Share

Bab 2

Penulis: Patricia
last update Terakhir Diperbarui: 2024-10-09 11:56:48
Di meja makan.

Reagan bertanya, "Kenapa nggak ada bubur?"

"Maksud Tuan, bubur untuk kesehatan lambung ya?"

"Bubur untuk kesehatan lambung?" tanya Reagan lagi.

"Ya, bubur yang sering dimasak Nona Nadine. Bubur millet dicampur ubi, bunga bakung, dan kurma merah, 'kan? Wah, aku nggak sempat menyiapkannya. Hanya untuk bunga bakung, jali-jali, dan kurma merahnya saja harus direndam semalaman dan mulai direbus keesokan paginya."

"Selain itu, pengaturan apinya sangat penting. Aku nggak sepeka Nona Nadine untuk terus mengawasi api. Hasil masakanku juga nggak akan seperti miliknya, terus ...."

Reagan menyelanya, "Bawakan saus daging sapi."

"Oke, Tuan."

"Kenapa rasanya beda?" Reagan melihat sekilas botol itu. "Kemasannya juga beda."

"Yang sebelumnya sudah habis, hanya tersisa yang ini," jawab Bibi Julia.

"Nanti belikan dua kaleng di supermarket."

"Nggak dijual."

"Hah?" Reagan kebingungan.

Julia tersenyum canggung. "Saus itu buatan Nona Nadine sendiri, aku nggak bisa buat ...."

Prang!

"Hm? Tuan nggak mau makan lagi?"

"Ya."

Melihat sosok punggung Reagan yang naik ke lantai atas, Julia merasa kebingungan. Kenapa tiba-tiba marah?

....

"Dasar pemalas, cepat bangun!"

Nadine berbalik tanpa membuka matanya. "Jangan berisik, aku mau tidur lagi ...."

Kelly sedang memilih tas setelah selesai berdandan, "Sudah hampir jam delapan, kamu nggak pulang untuk buatin sarapan Reagan?"

Dulu, Nadine kadang-kadang juga menginap di tempatnya. Namun sebelum fajar, dia sudah buru-buru pulang. Semua itu demi membuatkan bubur sehat untuk lambung Reagan yang bermasalah.

Kelly merasa tindakannya itu sangat konyol. Memangnya Reagan cacat? Memesan makanan lewat aplikasi memangnya sesusah itu? Dia seharusnya bisa melakukannya sendiri, tapi malah menyusahkan orang lain. Jujur saja, itu cuma kebiasaan buruk yang dibiarkan begitu saja!

Nadine, yang masih terlelap dengan nyaman, hanya melambaikan tangan saat mendengarnya. "Aku nggak pulang. Kami sudah putus."

"Oh, kali ini mau putus berapa hari?"

Nadine terdiam.

"Ya sudah, tidur saja yang tenang. Sarapan ada di meja, aku pergi kerja dulu. Malam ini aku ada janji, jadi nggak usah masak untukku .... Ah, sudahlah, kamu pasti bakal pulang sebentar lagi. Kalau gitu, tolong tutup jendela balkon waktu kamu pergi ya."

Nadine terbangun karena lapar. Dia menikmati sandwich buatan sahabatnya sambil memandangi sinar matahari cerah di luar. Nadine sudah tidak ingat kapan terakhir kalinya dia bisa tidur sampai terbangun sendiri.

Setelah selesai sarapan yang sekaligus menjadi makan siangnya dan mengganti pakaian, Nadine langsung menuju bank. Langkah pertama adalah mencairkan cek 100 miliar itu. Tentu saja, Nadine baru bisa merasa tenang setelah uangnya ada di tangannya.

Kemudian, dia pergi ke bank lain di sebelah. "Aku mau ketemu sama manajer nasabah privat. Aku mau nabung 20 miliar."

Akhirnya kepala bank turun tangan dan memberinya tingkat bunga yang cukup bagus. Nadine meminta tambahan dua poin lagi dan akhirnya mereka mencapai kesepakatan yang memuaskan.

Dengan taktik yang sama, Nadine mengunjungi dua bank lainnya dan masing-masing menyimpan 20 miliar di setiap bank. Tingkat bunga yang didapat dari setiap bank semakin tinggi dari sebelumnya.

