Terhimpit ekonomi, Jasmine Ayu Kartika menerima tawaran sepupunya, Zora, untuk menjadi ibu pengganti demi menyelamatkan neneknya yang kritis dan membayar tunggakan kuliah. Apa yang dimulai sebagai perjanjian bisnis, berubah menjadi ujian emosi dan moral. Di tengah ketegangan dengan Noah, suami Zora yang dingin dan manipulasi Zora, Jasmine semakin terperangkap dalam kontrak yang rumit. Dengan bayaran besar, Jasmine bisa menyelesaikan masalahnya, namun perasaan yang awalnya hanya kewajiban mulai tumbuh. Akankah Jasmine jatuh cinta pada pria yang dianggap kontrak, ataukah dia terperangkap dalam permainan yang lebih berbahaya? Facebook : Ndraa Archer
View More“Kau pikir ini sudah berakhir, Jasmine?” bisiknya sambil meraih ponselnya.Ia mengetik sebuah pesan singkat dan mengirimnya ke nomor misterius. Beberapa detik kemudian, ponselnya bergetar, dan sebuah balasan muncul."Target dikunci. Siap eksekusi kapan saja." Zora menatap layar dengan senyum penuh kemenangan.Pertarungan ini baru saja dimulai, dan kali ini, ia akan memastikan Jasmine tidak punya tempat untuk bersembunyi.Malam telah larut ketika Jasmine duduk di tepi ranjangnya, menatap layar ponselnya dengan tatapan kosong. Berita mengenai konferensi pers Noah masih terus menjadi sorotan utama di berbagai media. Reaksi publik mulai terpecah; ada yang mulai memahami situasi sebenarnya, tetapi tak sedikit pula yang masih memihak Zora.Noah masuk ke kamar dengan ekspresi serius. Ia meletakkan jasnya di sandaran kursi lalu mendekati Jasmine. “Kau harus tidur, Jas.
Noah menatap layar ponselnya dengan rahang mengeras. Berita tentang pernyataan pers yang dibuat oleh Oma Dursilla telah menyebar dengan cepat. Media menggempur keluarga Dirgantara dengan berbagai pertanyaan. Tak hanya itu, berbagai spekulasi mulai bermunculan mengenai kebenaran hubungan Noah dan Jasmine."Kita harus segera bertindak," ucap Noah tegas, meletakkan ponselnya di meja.Jasmine yang duduk di sampingnya menatapnya dengan cemas. "Apa yang bisa kita lakukan sekarang?""Kita perlu memperkuat posisi kita di hadapan media. Oma Dursilla sudah mengambil langkah besar dengan mengungkapkan semuanya, sekarang tugas kita adalah memastikan publik tahu siapa yang sebenarnya berbohong."Jasmine mengangguk, meski di dalam hatinya ada sedikit kekhawatiran. Semua ini terasa terlalu cepat dan mendadak. Namun, ia sadar bahwa tidak ada jalan lain selain maju ke depan.Di tempat lain, Zora
Suasana di kediaman Dirgantara kembali memanas setelah konferensi pers yang dilakukan oleh Oma Dursilla. Pengungkapan besar-besaran itu membuat media geger, publik heboh, dan yang paling terpukul adalah Zora. Wanita itu kini berada dalam pusaran masalah yang semakin sulit ia kendalikan.Zora berjalan mondar-mandir di dalam kamarnya, tangannya mengepal kuat hingga buku-buku jarinya memutih. Pikirannya berputar cepat, mencoba mencari jalan keluar dari kekacauan yang kini menelannya."Tidak! Ini tidak boleh terjadi!" gumamnya dengan suara bergetar. Ia mengangkat ponselnya dan menekan nomor Juan. "Kau harus membantuku, Juan. Kita harus membalikkan keadaan sebelum semuanya terlambat."Juan yang berada di apartemennya hanya mendengus kecil. "Zora, aku sudah memperingatkanmu sejak awal. Kau bermain terlalu jauh, dan sekarang, kau mulai kehilangan kendali.""Aku tidak peduli!" Zora berteriak frustrasi. "Aku
