Share

Tak Sudi Merajut Cinta Dengan Mantan
Tak Sudi Merajut Cinta Dengan Mantan
Penulis: Patricia

Bab 1

Penulis: Patricia
Semua teman dekat di lingkungan pertemanan mereka tahu bahwa Nadine Wicaksono sangat mencintai Reagan Yudhistira. Saking cintanya, Nadine sampai tidak punya kehidupannya sendiri, seolah-olah ingin berada di dekatnya selama 24 jam sehari.

Setiap kali mereka putus, belum sampai tiga hari saja Nadine akan kembali untuk meminta balikan. Di dunia ini, siapa pun mungkin bisa mengatakan kata "putus", kecuali Nadine. Ketika Reagan masuk sambil memeluk kekasih barunya, ruangan itu menjadi hening selama lima detik.

Gerakan Nadine yang sedang mengupas jeruk terhenti, "Kenapa kalian semua diam? Kenapa pada lihat aku?"

"Nadine ...." Teman-temannya memandangnya dengan tatapan khawatir.

Namun Reagan tetap santai memeluk wanita itu dan langsung duduk di sofa. "Selamat ulang tahun, Philip" ucapnya. Begitu terang-terangan, seolah-olah tidak terjadi apa pun.

Nadine langsung berdiri. Ini hari ulang tahun Philip, jadi dia tidak ingin membuat kekacauan. "Aku ke toilet sebentar." Saat menutup pintu, dia mendengar percakapan di dalam ruangan.

"Reagan, Kak Nadine ada di sini. Aku sudah kasih tahu kamu sebelumnya, 'kan? Kenapa kamu masih tetap bawa wanita itu?"

"Iya! Reagan, kamu benar-benar keterlaluan kali ini."

"Nggak masalah." Reagan melepaskan pelukannya dari pinggang ramping wanita itu, lalu menyalakan rokok. Di tengah asap yang mengepul, dia tersenyum, seperti seorang petualang yang bermain-main dengan hidupnya.

Nadine tidak lagi mendengar ucapan mereka selanjutnya karena pintu sudah tertutup. Dia keluar dari toilet dengan tenang setelah selesai menggunakannya. Saat merapikan riasannya, Nadine melihat dirinya di cermin dan tersenyum samar.

"Jelek sekali."

Hidupnya benar-benar jelek. Nadine menarik napas dalam-dalam dan diam-diam membuat keputusan dalam hati.

Namun, ketika Nadine kembali ke ruang VIP dan mendorong pintu, pemandangan yang dilihatnya membuatnya menggenggam erat pegangan pintu dan hampir kehilangan kendali emosinya. Reagan sedang menempelkan bibirnya ke bibir wanita itu, sampai membasahi tisu yang berada di antara mereka.

Suara tawa dan bersorakan di sekitarnya.

"Sialan! Reagan memang jago main!"

"Nempel tuh!"

"Suasananya sudah jadi begini, kasih ciuman dong buat kita semua!"

Tangan Nadine yang menggenggam pegangan pintu langsung gemetaran. Itulah pria yang dicintainya selama enam tahun. Pada saat itu, dia hanya merasa semua ini sangat ironis.

"Hei, bermain lagi ...." Seseorang mengingatkan dengan suara pelan, sambil memberi isyarat ke arah pintu. Semua orang serempak menoleh ke arah yang ditunjuknya.

"Nadine, kamu sudah balik? Tadi cuma bercanda, jangan tersinggung ...."

Namun, Reagan memotong penjelasan itu dengan tenang sambil menatapnya dengan datar. "Nadine, kebetulan kamu di sini, kita bicarakan saja sekarang."

"Ya, ngomong saja."

"Selama bertahun-tahun ini, kita sudah bolak-balik putus dan itu cukup membosankan. Hubungan kita juga sudah lama mendingin."

Nadine mengepalkan jarinya. Kukunya menancap ke telapak tangannya, tapi dia seolah-olah tidak merasakan sakitnya. Hubungan selama enam tahun akhirnya hanya mendapatkan sebuah kalimat "sudah mendingin."

"Eva adalah gadis yang baik, aku ingin kasih status yang jelas buat dia" lanjut Reagan.

Nadine mengangguk dengan wajah tanpa ekspresi, "Oke."