Setelah keluar dari pintu bank yang terakhir, Nadine kini memegang tiga kartu hitam dari tiga bank dengan tabungan 60 miliar dan 40 miliar di rekening berjalan.

"Memang keputusan yang bagus untuk putus," gumamnya. Perpisahan ini benar-benar membuatnya kaya mendadak.

Saat melintas di depan sebuah salon yang ramai, Nadine mendorong pintu untuk masuk. Di sana, dia langsung membuat kartu anggota senilai 4 juta agar mendapat prioritas antrean. Saat duduk di depan cermin menatap rambut ikal berwarna cokelat miliknya, untuk pertama kalinya Nadine merasa agak jengah.

"Cantik, rambutmu bagus sekali seperti boneka ...."

Nadine membiarkan rambut ikalnya karena Reagan suka rambut panjang yang berkesan elegan. Setiap kali mereka habis bercinta, tangan Reagan selalu suka memainkan helaian rambutnya. Namun, rambut ikal yang indah berarti harus menghabiskan lebih banyak waktu untuk merawatnya.

Nadine tersenyum tipis, lalu berkata kepada penata rambut, "Tolong pendekkan sedikit, luruskan, dan cat hitam."

Boneka seindah apa pun, pada akhirnya hanya sebuah mainan. Silakan saja bagi siapa pun yang ingin jadi boneka. Namun, Nadine tidak lagi tertarik untuk ikut-ikutan.

Setelah keluar dari salon, Nadine merasa lega. Kebetulan di sebelahnya ada toko baju yang sedang diskon. Jadi, dia langsung masuk dan memilih sepotong kaus putih dan sepasang celana jeans.

Nadine langsung mengenakan pakaian itu saat keluar dari toko. Sepatu olahraga yang dikenakannya hari ini juga sangat cocok dengan penampilannya.

Sambil berjalan, tanpa sadar dia sampai di depan gerbang Universitas Brata. Melihat para mahasiswa yang bersepeda keluar masuk di bawah sinar matahari terbenam, Nadine tertegun sejenak.

"Kak Taufan! Di sini ...."

Seorang pria berjalan melewati Nadine. "Kenapa semuanya di sini?"

"Kami semua mau jenguk Bu Freya, jadi ...."

Taufan berkata, "Terlalu banyak orang, rumah sakit pasti nggak akan izinin masuk. Begini saja, perwakilan dari jurusan bioinformatika, cukup dua orang yang ikut denganku."

Bioinformatika ... Bu Freya ....

Mata Nadine tiba-tiba menajam, dia buru-buru melangkah maju dan bertanya, "Tadi kamu bilang siapa yang sakit?"

Taufan agak gugup melihat gadis yang tampak cantik di depannya, "Bu ... Bu Freya."

"Freya Salim?"

"Ya."

"Di rumah sakit mana?"

"Rumah Sakit Weston."

"Terima kasih."

"Eh ... maaf, kamu dari jurusan mana? Kamu juga murid Bu Freya?"

Pertanyaan pria itu diabaikan oleh Nadine yang sudah melangkah pergi dengan cepat.

Setelah kembali ke apartemennya, hati Nadine tetap tidak bisa tenang. Apa benar si nenek yang selalu marah-marah dan mengetuk kepala orang saat kesal itu jatuh sakit? Seberapa parahnya?

Dia membuka daftar kontak di ponselnya dan menemukan nomor yang disimpan dengan nama "Imelda". Setelah ragu-ragu sejenak, pada akhirnya Nadine tetap tidak berani menekan tombol memanggil.

Dulu, demi memperjuangkan cintanya bersama Reagan, Nadine tidak ragu-ragu merelakan kesempatan untuk melanjutkan program S3. Bahkan setelah lulus sarjana, dia tidak pernah bekerja sehari pun. Dia memilih untuk menjalani hidup sebagai ibu rumah tangga yang seluruh hidupnya berputar di sekitar pria itu.

Freya pasti sangat kecewa.

"Lho? Nadine? Kamu nggak pulang?" tanya Kelly dengan terkejut sambil mengganti sepatunya.

Sudut bibir Nadine berkedut. "Kenapa? Kamu mau ngusir aku?"

