Love is Dangerous

Love is Dangerous

last updateLast Updated : 2023-03-19
By:  Juya LucOngoing
Language: Bahasa_indonesia
goodnovel16goodnovel
Not enough ratings
26Chapters
1.1Kviews
Read
Add to library

Share:  

Report
Overview
Catalog
SCAN CODE TO READ ON APP

Synopsis

Alice menjadi kacau setelah ia mendapati kekasihnya berkhianat di belakangnya. Kehidupannya yang kala itu terpuruk mendadak berubah setelah Erickson, presdir yang ia hormati dan kagumi memintanya menjadi tunangannya dan menawarkan kesepakatan di dalamnya. Namun, satu hal yang memberatkan Alice, yaitu mereka harus tinggal bersama dalam satu atap. Bagaimana bisa?  Orang bilang cinta itu berbahaya, ia membuat siapapun kehilangan akalnya. Alice yang sudah terjerat ke dalam hidup Erickson, kini harus siap menghadapi segala macam bahaya yang tak pernah ia lalui. Itu semua karena rahasia Erickson yang seharusnya tak diketahui Alice.

View More

Chapter 1

Prolog

Lelaki tinggi berparas tampan itu berjalan memasuki sebuah bar dengan wajah tanpa ekspresi bersama sekretarisnya yang berada tepat di sampingnya. Sesaat setelah ia mendekat ke arah kerumunan yang tengah bergurau dan berbincang-bincang, mereka bersorak seolah menyambutnya dengan gembira.

Malam ini tepat pukul sembilan malam, Erickson bersama beberapa rekan kerjanya yang ikut berpartisipasi telah memutuskan untuk sedikit berpesta setelah menyelesaikan event pertama mereka yang sukses.

Erickson duduk di tengah tepat di kursi yang sudah disisakan oleh mereka, sebenarnya masih banyak kursi kosong lainnya, namun semua terus mendesak Erickson untuk duduk tepat di sana.

Hanya ada mereka yang berada di bar itu karena Erickson sendiri lah yang menyewa bar untuk malam ini agar tidak ada keramaian yang mengganggu acara mereka, ditambah ia dekat dengan pemiliknya yang kini terlihat sedang menyusun beberapa gelas cantik yang belum terpajang di tempatnya, sehingga menyewa bar bukanlah hal sulit bagi Erickson.

Setelah membenarkan posisi duduknya, Erickson menyingkap sedikit lengan kemeja putihnya hingga ke siku karena merasa sedikit terganggu. Hal itu membuat lengannya yang cukup kekar terekspos jelas. Beberapa dari wanita yang ada di sana terlihat terkejut dengan tindakan Erickson, mereka saling berbisik dengan histeris tanpa terdengar oleh Erickson.

Di ujung meja, seorang gadis yang sejak tadi tak ikut memerhatikan sang atasan seperti beberapa wanita lain karena sibuk melihat wine yang berada di hadapannya dengan riangnya. Ini pertama kalinya bagi dirinya minum wine, maka tentu saja ia merasa berdebar. Gadis di seberangnya yang merupakan sahabatnya terkekeh melihat temannya yang begitu fokus dan antusias pada wine di hadapannya.

"Alice, kau harus menunggu Presdir mengajak bersulang untuk meminum ini." Siska menunjuk gelas yang sudah berisikan wine dengan sengaja untuk menggoda Alice.

Yang dijahili mendengkus mendengar ucapan jahil temannya. Ia berharap atasannya akan segera mengajak mereka bersulang agar ia bisa mencicipi wine yang terlihat sangat menggoda itu.

"Baiklah, karena ini bertepatan dengan Jum'at malam yang mana besok merupakan hari libur, mari kita rayakan keberhasilan event pertama kita hingga kalian puas." Seakan mendengar isi hati Alice, tak lama kemudian Erickson bangkit dan mengangkat wine glass-nya yang sudah terisi bermaksud mengajak semua yang ada di sana untuk ikut bersulang bersama.

Suara dentingan terdengar cukup keras bersamaan dengan sorakan kompak dari sekelompok orang itu, mereka meminum wine dengan gembira, tak terkecuali Alice yang dengan senangnya meminum wine itu dalam sekali teguk.

