Share

Bab 4 Malu

Author: D Lista
last update Last Updated: 2022-10-05 00:33:12

Seminggu berlalu....

"Ra, buruan jangan lama-lama. Kasian Mas Agha kelamaan nunggunya!" teriakan Bu Minah tak urung menghentikan kesibukan Rania mematut diri di depan cermin sembari membetulkan pasminanya.

"Sebentar lagi, Bu."

"Saya panggil Rania dulu, Mas Agha. Maaf, ya harus menunggu lama!" Laki-laki muda itu bernama Agha Rahmawan, berusia 28 tahun. Anak salah satu tetangga berselisih tiga rumah dari rumahnya. Agha berprofesi sebagai polisi, berkantor di kota Yogya.

"Nggak papa, Bu. Biar Rania selesaikan dulu, takutnya ada yang ketinggalan." Senyum merekah yang terlukis di wajah Agha selalu meneduhkan hati

Cklek,

"Kamu sudah cantik, butuh berapa lama lagi Agha harus menunggumu, Ra?"

"Ini dah mau selesai, Bu." Senyum tersungging di bibirnya memperlihatkan lesung pipit yang menjadi sumber pesonanya.

"Astaga, Ra!"

"Kenapa, Bu?" tanya Rania heran karena ekspresi terkejut ibunya.

"Jangan sering mengobral senyum! Ibu khawatir Pipi yang merah merona ini bisa membuat laki-laki jatuh ke pesonamu."

"Ishh, ibu nih bikin malu Ara aja. Ya nggak apa-apa kan, Bu?"

"Nggak apa-apa kalau hanya satu laki-laki macam Agha yang terpesona. Kalau banyak laki-laki justru bahaya."

Rania tergelak, lalu meyakinkan pada ibunya bahwa dia akan menepati janjinya belajar sungguh-sungguh hingga lulus kuliah dengan lancar. 

"Ara nggak mau memikirkan calon pendamping hidup, Bu. Ara ingin meraih cita-cita dulu."

"Jangan kaku begitu, Ra! Jodoh Allah yang mengatur. Kalau ditengah kamu kuliah tiba-tiba Allah menghadirkannya, kamu tidak bisa mengelak."

"Pokoknya Ara mau serius kuliah dulu, Bu."

Rania memeluk ibunya. Elusan tangan dipunggungnya memberikan ketenangan. Semangatnya untuk kembali ke kota pelajar langsung tersulut.

"Ya sudah, fokuslah belajar! Jaga diri di sana ya! Jangan terlalu mementingkan kerja sambilan takutnya kuliah jadi keteteran!"

"Siap, Bu! Yang penting doa ibu selalu mengiringi setiap langkah Ara."

"Ya, ibu selau mendoakanmu, Ra."

Bu Minah mengurai pelukan, tangan kanan mengusap bahu putrinya, dan tak lupa mengecup puncak kepala yang telah tertutup pasmina polos warna biru laut.

"Hati-hati ya, Mas Agha! Titip Rania."

"Iya, Bu. Kami berangkat dulu."

"Nanti pamitkan Bapak dan Sari ya, Bu!" Rania melambaikan tangan yang dibalas anggukan ibunya seraya melambaikan tangan. Agha menyodorkan helm pada Rania yang terlihat tak fokus. Rania harus mengakui penampilan Agha hari ini membuatnya terkesima. Apalagi suara maskulin ajakannya membuat hati kian meleleh.

Aroma citrus menguar dari parfum yang dipakai memberikan kenyamanan tersendiri bagi Rania. Tak bisa dipungkiri banyak ibu-ibu di kampung yang mengidolakan Agha jadi menantunya, pun juga ibunya. Namun Rania tak ingin bermimpi terlalu tinggi, meski Agha masuk kriteria suami idamannya, kondisi keluarga mereka seperti langit dan bumi. Asanya hanya satu, kuliah bisa lulus tepat waktu dan bisa kerja dapat uang banyak untuk membayar hutang orang tuanya. 

"Ra, hai, Rania!" Agha mengibaskan tangan di depan wajah Rania.