"Walaupun sudah putus, kita tetap temanan. Kalau nanti kamu ada kesulitan, kamu masih bisa cari aku" timpal Reagan lagi.

"Nggak perlu." Nadine tersenyum tipis, lalu berkata dengan suara yang nyaris tak terdengar, "Kalau sudah putus, sebaiknya putus dengan tuntas saja. Supaya adil juga buat gadis itu."

Reagan mengangkat alisnya, tampak agak terkejut.

"Philip" panggil Nadine seraya menoleh ke arah Phililp yang merupakan pemeran utamadalam acara hari ini.

"Selamat ulang tahun. Semoga kalian bersenang-senang, aku pamit dulu. Jeruk yang di meja itu aku yang kupas. Kalian makan saja, jangan sampai terbuang."

Reagan tidak suka makan buah, kecuali jeruk. Namun, dia sangat pemilih. Semua bagian serat yang putih di kulit jeruk harus dibersihkan sebelum dia mau memakannya. Selama bertahun-tahun ini, Nadine yang mengupaskan buah untuk Reagan setiap hari untuk memenuhi kebutuhan vitaminnya.

Nadine selalu mengupas semuanya hingga bersih, lalu diletakkan di atas piring dan menyajikannya ke hadapan Reagan. Saat Reagan merasa senang, dia akan memeluk Nadine dan menciumnya dengan manja. "Pacarku baik banget, sih? Kenapa lembut sekali? Mau kunikahi ya?"

Reagan tahu apa yang diinginkan Nadine, tetapi dia tidak pernah memberikannya.

Reagan menawarkan, "Kusuruh sopir untuk antarin kamu."

"Nggak usah, aku sudah manggil taksi."

Philip mengusulkan, "Kak Nadine, kuantarkan sampai ke pintu depan."

Nadine menolaknya sambil melambaikan tangan, lalu berbalik dan pergi dari tempat itu.

"Kak Reagan, lihat suasananya jadi begini .... Sepertinya Kak Nadine benaran marah kali ini."

"Nggak separah itu, kok."

"Iya nih! Sudah berapa kali mereka ribut? Setiap kali Nadine selalu balik lagi beberapa hari kemudian. Saat ketemuan lagi lain kali, mereka kelihatan baik-baik saja."

"Kali ini, aku taruhan lima hari."

"Aku enam hari."

Reagan melihat sekilas pintu ruangan yang tidak tertutup itu sambil tersenyum dingin. "Aku taruhan, dia bakal datang cari aku lagi dalam tiga jam."

"Oke, Kak Reagan pasti menang. Seluruh dunia tahu seberapa besarnya cinta Nadine sama dia."

"Haeh, kenapa nggak ada wanita sesetia itu samaku, ya?"

"Kamu? Minggir sana!"

"Hahaha ...."

....

Saat kembali ke vila, sudah lewat tengah malam. Nadine menghabiskan setengah jam untuk berkemas. Dia telah tinggal di sini selama tiga tahun dan kini hanya sebuah koper kecil yang perlu dibawa. Pakaian desainer bermerek yang belum pernah dia kenakan, serta perhiasan yang belum pernah dipakainya, semuanya dia biarkan di tempatnya.

Satu-satunya hal yang tidak rela ditinggalkannya adalah deretan buku profesional yang memenuhi dinding. Namun untungnya, semua isi buku itu sudah ada di otaknya, jadi bentuk fisiknya tidak lagi terlalu penting.

Matanya tertuju pada meja rias. Nadine berjalan mendekat dan membuka laci. Di dalamnya tergeletak sebuah cek senilai 100 miliar. Di bawah cek itu, terdapat sebuah dokumen ... Kontrak Pengalihan Tanah Lot 3-5 di Kawasan 72, Pinggiran Kota Timur.

Meskipun di pinggiran kota, nilainya diperkirakan mencapai 40 miliar. Kedua dokumen ini telah ditandatangani oleh Reagan dan ditinggalkannya di laci saat keduanya hampir putus sebelumnya. Dia yakin Nadine tidak akan berani mengambilnya. Sebab, begitu Nadine mengambilnya, hubungan mereka akan benar-benar berakhir.