"Hei, kau harusnya jangan minum seperti itu. Ini kan pertama kalinya kau mencicipi ini." Siska menarik gelas Alice dengan paksa. Bisa-bisa Alice akan segera mabuk jika minum seperti itu.

"Aku hanya akan minum sedikit saja. Tapi, hey, itu sangat enak." Alice memandang Siska dengan girang lalu ia mengambil gelasnya lagi dan menuangkan wine lalu kembali meminumnya. Namun kali ini, ia meneguknya sedikit demi sedikit karena tak mau mendengar ocehan Siska yang kini tengah mengamatinya.

"Kau sudah mabuk. Tidakkah kau sadar sudah berapa gelas kau minum?" bisik Siska beberapa waktu kemudian.

Alice sudah minum empat gelas tanpa sadar sembari mereka berbincang. Wajahnya pun kini merah padam. Ia bahkan terlihat sesekali terhuyung.

"Baiklah. Aku akan berhenti. Aku keluar sebentar mencari angin. Rasanya di sini sangat panas." Alice yang merasa pusing pun berpamitan dengan Siska dan berjalan menuju pintu bar dengan lambat. Hendak Siska mengikutinya, namun seniornya yang berada di sampingnya malah mengajaknya mengobrol tentang pekerjaan mereka sehingga Siska hanya bisa melirik Alice dengan khawatir.

***

Erickson meraih saku celananya setelah merasa ponselnya bergetar sejak tadi. Ditatapnya layar itu dan terdiam sebentar seolah menimbang apakah ia harus mengangkatnya atau tidak. Beberapa detik kemudian, ia menggeser layarnya dengan jempolnya dan mendekatkan ponselnya ke telinganya sambil berlalu keluar dari bar itu.

Ia terlihat sedikit berargumen di sana sebelum akhirnya menutup telepon itu segera setelah melihat sosok wanita yang sepertinya dikenalnya berada tak jauh dari tempatnya berdiri sedang bersama dua orang pria. Karena pencahayaan di tempat wanita itu berdiri cukup gelap sehingga ia tak bisa melihat wajah kedua pria itu, namun ia tahu bahwa ada yang tidak beres di sana.

Erickson segera menghampiri mereka dengan langkah cepat. Benar saja, wanita itu adalah Alice, salah satu karyawannya. Dan terlihat dia sedang diganggu oleh dua orang pria mabuk tak dikenal yang terus saja menarik tangannya.

"Apa yang kau lakukan di sini?" ucapnya dengan suara yang dalam. Lalu ia menarik tangan wanita itu sehingga membuat dua pria itu terkejut.

"Apa yang kau lakukan? Dia akan pergi dengan kami! Jangan mengganggu!" Salah satu pria itu menarik lengan Alice dengan kasar.

Erickson berdecak kesal. Dihempaskannya tangan pria itu dengan kuat sehingga dia sedikit tersungkur ke belakang.

"Presdir!" Alice yang awalnya menutup mata dengan erat karena takut, kini menatap Erickson dengan wajah senang. Ia pikir itu adalah khayalannya saja bahwa dirinya mendengar suara atasannya itu, namun ternyata pria itu benar-benar berada di hadapannya.

Kedua pria yang tadinya masih keras kepala dan tidak mau mengalah, akhirnya melarikan diri setelah mendengar bagaimana Alice menyapanya.

"Terima kasih, Presdir." Alice sedikit membungkukkan badannya pada Erickson. Ia sadar bahwa ia akan dalam masalah jika tadi tidak ditolong Erickson. Lalu ia mendongak dan menatap wajah bosnya yang tanpa ekspresi. Alice kembali mengingat, tangan Erickson yang menggenggamnya terasa begitu hangat, berbanding terbalik dengan wajah dinginnya.

"Lain kali jika kau terlalu mabuk, ajak temanmu untuk keluar. Jangan berkeliaran sendirian," ujar Erickson yang kemudian berbalik hendak masuk kembali ke dalam bar. "Ayo," ucapnya lagi sambil menunggu Alice untuk masuk lebih dulu.

Alice berjalan sambil merasa gembira, entah karena mabuk yang dialaminya atau karena hal lain, namun sejak malam itu, Alice jadi mengagumi sang atasan.