Oma Dursilla duduk di ruang konferensi pers dengan ekspresi tenang namun berwibawa. Di hadapannya, puluhan wartawan dari berbagai media bersiap dengan kamera dan alat rekam.Hari ini, kebenaran yang selama ini tersimpan rapat akan diungkapkan ke publik.Sementara itu, di kediaman Dirgantara, Noah dan Jasmine duduk di depan layar televisi, menyaksikan siaran langsung yang akan mengubah segalanya. Ketegangan terasa di antara mereka, tetapi ada kepercayaan yang kuat bahwa ini adalah langkah yang harus diambil.“Para hadirin sekalian, saya Dursilla Dirgantara, akan memberikan klarifikasi terkait polemik yang selama ini beredar,” ujar Oma Dursilla dengan nada mantap. “Selama bertahun-tahun, keluarga Dirgantara menyembunyikan kebenaran mengenai pernikahan cucu saya, Noah Dirgantara, dengan Zora.”Para wartawan langsung berbisik-bisik, beberapa bahkan mulai mencatat dengan cepat.Oma Dursil
Sore itu, semua media besar berkumpul di aula konferensi Dirgantara Corp. Para jurnalis sudah menyiapkan kamera dan alat perekam mereka. Suasana tegang menyelimuti ruangan, semua orang menunggu sosok yang akan berbicara di depan publik.Saat akhirnya pintu terbuka, Oma Dursilla melangkah masuk dengan langkah tegap dan wajah penuh wibawa.Para wartawan langsung menyerbu dengan berbagai pertanyaan. Namun, Dursilla mengangkat tangannya, memberi isyarat agar mereka diam. Dengan tenang, ia berdiri di depan mikrofon dan mulai berbicara."Saya adalah Dursilla Dirgantara, dan hari ini saya akan mengungkapkan kebenaran yang selama ini tersembunyi."Ruangan langsung hening. Semua mata tertuju pada wanita tua yang penuh kharisma itu."Selama ini, saya membiarkan beberapa hal terjadi karena saya ingin melihat bagaimana mereka bertindak. Namun, kini sudah waktunya kebenaran terungkap. Zora tidak pernah men
Noah duduk di depan laptopnya dengan ekspresi dingin dan penuh fokus. Di sampingnya, Jasmine menatap layar dengan sorot mata serius. Beberapa anggota tim humas Dirgantara Corp telah bergabung dalam panggilan video, menunggu instruksi lebih lanjut."Kita tidak bisa membiarkan Zora mengendalikan narasi ini lebih lama," ujar Noah dengan suara tegas. "Aku ingin kalian merancang pernyataan resmi untuk membersihkan namaku dan Jasmine."Salah satu staf humasnya, Aditya, mengangguk. "Tuan Noah, kami sudah menyiapkan beberapa skenario. Namun, kami harus berhati-hati agar tidak terkesan menyerang balik secara langsung, karena publik masih simpatik pada Zora."Jasmine menatap Noah, lalu berkata, "Bagaimana jika kita fokus pada fakta dan membiarkan masyarakat melihat kebenaran tanpa merasa diprovokasi?"Noah mengangguk setuju. "Gunakan pendekatan yang elegan. Kita hanya perlu menunjukkan sisi sebenarnya dari per