Enam tahun ditukar dengan 140 miliar? Nadine tiba-tiba merasa itu bukan kesepakatan yang buruk. Berapa banyak wanita yang bisa mendapatkan biaya ganti rugi masa mudanya sebesar itu? Dia memasukkan kedua dokumen itu ke dalam tasnya.

Lagi pula, Nadine sudah memberikan dirinya, kenapa tidak ambil saja semuanya sekaligus? Perasaannya sudah hilang, tapi setidaknya dia masih punya uang. Dia bukanlah karakter utama dalam cerita romansa di mana sang gadis polos memandang uang sebagai sesuatu yang tak berarti.

"Halo, perusahaan kebersihan? Kalian masih terima pesanan?"

"Ya .... Pembersihan secara menyeluruh, aku tambah komisinya."

Nadine meninggalkan kunci di dekat pintu masuk dan naik taksi, langsung menuju rumah sahabatnya. Di perjalanan, bibi pembersih menelepon lagi untuk memastikan, "Nona, barang-barang ini semua nggak mau diambil?"

"Ya, kamu urus saja" jawab Nadine singkat sebelum menutup telepon.

Ketika Reagan pulang ke rumah, sudah larut malam. Bibi pembersih sudah lama selesai membereskan rumah dan pergi. Aroma parfum yang menyengat membuat kepalanya pusing. Dia melonggarkan kerah bajunya, berniat duduk sebentar di sofa, tetapi akhirnya tertidur di sana.

Keesokan paginya, suara piring dan peralatan dapur yang familier terdengar dari arah dapur.

Reagan mengangkat selimut dan duduk sambil memijat pelipisnya, lalu meraih gelas air.

Namun, tangannya tidak menemukan apa pun di sana. Dia berhenti sejenak di atas meja kopi dengan terkejut. Kemudian, sudut bibirnya menyunggingkan senyuman.

Padahal Nadine sudah datang dan menyelimutinya, tapi kenapa tidak sekalian menyediakan teh penghilang mabuk? Apakah Nadine belum bosan melakukan "perlawanan yang setengah hati" ini setelah sekian tahun? Hah ....

Reagan berdiri dan berkata, "Sebaiknya hari ini kamu ...."

"Tuan Muda sudah bangun?"

"Bi Julia?"

"Tuan Muda cuci muka dulu, sebentar lagi sarapan selesai. Oh, tadi malam tidur nyenyak, 'kan? Aku sudah nyalakan pemanas, tapi tetap merasa nggak tenang, jadi kutambahkan satu selimut lagi."

"Hm ...."
Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi
Komen (2)
goodnovel comment avatar
Salsabilla Kim
balas aja perbuatan Reagan ke kamu Nadine. masa kamu mau digitukan terus selama 6 tahun.
goodnovel comment avatar
Yuni
cerita nya menarik
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

  • Tak Sudi Merajut Cinta Dengan Mantan   Bab 2

    Di meja makan.Reagan bertanya, "Kenapa nggak ada bubur?""Maksud Tuan, bubur untuk kesehatan lambung ya?""Bubur untuk kesehatan lambung?" tanya Reagan lagi."Ya, bubur yang sering dimasak Nona Nadine. Bubur millet dicampur ubi, bunga bakung, dan kurma merah, 'kan? Wah, aku nggak sempat menyiapkannya. Hanya untuk bunga bakung, jali-jali, dan kurma merahnya saja harus direndam semalaman dan mulai direbus keesokan paginya.""Selain itu, pengaturan apinya sangat penting. Aku nggak sepeka Nona Nadine untuk terus mengawasi api. Hasil masakanku juga nggak akan seperti miliknya, terus ...."Reagan menyelanya, "Bawakan saus daging sapi.""Oke, Tuan.""Kenapa rasanya beda?" Reagan melihat sekilas botol itu. "Kemasannya juga beda.""Yang sebelumnya sudah habis, hanya tersisa yang ini," jawab Bibi Julia."Nanti belikan dua kaleng di supermarket.""Nggak dijual.""Hah?" Reagan kebingungan.Julia tersenyum canggung. "Saus itu buatan Nona Nadine sendiri, aku nggak bisa buat ...."Prang!"Hm? Tuan n