Expand
Next Chapter
Download

Latest chapter

To Readers

Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.

Comments

No Comments
26 Chapters
Prolog
Lelaki tinggi berparas tampan itu berjalan memasuki sebuah bar dengan wajah tanpa ekspresi bersama sekretarisnya yang berada tepat di sampingnya. Sesaat setelah ia mendekat ke arah kerumunan yang tengah bergurau dan berbincang-bincang, mereka bersorak seolah menyambutnya dengan gembira.Malam ini tepat pukul sembilan malam, Erickson bersama beberapa rekan kerjanya yang ikut berpartisipasi telah memutuskan untuk sedikit berpesta setelah menyelesaikan event pertama mereka yang sukses.Erickson duduk di tengah tepat di kursi yang sudah disisakan oleh mereka, sebenarnya masih banyak kursi kosong lainnya, namun semua terus mendesak Erickson untuk duduk tepat di sana. Hanya ada mereka yang berada di bar itu karena Erickson sendiri lah yang menyewa bar untuk malam ini agar tidak ada keramaian yang mengganggu acara mereka, ditambah ia dekat dengan pemiliknya yang kini terlihat sedang menyusun beberapa gelas cantik yang belum terpajang di tempatnya, sehingga menyewa ba
last updateLast Updated : 2022-03-22
Read more
1. Rutinitas
"Maukah kau menjadi tunanganku?" Erickson berujar setelah memberikan kertas-kertas berisikan sebuah kontrak. Ia menatap iris lawan bicaranya yang kini membulatkan matanya sempurna dengan mantap. Kekagetan yang terlihat jelas dari raut wajah itu dirasa Erickson memang wajar. Namun bagaimana pun ia memikirkan, hanya gadis itu pilihannya.Kertas-kertas yang berada di tangan si gadis berhamburan akibat terlepasnya pegangan tangannya. Gadis itu bernama Alice. Kini Alice terpegun begitu saja setelah mendengar kalimat yang tidak pernah ia sangka keluar dari mulut Erickson.Bagaimana mungkin hal ini terjadi? Dan lagi ada angin apa tiba-tiba ia dilamar atasannya sendiri di siang bolong begini?Semua dimulai dari dirinya yang mendapatkan kepercayaan dari Erickson untuk sebuah proyek di perusahaan mereka dan membuat intensitas pertemuan mereka berdua menjadi lebih sering dari biasanya. Namun Alice tak pernah berpikir semua itu berubah menjadi sebuah ajakan pertunangan begini, apalagi mengingat ia
last updateLast Updated : 2022-03-22
Read more
2. Telepon
Erickson mengemudikan mobilnya dengan kecepatan normal. Pria itu kini telah melewati dua jembatan yang menandakan dirinya sudah hampir sampai di tempat tujuan. Tidak ada kemacetan yang mengganggunya sepanjang jalan, mungkin karena jam yang masih menunjukkan pukul empat dini hari. Untung saja ia tak ikut minum semalam, jika tidak ia tak akan mengemudi seperti ini dan terpaksa memanggil Arthur. Telepon yang datang padanya tiga puluh menit yang lalu lah yang menjadi sebab ia menyusuri jalanan yang masih cukup sepi. Wanita dalam telepon itu berbicara dengan nada yang lemah lembut, berlawanan dengan alasan dia menelepon pagi-pagi buta. Ayahnya Erickson terlibat kecelakaan saat saat mengemudi bersama ibu tirinya —yang tadi meneleponnya—. Ia dilarikan ke rumah sakit dan sedang berada di UGD. Meski sang ibu telah mengatakan bahwa itu bukanlah kecelakaan yang parah, tapi ia minta Erickson untuk datang karena ayahnya tidak sadarkan diri. Ia menghentikan mobilnya di parkiran sebuah rumah saki
last updateLast Updated : 2022-03-22
Read more
3. Tidur