"Astaghfirullah. Ya, Mas." Rania terkesiap, berusaha membuang muka agar tidak kelihatan wajahnya yang merah merona. Sungguh wangi parfum itu tak juga menghilang dari indra penciumannya.

 

"Ini helmnya. Kalau hanya melamun, kita nggak jadi berangkat lho."

 

"Eh, iya Mas," jawabnya sedikit gugup. Gegas Rania memasangkan helm. Dia menarik napas dalam demi menetralkan detak jantungnya.

 

"Mas bisa mampir ke rumah Pak Cokro dulu, nggak? Mas tergesa nggak balik ke Yogyanya?" Agha mengulum senyum setiap mendengar tanya Rania yang beruntun. 

 

"Ckk, kebiasaan kamu tuh, Ra. Tanyanya satu-satu. Belum juga dijawab dah nyerocos kayak kereta api," decih Agha yang disambut gelak tawa Rania.

 

"Maaf," ucap Rania tersipu. Agha melajukan motor honda 150cc dengan kecepatan sedang menuju rumah Pak Cokro pemilik  peternakan sapi yang berjarak sekitar 500 meter dari rumah Rania. Dia menunggu di luar, sementara Rania masuk mengambil barang.

 

"Ini ya Mbak, tadi sudah disiapkan semua jadi tinggal bawa."

 

"Makasih banyak, Mbak. Saya bawa dulu susunya ya."

 

"Semoga laris ya, Mbak!" Rania mengangguk sumringah dan mengamini doanya. Doa dari orang-orang terkasih begitu memberi semangat untuk perjuangan hidupnya. Banyak karyawan yang mengenal Rania sebagai gadis tekun dan pekerja keras, membantu keluarganya dengan berjualan susu di pelosok Boyolali. Tak ada rasa malu, yang terpenting baginya adalah kerja halal. Kini dia mulai ikut memasarkan susu murni ke beberapa kafe di Yogya. Tidak banyak uang yang didapat, tetapi sudah cukup melegakan hatinya bisa mendapat uang sedikit demi sedikit.

 

"Yuk, Mas!" Agha melihat Rania membawa cooler bag. Hatinya amat tersentuh saat melihat semangat gadis yang berselisih lebih dari lima tahun dengan usianya. 

 

"Ra, kamu nggak masalah kuliah sambil kerja?" 

Related chapters

  • Dosenku Suamiku   Bab 5 Anak Perwira vs Penjual Susu

    "Yuk, Mas!" Agha melihat Rania membawa cooler bag. Hatinya amat tersentuh saat melihat semangat gadis yang berselisih lebih dari lima tahun dengan usianya. "Ra, kamu nggak masalah kuliah sambil kerja?" "Memangnya kenapa, Mas?""Aku khawatir kamu nggak bisa atur waktu. Nanti kuliahmu justru terbengkalai." Rania duduk sebentar di samping Agha dengan memberi jarak cooler bag di tengahnya, karena kursi yang tersedia lumayan panjang."Nggak gitu juga, Mas. Aku malah bisa latihan wirausaha. Kan di kampus ada mata kuliah kewirausahaan sekarang." Rania menjelaskan dengan wajah sumringah."Ya sudah, yang penting fokus pada kuliahmu biar cepat lulus dan...." Agha menjeda kalimatnya. Dia tak yakin kalimat selanjutnya akan membuat Rania senang mendengarnya."Dan bisa kerja lalu dapat uang banyak," sambung Rania seraya tertawa renyah. Agha sedikit kecewa ternyata kalimat lanjutannya beda dengan yang dipikirkan Rania."Kenapa, Mas?""Haha, iya iya dapat uang banyak biar cepat kaya raya lalu lupa

