Share

Mencari Liyana

Author: Vinassa
last update Last Updated: 2024-11-28 15:33:14

Bara benar-benar sangat kesal bagaimana wanita ini bisa tahu bahwa dia ada di sini.

Sebenarnya, Bara sengaja keluar dari rumah untuk pergi ke kantor. Tapi, entah kenapa keadaan yang tengah menimpanya membuat ia stress dan melajukan mobil dengan kecepatan yang tinggi. Hingga membawanya ke tempat ini. 

Tempat di mana ia dan Lily bertemu. Selama ini Bara di kenal dengan sosok cowok cool dan tak banyak bicara. Orang-orang juga senggan terhadapnya. Tapi, tiba-tiba saja ia bertemu dengan wanita random seperti Lily. Walaupun kata orang gadis itu lugu dan polos. Justru itulah yang membuat ia berbeda dengan wanita lain.

"Maaf, Tuan. Saya tak sengaja," ucap seseorang yang baru menyenggol tubuhnya secara tiba-tiba, hingga ia masuk ke dalam lumpur. Karena jalanan di kebun teh ini sangat becek sehabis hujan tadi malam. Tak lupa, keranjang bambu berisikan daun-daun teh tiba-tiba terbang lalu jatuh, tepat pada kepalanya masuk ke dalam keranjang teh itu.

" Aduh, apa ini! Bisa lihat-lihat gak sih!" teriak Bara. Masih fokus untuk mengeluarkan keranjang di kepalanya.

"Ma-af, tuan," ucap gadis itu sembari membantu untuk melepaskan keranjang itu dari kepala lelaki yang baru ia tabrak barusan. 

"Makanya, lihat-lihat," teriak Bara naik pitam. Sembari membuka keranjang teh. 

Namun, saat keranjang itu tak menghalangi lagi pemandangannya. Ia melihat sosok gadis cantik berkepang dua yang tengah jongkok di hadapannya. Ia malah terpesona. 

"Tuan, tidak papah?" tanya gadis itu kembali yang membuat lamunannya buyar.

"Sa-saya-"

"Saya tidak apa-apa," balas lagi Bara sembari melempar keranjang itu ke sembarang arah. Alhasil, malah masuk ke dalam kepala orang yang tengah lewat.

"Hey, apakah dunia sedang mati lampu? Atau sudah malam! Di mana ini!" teriak orang lewat itu ngaco, berjalan sembari ingin membuka keranjang. Alhasil ia menabrak pohon. 

Namun, mereka tak mempedulikan.

"Pasti sakit yah, tuan," ucap gadis itu terlihat panik sembari membereskan daun-daun teh yang kini menempel di jas yang lelaki itu kenakan.

"Mari saya bantu," ucap gadis itu lagi. Ia berdiri dan menyodorkan tangannya.

Bara masih melihat gadis itu dari bawah sampai atas. Ia sangat cantik walaupun hanya rok panjang dan kaos biru polos yang melekat di tubuhnya, tapi membuat Bara terpesona. Tak, lupa topi anyaman yang gadis itu pakai membuat ia seakan berbeda dari para petani pemetik kebun teh di sini.

"Ayok, tuan saya bantu berdiri," tawar gadis itu lagi. Sementara Bara masih diam terduduk di lumpur dan menatap gadis itu.

Bara pun mulai memegang tangan gadis yang di sodorkan padanya. 

Namun, entah tubuh Bara yang berat dari dirinya dan Bara yang susah berdiri karena licin oleh lumpur, gadis itu malah hilang keseimbangan dan berujung jatuh pada pangkuan tubuh Bara. 

Mereka pun kini saling menatap satu sama lain. Bara semakin terpesona pada mata bulat dengan kornea coklat itu. Gadis itu pun juga terpesona pada manik coklat biru milik Bara. Beserta tatapan elangnya membuat gadis itu juga seakan tersihir. 

"Selamat, atas pernikahanmu, Bar." Namun, saat sedang mengingat kembali pertemuan ia dengan sang istri beberapa bulan yang lalu. Terdengar suara yang membuyarkan lamunannya. 

Makanya ia sangat kesal atas kehadiran Laksmi di sini. 

"Bar, bagaimana first nighnya? Berjalan lancar," ucap Laksmi sembari menyembunyikan senyumnya

First night apa? Justru semua tak berjalan indah. Ia malah melihat nenek-nenek bau balsem di dalam kamarnya. 

