Malam itu, Gaura, yang merupakan seorang bodyguard pribadi harus menemani atasannya, yang bernama Edrio Roderick dalam pertemuan bisnis di sebuah bar. Namun, atasannya dijebak! Alih-alih berhasil melindungi dan menyelamatkan Edrio, Gaura justru ikut terjebak dalam sebuah kejadian yang tak pernah ia bayangkan hingga membuatnya harus menerima kenyataan pahit setelah kejadian malam itu. Apa yang telah terjadi dengan keduanya? Akankah Gaura dapat menerima takdir baru yang akan ia hadapi?
View MoreGambar di layar mendadak gelap. Gaura menegang. "Apa yang terjadi?" Edrio mengernyit dan mundur beberapa detik sebelum titik mati itu terjadi. Rekaman berjalan lagi—normal. Namun, tepat ketika waktu menunjukkan sekitar pukul 08.45, layar kembali gelap selama kurang lebih tiga menit, lalu kembali menyala seolah tidak ada yang terjadi. Ketika layar kembali aktif, amplop itu sudah ada di meja resepsionis. Gaura menggigit bibirnya. "Tidak mungkin…" Edrio mencoba mempercepat rekaman, mencari sudut lain dari kamera yang mungkin menangkap kejadian tersebut. Ia memutar ulang rekaman dari kamera yang menghadap pintu masuk studio. Namun, hasilnya sama. Tepat pada waktu yang sama, kamera itu juga mengalami gangguan. "Ini bukan kebetulan," gumam Vigo dari belakang. Gaura menatapnya. "Kau pikir ada yang meretas sistem kita?" Vigo mengangguk. "Seseorang jelas ingin menyembunyikan identitas mereka. Mereka cukup profesional untuk mengetahui cara menonaktifkan CCTV di waktu yang tepat." Ed
Itu adalah... foto dirinya dan Galen yang diambil secara diam-diam dari kejauhan. Beberapa foto menunjukkan mereka saat berada di taman bermain, saat mengantar Galen ke sekolah, bahkan ada foto dirinya saat sedang berada di dalam rumah, di ruang tamu. Di bagian bawah foto itu, ada tulisan tangan yang sama dengan surat di dalam kotak tadi. "Kami tahu segalanya. Kau tidak bisa lari." Gaura mulai merasa mual dengan semua yang terjadi. Seseorang telah mengawasi mereka. Ia segera berdiri, jantungnya berdebar kencang. "Siapa yang mengirim ini?" Karyawan itu menggeleng, suaranya bergetar. "Kami menemukannya di laci resepsionis pagi ini. Tidak ada yang tahu siapa yang meletakkannya." Gaura mengepalkan tangan. Ini sudah keterlaluan. Ia tidak peduli lagi. Dengan tangan gemetar, ia menghubungi Edrio lagi. "Ini bukan hanya ancaman biasa, Edrio." suaranya sedikit bergetar. "Mereka mengawasi kita. Bahkan Galen." Di seberang telepon, suara Edrio berubah dingin. "Aku akan ke sana sekaran
"Jonathan tidak hanya ingin menghancurkan reputasimu," kata Jade sambil menyodorkan tablet yang berisi laporan-laporan rahasia. "Dia juga berencana untuk mengambil alih salah satu aset terpenting perusahaanmu—dan dia hampir berhasil." Jade kembali dengan data yang mengejutkan selang beberapa jam kemudian. Edrio membaca data itu dengan cepat. Matanya menyala penuh kemarahan. Jonathan telah menyuap beberapa orang dalam di perusahaannya untuk melemahkan sistem keuangan dan komunikasi internal. Jika rencana ini berhasil, bukan hanya reputasi Edrio yang hancur, tetapi juga bisnisnya. Edrio menatap Vigo dan Reno. "Kita harus bertindak sekarang." Vigo mengangguk. "Apa langkah pertama?" Edrio tersenyum tipis, tetapi senyum itu dipenuhi oleh ancaman. "Kita buat Jonathan percaya bahwa dia sudah menang. Dan saat dia lengah, kita jatuhkan dia." Malam itu, Edrio mulai mengatur permainan. Ia menyebarkan informasi palsu, membuat Jonathan percaya bahwa serangannya terhadap bisnis Edrio mulai