    Last Updated : 2022-10-05
  • Dosenku Suamiku   Bab 6 Gara-Gara Motor

    "Kapten? Apa posisi Mas Agha atasan mereka?" Rania tertunduk malu, semakin minder dibuatnya. Dia tidak tahu menahu pangkat di anggota kepolisian. Dia bisa melihat berbagai badge terpasang di seragam orang-orang yang berdiri tegap di depan Agha. Ada tanda balok berwarna emas tersemat di sana. Namun Rania jelas tidak bisa menemukan tanda itu di pakaian Agha, karena belum memakai seragam. Mencoba mengingat-ingat saat bertemu di Polda, Rania menyayangkan dirinya saat itu tidak fokus melihat badge pada seragam yang dipakai Agha."Mas, Mas Agha jabatannya apa sih?" bisiknya sembari mendekat. Agha sedikit merendahkan badannya, karena tinggi Rania hanya sebatas pundaknya."Nggak usah tahu, Ra, kalau itu hanya akan membuatmu menjauh dariku," balasnya dengan tak kalah berbisik.Deg,"Perasaan macam apa ini? Kenapa aku jadi segugup ini.""Ckk, menyebalkan. Kita juga nggak sedekat itu kali," gerutu Rania yang disambut gelak tawa Agha."Yang pasti kita tetangga dekat," bisiknya lagi ditelinga Rani

    Last Updated : 2022-12-14
  • Dosenku Suamiku   Bab 7 Pernah Bertemu

    "Sstt, jangan teriak-teriak, Ci. Malu-maluin aja, dikira orang nanti aku bawa motor curian.""Hush, kamu malah ngomong jelek gitu, sih."Rania memarkir motornya berjajar rapi dengan motor milik teman kos lainnya. Ada juga motor Cika tepat di sebelahnya."Gila, Nia! Motorku kalah bagus, nih.""Hmm, ini bukan motorku, Ci. Aku cuma dipinjami. Nanti malam juga sudah diambil balik," ungkap Rania santai sembari mengangkat cooler bag berisi susu murni."Sini aku bantuin! Kamu sudah bawa tas punggung pasti berat." Rania mengulas senyum. Tak lupa berterima kasih pada teman kosnya sekaligus sahabat di kampusnya itu. Suka duka sudah mereka alami bersama selama hampir mau empat semester. Sahabat yang selalu mengingatkan supaya Rania tidak terlalu lelah bekerja part time dan lebih fokus dengan belajar. Namun Rania tak mengindahkan, dengan dalih dia sangat butuh uang untuk membayar hutang, terutama hutangnya pada sosok yang ditakutinya di kampus."Sebentar lagi aku berangkat, Nia. Mau aku anterin s

    Last Updated : 2022-12-14
  • Dosenku Suamiku   Bab 8 Kafe

    "Selamat datang di kafe Ceria, kafe romantis untuk kawula muda."Rania memasang senyum semanis madu dengan suara dibuat semerdu seruling, tetapi apa daya sedikit malu masih dirasanya."Ehmm, sepertinya kita pernah bertemu Nona?""Eh." Rania gelagapan mendengarnya. Wajahnya tampak mengingat-ingat sesuatu tetapi tak juga ketemu siapa sosok di hadapannya sekarang. Dua laki-laki salah satu masih berpakaian olahraga lengkap dengan sepatu dan menenteng tas berisi raket. Sementara itu, satunya lagi memakai celana denim dan kemeja kasual serta sneakers hitam menghiasi kakinya.Tak bisa berbohong, Rania sempat takjub melihat paras laki-laki yang menyapanya duluan. Tampan iya, pesonanya tak kalah dengan Agha. Postur tubuh sedikit lebih tinggi Agha, karena tinggi Rania melebihi pundaknya. Mengenai parfum, fix pasti sama mahalnya dengan parfum milik Agha. Hanya saja aromanya mint lebih segar. Rania pun menyukainya. Dia bisa mengenal macam-macam parfum dari Cika. Sahabatnya itu suka membelikan par