Di dalam ruang perawatan, suasana terasa lebih tenang dibandingkan sebelumnya. Bayi mereka masih tertidur setelah menerima perawatan. Jasmine duduk di kursi samping tempat tidur, sementara Noah bersandar di dinding dengan tangan terlipat di dada. Namun, ketenangan itu hanya bertahan sekejap.Ponsel Noah kembali bergetar. Kali ini, bukan hanya pesan, melainkan telepon dari pengacaranya."Zora telah mengajukan banding untuk menunda proses perceraian," suara sang pengacara terdengar serius. "Dia membawa kasus ini ke meja hijau dengan alasan bahwa perceraian akan berdampak buruk pada citranya dan perusahaan keluarga Dirgantara."Noah mengepalkan tangannya erat. "Sialan! Aku sudah menduganya. Apa ada cara lain untuk mempercepat ini?""Satu-satunya cara adalah membuktikan bahwa rumah tanggamu benar-benar tidak bisadipertahankan. Jika ada bukti perselingkuhan atau kesalahan fatal lain, perceraian bi
“Noah, duduklah sebentar. Kau membuatku ikut cemas,” ujar Jasmine pelan, mencoba menenangkan pria itu yang terus mondar-mandir.Noah berhenti sejenak, menatap Jasmine dengan sorot mata penuh kegelisahan. “Bagaimana mungkin aku bisa duduk diam saat anak kita terbaring di dalam sana?” suaranya bergetar, menahan rasa frustrasi yang meluap.Jasmine menggenggam tangannya, memberinya sedikit ketenangan. “Aku juga khawatir, tapi kita harus percaya pada dokter. Anak kita kuat.”Noah menghela napas panjang, lalu akhirnya duduk di samping Jasmine, tetap menggenggam tangannya erat. Waktu seolah berjalan begitu lambat hingga suara pintu ruang perawatan terbuka, membuat mereka langsung berdiri.Dokter yang menangani anak mereka akhirnya keluar, melepaskan masker medisnya dengan ekspresi lebih tenang.“Dokter, bagaimana kondisi anak kami?” tanya
Suasana di Raflesia Hills pagi itu begitu hening. Setelah malam penuh kejutan dan pengakuan Noah tentang perceraiannya dengan Zora, Jasmine masih mencoba mencerna semuanya. Ia tidak bisa membohongi dirinya sendiri ada perasaan lega di hatinya, tetapi di sisi lain, ia tahu bahwa badai baru mungkin akan segera datang.Noah masih duduk di tepi ranjang, menatap Jasmine yang masih belum mengatakan apa pun. Mata pria itu penuh ketegasan, seolah ingin memastikan bahwa keputusannya tidak akan berubah.“Aku ingin kita memulai semuanya dari awal,” kata Noah tiba-tiba. “Aku ingin kita menjadi keluarga yang sebenarnya.”Jasmine terdiam. Mulutnya sedikit terbuka, ingin mengeluarkan kata-kata, tetapi sebelum ia sempat menjawab, suara ketukan pintu terdengar.Nikmah, asisten rumah tangga mereka, berdiri di ambang pintu dengan wajah panik. “Maaf mengganggu, Tuan Noah, Nona Jasmine&helli
"Maaf, Nona Jasmine. Kami membutuhkan persetujuan dan pembayaran dalam waktu tiga hari. Jika tidak, kami tidak bisa melakukan tindakan medis lebih lanjut untuk Nenek Anda."Suara seorang petugas kasir rumah sakit RSUP Candra Mulia terdengar tegas.Jasmine berdiri kaku, memandang tagihan medis yang terasa seperti bom waktu di tangannya."Tiga hari?" gumamnya, hampir tidak percaya."Benar, kondisi pasien sangat kritis. Operasi katup jantung harus dilakukan segera. Kalau tidak, risiko gagal jantung akut meningkat," tambah wanita di balik meja dengan nada profesional tetapi dingin.Jasmine hanya bisa mengangguk perlahan, menggenggam tagihan itu erat-erat. Langkah kakinya lemah saat meninggalkan loket pembayaran.’Tiga hari... Bagaimana aku bisa mendapatkan uang sebanyak itu? Tuhan, aku bahkan tidak tahu harus mulai dari mana.’ Jasmine mendesah panjang, tangan gemetar saat meremas tagihan di pangkuannya.Matanya menerawang, mengingat masa kecilnya. "Aku cuma gadis desa dari Cipta Mandala. ...
Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.
Comments