Share

Bab 2

Di meja makan.

Reagan bertanya, "Kenapa nggak ada bubur?"

"Maksud Tuan, bubur untuk kesehatan lambung ya?"

"Bubur untuk kesehatan lambung?" tanya Reagan lagi.

"Ya, bubur yang sering dimasak Nona Nadine. Bubur millet dicampur ubi, bunga bakung, dan kurma merah, 'kan? Wah, aku nggak sempat menyiapkannya. Hanya untuk bunga bakung, jali-jali, dan kurma merahnya saja harus direndam semalaman dan mulai direbus keesokan paginya."

"Selain itu, pengaturan apinya sangat penting. Aku nggak sepeka Nona Nadine untuk terus mengawasi api. Hasil masakanku juga nggak akan seperti miliknya, terus ...."

Reagan menyelanya, "Bawakan saus daging sapi."

"Oke, Tuan."

"Kenapa rasanya beda?" Reagan melihat sekilas botol itu. "Kemasannya juga beda."

"Yang sebelumnya sudah habis, hanya tersisa yang ini," jawab Bibi Julia.

"Nanti belikan dua kaleng di supermarket."

"Nggak dijual."

"Hah?" Reagan kebingungan.

Julia tersenyum canggung. "Saus itu buatan Nona Nadine sendiri, aku nggak bisa buat ...."

Prang!

"Hm? Tuan nggak mau makan lagi?"

"Ya."

Melihat sosok punggung Reagan yang naik ke lantai atas, Julia merasa kebingungan. Kenapa tiba-tiba marah?

....

"Dasar pemalas, cepat bangun!"

Nadine berbalik tanpa membuka matanya. "Jangan berisik, aku mau tidur lagi ...."

Kelly sedang memilih tas setelah selesai berdandan, "Sudah hampir jam delapan, kamu nggak pulang untuk buatin sarapan Reagan?"

Dulu, Nadine kadang-kadang juga menginap di tempatnya. Namun sebelum fajar, dia sudah buru-buru pulang. Semua itu demi membuatkan bubur sehat untuk lambung Reagan yang bermasalah.

Kelly merasa tindakannya itu sangat konyol. Memangnya Reagan cacat? Memesan makanan lewat aplikasi memangnya sesusah itu? Dia seharusnya bisa melakukannya sendiri, tapi malah menyusahkan orang lain. Jujur saja, itu cuma kebiasaan buruk yang dibiarkan begitu saja!

Nadine, yang masih terlelap dengan nyaman, hanya melambaikan tangan saat mendengarnya. "Aku nggak pulang. Kami sudah putus."

"Oh, kali ini mau putus berapa hari?"

Nadine terdiam.

"Ya sudah, tidur saja yang tenang. Sarapan ada di meja, aku pergi kerja dulu. Malam ini aku ada janji, jadi nggak usah masak untukku .... Ah, sudahlah, kamu pasti bakal pulang sebentar lagi. Kalau gitu, tolong tutup jendela balkon waktu kamu pergi ya."

Nadine terbangun karena lapar. Dia menikmati sandwich buatan sahabatnya sambil memandangi sinar matahari cerah di luar. Nadine sudah tidak ingat kapan terakhir kalinya dia bisa tidur sampai terbangun sendiri.

Setelah selesai sarapan yang sekaligus menjadi makan siangnya dan mengganti pakaian, Nadine langsung menuju bank. Langkah pertama adalah mencairkan cek 100 miliar itu. Tentu saja, Nadine baru bisa merasa tenang setelah uangnya ada di tangannya.

Kemudian, dia pergi ke bank lain di sebelah. "Aku mau ketemu sama manajer nasabah privat. Aku mau nabung 20 miliar."

Akhirnya kepala bank turun tangan dan memberinya tingkat bunga yang cukup bagus. Nadine meminta tambahan dua poin lagi dan akhirnya mereka mencapai kesepakatan yang memuaskan.

Dengan taktik yang sama, Nadine mengunjungi dua bank lainnya dan masing-masing menyimpan 20 miliar di setiap bank. Tingkat bunga yang didapat dari setiap bank semakin tinggi dari sebelumnya.

Setelah keluar dari pintu bank yang terakhir, Nadine kini memegang tiga kartu hitam dari tiga bank dengan tabungan 60 miliar dan 40 miliar di rekening berjalan.

"Memang keputusan yang bagus untuk putus," gumamnya. Perpisahan ini benar-benar membuatnya kaya mendadak.

Saat melintas di depan sebuah salon yang ramai, Nadine mendorong pintu untuk masuk. Di sana, dia langsung membuat kartu anggota senilai 4 juta agar mendapat prioritas antrean. Saat duduk di depan cermin menatap rambut ikal berwarna cokelat miliknya, untuk pertama kalinya Nadine merasa agak jengah.

"Cantik, rambutmu bagus sekali seperti boneka ...."

Nadine membiarkan rambut ikalnya karena Reagan suka rambut panjang yang berkesan elegan. Setiap kali mereka habis bercinta, tangan Reagan selalu suka memainkan helaian rambutnya. Namun, rambut ikal yang indah berarti harus menghabiskan lebih banyak waktu untuk merawatnya.