    Last Updated : 2022-12-14
  • Dosenku Suamiku   Bab 9 Ganti Rugi

    "Ada apa, Ra? Kamu ada masalah dengannya?" Masih dalam posisi duduk, Agha bertanya pada Rania layaknya petugas sedang menginterogasi."Hmm, itu, Mas. Tadi aku nggak sengaja menyenggol motornya sampai lecet. Dia mau aku bertanggung jawab. Tapi beneran aku nggak tahu kejadiannya. Jadi, aku nggak berhenti," ucap Rania sembari tertunduk merasa bersalah."Mas minta ganti rugi?" Nada tegas reflek keluar dari mulut Agha."Nggak perlu. Dia sudah minta maaf, jadi impas," balas Abi penuh percaya diri."Itu motor saya. Kalau minta ganti rugi, Mas bisa hubungi saya!"Abi mengangguk dan tidak mempermasalahkan lagi goresan di motornya.Masing-masing pelanggan di dua meja berdekatan itu telah mendapatkan pesanan. Rania kembali ke counter minuman untuk menggantikan sementara temannya yang izin ke toilet.Abi terlihat menikmati pesanan yang baru saja disuguhkan. Ini kali pertama dia diajak Irvan mengunjungi kafe Ceria. Setelah studinya di Eropa selesai, Abi kembali mengabdi di tanah air hingga rezekin

    Last Updated : 2023-01-31
  • Dosenku Suamiku   Bab 10 Pelayan

    Bab 10Detik berlalu makin cepat tergerus oleh menit hingga menit berlalu termakan oleh jam. Suasana ruang kuliah tampak riuh saat pelajaran Linguistik berlangsung. Pasalnya, mahasiswa mendapat tugas meneliti tentang cara berkomunikasi dengan anak berkebutuhan khusus.Ya, Rania mengambil jurusan sastra Indonesia sejak dua tahun yang lalu. Dia memiliki hobi membaca dan menulis, meski baru sebatas menulis di buku harian. Itupun sesekali saja, saat kesedihan yang tak terbendung melandanya.Baginya meluapkan segala emosi dalam bentuk tulisan mampu menyembuhkan luka yang tanpa disadari sedikit banyak menyayat hati. Rania teringat pesan seseorang di masa lalunya. Laki-laki yang meninggalkan kenangan sebuah tali rambut keropi beserta buku harian itu untuknya. "Jangan biarkan kesedihan menggerogoti hatimu. Ungkapkan resahmu dalam buku ini!" ucapnya kala itu.Senyum mengembang di bibir Rania setiap mengingat masa itu. Bayangan wajah laki-laki itu sungguh tidak bisa diingatnya. Tidak ada foto

    Last Updated : 2023-08-16
  • Dosenku Suamiku   Bab 11 Menyebalkan

    Bab 11 MenyebalkanMasih dengan perasaan dongkol, Rania menarik napas panjang. Netranya memicing ke arah meja di sudut ruangan, ada papan nama, Dr. Abimanyu Nareswara. Namanya seperti tidak asing di benaknya. Setelah kepergian laki-laki yang dipanggil Abi itu, Rania fix menaruh dendam padanya. Bisa-bisanya laki-laki itu tidak bisa membaca bahasa tubuhnya.Benar adanya, bagi laki-laki, perempuan seringkali dipandang tidak jelas atau suka berputar-putar daripada langsung mengarah ke apa yang dimaksud. Kadang-kadang seorang laki-laki merasa seakan-akan dia disuruh menebak-nebak apa yang diinginkan si perempuan, atau dia diminta menjadi seorang pembaca pikiran.Ya, sepertinya Rania sia-sia saja mengandalkan kontak matanya untuk meminta pertolongan laki-laki yang baru pertama kali ditemuinya semalam di kafe. Pertemuan pertama yang buruk, karena terjadi adu pandang dan adu mulut dengan Agha.Satu-satunya harapan kini hanyalah membela diri sekuat tenaga jika monster di hadapannya kini mengaun

    Last Updated : 2023-08-16
  • Dosenku Suamiku   Bab 12 Memuaskan

    Bab 12 Memuaskan"Aku dengar kamu ada job baru sekarang?" cibir Almira."Apa maksudmu?" Rania bertanya balik dengan sorot mata mengharap jawaban."Apa sepupuku juga salah satu korbanmu, huh?" Rania tercengang mendengarnya. Dia menoleh ke kanan kiri berharap tidak ada orang lain yang menangkap pembicaraan mereka."Jaga bicaramu, Al! Kalian tidak punya bukti apa-apa hingga menuduhku seperti itu.""Haha, bukti?! Jelas-jelas Sherly dan Manda lihat malam akhir pekan lalu kamu diantar Pak Herman. Benar begitu, bukan? Tidak usah mengelak, kalian sama-sama menjalin hubungan mutualisme. Ada yang butuh uang dan ada yang butuh kesenangan."Memilih pergi, Rania tidak ingin meladeni mereka yang berujung ricuh. Merasa Rania tak acuh, Almira kesal setengah mati. Dia tidak rela kalau sepupunya memberi perhatian lebih pada gadis yang dianggapnya pesaing dalam hal prestasi sejak.di bangku sekolah hingga di kampus."Lihat saja, Nia. Aku akan membuktikan kalau kamu wanita yang tidak pantas untuk sepupuku.