Usai memeriksa beberapa laporan, selang belasan menit kemudian, Erickson kini berpindah ke meja kerjanya, ada banyak laporan menumpuk yang belum sempat disentuhnya akibat meeting bersama Rino dan Vio kemarin. Diraihnya kopi buatan Arthur yang baru ditaruh. Asap mengepul setelah ia tiupkan sedikit udara dan kemudian menyeruput kopi hitam pekat itu sembari matanya tak lepas dari layar komputer di depannya. "Katakan pada Alice untuk masuk dan bawa proposalnya jika sudah selesai." Alice merupakan salah satu pekerjanya yang cukup kompeten meski kepribadiannya terkadang membuat Erickson mengernyitkan dahi. Mungkin sifatnya pemalu karena Alice tak pernah mau menatap matanya, atau bisa jadi takut padanya. Diliriknya luar ruangan dimana bisa ia lihat dengan cukup jelas Alice yang tengah membalik lembar-lembar kertas yang ada di mejanya berulang kali sambil sesekali memainkan pulpen di tangannya setelah Arthur beranjak dari sisinya. Sudah lama sejak Alice bekerja dengan Erickson. Ia pun suda
last updateLast Updated : 2022-03-22
Read more
4. Gugup
Alice merasakan perang batin, haruskah ia kembali saja atau membangunkan pria itu. Ia melirik keluar ruangan, hari sudah mulai gelap. Akhirnya Alice memutuskan untuk mendekat menuju sofa itu dan menunduk, ia mendekatkan kepalanya ke wajah pria itu dan mengamati dari dekat wajah tampannya. Erickson selalu memasang wajah dingin dan kaku saat sadar, namun saat sedang tidur wajahnya lebih tenang dan polos, seperti anak kecil. Alice terbayang bagaimana jika ekspresi wajah polos yang dilihatnya saat ini adalah ekspresi yang dipasang oleh pria itu setiap hari di kantor, pasti semakin banyak yang tergila-gila padanya. Sejujurnya ia cukup beruntung bisa berada dengan jarak yang dekat dengan bosnya seperti saat ini. Ekspresi wajah Alice seketika berubah saat ingatannya tiba-tiba mengingat kejadian beberapa hari yang lalu saat seorang wanita datang ke kantor dan menemui Erickson. Usut punya usut, wanita itu adalah wanita kesekian yang dibawa oleh ayahnya untuk menjadi teman kencan Erickson, nam
last updateLast Updated : 2022-03-22
Read more
5. Terkhianati
"Maaf? Kalau rumah saya… tidak terlalu jauh, sekitar dua puluh menit dari sini." Sebenarnya Alice tidak tahu alasan Erickson menanyakan itu. Ia menatap lekat gadis di depannya itu, membaca tiap ekspresi yang ditunjukkannya. Terlihat hanya ada kebingungan di sana. Ia mengurungkan kalimat yang awalnya akan ia katakan dan menggantinya dengan kalimat lain. "Tidak ada, pulanglah." Erickson berbalik dan kemudian melanjutkan kembali memilah dokumen di mejanya. "Baik. Selamat malam, Presdir." Alice yang masih kebingungan tak terlalu memusingkan dan segera melangkah keluar dari ruang Erickson. Belum juga dirinya menarik gagang pintu, sosok Arthur sudah berada di depannya. Arthur tersenyum ramah padanya lalu mempersilakan dirinya untuk keluar. Alice pun membalas dengan sedikit anggukan dan tersenyum pada Arthur. Sambil berjalan, Alice melirik jam tangannya yang menunjukkan pukul delapan malam. Hatinya gembira. Sepertinya pekerjaannya hari ini selesai lebih awal dari dugaan Alice. Ia berpikir
last updateLast Updated : 2022-03-22
Read more
6. Murka
Vio beberapa kali membuka mulutnya dengan ragu, lama ia menatap wanita yang tak diketahui namanya itu lalu ia memegang bahunya dan mendekatkan wajahnya pada wanita itu. "Bukan… bukan begitu. Tunggu, biarkan aku bicara dengannya dulu." Vio berbisik di telinga wanita itu dan menatapnya dengan gelagapan.Alice tercengang di tempatnya melihat kelakuan Vio yang terlihat jelas saat itu bahwa dia lebih memihak siapa. Alice seketika langsung mengetahui bahwa prioritas pria itu bukanlah dirinya, yang dikhawatirkan akan salah paham bukan dia melainkan wanita asing itu.Alice begitu murka, ingin rasanya ia meluapkannya disana saat itu juga namun sisi dirinya yang masih sadar tahu bahwa itu hanya akan membuat dirinya terlihat menyedihkan dan ia tak mau begitu. Dengan amarah yang berada di puncak, Alice hanya bergeming di sana, tatapannya membidik tajam pada Vio."Jelaskan padaku apa yang kau lakukan di sini bersama wanita ini? Kau… apa kau sudah gila? Kau… bagaimana bisa kau…." Suara Alice terdeng