Menyentuh Liyana pun tak sama sekali ia lakukan. Malam itu justru jadi malam pertama yang tragis bagi dirinya. 

"Bar, kok diam saja? Oh ... Yah, kenapa kamu ada di sini? Kemana Liyana?" timpal lagi Laksmi kini 

Bara mencoba menghirup udara segar di sekitar kebun teh ini. Ia mengisi rongga-rongga di dalam dadanya agar paru-parunya cukup tenang.

"Terimakasih atas ucapannya Laksmi. Liyana, ada di rumah. Saya sengaja datang ke sini karena memang ada kerjaan mendadak. Papih nyuruh saya untuk datang lagi ke sini. Dan yah ... Malam tadi menjadi momen yang sangat berharga bagi kami," balas lagi Bara datar 

Laksmi kini yang sangat kesal. Merasa ada yang tak beres. Ia sangat cemburu mengapa harus temannya yang ia benci itu yang menikah dengan Tuan Bara? Padahal ia sudah sangat lama menyukai Bara bahkan sering menggodanya ketika Bara datang ke perkebunan ini. 

"Yasudah, Laksmi saya mau kembali pulang, ada urusan mendadak," ucap lagi Bara acuh tak acuh sembari masuk ke dalam mobil dan mulai melanjutkan roda empat itu meninggalkan Laksmi sendiri di sana.

"Awas kamu Bara, lihat saja! kamu akan menyesal karena lebih memilih gadis kampungan itu!" teriak Laksmi sembari mengepal tangannya di udara merasa lebih baik dari Liyana. Padahal dia sendiri juga hanya gadis kampung, walaupun Bapaknya sebatas ketua RT tapi ia merasa bahwa derajatnya jauh berbeda dengan Liyana.

🥀🥀

Bara kembali melajukan mobil Lamborghini Gallardo Superleggeranya diatas kecepatan rata-rata. Niat hati ingin mencoba menentramkan hati makanya ia pergi ke sana. Tapi, justru malah membuat hatinya serasa terbakar kembali.

'Dimana kamu, Liyana?' ucap Bara kini sembari memukul stir mobilnya.

Ia terus melajukan mobilnya dengan kecepatan di atas rata-rata membelah jalanan hingga seseorang lewat dan tak sengaja ia tabrak.

Bara pun kaget dan turun dari mobilnya. Untungnya saja, orang itu tidak kenapa-kenapa. Hanya lecet saja karena ia hanya terserempet.

Untungnya orang itu memang dengan cepat menghindar dari mobil yang tengah dilajukan Bara.

"Apa kamu baik-baik saja," ucap Bara

Niat hati ia ingin bertanggung jawab atas kejadian barusan. Namun, orang itu malah pergi setelah menatap matanya. 

Aneh, kenapa dengan orang itu? Tapi, entah kenapa sorot dari mata itu seakan membuat Bara mengingat seseorang. 

"Kemana lelaki berbaju lusuh itu?" Bara bertanya sendiri. Merasa heran. Apa ia takut pada Bara. Lalu, ia pun pergi lagi mengemudikan mobilnya. 

Selama di dalam mobil Bara terus saja masih memikirkan Liyana. 

Bara menyesal telah mengusir sosok nenek yang ada di kamarnya. Benar atau bukan itu Liyana. Bukankah berdosa dia telah melakukan hal itu pada sosok orang tua, hingga mengusirnya dari rumah? Sama saja ia merasa anak yang durhaka dan tak punya sopan santun.

Ia merasa khilaf karena malam itu seakan terbakar bara api amarah.

Bara pun berinisiatif pergi lagi untuk mencari nenek-nenek yang ia usir dari rumahnya waktu itu. Siapa tahun dengan bantuan wanita tua itu bara pikir bisa menemukan keberadaan istrinya yang menghilang. Atau malah nenek itu adalah istrinya. Walaupun agak sedikit mustahil yah terpenting ia tak akan diam saja dan akan terus mencari istrinya.

