Share

Tak Sudi Merajut Cinta Dengan Mantan
Tak Sudi Merajut Cinta Dengan Mantan
Author: Patricia

Bab 1

Semua teman dekat di lingkungan pertemanan mereka tahu bahwa Nadine Wicaksono sangat mencintai Reagan Yudhistira. Saking cintanya, Nadine sampai tidak punya kehidupannya sendiri, seolah-olah ingin berada di dekatnya selama 24 jam sehari.

Setiap kali mereka putus, belum sampai tiga hari saja Nadine akan kembali untuk meminta balikan. Di dunia ini, siapa pun mungkin bisa mengatakan kata "putus", kecuali Nadine. Ketika Reagan masuk sambil memeluk kekasih barunya, ruangan itu menjadi hening selama lima detik.

Gerakan Nadine yang sedang mengupas jeruk terhenti, "Kenapa kalian semua diam? Kenapa pada lihat aku?"

"Nadine ...." Teman-temannya memandangnya dengan tatapan khawatir.

Namun Reagan tetap santai memeluk wanita itu dan langsung duduk di sofa. "Selamat ulang tahun, Philip" ucapnya. Begitu terang-terangan, seolah-olah tidak terjadi apa pun.

Nadine langsung berdiri. Ini hari ulang tahun Philip, jadi dia tidak ingin membuat kekacauan. "Aku ke toilet sebentar." Saat menutup pintu, dia mendengar percakapan di dalam ruangan.

"Reagan, Kak Nadine ada di sini. Aku sudah kasih tahu kamu sebelumnya, 'kan? Kenapa kamu masih tetap bawa wanita itu?"

"Iya! Reagan, kamu benar-benar keterlaluan kali ini."

"Nggak masalah." Reagan melepaskan pelukannya dari pinggang ramping wanita itu, lalu menyalakan rokok. Di tengah asap yang mengepul, dia tersenyum, seperti seorang petualang yang bermain-main dengan hidupnya.

Nadine tidak lagi mendengar ucapan mereka selanjutnya karena pintu sudah tertutup. Dia keluar dari toilet dengan tenang setelah selesai menggunakannya. Saat merapikan riasannya, Nadine melihat dirinya di cermin dan tersenyum samar.

"Jelek sekali."

Hidupnya benar-benar jelek. Nadine menarik napas dalam-dalam dan diam-diam membuat keputusan dalam hati.

Namun, ketika Nadine kembali ke ruang VIP dan mendorong pintu, pemandangan yang dilihatnya membuatnya menggenggam erat pegangan pintu dan hampir kehilangan kendali emosinya. Reagan sedang menempelkan bibirnya ke bibir wanita itu, sampai membasahi tisu yang berada di antara mereka.

Suara tawa dan bersorakan di sekitarnya.

"Sialan! Reagan memang jago main!"

"Nempel tuh!"

"Suasananya sudah jadi begini, kasih ciuman dong buat kita semua!"

Tangan Nadine yang menggenggam pegangan pintu langsung gemetaran. Itulah pria yang dicintainya selama enam tahun. Pada saat itu, dia hanya merasa semua ini sangat ironis.

"Hei, bermain lagi ...." Seseorang mengingatkan dengan suara pelan, sambil memberi isyarat ke arah pintu. Semua orang serempak menoleh ke arah yang ditunjuknya.

"Nadine, kamu sudah balik? Tadi cuma bercanda, jangan tersinggung ...."

Namun, Reagan memotong penjelasan itu dengan tenang sambil menatapnya dengan datar. "Nadine, kebetulan kamu di sini, kita bicarakan saja sekarang."

"Ya, ngomong saja."

"Selama bertahun-tahun ini, kita sudah bolak-balik putus dan itu cukup membosankan. Hubungan kita juga sudah lama mendingin."

Nadine mengepalkan jarinya. Kukunya menancap ke telapak tangannya, tapi dia seolah-olah tidak merasakan sakitnya. Hubungan selama enam tahun akhirnya hanya mendapatkan sebuah kalimat "sudah mendingin."

"Eva adalah gadis yang baik, aku ingin kasih status yang jelas buat dia" lanjut Reagan.

Nadine mengangguk dengan wajah tanpa ekspresi, "Oke."

"Walaupun sudah putus, kita tetap temanan. Kalau nanti kamu ada kesulitan, kamu masih bisa cari aku" timpal Reagan lagi.

"Nggak perlu." Nadine tersenyum tipis, lalu berkata dengan suara yang nyaris tak terdengar, "Kalau sudah putus, sebaiknya putus dengan tuntas saja. Supaya adil juga buat gadis itu."

Reagan mengangkat alisnya, tampak agak terkejut.

"Philip" panggil Nadine seraya menoleh ke arah Phililp yang merupakan pemeran utamadalam acara hari ini.

"Selamat ulang tahun. Semoga kalian bersenang-senang, aku pamit dulu. Jeruk yang di meja itu aku yang kupas. Kalian makan saja, jangan sampai terbuang."

Reagan tidak suka makan buah, kecuali jeruk. Namun, dia sangat pemilih. Semua bagian serat yang putih di kulit jeruk harus dibersihkan sebelum dia mau memakannya. Selama bertahun-tahun ini, Nadine yang mengupaskan buah untuk Reagan setiap hari untuk memenuhi kebutuhan vitaminnya.

