Abara Danendra kaget saat mendapati sosok nenek-nenek di kamar pengantinnya. Dia mengaku Liyana. Istrii yang baru dinikahinya tadi pagi. Tetapi, Bara tak percaya pada pengakuan wanita tua itu. Liyana Sarah sang gadis merupakan kembang Desa yang sangat cantik. Cinta pandangan pertama membuat Bara jatuh hati saat melihat Lily di kebun teh milik orang tuanya. Lantas kemana Lily? Kejadian itu sangat membuat Bara frustasi! karena banyak sekali hal dan suatu rahasia yang aneh di hidupnya semenjak menikah dengan Liyana atau yang sering ia sapa Lily itu. Banyak yang tak suka dengan pernikahan dia dengan kembang desa itu. Membuat hidupnya di hantui oleh orang-orang yang ingin mencelakai Lily dan membuat jalan ceritanya semakin rumit. Dia pun tak kenal lelah untuk mencari keberadaan Liyana istrinya. Tanpa ia sadari bahwa orang yang sangat ia cintai sangat dekat di sisinya. Padahal, istrinya selalu menemani dia. Namun, Bara tak pantang menyerah. Ia rela menghabiskan seluruh hartanya bahkan hidupnya sekalipun untuk menemukan Sang Istri. Karena Bara yakin bahwa nenek tua itu bukanlah istrinya.
View MoreBara mengangguk setuju dengan Bayu. "Aku setuju, kita harus menemukan Liyana secepat mungkin," kata Bara, dengan suara yang serius. "Tapi kita harus berhati-hati, karena kita tidak tahu apa yang kita hadapi."Bayu memandang Bara dengan rasa tekad. "Aku tidak peduli apa yang kita hadapi, aku hanya ingin menemukan Liyana dan membawanya pulang," kata Bayu, dengan suara yang kuat dan tekad.Bara memandang Bayu dengan rasa hormat. "Aku tahu kamu bisa melakukannya, Bayu," kata Bara, dengan suara yang lembut. "Kita akan bekerja sama untuk menemukan Liyana dan membawanya pulang."Tiba-tiba, telepon Bara berdering. Bara memandang layar telepon dan melihat bahwa panggilan tersebut dari Sapphire, seorang yang sudah ada lama di hidup Bara. Bara memandang Bayu dan mengangguk sebelum menjawab panggilan tersebut." Halo, Sapphire. Apa yang terjadi?" tanya Bara, dengan suara yang ramah, namun sebenarnya jengkel.Sapphire terdengar sedikit tergesa-gesa di ujung telepon. "Bara, aku ingin bertemu dengan
Keesokan harinya, Bayu terbangun dengan masih sedikit sakit dan bingung. Dia tidak ingat apa yang terjadi malam sebelumnya, tapi dia merasa bahwa ada sesuatu yang tidak beres. Dia mencoba untuk mengingat, tapi ingatannya masih kabur.Bayu berusaha untuk duduk dan melihat sekitarnya. Dia berada di kamar tidur, dan Bara sedang duduk di samping tempat tidurnya, memandanginya dengan rasa khawatir."Bayu, kamu baik-baik saja?" tanya Bara, dengan suara yang lembut dan khawatir.Bayu menggelengkan kepala, masih mencoba untuk mengingat apa yang terjadi. "Apa yang terjadi malam kemarin?" tanya Bayu, dengan suara yang lemah dan bingung.Bara memandang Bayu dengan rasa khawatir. "Kamu pulang dalam keadaan mabuk malam kemarin," kata Bara, dengan suara yang lembut dan khawatir. "Saya tidak tahu apa yang terjadi, tapi Nenek Liyana ada di sini dan dia sangat khawatir tentang kamu."Bayu memandang Bara dengan rasa bingung. "Nenek Liyana? Apa yang dia katakan?" tanya Bayu, dengan suara yang masih lema
Bayu (Liyana) memutuskan untuk setuju dengan keinginan Sapphire. "Baik, saya akan mendekatkan kamu kembali dengan Bara," kata Bayu (Liyana), dengan suara yang lembut dan tidak nyaman. Sapphire tersenyum dan memandang Bayu (Liyana) dengan rasa puas. "Bagus, Liyana," kata Sapphire, dengan nada yang sedikit sinis. "Saya akan memberikan kamu instruksi tentang apa yang harus kamu lakukan." Bayu (Liyana) merasa sedikit tidak nyaman dengan situasi ini, tapi dia tidak memiliki pilihan lain. Dia harus melakukan apa yang Sapphire inginkan jika dia ingin selamat. Sapphire memberikan Bayu (Liyana) instruksi tentang apa yang harus dia lakukan untuk mendekatkan dirinya kembali dengan Bara. Bayu (Liyana) mendengarkan dengan saksama dan berusaha untuk mengingat semua instruksi yang diberikan. Setelah Sapphire selesai memberikan instruksi, dia memandang Bayu (Liyana) dengan rasa puas. "Baik, Liyana," kata Sapphire, dengan nada yang sedikit sinis. "Sekarang, pergi dan lakukan apa yang saya inginkan