"Ckck, ajaib sekali kamu bisa bertahan cukup lama kali ini. Seingatku waktu putus sebelumnya, dalam waktu kurang dari setengah jam kamu langsung pulang setelah ditelepon sama Reagan."

"Ada bubur di panci, ambil saja sendiri," balas Nadine.

Mata Kelly langsung berbinar dan berjalan menuju dapur untuk mengambil semangkuk bubur. Sambil makan, dia berdecak kagum. "Si berengsek Reagan itu bahagia sekali ya, bisa nikmati bubur ini setiap hari ...."

Nadine membalas, "Habis makan ingat cuci piring dan panci. Aku mau tidur dulu."

"Hei, kamu benaran nggak mau pulang?"

Tanggapan yang diterima Kelly hanyalah suara pintu kamar ditutup. Kelly berkomentar, "Kali ini dia lumayan hebat ...."

Sementara itu di Vila Riverside.

"Pak Reagan, pihak bank sudah konfirmasi bahwa Bu Nadine yang ke sana langsung untuk mencairkan cek senilai 100 miliar itu. Waktunya adalah siang ini pukul 12.05 ...."

Reagan menutup telepon itu, lalu menatap pemandangan malam di luar jendela. "Nadine, apa lagi ulahmu kali ini?"

Jika Nadine mengira bisa membuat Reagan kembali dengan cara seperti ini, dia benar-benar salah besar. Hal yang sudah diputuskannya tidak akan bisa diubah lagi.

"Philip, mau keluar untuk minum?"

Setengah jam kemudian, Reagan membuka pintu ruang VIP. Philip yang menyambutnya duluan sambil tersenyum, "Kak Reagan, semuanya sudah datang. Kami sudah nunggu dari tadi. Mau minum apa malam ini?"

Reagan berjalan masuk. Philip tidak bergerak, melainkan melihat ke belakang Reagan.

"Kenapa diam saja?" tanya Reagan.

"Mana Kak Nadine? Lagi parkir?"

Ekspresi Reagan langsung menjadi muram.
Komen (2)
goodnovel comment avatar
Endang Skw
baru baca ni,, bagus juga ceritanya
goodnovel comment avatar
metty lie
bgs crta ny . yuk lanjut ...
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

  • Tak Sudi Merajut Cinta Dengan Mantan   Bab 3

    "Nggak nemu tempat parkir yang bagus ya? Aku keluar untuk bantu ...." Saat menyadari ekspresi Reagan yang muram, Philip baru tersadar. "Hah! Kak Reagan, jangan-jangan ... Kak Nadine masih belum kembali?"Sekarang ini sudah lewat dari tiga jam.Reagan membuka tangannya sambil mengangkat bahu. "Balik apanya? Kamu kira putus itu candaan?" Setelah berkata demikian, dia berjalan melewati Philip dan duduk di sofa.Philip menggaruk kepalanya. Apakah kali ini mereka benar-benar putus? Namun, dia langsung menggelengkan kepala mengenyahkan pemikiran itu. Dia percaya bahwa Reagan tega memutuskan hubungan, tetapi Nadine ....Semua wanita di dunia ini mungkin bisa menerima putus, tapi Nadine sudah pasti tidak bisa. Hal ini adalah fakta yang telah diakui dalam lingkaran pertemanan mereka selama ini."Reagan, kenapa kamu sendirian?" tanya Teddy sambil tersenyum sinis. "Tiga jam sudah lewat, sekarang sudah seharian."Reagan menyeringai, "Aku kalah taruhan, jadi harus terima hukumannya. Apa hukumannya?

    Terakhir Diperbarui : 2024-10-09
  • Tak Sudi Merajut Cinta Dengan Mantan   Bab 4