Nadine selalu mengupas semuanya hingga bersih, lalu diletakkan di atas piring dan menyajikannya ke hadapan Reagan. Saat Reagan merasa senang, dia akan memeluk Nadine dan menciumnya dengan manja. "Pacarku baik banget, sih? Kenapa lembut sekali? Mau kunikahi ya?"

Reagan tahu apa yang diinginkan Nadine, tetapi dia tidak pernah memberikannya.

Reagan menawarkan, "Kusuruh sopir untuk antarin kamu."

"Nggak usah, aku sudah manggil taksi."

Philip mengusulkan, "Kak Nadine, kuantarkan sampai ke pintu depan."

Nadine menolaknya sambil melambaikan tangan, lalu berbalik dan pergi dari tempat itu.

"Kak Reagan, lihat suasananya jadi begini .... Sepertinya Kak Nadine benaran marah kali ini."

"Nggak separah itu, kok."

"Iya nih! Sudah berapa kali mereka ribut? Setiap kali Nadine selalu balik lagi beberapa hari kemudian. Saat ketemuan lagi lain kali, mereka kelihatan baik-baik saja."

"Kali ini, aku taruhan lima hari."

"Aku enam hari."

Reagan melihat sekilas pintu ruangan yang tidak tertutup itu sambil tersenyum dingin. "Aku taruhan, dia bakal datang cari aku lagi dalam tiga jam."

"Oke, Kak Reagan pasti menang. Seluruh dunia tahu seberapa besarnya cinta Nadine sama dia."

"Haeh, kenapa nggak ada wanita sesetia itu samaku, ya?"

"Kamu? Minggir sana!"

"Hahaha ...."

....

Saat kembali ke vila, sudah lewat tengah malam. Nadine menghabiskan setengah jam untuk berkemas. Dia telah tinggal di sini selama tiga tahun dan kini hanya sebuah koper kecil yang perlu dibawa. Pakaian desainer bermerek yang belum pernah dia kenakan, serta perhiasan yang belum pernah dipakainya, semuanya dia biarkan di tempatnya.

Satu-satunya hal yang tidak rela ditinggalkannya adalah deretan buku profesional yang memenuhi dinding. Namun untungnya, semua isi buku itu sudah ada di otaknya, jadi bentuk fisiknya tidak lagi terlalu penting.

Matanya tertuju pada meja rias. Nadine berjalan mendekat dan membuka laci. Di dalamnya tergeletak sebuah cek senilai 100 miliar. Di bawah cek itu, terdapat sebuah dokumen ... Kontrak Pengalihan Tanah Lot 3-5 di Kawasan 72, Pinggiran Kota Timur.

Meskipun di pinggiran kota, nilainya diperkirakan mencapai 40 miliar. Kedua dokumen ini telah ditandatangani oleh Reagan dan ditinggalkannya di laci saat keduanya hampir putus sebelumnya. Dia yakin Nadine tidak akan berani mengambilnya. Sebab, begitu Nadine mengambilnya, hubungan mereka akan benar-benar berakhir.

Enam tahun ditukar dengan 140 miliar? Nadine tiba-tiba merasa itu bukan kesepakatan yang buruk. Berapa banyak wanita yang bisa mendapatkan biaya ganti rugi masa mudanya sebesar itu? Dia memasukkan kedua dokumen itu ke dalam tasnya.

Lagi pula, Nadine sudah memberikan dirinya, kenapa tidak ambil saja semuanya sekaligus? Perasaannya sudah hilang, tapi setidaknya dia masih punya uang. Dia bukanlah karakter utama dalam cerita romansa di mana sang gadis polos memandang uang sebagai sesuatu yang tak berarti.

"Halo, perusahaan kebersihan? Kalian masih terima pesanan?"

"Ya .... Pembersihan secara menyeluruh, aku tambah komisinya."

Nadine meninggalkan kunci di dekat pintu masuk dan naik taksi, langsung menuju rumah sahabatnya. Di perjalanan, bibi pembersih menelepon lagi untuk memastikan, "Nona, barang-barang ini semua nggak mau diambil?"

"Ya, kamu urus saja" jawab Nadine singkat sebelum menutup telepon.

Ketika Reagan pulang ke rumah, sudah larut malam. Bibi pembersih sudah lama selesai membereskan rumah dan pergi. Aroma parfum yang menyengat membuat kepalanya pusing. Dia melonggarkan kerah bajunya, berniat duduk sebentar di sofa, tetapi akhirnya tertidur di sana.

Keesokan paginya, suara piring dan peralatan dapur yang familier terdengar dari arah dapur.

Reagan mengangkat selimut dan duduk sambil memijat pelipisnya, lalu meraih gelas air.

Namun, tangannya tidak menemukan apa pun di sana. Dia berhenti sejenak di atas meja kopi dengan terkejut. Kemudian, sudut bibirnya menyunggingkan senyuman.

Padahal Nadine sudah datang dan menyelimutinya, tapi kenapa tidak sekalian menyediakan teh penghilang mabuk? Apakah Nadine belum bosan melakukan "perlawanan yang setengah hati" ini setelah sekian tahun? Hah ....

Reagan berdiri dan berkata, "Sebaiknya hari ini kamu ...."

"Tuan Muda sudah bangun?"

"Bi Julia?"

"Tuan Muda cuci muka dulu, sebentar lagi sarapan selesai. Oh, tadi malam tidur nyenyak, 'kan? Aku sudah nyalakan pemanas, tapi tetap merasa nggak tenang, jadi kutambahkan satu selimut lagi."

"Hm ...."

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status