Bayu (Liyana) membuka mata dan terbangun dari tidurnya di sofa, ia masih sedikit bingung, ternyata mereka ketiduran di sini. Ia juga merasa sedikit lelah dari menonton TV semalam. Dia melihat Abara masih memeluknya dengan erat, seperti tidak mau melepaskannya. Bayu (Liyana) merasa sedikit tidak nyaman dengan situasi ini, karena dia masih menyamar sebagai Bayu, asisten Abara.Dia berusaha untuk melepaskan diri dari pelukan Abara, tapi Abara seakan tidak mau melepaskannya. Bayu (Liyana) harus berhati-hati agar tidak terbongkar identitasnya yang sebenarnya. Dia tidak ingin Abara mengetahui bahwa dia adalah Liyana, istri Abara yang hilang."Abara, saya harus bangun," kata Bayu (Liyana), dengan suara yang berat, berusaha untuk tidak terdengar seperti Liyana.Abara membuka matanya dan memandang Bayu (Liyana) dengan agak sedikit kaget. "Maaf, Bayu," kata Abara, dengan suara yang masih serak. "Saya tidak sadar bahwa saya memeluk kamu."Bayu (Liyana) tersenyum dan memandang Abara dengan rasa m
Setelah mereka berdua selesai tertawa dan bercanda, Abara dan Bayu (Liyana) memutuskan untuk menonton TV bersama. Mereka berdua duduk di sofa, dengan jarak yang tidak terlalu jauh.Abara memilih saluran TV yang menayangkan acara bola, dan mereka berdua menontonnya dengan tegang, tertawa dan bercanda. Malam itu, suasana di rumah Abara menjadi lebih tenang. Abara duduk di ruang tamu, menonton TV sambil minum teh. Bayu (Liyana) duduk di sebelahnya, sembari membaca buku.Nenek Liyana sudah tidur, dan rumah menjadi lebih sunyi. Abara merasa bahwa suasana malam itu sangat nyaman, dan dia merasa bahagia karena bisa menghabiskan waktu bersama Bayu (Liyana).Saat Abara menonton TV, dia tidak bisa tidak memperhatikan Bayu (Liyana) yang duduk di sebelahnya. Dia melihat bahwa Bayu (Liyana) sangat fokus membaca buku, dan dia merasa kagum dengan ketekunan Bayu (Liyana).Abara merasa bahwa dia ingin mengobrol dengan Bayu (Liyana), tapi dia tidak tahu apa yang harus dia katakan. Dia hanya duduk di s
Setelah Abara selesai berganti pakaian, dia berjalan untuk keluar dari kamar dan menemui Bayu (Liyana) yang masih berdiri di dekat pintu kamar."Baik, saya sudah siap," kata Abara, dengan suara yang santai.Bayu (Liyana) tersenyum dan mengangguk. "Baik, Pak Abara. Saya akan mengantar Anda ke ruang makan untuk makan malam."Abara mengangguk dan berjalan bersama Bayu (Liyana) ke ruang makan. Saat mereka berjalan, Abara tidak bisa tidak memandang Bayu (Liyana) dengan mata yang sedikit lebih tajam. Dia merasa bahwa ada sesuatu yang berbeda tentang Bayu (Liyana) hari ini, tapi dia tidak tahu apa itu.Saat mereka tiba di ruang makan, Abara melihat bahwa nenek Liyana sudah menunggu mereka di sana. Dia tersenyum dan mengucapkan selamat malam kepada Abara dan Bayu (Liyana)."Selamat malam, Mas Suami," kata nenek Liyana, dengan suara yang hangat. "Saya harap kamu sudah siap untuk makan malam."Abara mengangguk dan duduk di kursi tengah utama yang disediakan untuknya. Bayu (Liyana) juga duduk di