  • Tak Sudi Merajut Cinta Dengan Mantan   Bab 3

    "Nggak nemu tempat parkir yang bagus ya? Aku keluar untuk bantu ...." Saat menyadari ekspresi Reagan yang muram, Philip baru tersadar. "Hah! Kak Reagan, jangan-jangan ... Kak Nadine masih belum kembali?"Sekarang ini sudah lewat dari tiga jam.Reagan membuka tangannya sambil mengangkat bahu. "Balik apanya? Kamu kira putus itu candaan?" Setelah berkata demikian, dia berjalan melewati Philip dan duduk di sofa.Philip menggaruk kepalanya. Apakah kali ini mereka benar-benar putus? Namun, dia langsung menggelengkan kepala mengenyahkan pemikiran itu. Dia percaya bahwa Reagan tega memutuskan hubungan, tetapi Nadine ....Semua wanita di dunia ini mungkin bisa menerima putus, tapi Nadine sudah pasti tidak bisa. Hal ini adalah fakta yang telah diakui dalam lingkaran pertemanan mereka selama ini."Reagan, kenapa kamu sendirian?" tanya Teddy sambil tersenyum sinis. "Tiga jam sudah lewat, sekarang sudah seharian."Reagan menyeringai, "Aku kalah taruhan, jadi harus terima hukumannya. Apa hukumannya?

  • Tak Sudi Merajut Cinta Dengan Mantan   Bab 4

    Reagan terlalu banyak minum semalam. Selain itu, si berengsek Philip malah mengajaknya untuk minum lagi di tengah malam. Saat Reagan diantar pulang oleh sopir, langit sudah mulai terang.Awalnya dia sudah terkapar di ranjang karena rasa kantuknya yang hebat. Namun, dia tetap memaksakan diri untuk pergi ke kamar mandi dan membersihkan dirinya sebentar.'Kali ini Nadine seharusnya nggak akan marah, 'kan?' batin Reagan dalam pikirannya yang setengah sadar. Saat membuka mata kembali, rasa sakit yang hebat membuatnya terjaga."Ugh ...." Sambil menekan perutnya, Reagan berusaha untuk bangkit."Aku sakit maag! Nad ...." Saat hendak memanggil nama itu, Reagan terhenti seketika. Reagan mengerutkan alisnya sejenak. 'Hebat sekali Nadine kali ini, bahkan lebih keras kepala dari sebelumnya. Baiklah, kita lihat seberapa lama dia bisa bertahan.'Akan tetapi ... di mana letak obatnya?Reagan pergi ke ruang tamu untuk mengobrak-abrik laci dan lemari. Semua laci yang bisa menyimpan barang sudah digeleda

  • Tak Sudi Merajut Cinta Dengan Mantan   Bab 5

    "Kenapa Kak Reagan?" Philip melirik sekilas pria yang sedang minum sendirian. Dia diam-diam menggeser duduknya mendekat ke Teddy. Sejak Reagan masuk, wajahnya sudah tampak muram, membuat suasana yang tadinya ramai mendadak menjadi hening."Diblokir seseorang," ucap Teddy yang mengetahui situasinya, menikmati drama yang sedang terjadi ini. Mendengar komentarnya, wajah Reagan semakin muram.Prang!Gelas di tangannya membentur meja kaca dengan keras. Dengan gusar, dia membuka kancing kemejanya dengan satu tangan."Sudah kubilang jangan sebut namanya lagi. Nggak ngerti bahasa manusia ya?"Teddy mengangkat bahunya dan tidak berkomentar lagi. Suasana langsung berubah. Orang-orang yang tadinya bernyanyi memilih untuk diam. Orang lainnya juga ikut bungkam karena takut memancing kemarahan Reagan.Philip tersedak oleh alkohol yang baru diminumnya. Ternyata Nadine serius kali ini?Stendy yang sudah agak mabuk, berpaling dan menanyakan Philip, "Nadine sudah balik belum?"Philip menggelengkan kepal