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Related chapters

  • AKU ISTRIMU MAS!    Kembali Lagi

    Bara terus saja mencari di mana sosok nenek-nenek yang ia lihat di kamarnya itu. Namun, sudah beberapa kilo meter ia tempuh, gunung yang ia daki bahkan lautan yah ia sebrangi tak kunjung ia temui.Mulai dari jalanan sekitar rumahnya, di bawah kerikil dan batu. Bahkan atas pohon juga ia naiki. Yang ada hanya wanita berdaster putih dengan rambut yang acak-acakan dan terjulur panjang, yang menutupi wajahnya tengah duduk di sana. Sembari tertawa cekikikan lalu menangis.Merasa lelah, Bara pun memutuskan untuk kembali ke rumahnya.Saat, ia baru saja masuk ke dalam rumah dan menutup pintu. Tiba-tiba suara bell berbunyi bersamaan dengan ketukan pintu dari luar.Bara pun kembali memutar badannya untuk membuka pintu dan menghampiri siapa orang yang malam-malam begini berkunjung ke rumahnya. Apa jangan-jangan wanita di atas pohon tadi? Seketika bulu kuduknya merinding."Assalamu'alaikum," ucap suara dari luar sana. Pertanda mungkin itu bukan makhluk jadi-jadian.Bara pun dengan cepat membuka pi

    Last Updated : 2024-11-28
  • AKU ISTRIMU MAS!    Tinggal Seatap

    "Apa ada yang sakit?" tanya Abara kini sembari melihat ke arah Nenek tua itu, yang sudah ia baringkan di atas kasurnya."Tentu saja, sepertinya pinggangku ini terkilir," ucapan wanita paruh baya itu membuat Bara geleng-geleng kepala. Dimana-mana harusnya kaki yang terkilir ini malah pinggang"Boleh minta bantuan lagi?" ucap lagi nenek itu"Apa?" "Bolehkah jika kau membantu untuk mengoleskan balsem ke pinggangku?" pintanya. Sontak membuat Bara bergidik ngeri."Saya gak jago ngurut dan cukup gak suka sama aroma balsem," terang Bara kini menolak membuat Nenek itu agak sedikit kecewa"Bara, ayolah. Aku kan istrimu, tak seharus-""Stop! Jangan mengaku anda istri saya," potong Bara kini. Akhirnya, ia buru-buru mengambil balsem di nakas dekat kasur. Ia pikir mungkin itu milik nenek itu.Dari pada lama-lama berdebat kusir, mending ia cepat-cepat mengabulkan permintaan nenek di hadapannya ini."Sebelah mana yang sakit?" tanyanya dengan acuh."Sebelah sini," balas nenek sembari membuka sedikit

    Last Updated : 2025-01-17
  • AKU ISTRIMU MAS!    Pencarian Asisten Rumah Tangga

    Abara berjalan menuju kamar mandi sambil tetap membayangkan wajah sang nenek yang mengaku sebagai istrinya. Ia merasa kesal dan ingin segera mencari solusi.Setelah mandi, Abara sarapan dan memutuskan untuk berangkat ke kantor. Di dalam mobil, dia memikirkan rencana untuk mencari pembantu rumah tangga."Ini adalah solusi terbaik," katanya pada dirinya sendiri. "Dengan begitu, aku bisa menghindari nenek itu."*Sesampainya di kantor, Abara langsung menemui sekretarisnya, Lestari.“Lestari, aku butuh bantuanmu,” kata Abara. "Saya ingin mencari pembantu rumah tangga. Bisakah Anda membantu saya mencarikannya?"Lestari mengangguk. “Tentu saja, Tuan. Saya akan mencari beberapa kandidat yang cocok.”Setelah menerima perintah,Lestaripun segera memberitahu beberapa rekannya dan membuat loker di media sosial untuk mencari asisten Bara. Dan tak butuh waktu lama, banyak orang yang menghubungi dan melamar melalui chat pada nomor yang ia lampirkan.Ketika dirasa sudah menemukan beberapa yang tepat,

    Last Updated : 2025-01-18
  • AKU ISTRIMU MAS!    Cemburu

    Nenek tua itu mengetuk pintu kamar Abara dengan keras. "Abara, jangan tidur dengan orang lain! Aku adalah istrimu!"Abara merasa kesal. "Nenek, berhenti! Aku sudah bilang kamu tidak bisa mengontrol hidupku."Bayu berdiri dan berjalan ke arah pintu kamar dan membukanya. "Nenek, saya hanya membantu Pak Abara. Tidak ada yang perlu dikhawatirkan."Nenek itu memandang Bayu dengan dendam. "Kamu pikir kamu bisa menggantikan aku? Aku tidak akan membiarkannya!"Bayu tetap tenang. "Nenek, saya hanya membantu Pak Abara. Saya tidak memiliki niat lain."Abara mencoba menenangkan. "Nenek, jangan salah paham. Bayu hanya asisten saya."Wanita paruh baya itu tidak percaya. "Aku tidak percaya! Aku melihat cara Bayu memandangmu. Aku tahu dia menyukaimu!"Bayu terkejut. "Saya? Menyukai Pak Abara? Tidak mungkin!"Abara merasa tidak nyaman dengan tuduhan wanita tua itu. "Nenek, berhenti! Kamu salah paham. Bayu hanya membantu saya."Nenek semakin marah. "Aku tidak salah paham! Aku lihat cara kamu memandangn