    Last Updated : 2023-08-16

Latest chapter

  • Dosenku Suamiku   Bab 42 Surprise (TAMAT)

    Bab 42 Surprise (Tamat) "Mas Agha, kenapa beliau yang datang?""Hah, aku juga nggak tahu, Ra.""Ishh, bohong kamu, Mas."Agha berusaha lari ke dapur untuk menghindar sebelum kena timpuk Rania.Di sinilah saat ini, dua keluarga yang saling bersua untuk satu tujuan baik yakni menyatukan dua insan yang awalnya bersepakat dengan sebuah perjanjian. Ruang tamu berisi keluarga Abi dan juga Pak Joko sebagai tuan rumah. Sementara itu, Rania duduk dengan kursi terpisah, karena kursi kayu yang mengisi ruang tamu terbatas.Setelah basa-basi perkenalan, papa Abi mengutarakan maksud kedatangan keluarganya untuk melamar Rania.Seketika Rania tersentak, sekilas beradu pandang dengan Abi, lalu memutus kontak dengan mengalihkan netra kearah sang bapak. "Maaf, izinkan saya berbicara berdua dengan Pak Abi," mohon Rania dengan menangkupkan kedua tangannya.Mama Abi yang semula berbinar wajahnya sedikit meredup. Ada sorot khawatir jika Rania akan menolak. Namun, Rania memberikan senyuman sekilas membuat h

  • Dosenku Suamiku   Bab 41 Mengejutkan

    Bab 41 Mengejutkan Netranya menangkap sosok laki-laki berperawakan tinggi memakai topi dan kaca mata hitam sedang melambaikan tangan ke arahnya. "Mas Ares. Benarkah itu Mas Ares?" lirihnya.Jantung Rania berdegup kencang. Namun, sedetik kemudian dia menyadari bahwa laki-laki itu bukan Ares, melainkan Agha.Ya, Agha memang berjanji menjemputnya bersamaan dengan Ares yang mengirimkan pesan akan menjemput juga. Alhasil, Rania tidak menolak keinginan satupun dari mereka."Mas Agha?" sapa Rania dengan memasang wajah ceria, meskipun sedikit kaku. Dia tak mau ketahuan sedang memikirkan seseorang yang ditunggunya. Agha menjawab salam dari Rania lalu mengulas senyum yang mengembang."Apa kabar? Kamu tambah cantik, Ra.""Ishh, nggak usah nggombal." Agha pun tergelak."Lama nggak ketemu. Mas apa kabar?""Baik. Ayo, masuk mobil dulu! Nanti ceritanya dilanjutkan lagi sambil jalan.""Ya, Mas." Rania tidak fokus dengan obrolan Agha selanjutnya, justru pandangannya berkeliaran sibuk mencari Ares. Pe

  • Dosenku Suamiku   Bab 40 Aku Pulang, Pak, Bu

    Bab 40 Aku Pulang, Pak, Bu.Waktu tak terasa bergulir begitu cepat, hari berganti minggu, dan minggu berganti bulan. Terhitung sudah hampir 11 bulan Rania dan teman-temannya mengabdi di Austria. Rania hanya sekali berkirim pesan pada Ares dan mendapat balasan panjang lebar enam bulan lalu. Dia urung mengirim kembali, setelah melihat ares berganti profil WA dengan foto gadis kecil. Rania mengira pasti itu foto anaknya. Setitik nyeri itu hadir, dia harus menelan pil pahit. Seseorang yang diharapkan merengkuhnya kembali untuk bangkit ternyata sudah punya keluarga kecil. "Ah, payahnya diriku. Kenapa harus berharap pada manusia. Pada akhirnya kecewa yang kurasa." Hari ini, dia harus menghadiri acara perpisahan dengan pihak kampus yang mengadakan progam mengajar untuk anak WNI di Klagenfurt dan Vienna. Dalam acara nanti, panitia akan memberikan penghargaan pada mahasiswa yang telah sukarela melaksanakan tugasnya.Malam tiba, sambutan dari ketua panitia membuka acara pelepasan tim sukarela