  • Tak Sudi Merajut Cinta Dengan Mantan   Bab 6

    "Sudah seharusnya aku minta maaf atas tindakanku yang nggak rasional dan impulsif dulu. Ini adalah utangku padanya."Kelly hampir tersedak anggur yang diminumnya. Dia terbatuk dua kali dan berkata dengan wajah yang penuh penolakan, "Tolong, jangan libatkan aku dalam hal ini, Kak.""Kamu tahu sendiri, satu-satunya mata kuliahku yang gagal dan harus mengulang adalah mata kuliah pilihan dari Bu Freya. Setiap kali ketemu Bu Freya, aku langsung gemetaran. Lagian, aku ini orang yang nggak dikenal. Mungkin dia bahkan sudah lupa siapa aku. Aku benar-benar nggak bisa bantu kamu."Melihat Kelly menghindar seperti itu, Nadine tidak memaksanya lagi."Tapi ...." Mata Kelly berkilat licik dan nada bicaranya berubah, "Aku punya seseorang yang cocok untuk masalah ini.""Hmm?""Kamu masih ingat kakak sepupuku, Arnold, 'kan?"Nadine menyesap sedikit air hangat dan mengangguk. "Tentu saja ingat."Arnold adalah pionir termuda dalam bidang fisika di dalam negeri. Tahun lalu, dia dinobatkan sebagai salah sa

  • Tak Sudi Merajut Cinta Dengan Mantan   Bab 7

    Setelah mendekat, Reagan baru menyadari bahwa rambut bergelombang Nadine yang indah, kini telah diluruskan dan warna rambut favoritnya dulu, kini kembali menjadi hitam pekat. Nadine tidak memakai riasan dan tidak mengenakan sepatu hak tinggi.Dengan hanya memakai kaus putih, penampilannya sangat sederhana. Namun yang paling mencolok adalah matanya, yang tampak lebih cerah dari sebelumnya, tanpa jejak kesedihan atau keterpurukan karena putus cinta.Jika semua ini hanya berpura-pura, Reagan harus mengakui Nadine melakukannya dengan sangat baik. Saking baiknya, hingga itu berhasil membuatnya marah.Nadine mengerutkan kening. Dia terlalu mengenal Reagan. Ekspresi yang dia lihat sekarang adalah tanda bahwa kemarahannya akan segera meledak."Haha," pria itu tertawa sinis, "Tapi selera kamu buruk sekali. Sudah bertahun-tahun bersamaku, seharusnya kamu punya sedikit standar, 'kan? Jangan sampai asal pilih pria, jangan biarkan sembarang orang mendekat. Kalau nggak, di mana harga diriku sebagai

  • Tak Sudi Merajut Cinta Dengan Mantan   Bab 8

    Nadine sudah lama tidak merasakan pengalaman seperti ini, mengerjakan segala sesuatunya sendiri. Selama bertahun-tahun bersama Reagan, meskipun tidak hidup sepenuhnya bergantung pada pria itu, pekerjaan fisik seperti ini memang tidak pernah dilakukan Nadine.Bahkan beberapa tahun lalu saat Reagan baru memulai usahanya dan kondisi keuangan mereka masih ketat, mereka tetap mempekerjakan asisten rumah tangga untuk membersihkan rumah setiap minggu.Setelah selesai mengecat satu kaleng, Nadine menggosok pinggangnya yang terasa pegal. Setelah beberapa tahun hidup nyaman, dia memang sudah tidak terbiasa dengan pekerjaan fisik seperti ini ....Nadine keluar ke lorong bermaksud untuk mengambil sisa cat yang masih di luar. Namun tanpa sengaja, langkahnya terlalu cepat dan kakinya menendang salah satu kaleng cat hingga terguling. Meskipun Nadine sudah berusaha mengatasinya dengan cepat, tetap saja ada sedikit cat yang tumpah di depan pintu tetangga sebelah.Dia buru-buru mengambil pel dan mulai m