Nadine tersenyum tipis, lalu berkata kepada penata rambut, "Tolong pendekkan sedikit, luruskan, dan cat hitam."

Boneka seindah apa pun, pada akhirnya hanya sebuah mainan. Silakan saja bagi siapa pun yang ingin jadi boneka. Namun, Nadine tidak lagi tertarik untuk ikut-ikutan.

Setelah keluar dari salon, Nadine merasa lega. Kebetulan di sebelahnya ada toko baju yang sedang diskon. Jadi, dia langsung masuk dan memilih sepotong kaus putih dan sepasang celana jeans.

Nadine langsung mengenakan pakaian itu saat keluar dari toko. Sepatu olahraga yang dikenakannya hari ini juga sangat cocok dengan penampilannya.

Sambil berjalan, tanpa sadar dia sampai di depan gerbang Universitas Brata. Melihat para mahasiswa yang bersepeda keluar masuk di bawah sinar matahari terbenam, Nadine tertegun sejenak.

"Kak Taufan! Di sini ...."

Seorang pria berjalan melewati Nadine. "Kenapa semuanya di sini?"

"Kami semua mau jenguk Bu Freya, jadi ...."

Taufan berkata, "Terlalu banyak orang, rumah sakit pasti nggak akan izinin masuk. Begini saja, perwakilan dari jurusan bioinformatika, cukup dua orang yang ikut denganku."

Bioinformatika ... Bu Freya ....

Mata Nadine tiba-tiba menajam, dia buru-buru melangkah maju dan bertanya, "Tadi kamu bilang siapa yang sakit?"

Taufan agak gugup melihat gadis yang tampak cantik di depannya, "Bu ... Bu Freya."

"Freya Salim?"

"Ya."

"Di rumah sakit mana?"

"Rumah Sakit Weston."

"Terima kasih."

"Eh ... maaf, kamu dari jurusan mana? Kamu juga murid Bu Freya?"

Pertanyaan pria itu diabaikan oleh Nadine yang sudah melangkah pergi dengan cepat.

Setelah kembali ke apartemennya, hati Nadine tetap tidak bisa tenang. Apa benar si nenek yang selalu marah-marah dan mengetuk kepala orang saat kesal itu jatuh sakit? Seberapa parahnya?

Dia membuka daftar kontak di ponselnya dan menemukan nomor yang disimpan dengan nama "Imelda". Setelah ragu-ragu sejenak, pada akhirnya Nadine tetap tidak berani menekan tombol memanggil.

Dulu, demi memperjuangkan cintanya bersama Reagan, Nadine tidak ragu-ragu merelakan kesempatan untuk melanjutkan program S3. Bahkan setelah lulus sarjana, dia tidak pernah bekerja sehari pun. Dia memilih untuk menjalani hidup sebagai ibu rumah tangga yang seluruh hidupnya berputar di sekitar pria itu.

Freya pasti sangat kecewa.

"Lho? Nadine? Kamu nggak pulang?" tanya Kelly dengan terkejut sambil mengganti sepatunya.

Sudut bibir Nadine berkedut. "Kenapa? Kamu mau ngusir aku?"

"Ckck, ajaib sekali kamu bisa bertahan cukup lama kali ini. Seingatku waktu putus sebelumnya, dalam waktu kurang dari setengah jam kamu langsung pulang setelah ditelepon sama Reagan."

"Ada bubur di panci, ambil saja sendiri," balas Nadine.

Mata Kelly langsung berbinar dan berjalan menuju dapur untuk mengambil semangkuk bubur. Sambil makan, dia berdecak kagum. "Si berengsek Reagan itu bahagia sekali ya, bisa nikmati bubur ini setiap hari ...."

Nadine membalas, "Habis makan ingat cuci piring dan panci. Aku mau tidur dulu."

"Hei, kamu benaran nggak mau pulang?"

Tanggapan yang diterima Kelly hanyalah suara pintu kamar ditutup. Kelly berkomentar, "Kali ini dia lumayan hebat ...."

Sementara itu di Vila Riverside.

"Pak Reagan, pihak bank sudah konfirmasi bahwa Bu Nadine yang ke sana langsung untuk mencairkan cek senilai 100 miliar itu. Waktunya adalah siang ini pukul 12.05 ...."

Reagan menutup telepon itu, lalu menatap pemandangan malam di luar jendela. "Nadine, apa lagi ulahmu kali ini?"

Jika Nadine mengira bisa membuat Reagan kembali dengan cara seperti ini, dia benar-benar salah besar. Hal yang sudah diputuskannya tidak akan bisa diubah lagi.

"Philip, mau keluar untuk minum?"

Setengah jam kemudian, Reagan membuka pintu ruang VIP. Philip yang menyambutnya duluan sambil tersenyum, "Kak Reagan, semuanya sudah datang. Kami sudah nunggu dari tadi. Mau minum apa malam ini?"

Reagan berjalan masuk. Philip tidak bergerak, melainkan melihat ke belakang Reagan.

"Kenapa diam saja?" tanya Reagan.

"Mana Kak Nadine? Lagi parkir?"

Ekspresi Reagan langsung menjadi muram.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status