    Reagan terlalu banyak minum semalam. Selain itu, si berengsek Philip malah mengajaknya untuk minum lagi di tengah malam. Saat Reagan diantar pulang oleh sopir, langit sudah mulai terang.Awalnya dia sudah terkapar di ranjang karena rasa kantuknya yang hebat. Namun, dia tetap memaksakan diri untuk pergi ke kamar mandi dan membersihkan dirinya sebentar.'Kali ini Nadine seharusnya nggak akan marah, 'kan?' batin Reagan dalam pikirannya yang setengah sadar. Saat membuka mata kembali, rasa sakit yang hebat membuatnya terjaga."Ugh ...." Sambil menekan perutnya, Reagan berusaha untuk bangkit."Aku sakit maag! Nad ...." Saat hendak memanggil nama itu, Reagan terhenti seketika. Reagan mengerutkan alisnya sejenak. 'Hebat sekali Nadine kali ini, bahkan lebih keras kepala dari sebelumnya. Baiklah, kita lihat seberapa lama dia bisa bertahan.'Akan tetapi ... di mana letak obatnya?Reagan pergi ke ruang tamu untuk mengobrak-abrik laci dan lemari. Semua laci yang bisa menyimpan barang sudah digeleda

    Terakhir Diperbarui : 2024-10-09
  • Tak Sudi Merajut Cinta Dengan Mantan   Bab 5

    "Kenapa Kak Reagan?" Philip melirik sekilas pria yang sedang minum sendirian. Dia diam-diam menggeser duduknya mendekat ke Teddy. Sejak Reagan masuk, wajahnya sudah tampak muram, membuat suasana yang tadinya ramai mendadak menjadi hening."Diblokir seseorang," ucap Teddy yang mengetahui situasinya, menikmati drama yang sedang terjadi ini. Mendengar komentarnya, wajah Reagan semakin muram.Prang!Gelas di tangannya membentur meja kaca dengan keras. Dengan gusar, dia membuka kancing kemejanya dengan satu tangan."Sudah kubilang jangan sebut namanya lagi. Nggak ngerti bahasa manusia ya?"Teddy mengangkat bahunya dan tidak berkomentar lagi. Suasana langsung berubah. Orang-orang yang tadinya bernyanyi memilih untuk diam. Orang lainnya juga ikut bungkam karena takut memancing kemarahan Reagan.Philip tersedak oleh alkohol yang baru diminumnya. Ternyata Nadine serius kali ini?Stendy yang sudah agak mabuk, berpaling dan menanyakan Philip, "Nadine sudah balik belum?"Philip menggelengkan kepal

    Terakhir Diperbarui : 2024-10-09
  • Tak Sudi Merajut Cinta Dengan Mantan   Bab 6

    "Sudah seharusnya aku minta maaf atas tindakanku yang nggak rasional dan impulsif dulu. Ini adalah utangku padanya."Kelly hampir tersedak anggur yang diminumnya. Dia terbatuk dua kali dan berkata dengan wajah yang penuh penolakan, "Tolong, jangan libatkan aku dalam hal ini, Kak.""Kamu tahu sendiri, satu-satunya mata kuliahku yang gagal dan harus mengulang adalah mata kuliah pilihan dari Bu Freya. Setiap kali ketemu Bu Freya, aku langsung gemetaran. Lagian, aku ini orang yang nggak dikenal. Mungkin dia bahkan sudah lupa siapa aku. Aku benar-benar nggak bisa bantu kamu."Melihat Kelly menghindar seperti itu, Nadine tidak memaksanya lagi."Tapi ...." Mata Kelly berkilat licik dan nada bicaranya berubah, "Aku punya seseorang yang cocok untuk masalah ini.""Hmm?""Kamu masih ingat kakak sepupuku, Arnold, 'kan?"Nadine menyesap sedikit air hangat dan mengangguk. "Tentu saja ingat."Arnold adalah pionir termuda dalam bidang fisika di dalam negeri. Tahun lalu, dia dinobatkan sebagai salah sa

    Terakhir Diperbarui : 2024-10-09
  • Tak Sudi Merajut Cinta Dengan Mantan   Bab 7

    Setelah mendekat, Reagan baru menyadari bahwa rambut bergelombang Nadine yang indah, kini telah diluruskan dan warna rambut favoritnya dulu, kini kembali menjadi hitam pekat. Nadine tidak memakai riasan dan tidak mengenakan sepatu hak tinggi.Dengan hanya memakai kaus putih, penampilannya sangat sederhana. Namun yang paling mencolok adalah matanya, yang tampak lebih cerah dari sebelumnya, tanpa jejak kesedihan atau keterpurukan karena putus cinta.Jika semua ini hanya berpura-pura, Reagan harus mengakui Nadine melakukannya dengan sangat baik. Saking baiknya, hingga itu berhasil membuatnya marah.Nadine mengerutkan kening. Dia terlalu mengenal Reagan. Ekspresi yang dia lihat sekarang adalah tanda bahwa kemarahannya akan segera meledak."Haha," pria itu tertawa sinis, "Tapi selera kamu buruk sekali. Sudah bertahun-tahun bersamaku, seharusnya kamu punya sedikit standar, 'kan? Jangan sampai asal pilih pria, jangan biarkan sembarang orang mendekat. Kalau nggak, di mana harga diriku sebagai