  • Tak Sudi Merajut Cinta Dengan Mantan   Bab 9

    Nadine berjalan lebih dulu, sementara Arnold mengikuti dari belakang. Jika dibandingkan dengan kegugupannya semalam, kini Nadine tampak sudah kembali normal.Arnold membawa mobilnya ke depan dan Nadine duduk di kursi penumpang. Dalam perjalanan, mereka melewati sebuah supermarket buah-buahan. Nadine tiba-tiba berkata, "Bisa berhenti sebentar? Aku butuh dua menit untuk beli buah.""Buah?" tanya Arnold."Ya, untuk Bu Freya."Arnold menggenggam setir dengan agak kebingungan. "Memangnya perlu seribet itu?"Nadine menoleh dengan ekspresi sedikit geli. "Kamu selalu berkunjung dengan tangan kosong?"Arnold mengangguk dengan jujur. Nadine diam-diam mengacungkan jempol dalam hati. Luar biasa. Mungkin orang-orang hebat memang begitu ... tidak terlalu peduli dengan hal-hal kecil?Meski demikian, Arnold tetap menepikan mobilnya.....Freya tinggal di Jalan Cempaka, tidak jauh dari Universitas Brata. Deretan rumah kecil bergaya campuran antara desain barat dan timur berjejer di kawasan itu. Masing-

Bab terbaru

  • Tak Sudi Merajut Cinta Dengan Mantan   Bab 652

    Setelah menyelesaikan urusan Irene, Nadine segera terbang kembali ke Kota Juanin.Ujian akhir sudah semakin dekat. Perkuliahan telah dihentikan dan mahasiswa resmi memasuki minggu revisi. Meskipun hanya pergi selama dua hari, keberangkatannya tidak terlalu berdampak pada jadwal kelas. Namun, progres eksperimen sempat tertunda cukup banyak.Mikha dan Darius masih menunggu Nadine untuk memverifikasi data mereka. Jadi, begitu tiba di Kota Juanin, dia langsung menuju laboratorium tanpa menunda-nunda.Dua hari penuh dia berkutat di sana, bahkan nyaris tidak keluar. Untungnya, koper dan barang-barangnya masih rapi seperti sebelum berangkat, jadi dia tidak perlu repot mengurusnya. Setelah menyelesaikan semua data yang tertunda, barulah dia teringat bahwa masih ada pembayaran akhir yang belum dia selesaikan untuk Aditya dan Stendy.Malam itu, dia menghubungi keduanya dan mengatur pertemuan.Tempatnya masih sama, restoran di luar kampus Universitas Brata.Saat bertemu, Aditya yang sudah mendeng

  • Tak Sudi Merajut Cinta Dengan Mantan   Bab 651

    "Semua yang kamu lakukan sudah tersebar di internet. Sekarang, puluhan penulis yang pernah kamu kontrak, bergabung untuk menggugatmu! Mereka sudah punya cukup bukti untuk menuntutmu ke jalur hukum. Kalau ini berlanjut ke pengadilan, aku bisa pastikan, kita pasti kalah!"Mata Lauren membelalak seketika. "Ke ... kenapa begini? Siapa yang sebarin ke internet? Bukannya cuma Irene yang menuntutku? Kenapa yang lain juga ....""Waktu kamu menolak untuk berdamai, apa kamu nggak pernah berpikir bahwa begitu kabar ini bocor, semua penulis yang pernah kamu rugikan juga akan mengetahuinya dan menuntut ganti rugi?"Puluhan orang ... menuntut kompensasi ....Sebodoh apa pun Lauren, dia tahu betul bahwa jumlah ganti rugi ini bukanlah angka kecil!"Pak Winarko, segera hubungi Irene! Aku setuju untuk berdamai! Berapa pun kompensasi yang dia minta, aku akan bayar!""Terlambat. Sebelum datang ke sini, aku sudah menghubungi putri Irene. Mereka menolak untuk berdamai.""Ke ... kenapa? Bukankah sebelumnya m

  • Tak Sudi Merajut Cinta Dengan Mantan   Bab 650

    Pengacara menekan tombol putar ...."Kamu pikir kenapa Lauren setiap tahun mengontrak begitu banyak penulis terkenal? Kalau nggak ada keuntungan .... Dengan hak cipta buku-buku berkualitas ini .... Nggak usah kasih tahu penulis .... Uang langsung masuk kantong sendiri ...."Semakin lama Lauren mendengarkan, wajahnya semakin pucat. Dia langsung mengenali suara dalam rekaman itu. Itu adalah pegawainya sendiri!"Dasar nggak tahu balas budi!" Lauren menggertakkan giginya dengan marah. "Dari mana mereka dapat rekaman ini?"Pengacara menjawab dengan tenang, "Putri korban yang memberikannya. Selain itu, dua pegawai dalam rekaman ini juga setuju untuk bersaksi di pengadilan dan menyerahkan bukti yang cukup kuat untuk memberatkan posisi Anda.""Jadi ... situasi saat ini benar-benar nggak menguntungkan bagi Anda."Lauren sebelumnya mengira bahwa Irene paling hanya akan menuntutnya atas tindak penganiayaan. Lagi pula, dia tidak pernah benar-benar mendorongnya. Lauren mengira, kemungkinan terburu