  • Dosenku Suamiku   Bab 39 Kontak

    Bab 39 Kontak"Ya, Mas. Sini nomernya kasih catatan di sini ya!""Kenapa nggak langsung diketik di ponsel?""Hmm, saya nggak bawa ponsel," kilahnya.Menggenggam secarik kertas, Rania sedikit gemetar membukanya sesaat setelah sampai di dorm. Dia memastikan teman satu kamarnya tidak melihat karena memang belum pulang dari bertugas mengajar. Gegas Rania menyalin nomer itu di buku catatan kecilnya.Kata hatinya menyuruh demikian, karena bisa jadi mahasiswa yang tadi menemuinya tidak akan mengulang hal yang sama. Rania berniat membeli ponsel akhir pekan ini. Dia perlu menghubungi dosen dikampusnya terkait mata kuliah yang dikerjakannya secara daring. Merebahkan badan di ranjang, Rania menatap langit-langit kamar. Pendingin ruangan segera dinyalakannya untuk mengurangi udara yang semakin terasa panas."Bapak, Ibu, Sari. Kalian apa kabar di sana? Semoga sehat-sehat semua. Kenapa beberapa hari ini mimpiku selalu tentang bapak. Mas Agha juga lagi bertugas, aku nggak bisa mendapat informasi lag

  • Dosenku Suamiku   Bab 38 Kenangan Itu

    Bab 38 Kenangan ituSejak mengetahui berita skandal yang dialami Rania, Abi diserang sakit kepala yang amat sering. Sepertinya, sakit itu terkait dengan ingatannya yang sempat hilang pasca kecelakaan. Dia memutuskan cuti untuk melakukan pengobatan terapi atas saran dari Irvan sahabatnya. Kedua orang tuanya pun mendukung untuk melakukan terapi di Semarang agar keluarga bisa memantau.Selain itu, mamanya juga tidak lagi memaksa Abi segera menikah mengingat kondisi kesehatannya kurang stabil. Selama empat minggu, Abi baru selesai menjalani terapi dengan Irvan dan didampingi psikiater di RS kota Semarang, kini sedikit demi sedikit ingatannya mulai pulih. Tentang sosok gadis kecil di masa lalu, dia mulai bisa mengingatnya bahwa dulu pernah menolong seorang gadis dan mendampingi pemulihan psikisnya selama sebulan. Kini dia baru mengaktifkan kembali ponselnya setelah terapi selesai. Begitu ponsel diaktifkan, tak terhingga pesan masuk membuatnya menggelengkan kepala. Namun, ada satu pesan yan

  • Dosenku Suamiku   Bab 37 di Wörthersee

    Bab 37 di WörtherseeDisinilah Rania mengerucutkan bibir, duduk bersama Agha ditemani dua cangkir coklat panas di Lounge bandara. Aroma coklat yang menguar menggoyangkan lidah untuk dicicipi. Namun, ego Rania melarang menyentuh minuman lezat itu.Secangkir coklat menemani dalam keheningan. Asap mengepul, aroma menguar, mengundang kerinduan. "Aku rindu menyantapnya bersamamu, seperti saat di kafe dulu. Kurasa sebentar lagi coklat ini akan dingin, sedingin hatimu padaku akhir-akhir ini. Sudahi main petak umpetnya, kamu nggak bakat bersembunyi dariku, Ra.""Mas!" Agha tergelak, melihat ekspresi kesal Rania sungguh terlihat lucu."Baiklah, aku yang salah. Jangan menyalahkan Cika! Aku yang memaksanya. Aku hanya ingin...."Suara Agha terjeda saat melihat perubahan ekspresi Rania mulai memudar kesalnya."Aku ingin minta maaf, untukku, juga keluargaku. Kamu tidak seharusnya melakukan ini, Ra. Kamu nggak harus pergi jauh," bujuk Agha."Nggak, Mas. Aku tahu masalahnya sudah usai, tapi aku berja