Suasana di kantor pusat Edrio kini semakin mencekam.Edrio berdiri di depan jendela kaca besar ruangannya, menatap keluar dengan rahang mengeras. Pikirannya berputar cepat, memproses setiap informasi yang baru saja ia terima. Ada seseorang yang bergerak di balik layar—seseorang yang lebih berbahaya dari Prita dan kaki tangannya.Vigo, Reno, dan beberapa kepala keamanan lainnya menunggu perintah selanjutnya dengan ekspresi tegang.Edrio akhirnya berbalik."Kita tidak bisa hanya menunggu mereka menyerang lebih dulu," katanya dengan nada dingin. "Kita harus menemukan mereka sebelum mereka menemukan kita."Reno mengangguk cepat. "Kami sedang melacak transaksi keuangan itu, Tuan. Tetapi rekening anonim ini sangat sulit untuk dipecahkan. Butuh waktu lebih lama."Edrio menyipitkan mata. "Tidak ada waktu untuk menunggu. Gunakan jalur lain."Reno ragu sejenak. "Jalur lain, maksud Anda...?"Edrio menatapnya tajam. "Kita temui orang yang bisa membantu kita melewati batasan legal. Kita butuh info
“Hentikan pernikahan ini, atau kami akan mengambil sesuatu yang berharga dari kalian. Ini peringatan terakhir!” Edrio meremas kertas itu dengan geram. Ia menoleh ke sekeliling, tetapi tidak ada siapa pun di sana. Namun, ia tahu… seseorang sedang mengawasi mereka. Tanpa menunggu lebih lama, ia kembali masuk ke dalam rumah dan menunjukkan kertas itu pada semua orang. Gaura membaca tulisan itu dan wajahnya langsung pucat. Elia menutup mulutnya, sementara Ayara tampak ingin menangis. “‘Sesuatu yang berharga’…” Gaura berbisik lemah, matanya langsung tertuju pada Galen. Edrio langsung menarik Gaura dan Galen ke dalam pelukannya, seolah ingin memastikan mereka tetap aman. Malam yang seharusnya diisi dengan kebahagiaan kini berubah menjadi malam penuh ancaman. Edrio tahu… ini bukan sekadar ancaman kosong. Seseorang benar-benar ingin menghancurkan mereka. Dan pastinya, ia tidak akan tinggal diam. **** Pagi hari di kota masih tampak biasa, tetapi di dalam kantor pusat, sua
Suasana di dalam rumah berubah drastis setelah Edrio menunjukkan isi pesan itu pada Gaura. Wajah wanita itu menegang, sementara tangan Elia yang menggenggamnya mulai gemetar. “Ini… ancaman,” gumam Elia dengan suara pelan namun penuh ketakutan. Ayara menghela napas panjang, mencoba menenangkan diri. “Apa kita harus melibatkan aparat?” tanyanya, meski dari suaranya terdengar jelas bahwa ia juga cemas. Edrio meremas kertas itu di tangannya. Matanya dipenuhi ketajaman, seperti elang yang siap memburu mangsanya. “Tidak. Jika kita langsung melibatkan aparat, mereka mungkin akan bersembunyi dan kita tidak akan pernah tahu siapa dalang sebenarnya.” Edwin mengangguk setuju. “Aku setuju dengan Edrio. Kita perlu tahu siapa yang benar-benar menginginkan pernikahan ini gagal. Jika kita gegabah, mereka bisa saja menghilang dan menyerang dengan cara lain.” Gaura menggigit bibirnya. Ia memandangi Galen yang masih berada dalam pelukannya, anak itu tampak kebingungan dengan situasi yang terjadi.
Brak! Galen yang sedang bermain di lantai langsung tersentak dan berlari ke arah Gaura. Semua orang menoleh ke arah jendela, Edrio pun langsung berdiri, wajahnya berubah serius. “Ada apa itu?” Ayara bertanya panik. Elia juga terlihat cemas, tangannya refleks menggenggam lengan Gaura. Edrio berjalan ke arah pintu dengan langkah waspada, sementara Edwin mengikutinya dari belakang. “Jangan buka pintunya dulu,” perintah Edwin, nada suaranya penuh kewaspadaan. Gaura bangkit berdiri, hatinya mulai dipenuhi rasa tak nyaman. Ia segera membawa Galen lebih dekat padanya, melindungi anak itu di belakang tubuhnya. Edrio melirik ke arah luar dari celah jendela, matanya menyipit tajam. “Ada mobil hitam asing yang terparkir di depan pagar…” gumamnya rendah. Edwin mengernyit. “Mobil siapa?” Belum sempat ada yang menjawab, tiba-tiba terdengar suara derap langkah tergesa-gesa di luar rumah. Lalu, seseorang mulai mengetuk pintu—bukan ketukan biasa, tapi lebih seperti gedoran keras. Dug! Dug!
