Dosenku Suamiku

Dosenku Suamiku

By:  D Lista  Completed
Language: Bahasa_indonesia
goodnovel16goodnovel
10
1 rating
42Chapters
3.5Kviews
Read
Add to library

Share:  

Report
Overview
Catalog
Leave your review on App

Rania, sebuah nama yang bermakna cantik dan mempesona, juga kemenangan dan kesuksesan. Memiliki impian tinggi, Rania ingin membuat keluarganya bangkit dari keterpurukan. Ia menempuh kuliah dengan beasiswa di kota pelajar, juga bekerja part time menjadi pelayan kafe dan pengajar anak berkebutuhan khusus. Terjebak rasa dengan dua laki-laki yang pernah ditemuinya sepuluh tahun silam, hingga terkena skandal di kampusnya. Kesalahpahaman akhirnya membuat beasiswanya di cabut. Oleh karenanya, butuh perjuangan besar untuk meraih impian dan juga memperbaiki nama baiknya. "Ra, tenanglah! Aku pasti bertanggung jawab. Aku akan menikahimu." ~Agha~ "Menikah denganmu hanya sebuah fatamorgana. Kondisi kita bagaikan langit dan bumi." ~Rania~ "Walau ke ujung dunia, aku pasti akan menemukanmu." ~Abi~ Note: Cerita ini fiktif, hasil imaginasi penulis. Jika ada kesamaan nama tokoh, tempat kejadian, ataupun cerita, itu adalah kebetulan semata dan tidak ada unsur kesengajaan.

View More

Latest chapter

Interesting books of the same period

To Readers

Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.

Comments

user avatar
D Lista
Baca cerita baruku yuk...
2023-08-16 22:01:00
0
42 Chapters

Bab 1 Dilecehkan

PROLOGGelap baru saja melipat terang. Ruang tamu rumah Rania sunyi. Rania akrab disapa Ara duduk di kursi, menunduk.Suara gelas membentur lantai menyentak kesadaran Rania. Di hadapannya, serpihan gelas berhamburan ke segala penjuru. "Pak, maafkan Ara! Sungguh itu bukan mau Ara, Pak." Gadis dua puluh tahun itu bersimpuh dengan bahu bergetar menahan isakan. Jemari meremas bagian bawah tunik yang dia kenakan."Bapak dulu bilang apa?! Semiskin-miskinnya kita, jangan pernah menjual kehormatan. Lalu apa?! Sekarang kamu mengingkarinya. Angkat kaki dari rumah ini! Kamu sudah bikin malu bapak dan ibu!""Ini salah paham, Pak!""Salah paham katamu?! Siapa yang ada di foto itu?! Bapak tidak buta, Ra!"Tubuh Rania gemetar seakan bumi sedang diguncang gempa, saat melihat bara di sepasang manik mata sang bapak. Memilih bergeming, dia tidak bisa menyangkal, benar adanya foto yang tersebar seantero grup medsos kampung adalah dirinya."Ara akan buktikan kalau Ara tidak bikin malu bapak dan ibu," lir
Read more

Bab 2 Terlibat Skandal

“Siapa ingin sukses di dunia harus dengan ilmu. Bahagia di akhirat juga butuh ilmu. Jika ingin keduanya, maka hendaklah dengan ilmu. Ilmu tak punya kaki untuk menghampiri kita, maka kita yang harus menghampirinya dengan cara belajar.”*****Rania berdiri di depan pintu kos dengan napas terengah-engah. Dia berusaha menetralkan diri dengan menarik oksigen sebanyak-banyaknya lalu menghembuskan perlahan. Melihat jam di ponsel menunjukkan lima belas menit berlalu dari jam sepuluh, bahunya melorot.Nasib masih berpihak padanya. Dengan dalih jam malam kos hampir terlewat, Rania berhasil lepas dari mimpi buruknya memenuhi keinginan Pak Herman. Dia sangat bersyukur malam ini bisa melepaskan diri. Namun dia belum memikirkan untuk malam selanjutnya.Dengan merapalkan doa, Rania memegang knop pintu dengan jantung berdebar."Alhamdulillah." Rasa lega mengembang di dada saat mengetahui pintu kos belum terkunci. Biasanya jam malam di kosnya adalah jam sepuluh. Kali ini keberuntungan masih berpihak p
Read more