last updateLast Updated : 2022-04-06
Read more
7. Berpisah
"Aku bersyukur mengetahui dirimu yang asli lebih cepat. Aku sempat berpikir untuk menyerahkan hidupku hanya untukmu dan menjadikanmu kekasih terakhirku di dunia ini. Namun, ternyata Tuhan menilai aku terlalu berharga untuk disandingkan denganmu. Terima kasih untuk satu tahun ini. Aku harap hubungan kalian abadi. Meski au tidak yakin dia adalah satu-satunya bagimu." Berbanding terbalik dengan keadaan hatinya, ucapan Alice benar-benar menunjukkan bahwa ia tak tenggelam dalam alasan murahan Vio. Alice pun langsung memutar badannya dengan cepat, tak ingin memberikan Vio sedetikpun waktu untuk membalas ucapannya.Vio terpaku merasa marah harga dirinya yang tadi sudah ia tinggikan kini diinjak-injak oleh Alice. Inginnya berlari menarik kedua tangan yang jelas-jelas masih gemetar itu dan membungkam mulutnya yang berucap kasar padanya hingga meneteskan air mata namun hal itu dicegah oleh pemilik cafe yang ternyata sejak tadi sudah memerhatikan keduanya dari jauh.Alice melangkah dengan tergesa
last updateLast Updated : 2022-04-06
Read more
8. Pulang
Ucapan Arthur seolah meyakinkan ingatan Erickson bahwa ia memang familiar dengan wanita itu dan secara tak langsung mengukuhkan dugaannya.Di sana, Alice tengah berdiri membelakangi Arthur dan Erickson. Dihadapannya dua orang yang tak dikenal sedang menatap Alice. Insting dalam diri Erickson berkata bahwa ada yang salah dengan tatapan kedua orang itu, terutama sesosok wanita yang bersembunyi dibalik tubuh pria itu menunjukkan ekspresi yang seakan menertawakan Alice. Sedangkan pria di sampingnya terlihat marah dan kesal.Tak butuh waktu lama bagi Erickson mengerti apa yang tengah terjadi di sana. Suasana yang tampak canggung dan tegang, dua orang tak dikenal yang keduanya menatap Alice, hingga tatapan Erickson yang tadi tak sengaja turun ke lengan Alice dan mendapati wanita itu mengepalkan tangannya dengan begitu erat sampai tangan itu nampak gemetar hingga ke seluruh tubuhnya menampakkan bahwa Alice tengah menahan emosinya.Arthur yang masih belum mengerti apapun hendak mengajak Ericks
last updateLast Updated : 2022-05-28
Read more
9. Berterima Kasih
"Terima kasih, Presdir." Alice membungkukkan sedikit kepalanya lalu bersegera keluar dari mobil sang atasan segera setelah dirinya melihat apartemennya kini sudah berada di depan matanya. Tak lupa ia ikut memberi salam pada Arthur dengan sedikit anggukan kepala.Diambilnya langkah dengan tergesa-gesa dan berjalan memunggungi mobil tersebut. Tak berani dirinya membalikkan badannya hingga terdengar di telinganya gesekan ban dan mesin mobil yang sudah melaju. Barulah di sana ia menghembuskan napasnya yang tanpa sadar ia tahan beberapa saat karena saat itu Alice merasakan perasaan malu yang beberapa saat sudah membuatnya lupa akan luka hatinya saat itu, ya hanya beberapa saat. Karena segera setelahnya, Alice kembali teringat akan patah hatinya yang dahsyat.Lantas ia bergegas menaiki elevator yang kini telah berada tepat di depan matanya tanpa menunggu waktu lebih lama lagi. Di sana, ia merasa tubuhnya sedikit lemas. Ia menyandarkan tubuhnya sedikit ke dinding elevator yang dingin hingga
last updateLast Updated : 2022-10-25
Read more
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status