Beranda / Romansa / Menjadi Ibu Pengganti untuk Anak CEO / 4. Tekanan dan Keputusan Berat

Share

4. Tekanan dan Keputusan Berat

Penulis: Ndraa Archer
last update Terakhir Diperbarui: 2024-12-19 12:33:06

Noah mengangkat alisnya, mencoba memproses apa yang baru saja dikatakan Jasmine. Sementara itu, Zora terlihat seperti ingin berkata sesuatu, tetapi bibirnya hanya bergerak tanpa suara.

"Kamu bercanda, kan?" Noah akhirnya berkata, matanya menyipit dengan skeptis.

"Aku serius," jawab Jasmine tegas. "Aku tidak akan melangkah lebih jauh tanpa itu. Aku sudah menyerahkan terlalu banyak. Ini satu-satunya cara agar aku merasa ini benar, meskipun semuanya salah."

Zora memandang Jasmine dengan campuran rasa marah dan bingung. "Jasmine, ini bukan waktunya untuk menawar! Kamu tahu situasinya!"

"Aku tahu," balas Jasmine, suaranya dingin. "Tapi aku tidak akan melanggar prinsipku. Kamu ingin anak, aku ingin menjaga moralku. Ini keputusan final."

Noah menatap Zora, seolah meminta persetujuannya. Setelah beberapa detik hening yang panjang, mereka berada di sudut ruang yang jauh dari Jasmine.

Zora menghela napas dengan berat, lalu mengangguk kecil. "Baiklah," katanya dengan suara yang terpaksa. "Tapi jangan pikir aku akan, rela dengan hal ini."

"Aku masih belum sepakat, pikirkan dulu semua itu, sementara malam ini Jasmine menginap di rumah kita, agar bisa memikirkan semuanya," jawab Noah setelahnya dia meningalkan ruangan kantor.

***

Malam itu, Jasmine duduk memeluk lutut di pojok kamar tamu kediaman Noah dan Zora. Cahaya lampu temaram memantul di dinding, membentuk bayangan tubuhnya yang gemetar.

"Bagaimana aku bisa melakukan ini?" gumamnya pelan, nyaris tak terdengar.

Pikirannya berputar, berperang antara logika dan harga diri. Jasmine ingin menyelamatkan neneknya, tapi harga yang harus dibayarnya terlalu mahal.

Tiba-tiba, suara Zora, sepupunya, bergema lagi di benaknya.“Jasmine, kamu harus berpikir logis. Ini untuk nenekmu. Dia butuh pengobatan segera.”

“Tapi bagaimana dengan hidupku setelah ini?” Jasmine berbisik sendiri, matanya mulai memerah karena terlalu lama menangis.

Ketukan di pintu memecah keheningan. Jantung Jasmine berdebar kencang. Jasmine tahu siapa yang datang. Dengan tangan gemetar, dia membuka pintu.

Noah berdiri di sana, mengenakan setelan hitam rapi. Matanya yang dingin seperti pisau, menusuk langsung ke hati Jasmine.

“Sudah kamu pikirkan?” tanyanya tanpa basa-basi.

Jasmine menggigit bibir bawahnya. Jasmine tahu Noah tidak peduli pada perasaannya. Baginya, ini hanya sebuah transaksi bisnis.

“Bagaimana aku bisa mengambil keputusan seperti ini?” suaranya pecah. “Kamu bahkan tidak peduli apa yang terjadi padaku.”

Noah menatapnya tajam. “Aku tidak peduli pada permainan ini. Tapi aku peduli pada nama keluargaku. Jika kamu tidak mampu, jangan buang waktu kami.”

Kata-katanya menusuk hati Jasmine seperti belati. Jasmine merasa seperti seorang pion yang dipaksa bergerak di papan catur tanpa pilihan. Air matanya mulai menggenang, tetapi dia menahannya agar tidak jatuh.

“Sudah kukatakan, aku akan melakukannya,” ucap Jasmine akhirnya, suaranya lirih tapi penuh tekad. “Tapi syarat menikah secara agama, itu mutlak. Apa sudah kalian setujui?”

Noah terdiam. Matanya menyipit, seolah mencoba menilai sejauh mana kesungguhan Jasmine. Detik demi detik berlalu, membuat suasana semakin mencekam.

“Baik,” katanya akhirnya, dengan nada datar. “Tapi ingat, ini hanya formalitas. Jangan berharap lebih dari itu.”

Jasmine mengepalkan tangan di belakang punggungnya. Jasmine tahu Noah tidak berbicara dari hati, tapi setidaknya ini memberi sedikit ruang baginya untuk menjaga harga diri.

“Aku akan menandatangani kontrak besok,” ujarnya tegas. “Tapi aku ingin pengobatan nenekku dimulai segera setelah itu.”

Noah mengangguk. “Kami akan memastikan semua berjalan sesuai kesepakatan. Jangan berpikir untuk mundur, Jasmine. Kalau bukan karena Zora, aku enggan melakukan ini.”

