauren memiliki puluhan orang penulis seperti itu di bawah kontraknya!"Astaga! Bisa gitu ya? Para penulis itu bodoh ya? Bukannya menjual hak cipta harus dengan persetujuan dan tanda tangan mereka?"Jihan mendengus. "Kamu nangani dokumen setiap hari, tapi nggak pernah baca detail kontraknya?""Maksudnya?""Waktu Lauren merekrut seorang penulis, dia langsung mengamankan hak eksklusif atas seluruh karya mereka! Jadi, dia nggak perlu minta tanda tangan penulis setiap kali menjual hak cipta.""Asalkan ada cap resmi studio kita saja sudah cukup. Kalau benar-benar butuh tanda tangan? Ya tinggal siapa aja yang tanda tangan, toh pembeli nggak mungkin mengecek langsung ke penulisnya.""Jadi, Lauren bahkan nggak perlu berbagi royalti sama mereka? Penulis nggak tahu, uangnya masuk ke kantong sendiri, dan nggak ada yang mempermasalahkan?"Jihan menyesap kopinya dengan santai. "Tentu saja! Kamu pikir dia dapat uang dari mana buat beli mobil mewah, tinggal di rumah mahal? Dari ujung kepala sampai uj

  • Tak Sudi Merajut Cinta Dengan Mantan   Bab 645

    "Penulisnya bernama Irene. Irene ... Aileen ... bukankah terdengar mirip?"Itulah alasan mengapa Safir langsung tertarik dengan buku ini sejak awal.Saat melihat nama penulis di sampul, dia sempat terdiam. Sementara itu, Corwin hanya bisa menghela napas. Sepertinya, dia juga membaca buku ini karena alasan yang sama. Namun, semakin dibaca, dia semakin terhanyut dalam ceritanya.Awalnya, Safir hanya bertanya dengan santai. Lagi pula, Stendy tidak mungkin tahu segalanya. Namun, tak disangka ...."Aku kenal."Stendy menjelaskan secara singkat hubungannya dengan Irene. Corwin pun langsung mengingat sesuatu. Rupanya, gadis yang dia lihat di Toko Buku Gramilia waktu itu adalah putri Irene. Hari itu sedang diadakan acara penandatanganan buku untuk novel ini di lantai atas.Corwin tak kuasa tersenyum. "Nggak nyangka ternyata ada hubungan seperti ini."Safir juga teringat pada gadis yang dia lihat saat itu. Suaranya lembut, tutur katanya sopan, dan penuh kesantunan. Hatinya tiba-tiba merasa hang

  • Tak Sudi Merajut Cinta Dengan Mantan   Bab 644

    "Jam segini .... Kalau memang mau jenguk kami, biasanya bukan di waktu begini. Nggak seperti kamu."Stendy tersenyum, lalu menuntun Corwin ke ruang tamu. "Aku datang kalau mau, memangnya harus ada waktu khusus? Seperti pertemuan resmi begitu?""Tentu saja. Kamu ini orang sibuk, bisa meluangkan waktu sebentar saja sudah luar biasa.""Kakek, ini sindiran atau pujian?"Corwin tertawa terbahak-bahak.Stendy duduk di sofa, tapi tiba-tiba merasakan ada sesuatu yang mengganjal di bawahnya. Dia meraba ke bawah dan mengeluarkan sebuah buku. Saat melihat sampulnya, dia langsung terkejut."Eh? Bukankah ini buku yang ada di mobilku?"Judul yang tertera di sampulnya adalah ....[ Seven Days ]Stendy langsung mengenalinya. Itu bukunya sendiri. Stendy memang punya kebiasaan melipat sudut halaman sebagai penanda, dan lipatan itu masih ada di sana."Benar sekali! Aku ambil dari mobilmu waktu itu. Nggak nyangka isinya menarik sekali!" ujar Corwin dengan santai.Stendy mengangkat alis. "Kakek baca buku i