  • Tak Sudi Merajut Cinta Dengan Mantan   Bab 649

    Kota Juanin, Laboratorium Absolut.Untuk ketiga kalinya, Nadine berdiri di depan meja eksperimen untuk mengubah data. Darius dan Mikha saling bertukar pandang. Ada yang tidak beres!"Nad, kamu tadi malam kurang tidur ya? Aku lihat kamu hari ini kayak nggak fokus.""Nggak tahu kenapa, dari tadi mataku terus berkedut, rasanya gelisah sekali.""Mata kiri atau mata kanan?""Dua-duanya."Saat siang, Nadine sempat tidur sebentar dan berharap kondisinya membaik. Namun, matanya tetap terus berkedut, seolah-olah ada sesuatu yang buruk akan terjadi.Sore hari, setelah akhirnya menyelesaikan pekerjaannya dan memastikan semua data sudah benar, Nadine meregangkan tubuhnya sambil menghela napas."Huh ... akhirnya selesai juga."Mikha berseru, "Aku juga hampir selesai. Darius gimana?""Aku juga sudah beres.""Bagus! Malam ini kita akhirnya bisa tidur nyenyak. Yuk, makan di luar! Aku traktir!"Nadine menggeleng sambil melambaikan tangan. "Kalian saja, aku nggak ikut."Belakangan ini dia benar-benar le

  • Tak Sudi Merajut Cinta Dengan Mantan   Bab 648

    "Nggak usah pura-pura lagi. Bicara terus terang saja.""Aku sudah tanda tangan kontrak samm apenerbit lain. 'Seven Days'yang kamu lihat diterbitkan sama mereka. Jadi, nggak mungkin aku perpanjang kontrak denganmu. Demi hubungan kita selama 10 tahun terakhir, lebih baik kita berpisah baik-baik.""Pisah baik-baik?" Lauren tertawa dingin. Kali ini, dia tidak lagi berpura-pura ramah. "Kamu mau pergi begitu saja? Lalu siapa yang akan mengganti kerugianku?"Irene menatapnya dengan ekspresi tidak percaya. "Kerugian? Kerugian apa?""Aku sudah menghabiskan banyak uang untuk mengontrakmu! Sepuluh tahun, Irene! Selama sepuluh tahun penuh, nggak satu pun buku bestseller yang kamu hasilkan. Tapi begitu kontrak kita habis, kamu langsung menerbitkan buku sama penerbit lain dan sukses besar? Kamu sengaja mau mempermainkanku, ya?""Apa kamu pikir aku nggak mau nulis? Kamu yang selama ini selalu menolak setiap konsep yang kuberikan dan nggak ngasih kesempatan untuk menerbitkannya buatku. Selama sepuluh

  • Tak Sudi Merajut Cinta Dengan Mantan   Bab 647

    Saat itu, Jeremy sedang pergi ke kampus untuk mengajar dan di rumah hanya ada Irene seorang diri.Sejak kembali dari Kota Juanin, dia sudah menyusun kerangka novel barunya. Dia berencana menulis sebuah kisah horor bertema cerita mistis di sekolah.Di tengah kesibukannya, Nadine sempat menelepon untuk mengundang mereka menghadiri peresmian laboratorium barunya. Namun, Jeremy dan Irene terpaksa menolaknya dengan berat hati.Jeremy harus mengajar dan tidak bisa meninggalkan kampus; sementara Irene sedang dalam masa perenungan dan tidak ingin terganggu.Kini, cerita yang sedang dikerjakannya sudah hampir rampung. Bab terakhir sebentar lagi akan selesai, jadi belakangan ini dia benar-benar mengurung diri untuk fokus menulis.Ketika terdengar suara ketukan di pintu, Irene tidak terlalu memikirkan siapa yang datang. Dalam perjalanan menuju pintu, pikirannya masih hanyut dalam plot novelnya. "Kenapa hari ini cepat sekali datangnya? Bukankah ...."Namun, saat pintu terbuka, Irene langsung memat