Bab 3 Polisi Tampan

"Ci..., maaf aku selalu merepotkanmu.""Aku tidak punya uang sebanyak itu, tapi kita bisa kumpulin sama-sama, Nia. Percayalah!" Rania mengangguk dan berterima kasih pada sahabatnya dengan sebuah pelukan.Esok paginya, hari-hari di kampus dirasakan Rania dengan debaran jantung tidak normal. Seperti seseorang yang takut kedapatan mencuri barang, Rania selalu was-was. Wajahnya celingukan ke kanan kiri manatahu berpapasan dengan orang yang ditakutkannya."Nia!"Deg."Astaghfirullah, Ci. Jangan ngagetin aku kayak gini. Lama-lama aku bisa jantungan," ujar Rania sembari mengelus dada."Sttt, kamu bisa tenang Nia. Pak Herman perjalanan dinas ke luar kota seminggu. Aku dengar infonya di ruang kemahasiswaan tadi."Serius, Ci?" Cika mengangguk dengan seulas senyum menenangkan sahabatnya. Rania tiba-tiba terharu, tanpa diminta setetes cairan bening mengalir dari mata indahnya."Ci, kamu sahabat terbaikku. Jangan pernah ninggalin aku dalam situasi apapun, ya!" rengeknya."Astaga, Nia. Kenapa kamu
Read more

Bab 4 Malu

Seminggu berlalu.... "Ra, buruan jangan lama-lama. Kasian Mas Agha kelamaan nunggunya!" teriakan Bu Minah tak urung menghentikan kesibukan Rania mematut diri di depan cermin sembari membetulkan pasminanya. "Sebentar lagi, Bu." "Saya panggil Rania dulu, Mas Agha. Maaf, ya harus menunggu lama!" Laki-laki muda itu bernama Agha Rahmawan, berusia 28 tahun. Anak salah satu tetangga berselisih tiga rumah dari rumahnya. Agha berprofesi sebagai polisi, berkantor di kota Yogya. "Nggak papa, Bu. Biar Rania selesaikan dulu, takutnya ada yang ketinggalan." Senyum merekah yang terlukis di wajah Agha selalu meneduhkan hati Cklek, "Kamu sudah cantik, butuh berapa lama lagi Agha harus menunggumu, Ra?" "Ini dah mau selesai, Bu." Senyum tersungging di bibirnya memperlihatkan lesung pipit yang menjadi sumber pesonanya. "Astaga, Ra!" "Kenapa, Bu?" tanya Rania heran karena ekspresi terkejut ibunya. "Jangan sering mengobral senyum! Ibu khawatir Pipi yang merah merona ini bisa membuat laki-laki jat
Read more

Bab 5 Anak Perwira vs Penjual Susu

"Yuk, Mas!" Agha melihat Rania membawa cooler bag. Hatinya amat tersentuh saat melihat semangat gadis yang berselisih lebih dari lima tahun dengan usianya. "Ra, kamu nggak masalah kuliah sambil kerja?" "Memangnya kenapa, Mas?""Aku khawatir kamu nggak bisa atur waktu. Nanti kuliahmu justru terbengkalai." Rania duduk sebentar di samping Agha dengan memberi jarak cooler bag di tengahnya, karena kursi yang tersedia lumayan panjang."Nggak gitu juga, Mas. Aku malah bisa latihan wirausaha. Kan di kampus ada mata kuliah kewirausahaan sekarang." Rania menjelaskan dengan wajah sumringah."Ya sudah, yang penting fokus pada kuliahmu biar cepat lulus dan...." Agha menjeda kalimatnya. Dia tak yakin kalimat selanjutnya akan membuat Rania senang mendengarnya."Dan bisa kerja lalu dapat uang banyak," sambung Rania seraya tertawa renyah. Agha sedikit kecewa ternyata kalimat lanjutannya beda dengan yang dipikirkan Rania."Kenapa, Mas?""Haha, iya iya dapat uang banyak biar cepat kaya raya lalu lupa
Read more

Bab 6 Gara-Gara Motor

"Kapten? Apa posisi Mas Agha atasan mereka?" Rania tertunduk malu, semakin minder dibuatnya. Dia tidak tahu menahu pangkat di anggota kepolisian. Dia bisa melihat berbagai badge terpasang di seragam orang-orang yang berdiri tegap di depan Agha. Ada tanda balok berwarna emas tersemat di sana. Namun Rania jelas tidak bisa menemukan tanda itu di pakaian Agha, karena belum memakai seragam. Mencoba mengingat-ingat saat bertemu di Polda, Rania menyayangkan dirinya saat itu tidak fokus melihat badge pada seragam yang dipakai Agha."Mas, Mas Agha jabatannya apa sih?" bisiknya sembari mendekat. Agha sedikit merendahkan badannya, karena tinggi Rania hanya sebatas pundaknya."Nggak usah tahu, Ra, kalau itu hanya akan membuatmu menjauh dariku," balasnya dengan tak kalah berbisik.Deg,"Perasaan macam apa ini? Kenapa aku jadi segugup ini.""Ckk, menyebalkan. Kita juga nggak sedekat itu kali," gerutu Rania yang disambut gelak tawa Agha."Yang pasti kita tetangga dekat," bisiknya lagi ditelinga Rani
Read more