    Last Updated : 2025-01-20
  • AKU ISTRIMU MAS!    Canggung

    Abara keluar dari kamar mandi dan melihat wajah Bayu merah padam. "Bayu, apa salahnya? Kamu terlihat tidak enak badan," tanya Abara dengan khawatir.Bayu berusaha menyembunyikan perasaannya. "Tidak apa-apa, Pak Abara. Aku hanya... kepanasan saja."Abara mendekati Bayu dan bertanya, "Kamu yakin tidak ada yang lain?""Tidak, pak."Abara semakin mendekat ke arah Bayu, matanya menatap dalam. "Bayu, aku tahu ada sesuatu yang mengganggumu. Ceritakanlah."Bayu tergagap, berusaha menyembunyikan sesuatu di dalam dirinya. "T-tidak ada apa-apa, Pak Abara."Abara memegang bahu Bayu. "Bayu, aku percaya kamu. Ceritakanlah apa yang sebenarnya terjadi."Abara menatap mata Bayu dengan lembut, mencari kejujuran di balik pandangan Bayu. Bayu merasa terjebak, tidak bisa menghindari tatapan Abara.Jantung Bayu seakan berdegup kencang, merasa ada sesuatu yang berubah dalam dirinya. Dia tidak bisa menyangkal lagi sesuatu yang ingin ia katakan pada Abara.Seorang wanita paruh baya itu datang secara tiba-tiba

    Last Updated : 2025-01-20
  • AKU ISTRIMU MAS!    Tentang Bayu

    Setelah berbicara dengan wanita tua yang mengaku istri tuannya itu. Bayu masuk ke dalam bathroom yang terdapat di dalam kamar Abara untuk membersihkan diri.Dia melepaskan semua pakaian yang menempel pada tubuhnya tak lupa aksesoris, Kacamata, Topi, janggut dan kumis palsunya. lalu Ia menginjakkan kakinya memasuki bak berisi air itu dan merendamkan diri di bathtub. Perlahan mulai memasuki ke dalam air yang mengenai kulitnya.Ia mencoba mengingat kejadian beberapa waktu sebelumnya, saat ia berlari mencoba melewati hutan. kulitnya bahkan tergores oleh duri dan ranting pohon. Baju yang ia pakai menjadi compang-camping. Ia tak memakai alas kaki, Kakinya menginjak ke tanah dan terasa sangat becek karena habis hujan. Tak ada jalan hanya kegelapan dan pohon-pohon di kiri dan kanan. Ia hampir menyerah, jantungnya berdegup sangat kencang tak lupa nafasnya memburu dan tak beraturan. Semua orang berpakaian hitam dan bertubuh besar mengejarnya dari belakang.Bahkan ia sendiri sudah tak tahu baga

    Last Updated : 2025-01-21
  • AKU ISTRIMU MAS!    Perhatian

    Entah kenapa Bayu (Liyana) merasakan sosok Abara begitu perhatian padahal dirinya, padahal Bara dikenal sangat cuek. Seandainya, saja bahwa ini dilakukan, terlihat seperti pasangan bukan atasan ke bawahan sudah pasti ia sangat bahagia. Walaupun sebenarnya mereka memang pasangan yang sesungguhnya. Tapi Bara, tidak mengetahui sosok dirinya (Bayu adalah Liyana) yang asli. Bayu tak mengerti mengapa Bara lebih memilih untuk makan siang bersamanya. Dibandingkan menyantap makananan dari istri tuanya itu. Saat Bayu dan Abara makan siang bersama. Abara tiba-tiba saja menyuruh Bayu untuk mencari istrinya. Abara menatap Bayu (Liyana) dengan mata dingin selama makan siang. "Bayu, aku ingin kamu melakukan sesuatu untukku." Bayu (Liyana) berhati-hati. "Apa itu, Pak Abara?" Abara tersenyum sinis. "Cari istriku yang hilang. Aku yakin dia masih di kota ini. Aku ingin kamu menemukannya dan membawanya kembali kepadaku." Liyana merasa ngeri, berusaha menyembunyikan kepanikan. "Baik, Abara. Aku ak