    Terakhir Diperbarui : 2024-10-09
  • Tak Sudi Merajut Cinta Dengan Mantan   Bab 8

    Nadine sudah lama tidak merasakan pengalaman seperti ini, mengerjakan segala sesuatunya sendiri. Selama bertahun-tahun bersama Reagan, meskipun tidak hidup sepenuhnya bergantung pada pria itu, pekerjaan fisik seperti ini memang tidak pernah dilakukan Nadine.Bahkan beberapa tahun lalu saat Reagan baru memulai usahanya dan kondisi keuangan mereka masih ketat, mereka tetap mempekerjakan asisten rumah tangga untuk membersihkan rumah setiap minggu.Setelah selesai mengecat satu kaleng, Nadine menggosok pinggangnya yang terasa pegal. Setelah beberapa tahun hidup nyaman, dia memang sudah tidak terbiasa dengan pekerjaan fisik seperti ini ....Nadine keluar ke lorong bermaksud untuk mengambil sisa cat yang masih di luar. Namun tanpa sengaja, langkahnya terlalu cepat dan kakinya menendang salah satu kaleng cat hingga terguling. Meskipun Nadine sudah berusaha mengatasinya dengan cepat, tetap saja ada sedikit cat yang tumpah di depan pintu tetangga sebelah.Dia buru-buru mengambil pel dan mulai m

    Terakhir Diperbarui : 2024-10-09
  • Tak Sudi Merajut Cinta Dengan Mantan   Bab 9

    Nadine berjalan lebih dulu, sementara Arnold mengikuti dari belakang. Jika dibandingkan dengan kegugupannya semalam, kini Nadine tampak sudah kembali normal.Arnold membawa mobilnya ke depan dan Nadine duduk di kursi penumpang. Dalam perjalanan, mereka melewati sebuah supermarket buah-buahan. Nadine tiba-tiba berkata, "Bisa berhenti sebentar? Aku butuh dua menit untuk beli buah.""Buah?" tanya Arnold."Ya, untuk Bu Freya."Arnold menggenggam setir dengan agak kebingungan. "Memangnya perlu seribet itu?"Nadine menoleh dengan ekspresi sedikit geli. "Kamu selalu berkunjung dengan tangan kosong?"Arnold mengangguk dengan jujur. Nadine diam-diam mengacungkan jempol dalam hati. Luar biasa. Mungkin orang-orang hebat memang begitu ... tidak terlalu peduli dengan hal-hal kecil?Meski demikian, Arnold tetap menepikan mobilnya.....Freya tinggal di Jalan Cempaka, tidak jauh dari Universitas Brata. Deretan rumah kecil bergaya campuran antara desain barat dan timur berjejer di kawasan itu. Masing-

    Terakhir Diperbarui : 2024-10-09
  • Tak Sudi Merajut Cinta Dengan Mantan   Bab 10

    Arnold tetap diam. Baginya, makanan hanyalah sesuatu yang berfungsi untuk mengisi energi, bukan soal rasa. "Sudah selesai dicuci," katanya akhirnya.Nadine melirik sekilas pada paprika merah dan sayuran yang sudah tertata rapi seperti hasil kerja orang yang perfeksionis."Kenapa kamu ketawa?" tanya Arnold bingung. Nadine cepat-cepat berdeham, "Nggak apa-apa, kamu bisa keluar dulu.""Oke." Arnold mengeringkan tangannya, lalu mengangguk sedikit dan keluar dari dapur. Nadine kemudian menyiapkan semeja penuh makanan. Semuanya memiliki cita rasa yang ringan, sesuai dengan selera Freya dan jenis makanan yang bisa dikonsumsinya semasa pemulihan."Terima kasih, kamu masih ingat semuanya ....," komentar Freya dengan rasa syukur.Setelah makan, Nadine langsung mengambil inisiatif untuk membereskan piring dan peralatan makan. Arnold kembali masuk ke dapur untuk membantu dengan sukarela.Dia berdiri di bawah cahaya lampu yang hangat dan bayangannya terlihat memanjang di dapur. Dari sudut pandang N