Abara merasa tidak nyaman dengan kehadiran Sapphire yang begitu dekat. Dia mencoba untuk menjaga jarak, tapi Sapphire terus berjalan mendekatinya."Apa yang kamu inginkan, Sapphire?" tanya Abara lagi, dengan suara yang sedikit lebih keras.Sapphire tersenyum dan berhenti di depan Abara. "Saya ingin tahu mengapa kamu menolak saya dulu," kata Sapphire, dengan mata yang berkilau. "Apa yang salah dengan saya?"Abara merasa terjebak. Dia tidak ingin membicarakan tentang masa lalunya dengan Sapphire, tapi dia juga tidak ingin membuat Sapphire marah."Saya... saya tidak tahu apa yang harus saya katakan," kata Abara, dengan suara yang sedikit ragu-ragu.Sapphire tersenyum lagi dan bergerak lebih dekat ke Abara. "Tidak apa-apa, Abara," kata Sapphire, dengan suara yang sedikit berbisik. "Saya sudah tahu apa yang terjadi. Dan saya sudah siap untuk memulai lagi."Abara merasa tidak nyaman dengan kehadiran Sapphire yang begitu dekat. Dia mencoba untuk menjauhkan diri, tapi Sapphire terus bergerak
Di dalam mobil, Abara dan Bayu berbicara tentang rencana hari ini. Abara memiliki pertemuan dengan beberapa klien penting, dan Bayu harus membantunya untuk mempersiapkan semua dokumen yang diperlukan.Saat mereka berbicara, Bayu tidak bisa tidak memikirkan tentang wanita yang datang ke rumah semalam. Dia masih penasaran tentang siapa wanita itu dan apa hubungannya dengan Abara."Pak Abara, saya ingin bertanya sesuatu," kata Bayu, dengan suara yang hati-hati.Abara memandang Bayu dengan mata yang penasaran. "Apa itu, Bayu?"Bayu berhenti sejenak sebelum bertanya. "Maaf Pak, kalo boleh tahu siapa wanita yang datang ke rumah semalam?"Abara memandang Bayu dengan mata yang tegas, dan Bayu bisa melihat bahwa Abara tidak ingin membicarakan hal itu lagi. "Saya sudah bilang, Bayu. Saya tidak ingin membicarakan hal itu sekarang."Bayu memandang Abara dengan mata yang penasaran, tapi dia tidak mau memaksa Abara untuk membicarakan hal itu lagi. Dia memutuskan untuk mengganti topik pembicaraan."
Abara menutup matanya lagi, dan Bayu bisa melihat bahwa Abara sedang berusaha untuk tidur. Bayu juga menutup matanya, tapi dia tidak bisa tidur karena masih memikirkan tentang apa yang terjadi hari ini. Dia memikirkan tentang Nyonya Liyana (Nenek tua), dan tentang kekhawatiran Abara.Setelah beberapa saat, Bayu mendengar suara napas Abara yang teratur, menandakan bahwa Abara sudah tertidur. Bayu berusaha untuk tidur juga, tapi dia masih terjaga karena masih memikirkan tentang banyak hal.Bayu terus berbaring di tempat tidurnya, memikirkan tentang apa yang terjadi hari ini. Dia memikirkan tentang Nyonya Liyana, dan tentang kekhawatiran Abara. Dia juga memikirkan tentang janjinya untuk mencari Liyana yang asli, padahal itu adalah dirinya sendiri. Dan tentang apa yang harus dia lakukan untuk memenuhi janjinya itu.Saat Bayu masih memikirkan tentang semua itu, dia mendengar suara langkah kaki yang lembut di luar kamar. Bayu membuka matanya dan menatap ke arah pintu, berusaha untuk melihat
______"Siapa, kau!" Bara kaget saat mendapati seorang Nenek-nenek tengah berada di kamarnya terduduk di kursi rias. Menatap cermin."Aa ... aku ... Istrimu, Mas." Wanita yang tampak delapan puluh tahunan itu berbalik dari cermin.Sontak wajah Bara berkerut. Heran."Kau, bukan Istriku!" Bara mendekati wanita itu dari ambang pintu kamar yang baru dibukanya."Mas ... Aku Lily istrimu," ucap wanita itu parau sembari menitikkan air mata."Kau bukan Liyana!" Kini Bara semakin marah. Lantas saja ia merasa risih pada sosok wanita asing itu.Apalagi Wanita paruh baya yang mengaku sebagai Istrinya. Jelas beda! wanita yang baru di ijab olehnya tadi pagi sangat cantik dan masih muda."Aku Liyana, Mas!" Dia masih bersih kukuh. Mengaku bahwa dirinya Liyana."Tidak, kau bukan istriku!" teriak Bara kali ini sembari menggelengkan kepalanya. Wanita paruh baya itu hanya bisa menangis. Dan terus berucap bahwa dia adalah istrinya.Namun, Bara terus menolak. Merasa tidak terima."Jangan bercanda! Di mana...
Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.
Comments