    Last Updated : 2025-01-22
  • AKU ISTRIMU MAS!    Kecurigaan

    Nenek Liyana, yang sebenarnya adalah Liyana yang menyamar, memergoki adegan tersebut dan marah. "Apa yang terjadi di sini?!" nenek bertanya dengan suara keras.Bayu berusaha melepaskan diri dari pelukan Abara. "Nyonya, tidak apa-apa! Abara hanya mabuk dan terjatuh!"Nenek Liyana mendekati mereka dengan mata marah. "Abara, kamu tidak bisa mengendalikan diri! Bayu, lepaskan diri dari pelukannya!"Abara, masih mabuk, membuka mata dan melihat nenek. "Liy... Liyana... kamu...?" dia berbicara tidak jelas.Nenek Liyana terkejut. "Abara, kamu mengenal aku?!"Bayu berusaha menenangkan situasi. "Nenek, dia hanya mabuk. Dia tidak tahu apa yang dia katakan."Namun, nenek Liyana sudah marah. "Bayu, bawa Abara ke kamar sekarang juga!"Nenek Liyana, yang masih marah, memandang Abara dengan tajam. "Abara, kamu tidak bisa mengendalikan diri! Bayu, bawa dia ke kamar sekarang juga cepat!" timpalnya lagi dengan berteriak.Bayu mengangguk dan membantu Abara berdiri. Abara masih terhuyung-huyung, tapi dia

    Last Updated : 2025-01-23

Latest chapter

  • AKU ISTRIMU MAS!    Penyamaran yang terancam

    Langkah mereka semakin cepat, menyelinap dalam bayang-bayang malam yang kian pekat. Bayu merasakan detak jantungnya menghentak di dadanya, seakan memberinya peringatan. Setiap langkah terasa berat, bukan karena kelelahan, melainkan karena beban keputusan yang harus ia hadapi.Di persimpangan jalan yang remang, Ryven tiba-tiba menarik lengannya, membuat Bayu nyaris kehilangan keseimbangan.“Tunggu,” bisik Ryven, matanya menyipit ke arah sudut jalan. “Ada yang mengawasi.”Bayu menahan napas, otaknya langsung bekerja cepat. Pandangannya mengikuti arah tatapan Ryven—dan benar saja. Di kejauhan, di balik tembok tua yang hampir tertutup bayangan, ada seseorang berdiri. Siluetnya samar, tapi jelas orang itu memperhatikan mereka.“Siapa dia?” bisik Bayu, tangannya refleks meraba sesuatu di sakunya—bukan senjata, tapi sekadar memastikan dirinya siap menghadapi apa pun.Ryven tak langsung menjawab. Ia merogoh ponselnya, berpura-pura mengecek sesuatu, lalu berbisik pelan, “Jangan bereaksi berleb

  • AKU ISTRIMU MAS!    Jejak di balik bayangan

    Bayu berlari menyusul Bara, napasnya tersengal. Jantungnya berpacu bukan hanya karena langkahnya yang cepat, tapi juga karena ketakutan yang menyesakkan dada. “Pak Bara!” serunya, tapi pria itu terus berjalan tanpa menoleh. Langkah Bayu terhenti di depan pintu rumah yang sudah terbuka lebar. Ia menatap punggung Bara yang berdiri di tengah ruangan, tubuhnya tegang, seolah menahan amarah yang siap meledak kapan saja. “Pak Bara…” suara Bayu melemah, tapi Bara tiba-tiba berbalik, membuat Bayu terkejut. “Kau tahu sesuatu, kan?” Suara Bara terdengar parau, matanya menyala. “Tentang nenek itu. Tentang hasil tes. Apa yang kau sembunyikan dariku?” Bayu menggigit bibir. “Saya… saya tidak tahu apa yang Bapak maksud.” “Jangan bohong!” Bara membanting meja di depannya, membuat Bayu tersentak. “Sejak awal kau selalu mencurigakan! Kenapa kau begitu peduli dengan hasil tes itu? Siapa kau sebenarnya, Bayu?”