  • Tak Sudi Merajut Cinta Dengan Mantan   Bab 643

    "Baik." Nadine tersenyum dan mengangguk. "Kalau begitu aku pergi dulu. Paman, Bibi, sampai jumpa ....""Jangan! Bawa aku juga! Aku juga searah!" seru Mikha buru-buru.Namun, Darius langsung menariknya ke samping. "Ngapain ikut campur? Nanti aku antar kamu pulang.""Uh ... nggak baik, deh?" Sebenarnya, Mikha takut Darius masih dendam karena tadi dia tertawa terlalu keras. Darius tersenyum tipis. "Menurutku nggak masalah."Mikha terdiam.Sementara itu, Stendy menatap punggung Nadine dan Arnold yang berjalan menjauh. Matanya yang tajam memicing seketika.Saat hendak masuk ke mobil, Nadine melepas syalnya. Arnold refleks mengulurkan tangan untuk menerimanya. Tanpa berpikir panjang, Nadine benar-benar menyerahkannya padanya.Denny berjalan mendekat dan menepuk pundak Stendy sambil berkata, "Kamu masih mau ngantarin orang? Tadi di meja makan kamu minum lumayan banyak. Kita nggak bisa melakukan hal yang melanggar hukum ...."Stendy mengerutkan kening. "Arnold? Dia nggak minum?""Nggak." Denny

  • Tak Sudi Merajut Cinta Dengan Mantan   Bab 642

    Lalu, foto saat usia sepuluh tahun ...."Segendut ini?!" Nadine refleks berseru.Dalam foto itu, Darius sudah kehilangan kelucuannya saat masih kecil. Sekarang dia tampak seperti anak beruang hitam yang gemuk. Ya, bukan hanya gemuk, tapi juga berkulit gelap.Matanya hampir hilang, terhimpit oleh pipi tembamnya. Foto itu diambil saat musim panas, dia hanya mengenakan kaus dalam tipis dan celana pendek, memperlihatkan lengan dan kakinya yang montok.Nadine berdeham, berusaha menahan ekspresinya sebelum menegur Stendy dengan wajah serius, "Jangan lihat! Mengintip privasi orang itu ngga baik.""Bukannya kamu juga ikut lihat?" Stendy membalas santai."Aku nggak sengaja, dan sekarang aku sudah nggak lihat lagi."Namun, Stendy hanya menatap foto itu lebih lama. "Dipasang di sini berarti memang untuk dilihat orang, 'kan? Wah! Bocah gempal ini Darius? Ya ampun, kok bisa mirip balon yang mengembang begini?"Nadine menegur, "Kamu keterlaluan."Stendy menyeringai. "Kalau kamu nggak keterlaluan, co

  • Tak Sudi Merajut Cinta Dengan Mantan   Bab 641

    Namun, sebelum Stendy sempat menyelesaikan kalimatnya, Arnold tiba-tiba membuka mulut."Pak Denny, Anda sudah terlalu banyak minum. Mereka semua masih mahasiswa, pendidikan harus menjadi prioritas utama. Jangan berpikir yang aneh-aneh. Kalau sampai tersebar, itu nggak baik bagi siapa pun."Denny terdiam sejenak, lalu tersadar. "Aduh aku ini ... jadi cerewet setelah minum beberapa gelas .... Benar, mahasiswa memang harus fokus sama pendidikan. Masalah lainnya ... biarkan berjalan secara alami saja!"Setelah berkata demikian, dia pun pergi untuk menyapa tamu lainnya.Arnold tetap berdiri di tempatnya dengan tatapan lurus ke depan. "Kamu nggak seharusnya ngomong begitu tadi."Stendy menyeringai. "Kenapa? Pak Arnold keberatan?""Nggak ada orang tua yang ingin mendengar anak mereka dibicarakan dengan buruk. Pak Stendy memang bisa ngomong sesuka hati, tapi sebelum bicara lain kali, tolong pikirkan apakah itu akan berdampak sama orang lain."Stendy mengerutkan kening. "Maksudmu, aku nggak mem

สำรวจและอ่านนวนิยายดีๆ ได้ฟรี
เข้าถึงนวนิยายดีๆ จำนวนมากได้ฟรีบนแอป GoodNovel ดาวน์โหลดหนังสือที่คุณชอบและอ่านได้ทุกที่ทุกเวลา
อ่านหนังสือฟรีบนแอป
สแกนรหัสเพื่ออ่านบนแอป
DMCA.com Protection Status