    Terakhir Diperbarui : 2024-10-09

Bab terbaru

  • Tak Sudi Merajut Cinta Dengan Mantan   Bab 314

    "Olive?" Wilfred memanggilnya sekali lagi."Ada apa?""Tadi kamu telepon agen properti, mau cari rumah ya?"Hati Olive gelisah, takut Wilfred bertanya lebih jauh. Dengan nada ketus, dia menjawab, "Tanya banyak banget sih?! Apa urusannya sama kamu?!"Wilfred merasa sedikit terluka, tapi tidak menunjukkan perasaannya. "Aku 'kan pacarmu, tentu aku peduli.""Aku ini cari pacar, bukan cari bapak.""Kalau kamu merasa aku terlalu cerewet, ya ... aku akan lebih sedikit bicara mulai sekarang." Wilfred berkata hati-hati, takut membuat Olive semakin marah.Melihat Wilfred tidak bertanya lagi soal sewa rumah, Olive diam-diam menghela napas lega. Sikapnya pun mulai melunak. "Berikan padaku." Dia mengulurkan tangan."Apa?""Bubble tea di tanganmu itu, bukannya untukku?""Oh, iya! Hampir lupa ...." Wilfred tersenyum cerah.....Setelah berkutat di laboratorium selama seminggu penuh, akhirnya dua set data berhasil didapatkan. Pekerjaan mereka kini tidak terlalu mendesak lagi. Pada hari Sabtu, Nadine m

  • Tak Sudi Merajut Cinta Dengan Mantan   Bab 313

    Sambil berkata demikian, Nadine menyerahkan kertas dan pena. "Kalau begitu, aku pamit dulu."Stendy hanya bisa tersenyum, "Baik. Sampai jumpa.""Hmm, ayo Pak Arnold. Kedai bubble tea itu kebetulan ada di dekat tempat tinggal kita, cukup menyeberang jalan saja sudah sampai."Terakhir kali dia dan Stendy membahas sesuatu, mereka juga pergi ke tempat itu....."Bubble tea sudah sampai!"Calvin, Kamila, dan Wilfred langsung muncul setelah mendengar kabar itu."Terima kasih, Pak Arnold. Terima kasih juga, Nadine! Membuat dua orang sibuk seperti kalian jadi kurir benar-benar keterlaluan!"Calvin menusukkan sedotan dan mengisapnya dalam-dalam, "Ah, nikmat sekali ...."Kamila mengerutkan dahi, "Seperti itu berlebihan banget nggak, sih?"Wilfred mengambil bubble tea miliknya dan milik Olive, lalu tersenyum sambil mengucapkan terima kasih kepada Arnold dan Nadine. Setelah itu, dia membawanya ke Olive dengan antusias."Olive, ini punyamu.""Oh."Mendengar bahwa Nadine pergi bersama Arnold untuk m

  • Tak Sudi Merajut Cinta Dengan Mantan   Bab 312

    Nadine dan Stendy duduk di samping meja batu dan berbincang tentang sesuatu. Keduanya duduk sangat dekat. Wajah Nadine terlihat serius, sementara Stendy mendengarkan dengan saksama dan sesekali mengangguk.Arnold tidak melewatkan senyum tipis yang muncul di sudut bibir Stendy. Bahkan dari jarak sejauh ini, dia bisa merasakan aura godaan yang memancar. Tatapan Arnold tiba-tiba menjadi lebih dalam.Detik berikutnya, dia mengeluarkan ponsel dan menelepon Calvin."Halo, Arnold, ada apa?""Kamu mau minum bubble tea?""Hah?" Calvin menurunkan ponselnya, memeriksa layar untuk memastikan itu benar-benar Arnold yang menelepon. "Apa maksudnya? Kok tiba-tiba ngomong soal bubble tea?""Mau atau nggak? Aku yang traktir. Kamu bisa tanyakan ke yang lain juga."Calvin langsung berseru dengan suaranya yang keras, "Pak Arnold traktir bubble tea! Siapa yang nggak mau, angkat tangan! Bagus, nggak ada. Jadi kita semua mau.""Baik. Aku akan pergi beli.""Eh ... kenapa nggak pesan saja lewat aplikasi? Kan le