  • Tak Sudi Merajut Cinta Dengan Mantan   Bab 646

    Lauren memiliki puluhan orang penulis seperti itu di bawah kontraknya!"Astaga! Bisa gitu ya? Para penulis itu bodoh ya? Bukannya menjual hak cipta harus dengan persetujuan dan tanda tangan mereka?"Jihan mendengus. "Kamu nangani dokumen setiap hari, tapi nggak pernah baca detail kontraknya?""Maksudnya?""Waktu Lauren merekrut seorang penulis, dia langsung mengamankan hak eksklusif atas seluruh karya mereka! Jadi, dia nggak perlu minta tanda tangan penulis setiap kali menjual hak cipta.""Asalkan ada cap resmi studio kita saja sudah cukup. Kalau benar-benar butuh tanda tangan? Ya tinggal siapa aja yang tanda tangan, toh pembeli nggak mungkin mengecek langsung ke penulisnya.""Jadi, Lauren bahkan nggak perlu berbagi royalti sama mereka? Penulis nggak tahu, uangnya masuk ke kantong sendiri, dan nggak ada yang mempermasalahkan?"Jihan menyesap kopinya dengan santai. "Tentu saja! Kamu pikir dia dapat uang dari mana buat beli mobil mewah, tinggal di rumah mahal? Dari ujung kepala sampai uj

  • Tak Sudi Merajut Cinta Dengan Mantan   Bab 645

    "Penulisnya bernama Irene. Irene ... Aileen ... bukankah terdengar mirip?"Itulah alasan mengapa Safir langsung tertarik dengan buku ini sejak awal.Saat melihat nama penulis di sampul, dia sempat terdiam. Sementara itu, Corwin hanya bisa menghela napas. Sepertinya, dia juga membaca buku ini karena alasan yang sama. Namun, semakin dibaca, dia semakin terhanyut dalam ceritanya.Awalnya, Safir hanya bertanya dengan santai. Lagi pula, Stendy tidak mungkin tahu segalanya. Namun, tak disangka ...."Aku kenal."Stendy menjelaskan secara singkat hubungannya dengan Irene. Corwin pun langsung mengingat sesuatu. Rupanya, gadis yang dia lihat di Toko Buku Gramilia waktu itu adalah putri Irene. Hari itu sedang diadakan acara penandatanganan buku untuk novel ini di lantai atas.Corwin tak kuasa tersenyum. "Nggak nyangka ternyata ada hubungan seperti ini."Safir juga teringat pada gadis yang dia lihat saat itu. Suaranya lembut, tutur katanya sopan, dan penuh kesantunan. Hatinya tiba-tiba merasa hang

  • Tak Sudi Merajut Cinta Dengan Mantan   Bab 644

    "Jam segini .... Kalau memang mau jenguk kami, biasanya bukan di waktu begini. Nggak seperti kamu."Stendy tersenyum, lalu menuntun Corwin ke ruang tamu. "Aku datang kalau mau, memangnya harus ada waktu khusus? Seperti pertemuan resmi begitu?""Tentu saja. Kamu ini orang sibuk, bisa meluangkan waktu sebentar saja sudah luar biasa.""Kakek, ini sindiran atau pujian?"Corwin tertawa terbahak-bahak.Stendy duduk di sofa, tapi tiba-tiba merasakan ada sesuatu yang mengganjal di bawahnya. Dia meraba ke bawah dan mengeluarkan sebuah buku. Saat melihat sampulnya, dia langsung terkejut."Eh? Bukankah ini buku yang ada di mobilku?"Judul yang tertera di sampulnya adalah ....[ Seven Days ]Stendy langsung mengenalinya. Itu bukunya sendiri. Stendy memang punya kebiasaan melipat sudut halaman sebagai penanda, dan lipatan itu masih ada di sana."Benar sekali! Aku ambil dari mobilmu waktu itu. Nggak nyangka isinya menarik sekali!" ujar Corwin dengan santai.Stendy mengangkat alis. "Kakek baca buku i

Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status