  • Dosenku Suamiku   Bab 36 Tak Terduga

    Bab 36 Tak Terduga"Arif! Gimana, sudah beres tugasnya?""Ckk, bentar lagi ya. Aku lagi nyari teman, nih?" Arif menoleh karena panggilan seorang temannya dari belakang. Hingga Rania melintas, dia tidak mengetahuinya."Sayang banget kamu sama sahabat pacarmu, Rif.""Iyalah. Rania itu sahabat baik Cika."Beberapa menit berlalu, Arif menunggu Cika datang. Akhirnya yang ditunggu menampakkan batang hidungnya bersama laki-laki gagah, siapa lagi kalau bukan Agha."Gimana, Rif?" Cika masih berusaha menetralkan napasnya setelah berlari dari parkiran menuju tempat duduk si bawah pohon rindang. Semilir angin yang berhembus hampir saja menenggelamkan Arif ke alam mimpi. Tangannya mengucek kedua mata memaksa terbuka."Ketemu Nia, nggak?" Cika bisa melihat wajah kekasihnya lesu, pertanda kurang baik."Apa kamu ketemu, Rania?" timpal Agha memastikan."Udah menghilang, kata teman-teman belum ada sejam dia di sini. Pada ngasih selamat, tuh lihat aja. Namanya masuk koran lokal hari ini." Arif mengarahka

  • Dosenku Suamiku   Bab 35 Petak Umpet

    Bab 35 Petak UmpetBerjalan menyusuri koridor kampus, Rania menatap was-was suasana sekitarnya. Seakan takut beberapa pasang mata akan mengulitinya, mengingat kejadian heboh beberapa waktu yang lalu. Kejadian yang membuatnya terpapar gosip skandal dengan dosen senior, pun dengan laki-laki kaya tak lain bosnya.Raga berjalan, tetapi jiwa melayang entah kemana. Jari tiba-tiba gemetar saat melihat dari kejauhan ada rombongan teman-temannya sekelas. Namun, tidak ada Cika diantaranya. Sherly dan Manda masih sama, menatap sinis padanya. Dada terasa bergemuruh, niat hati ingin berlari menghindar sekencangnya. Apa daya, mereka sudah melihat keberadaannya. Mau tak mau Rania harus siap menerima cacian."Hai, Nia."Deg,Deru napas semakin memburu, jantung pun bertalu. Dia menoleh lemah."Selamat ya! Kamu memang mahasiswi yang patut dibanggakan.""Hah." Wajah Rania tercengang, mulut terasa kaku mendengar ucapan selamat bak mimpi di siang hari."Nia, Nia! Terima kasih ya. Kelompok kita dapat pengha

  • Dosenku Suamiku   Bab 34 Berkumpul

    Bab 34 Berkumpul"Aargh!" pekik Rania saat tak sengaja seseorang menyenggolnya karena bus dalam keadaan penuh penumpang."Maaf, Mbak nggak papa?""Nggak apa-apa, Mas." Rania segera turun sebelum bus melaju kembali.Saat ingin menyeberang ke halte bus kota, tangan kanannya masuk ke saku jaket. "Ponselku?! Dimana ponselku?"Deg,"Aargh!"Seketika rasa pening menghantam kepalanya.Tubuh kecil nan rapuh itu terasa limbung menyadari ponselnya entah terjatuh atau diambil orang dengan sengaja. Seingat Rania, di dalam bus saat mau turun ada seseorang menyenggolnya. Bisa jadi laki-laki itu pencopet karena sedikit berdesakan sewaktu dia mau turun dari bus.Memilih bersandar sebentar di sebuah tiang dekat lampu merah, Rania menarik napas dalam berulang. Menepuk-nepuk dadanya beberapa kali, hingga sesaknya sedikit berkurang. Setelah dirasa tubuhnya nyaman, dia mula melangkahkan kaki kembali untuk menyeberang sampai halte bus kota. Tertunduk di pinggir jalan, Rania tergugu. Hari-harinya terasa

DMCA.com Protection Status