  • Tak Sudi Merajut Cinta Dengan Mantan   Bab 311

    Pukul setengah delapan, Nadine sudah sampai. Orang lain belum datang, tiba-tiba terdengar suara dari ruang istirahat. Diiringi suara langkah kaki, Arnold keluar dari dalam. Mata mereka bertemu, keduanya tertegun.Arnold teringat pelariannya yang tergesa-gesa kemarin, merasa sedikit canggung. Nadine mengingat dirinya yang pura-pura tidur dan tanpa sengaja melihat kejadian itu .... Dia pun merasa tak nyaman."Selamat pagi." Pria itu lebih dulu membuka suara.Nadine mengangguk sedikit, "Pagi."Setelah itu, dia langsung melesat ke meja kerjanya dan mulai sibuk bekerja, sampai-sampai lupa menaruh makan siang yang dibawanya ke dalam kulkas.Arnold berkata, "Kebetulan aku mau ke pantri, aku bantu taruh."Nadine menjawab, "Terima kasih."Saat waktu makan siang, Nadine meninggalkan laboratorium. Baru saja keluar dari gedung, dia melihat Stendy berdiri tidak jauh dengan kedua tangan dimasukkan ke saku.Pria itu mengenakan kemeja dengan gaya santai, kerahnya sedikit terbuka, dipadukan dengan cela

  • Tak Sudi Merajut Cinta Dengan Mantan   Bab 310

    "Waktu ibumu terbuang sia-sia selama ini."Hati Nadine mencelos mendengarnya. Hugo ingin bertemu dengan Irene, tetapi Nadine mengatakan ibunya sedang berada di kota lain. Lagi pula, kontrak Irene dengan Lauren belum berakhir. Nadine tidak ingin merusak mood ibunya.Setelah mendengar tentang kontrak, Hugo langsung meminta salinan elektroniknya dari Nadine. "Nggak usah terburu-buru. Aku akan pelajari kontrak ibumu. Kalau ada apa-apa, aku hubungi kamu. Aku pasti akan tanda tangan kontrak dengan ibumu!"Kalimat terakhir membuat Nadine agak ragu. Bukankah Hugo tidak menandatangani kontrak dengan penulis dan hanya melihat hasil karya?Nadine merasa mungkin Hugo salah bicara atau mungkin dia yang salah dengar. Jadi, dia memutuskan untuk tidak terlalu memikirkannya.Saat melihat putrinya begitu serius, Jeremy segera menghentikan pekerjaannya. "Ada apa, Nad? Apa ibumu ada masalah dengan editor itu?""Ada sedikit masalah, bukan masalah besar. Aku sudah mencari cara untuk mengatasinya. Jangan kas

  • Tak Sudi Merajut Cinta Dengan Mantan   Bab 309

    "Ya sudah. Kamu ini memang sibuk sekali, lebih sibuk daripada dekan ....""Kalau begitu, aku pergi dulu.""Oh ya, aku lupa tanya. Kamu ambil apa tadi?" teriak Calvin kepada Arnold."Pertanyaanmu terlalu banyak."Setelah Arnold pergi, Nadine tidur lagi sebentar. Jika tidak tidur, dia akan mengantuk saat kerja. Hal ini akan memengaruhi efisiensinya.Pukul 2 siang, Nadine bangun dan mencuci wajahnya sebelum kembali ke laboratorium. Kamila dan lainnya juga sudah kembali ke meja masing-masing."Nad, kenapa wajahmu merah? Kamu kepanasan ya?"Nadine segera meraba wajahnya. "Merah ya? Mungkin ....""Bukannya di dalam buka AC? Kenapa kepanasan begini?" tanya Calvin."Aku lupa buka AC hari ini.""Sepertinya kamu dan Pak Arnold sama-sama takut panas. Tadi aku ketemu dia di luar ruang istirahat. Wajahnya juga merah karena kepanasan."Kamila tidak bisa menahan tawa. "Masa sampai seperti itu? Eee, Nad, sepertinya wajahmu semakin merah. Wilfred, buat AC-nya lebih dingin."Nadine tidak bisa berkata-ka