  • AKU ISTRIMU MAS!    Diambang Kebenaran

    Bayu duduk memeluk lutut di lantai kamar yang dingin. Nafasnya bergetar, dada terasa sesak, dan pikiran berkecamuk. Suara langkah Bara yang menjauh terdengar begitu menyakitkan. Ia ingin mengejar, ingin memohon agar Bara mendengarkannya, tapi tubuhnya terasa berat.Aku harus melakukan sesuatu. Aku tidak bisa diam saja.Bayu menghapus air mata yang menggenang di pipinya. Ia merogoh ponsel dari saku, menatap layar yang buram karena tangannya gemetar. Jarinya mengetik pesan cepat untuk Ryven.“Aku butuh bantuanmu. Cari tahu siapa yang memanipulasi hasil tes DNA itu.”Pesan terkirim. Bayu menarik napas panjang, mencoba menenangkan diri. Matanya terpaku pada bayangan dirinya di kaca jendela kamar. Wajah pucat itu terasa asing. Mata sembab dan bibir yang gemetar membuatnya terlihat begitu lemah.Tiba-tiba, suara dering ponsel memecah keheningan. Bayu buru-buru mengangkatnya. “Ryven?”“Aku sudah menduga kau akan bilang begitu.” Suara Ry

  • AKU ISTRIMU MAS!    Kecewa

    Bayu tertegun. Peluh dingin mengalir di pelipisnya. “Apa maksud Bapak?” Bara mencondongkan tubuhnya, berbisik pelan. “Siapa kamu sebenarnya?” Bayu membeku. Jantungnya serasa berhenti berdetak. Bara tahu? Tidak… tidak mungkin. “Saya Bayu, Pak,” jawabnya dengan suara bergetar. Bara tertawa kecil, tapi tidak ada kehangatan dalam tawanya. “Benarkah?” Ia menatap Bayu lekat-lekat, lalu berbisik, “Atau kamu… Liyana?” Dunia seakan berhenti berputar. Bayu terpaku di tempat, darahnya berdesir dingin. Mata Bara menatapnya tajam, menunggu reaksi. Bayu mencoba menyangkal, tapi bibirnya terasa kaku. Seluruh tubuhnya gemetar hebat. Jika Bara benar-benar tahu, maka segalanya sudah berakhir. “Bapak… kenapa bicara seperti itu?” suaranya terdengar serak. Bara tidak menjawab. Ia hanya menatap Bayu dalam diam, seolah menunggu lawannya membuat kesalahan. Detik demi detik berlalu, terasa

  • AKU ISTRIMU MAS!    Hampir ketahuan

    Malam itu, Bayu hampir tidak tidur. Ia duduk di tepi ranjang, menatap jendela yang diselimuti embun. Pikiran tentang tes DNA yang akan keluar besok membuatnya gelisah. Ancaman dari pria misterius di gudang menambah beban yang menghimpit dadanya.Aku harus melindungi Bara. Bagaimanapun caranya.Bayu meraih ponselnya dan mengetik pesan untuk Ryven. Namun, jari-jarinya berhenti di atas layar. Tidak… Ryven tidak boleh terlibat. Ini urusannya sendiri. Ia menutup layar ponsel, lalu beranjak keluar kamar.Rumah terasa begitu sunyi di tengah malam. Bayu berjalan pelan menuju ruang kerja Bara. Pintu kayu itu sedikit terbuka, dan ia mendorongnya perlahan. Cahaya temaram dari lampu meja membuat ruangan terasa hangat, tapi hawa tegang di hatinya tidak berkurang.Matanya langsung tertuju pada laci di sudut meja — tempat Bara menyimpan dokumen-dokumen penting. Bayu menelan ludah, lalu berjalan mendekat. Dengan tangan gemetar, ia menarik laci itu perlahan. Koson

  • AKU ISTRIMU MAS!    Sesuai Rencana

    Bayu berdiri mematung di tengah jalan, napasnya masih tersengal setelah adegan menegangkan barusan. Angin malam yang dingin menusuk tulang, tapi pikirannya jauh lebih berkecamuk dibandingkan udara yang menusuk kulitnya. Bara mungkin sudah pergi, tapi bahaya belum benar-benar lenyap.Ia melirik ponsel di saku jaketnya, tangan gemetar saat meraihnya. Sebuah pesan baru masuk dari nomor tak dikenal — nomor yang sebelumnya mengancamnya.“Kau membuat gerakan yang berani. Tapi ingat, satu langkah salah, semua berakhir.”Bayu meremas ponselnya, rahangnya mengeras. Siapa pun orang ini, dia mengawasi. Dan itu berarti waktu Bayu semakin menipis.Ia menyalakan motor lagi, melaju kencang kembali ke rumah Bara. Jantungnya terus berdetak tak menentu, pikirannya berkelindan antara rahasia yang ia sembunyikan dan ancaman yang kini mengintainya.Saat tiba di rumah, suasana sudah sunyi. Lampu ruang tengah masih menyala, tapi tak ada tanda-tanda Bara di mana