"Aku berharap..." Gaura hampir menyelesaikan kalimatnya ketika tiba-tiba terdengar suara keras dari dapur. Brak! Semua orang tersentak. Ayara langsung menaruh tangannya di dada, terkejut. “Astaga, suara apa itu?” Elia segera berdiri. “Mungkin kucing liar. Aku akan lihat.”Namun sebelum ia bisa melangkah, seorang pria berbaju hitam muncul dari arah dapur, wajahnya penuh keringat. Ia adalah salah satu pelayan yang bekerja untuk keluarga Edrio. "Maafkan saya, Tuan, Nyonya... saya... saya hanya tidak sengaja menjatuhkan nampan," katanya gugup. Gaura menatap tajam ke arah dapur. “Apa yang kau lakukan di sana?“ Pria itu terlihat semakin gelisah, matanya melirik ke kanan dan ke kiri, seperti sedang mencari jalan keluar. Edrio yang peka terhadap gerak-gerik orang langsung berdiri. “Siapa yang menyuruhmu kemari?” Pria itu menelan ludah. "Aku hanya... hanya ingin memastikan keadaan rumah ini aman..." "Jangan berbohong," suara Edrio kini terdengar jauh lebih dingin. “Aku tida
”Aku akan melakukannya,“ ucap Edrio tegas. **** Kini, Gaura sedang duduk di ruang tamu, menyesap teh hangat sembari memeriksa beberapa berkas yang berkaitan dengan studionya. Setelah kejadian kemarin, ia masih perlu waktu untuk memulihkan reputasi bisnisnya, dan itu bukan hal yang mudah. Ponselnya tiba-tiba bergetar di atas meja. Ia melihat nama yang tertera di layar—Edrio. Gaura menghela napas sebelum mengangkatnya. “Ada apa?” tanyanya langsung. Di seberang telepon, suara Edrio terdengar tenang seperti biasa. “Apa kau ada waktu untuk bicara?” Gaura melirik jam di dinding. “Aku sedang istirahat sebentar. Jadi, cepatlah bicara.” Hening sejenak sebelum Edrio berkata, “Aku akan datang ke rumah bersama kedua orang tuaku.” Gaura tertegun. “Apa?” “Aku ingin melamarmu, Gaura,” lanjut Edrio, suaranya tegas dan tak terbantahkan. “Dan aku ingin melakukannya secara resmi, di hadapan orang tuaku dan Ibumu.” Jantung Gaura seakan berhenti berdetak sesaat. Lamaran? Ia bangkit d
“Ah! Pak! Lepaskan saya!” Dengan gerakan cepat, Edrio menarik pergelangan tangan Gaura, membuat wanita itu terkejut dan berusaha melepaskan diri. Gaura, yang selama ini dikenal sebagai bodyguard tangguh, tidak pernah membayangkan dirinya berada dalam situasi seperti ini—ditawan oleh pria yang seharusnya ia lindungi. “Pak Edrio, sadarlah! Anda bukan diri Anda sendiri!” teriak Gaura, mencoba meronta dari cengkeraman pria itu. Namun, Edrio tidak mendengarkan. Matanya yang biasanya penuh kendali kini memancarkan sesuatu yang liar dan gelap. “Diam, Gaura. Aku tidak butuh nasihatmu sekarang,” desisnya, mendorong tubuh Gaura ke dinding dengan kasar. Suaranya terdengar sangat berat dengan napas yang tidak beraturan karena gairah yang tertahan. “Jangan sentuh saya!” Gaura berusaha menendang Edrio untuk mempertahankan diri, tetapi pria itu terlalu cepat. Tangan besar pria itu dengan sigap menahan gerakannya, membuat Gaura semakin terpojok. “Kamu tidak bisa kabur dariku,” gumam Edrio s...
Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.
Comments