Bab 7 Pernah Bertemu

"Sstt, jangan teriak-teriak, Ci. Malu-maluin aja, dikira orang nanti aku bawa motor curian.""Hush, kamu malah ngomong jelek gitu, sih."Rania memarkir motornya berjajar rapi dengan motor milik teman kos lainnya. Ada juga motor Cika tepat di sebelahnya."Gila, Nia! Motorku kalah bagus, nih.""Hmm, ini bukan motorku, Ci. Aku cuma dipinjami. Nanti malam juga sudah diambil balik," ungkap Rania santai sembari mengangkat cooler bag berisi susu murni."Sini aku bantuin! Kamu sudah bawa tas punggung pasti berat." Rania mengulas senyum. Tak lupa berterima kasih pada teman kosnya sekaligus sahabat di kampusnya itu. Suka duka sudah mereka alami bersama selama hampir mau empat semester. Sahabat yang selalu mengingatkan supaya Rania tidak terlalu lelah bekerja part time dan lebih fokus dengan belajar. Namun Rania tak mengindahkan, dengan dalih dia sangat butuh uang untuk membayar hutang, terutama hutangnya pada sosok yang ditakutinya di kampus."Sebentar lagi aku berangkat, Nia. Mau aku anterin s
Read more

Bab 8 Kafe

"Selamat datang di kafe Ceria, kafe romantis untuk kawula muda."Rania memasang senyum semanis madu dengan suara dibuat semerdu seruling, tetapi apa daya sedikit malu masih dirasanya."Ehmm, sepertinya kita pernah bertemu Nona?""Eh." Rania gelagapan mendengarnya. Wajahnya tampak mengingat-ingat sesuatu tetapi tak juga ketemu siapa sosok di hadapannya sekarang. Dua laki-laki salah satu masih berpakaian olahraga lengkap dengan sepatu dan menenteng tas berisi raket. Sementara itu, satunya lagi memakai celana denim dan kemeja kasual serta sneakers hitam menghiasi kakinya.Tak bisa berbohong, Rania sempat takjub melihat paras laki-laki yang menyapanya duluan. Tampan iya, pesonanya tak kalah dengan Agha. Postur tubuh sedikit lebih tinggi Agha, karena tinggi Rania melebihi pundaknya. Mengenai parfum, fix pasti sama mahalnya dengan parfum milik Agha. Hanya saja aromanya mint lebih segar. Rania pun menyukainya. Dia bisa mengenal macam-macam parfum dari Cika. Sahabatnya itu suka membelikan par
Read more

Bab 9 Ganti Rugi

"Ada apa, Ra? Kamu ada masalah dengannya?" Masih dalam posisi duduk, Agha bertanya pada Rania layaknya petugas sedang menginterogasi."Hmm, itu, Mas. Tadi aku nggak sengaja menyenggol motornya sampai lecet. Dia mau aku bertanggung jawab. Tapi beneran aku nggak tahu kejadiannya. Jadi, aku nggak berhenti," ucap Rania sembari tertunduk merasa bersalah."Mas minta ganti rugi?" Nada tegas reflek keluar dari mulut Agha."Nggak perlu. Dia sudah minta maaf, jadi impas," balas Abi penuh percaya diri."Itu motor saya. Kalau minta ganti rugi, Mas bisa hubungi saya!"Abi mengangguk dan tidak mempermasalahkan lagi goresan di motornya.Masing-masing pelanggan di dua meja berdekatan itu telah mendapatkan pesanan. Rania kembali ke counter minuman untuk menggantikan sementara temannya yang izin ke toilet.Abi terlihat menikmati pesanan yang baru saja disuguhkan. Ini kali pertama dia diajak Irvan mengunjungi kafe Ceria. Setelah studinya di Eropa selesai, Abi kembali mengabdi di tanah air hingga rezekin
Read more

Bab 10 Pelayan

Bab 10Detik berlalu makin cepat tergerus oleh menit hingga menit berlalu termakan oleh jam. Suasana ruang kuliah tampak riuh saat pelajaran Linguistik berlangsung. Pasalnya, mahasiswa mendapat tugas meneliti tentang cara berkomunikasi dengan anak berkebutuhan khusus.Ya, Rania mengambil jurusan sastra Indonesia sejak dua tahun yang lalu. Dia memiliki hobi membaca dan menulis, meski baru sebatas menulis di buku harian. Itupun sesekali saja, saat kesedihan yang tak terbendung melandanya.Baginya meluapkan segala emosi dalam bentuk tulisan mampu menyembuhkan luka yang tanpa disadari sedikit banyak menyayat hati. Rania teringat pesan seseorang di masa lalunya. Laki-laki yang meninggalkan kenangan sebuah tali rambut keropi beserta buku harian itu untuknya. "Jangan biarkan kesedihan menggerogoti hatimu. Ungkapkan resahmu dalam buku ini!" ucapnya kala itu.Senyum mengembang di bibir Rania setiap mengingat masa itu. Bayangan wajah laki-laki itu sungguh tidak bisa diingatnya. Tidak ada foto
Read more
DMCA.com Protection Status