  • Tak Sudi Merajut Cinta Dengan Mantan   Bab 308

    Pada jam istirahat siang, seluruh laboratorium sangat sepi. Arnold membuka pintu ruang istirahatnya, lalu mencuci tangan dan wajahnya di wastafel. Kemudian dia berjalan ke dalam.Pakaian gantinya disimpan di dalam. Arnold membuka pintu, lalu menuju ke lemari sambil membuka kancing kemejanya. Kemudian, dia mengambil pakaian bersih.Nadine terbangun saat Arnold membuka pintu. Ranjang lipatnya diletakkan di belakang pintu. Begitu pintu didorong, Tubuhnya pun terhalangi.Namun, itu bukan berarti sosoknya tak terlihat. Jadi, begitu membuka matanya, Nadine bisa melihat Arnold sedang melepaskan kemejanya.Nadine pun terkejut, tidak tahu harus memperingatkan Arnold bahwa dia ada di sini atau tidak. Kini, Arnold telanjang dada.Ketika melihat situasi ini, Nadine tahu berbicara hanya akan membuat mereka merasa canggung. Dia memilih untuk memejamkan mata dan berpura-pura tidur.Nadine bisa melihat otot-otot Arnold yang kekar. Bahunya lebar dan pinggangnya ramping. Pemandangan ini terus terbayang

  • Tak Sudi Merajut Cinta Dengan Mantan   Bab 307

    Eva marah hingga hampir menangis. Dengan suara serak, dia berteriak, "Aku bilang aku nggak punya uang! Nggak punya uang! Pokoknya nggak punya uang! Sekalipun kamu membunuhku, aku tetap nggak punya uang! Kamu mau apa?"Yang terdengar oleh Lupita hanya tiga kata, yaitu tidak punya uang."Kalau nggak punya uang, tidur saja sama pria! Setelah itu, kamu dapat uang, 'kan? Aku sudah ajarin kamu ini dari kecil! Kenapa masih nggak ngerti?""Pria dari mana? Nggak ada lagi yang mau sama aku! Aku mau tidur sama siapa?" pekik Eva.Lupita akhirnya menangkap ada yang aneh dari nada bicara Eva. Karena hal ini menyangkut masa depannya, apakah dia masih bisa mendapat uang dari Eva atau tidak, jadi dia meninggalkan mejanya dan mencari tempat yang lebih sepi."Maksudmu gimana? Kenapa bilang nggak ada yang mau sama kamu lagi? Pacar kayamu itu mana? Bukannya waktu itu kamu bilang bakal segera nikah sama orang kaya? Apa yang terjadi? Apa pernikahanmu dibatalkan?"Ketika mendengar suara ibunya yang emosional,

  • Tak Sudi Merajut Cinta Dengan Mantan   Bab 306

    Teman asramanya."Eva, kenapa kamu jadi kurus begini?" Zovein meraih tangan Eva yang dingin dan kaku. "Kudengar kamu keguguran. Kamu harus istirahat dengan baik supaya nggak jadi penyakit. Jangan ...."Begitu mendengar kata keguguran, tatapan Eva langsung menjadi tajam. "Kamu bilang siapa keguguran?"Zovein termangu."Kamu yang keguguran! Aku baik-baik saja. Aku nggak apa-apa!""Eva, kamu ....""Kamu datang untuk mentertawaiku ya? Jangan mimpi!" Eva duduk tegak. Tubuhnya dipenuhi penolakan. "Kamu kira kamu bisa menginjakku karena situasiku seperti ini?""Zovein, singkirkan ekspresi kasihanmu itu. Kamu kira aku nggak tahu kamu iri karena aku punya pacar kaya?""Asal kamu tahu, aku jauh lebih hebat darimu. Meskipun aku di rumah sakit sekarang, aku pernah memiliki sesuatu yang nggak bakal pernah kamu miliki seumur hidup!"Zovein tidak bisa merespons. Dia tidak mengerti kenapa Eva menggila seperti ini.Eva terkekeh-kekeh. "Kamu nggak tulus ingin menjengukku. Kamu cuma ingin kenal orang kay

DMCA.com Protection Status