  • AKU ISTRIMU MAS!    Menyembunyikan kebenaran

    Bayu duduk diam di tepi ranjang, menatap kosong ke arah lantai. Udara malam terasa begitu berat, seakan menindih dadanya. Pikirannya penuh dengan bayangan masa lalu, ancaman Gustur, serta permintaan pria misterius tadi.Ia meremas ujung selimut. Bagaimana kalau ini jebakan? Bagaimana kalau pria itu sebenarnya anak buah Gustur?Bayu menggeleng pelan. Tidak. Kalau pria itu benar-benar bekerja untuk Gustur, ia tak mungkin memberikan foto-foto itu. Tapi…Tiba-tiba pintu kamar diketuk pelan. Bayu tersentak, buru-buru menyeka wajahnya dan mencoba menenangkan napasnya.“Masuk,” ujarnya.Pintu terbuka perlahan, dan Bara masuk dengan ekspresi serius. “Kau belum tidur?”Bayu menggeleng. “Belum ngantuk, Pak.”Bara menatapnya lekat. “Aku juga nggak bisa tidur.” Ia berjalan mendekat dan duduk di kursi dekat jendela. “Bayu… ada yang ingin kutanyakan padamu.”Jantung Bayu berdegup kencang. Ia berusaha menjaga ekspresinya tetap

  • AKU ISTRIMU MAS!    Sebelum terlambat

    Keesokan harinya, Bayu terbangun lebih awal dari biasanya. Matanya terasa berat karena kurang tidur, tapi pikirannya sudah berputar sejak fajar menyingsing. Ia duduk di tepi ranjang, menatap ponsel yang tergeletak di sampingnya. Tidak ada pesan baru.Bayu meremas ujung selimut, mencoba meredakan kegelisahan yang merayap di dadanya. Ia harus menemui orang itu malam ini. Tapi sebelum itu, ada satu hal yang harus ia lakukan.Setelah mandi dan berganti pakaian, Bayu keluar dari kamar. Lorong rumah masih sepi. Ia berjalan menuju dapur untuk membuat kopi, namun langkahnya terhenti ketika melihat sosok Bara sudah duduk di ruang makan, menatap secangkir kopi yang mulai dingin di hadapannya.“Pagi, Pak Bara,” sapa Bayu pelan.Bara menoleh sekilas, lalu mengangguk kecil. “Pagi.”Bayu menahan napas. Wajah Bara tampak lelah, dengan lingkaran hitam samar di bawah matanya. Mungkin pria itu juga tidak tidur nyenyak semalam.Bayu berjalan ke dapur, membuat secangkir kopi untuk dirinya sendiri, lalu d

  • AKU ISTRIMU MAS!    Rahasia yang harus di jaga

    Bayu menelan ludah, matanya menatap tajam sosok yang kini berdiri hanya beberapa langkah darinya. Dalam redupnya cahaya senter, wajah itu tampak samar, namun suara dingin yang keluar dari mulutnya terasa begitu jelas, menggema di ruangan tua yang lembap dan berdebu.“Permainan apa yang kau maksud?” suara Bayu bergetar, berusaha terdengar tegar meskipun hatinya berdegup kencang.Sosok itu tertawa pelan, langkahnya mendekat hingga Bayu bisa merasakan hembusan napasnya. “Permainan kebenaran, Liyana. Kau sudah terlalu lama bersembunyi di balik identitas palsumu.”Bayu mengepalkan tangan, rahangnya mengatup kuat. “Apa maumu?” ulangnya, kali ini lebih tegas.Sosok itu diam sejenak, lalu mengeluarkan ponsel dari sakunya. Ia memencet beberapa tombol sebelum menunjukkan layar ponselnya ke Bayu. Sebuah video diputar — gambar yang terpampang membuat Bayu membeku.Di layar itu terlihat dirinya — atau lebih tepatnya, dirinya dalam balutan identitas Bayu — tengah berbicara dengan Ryven di warung ke

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status