Setelah Noah pergi, Jasmine menutup pintu dan bersandar di sana, tubuhnya melemas. Beban di pundaknya terasa semakin berat. Jasmine tahu apa yang akan terjadi setelah ini tidak akan mudah, tapi untuk neneknya, dia siap mengorbankan segalanya.

Malam itu, Jasmine memandang ke arah langit-langit kamar, berharap ada keajaiban yang bisa membebaskannya dari semua ini. Tapi yang ada hanyalah keheningan dan tangis yang terpendam, dalam hati.

"Aku hanya ingin melakukan yang terbaik," bisiknya. "Tapi kenapa harus seberat ini?"

Jasmine terbayang wajah neneknya yang pucat di ranjang rumah sakit, sosok yang selalu ada untuknya sejak kecil. Dia menarik napas panjang, mencoba menenangkan kegundahan hatinya.

Ketukan pintu memecah keheningan. Suara Zora terdengar lembut dari luar. “Jasmine, aku tahu ini berat. Tapi aku percaya kau cukup kuat. Makanlah dulu, ini sudah terlalu larut.”

Jasmine hanya diam, membiarkan air mata yang ditahannya jatuh. Jasmine tahu keputusan ini akan mengubah hidupnya selamanya. Namun, demi orang yang paling dia cintai, Jasmine tak punya pilihan lain.

“Besok semuanya dimulai,” gumamnya pelan. “Aku harus siap.”

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi
Komen (5)
goodnovel comment avatar
Arthea Velsha
semangat thor, love it, jadi penasaran lanjutan ceritanyaa
goodnovel comment avatar
ochaa ochaa
keputusan berat punya resiko berat semangat jajsminne
goodnovel comment avatar
Indra Gunawan
aku agak eagu , kira kira bakal berhasil gak jd ibu pengganti
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

  • Menjadi Ibu Pengganti untuk Anak CEO   5. Tanda Tangan Kontrak

    "Jasmine, sudah siap?" tanyanya, suara lembut namun penuh kecemasan. Zora masuk dengan langkah pelan, wajahnya tampak lelah meski berusaha tersenyum.Jasmine mengangguk pelan, matanya masih tertuju pada kontrak itu. Hati kecilnya terasa hancur, tetapi dia tahu tak ada pilihan lain. Semua sudah diputuskan.”Atau... kamu mau sarapan dulu?” tanya Zora ramah.Pagi itu terasa lebih dingin dari biasanya. Jasmine duduk sendirian di meja makan, menatap cangkir teh yang mulai mendingin. Matanya kosong, tangannya gemetar."Noah menunggumu di ruang tamu," lanjut Zora, menepuk bahu Jasmine dengan lembut. "Kami akan menunggu di sana. Jangan khawatir, semuanya akan baik-baik saja."Jasmine menatap Zora dengan mata penuh pertanyaan. "Tapi... apakah ini benar-benar yang terbaik, Zora?" Suaranya hampir tak terdengar. "Aku merasa seperti aku kehilangan diriku sendiri."Zora menarik napas panjang, ekspresinya berubah lebih serius. "Aku tahu kamu merasa seperti itu," jawabnya dengan lembut, namun nada su

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-19
  • Menjadi Ibu Pengganti untuk Anak CEO   6. Pelunasan Tagihan

    Jasmine melangkah cepat menuju rumah sakit, tubuhnya terasa kaku, tetapi pikirannya penuh dengan satu tujuan, neneknya. Setiap langkah terasa berat, seperti beban dunia ada di pundaknya.”Aku harus ke rumah sakit,” gumamnya lirih.Jasmine merasa seperti melangkah dalam mimpi buruk yang tak bisa dihentikan.Sesampainya di ruang ICU, Jasmine langsung melihat Zora duduk di kursi dekat ranjang neneknya. Wajah Zora tampak lelah, matanya sembab, seperti habis menangis.“Kamu datang juga, Jas?” suara Zora terdengar berat, meskipun ada senyum tipis yang muncul.Jasmine hanya mengangguk pelan, melangkah mendekat ke ranjang neneknya. Tubuh nenek yang biasanya penuh semangat itu kini terbaring lemah, hanya alat-alat medis yang berbunyi di sekelilingnya.Jasmine menahan napas, matanya mulai berkaca-kaca. “Gimana, kak Zor? Dokter bilang apa?”“Masih belum ada perubahan. Kita cuma bisa nunggu,” jawab Zora, menatap nenek. “Aku cuma bisa bantu dengan cara ini, Jas. Gak bisa apa-apa lagi.”Jasmine dud

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-19
  • Menjadi Ibu Pengganti untuk Anak CEO   7. Pernikahan Rahasia

    "Jasmine, bersiaplah," kata Zora pelan, tetapi suaranya terdengar penuh kecemasan. Jasmine hanya mengangguk lemah, seolah separuh jiwanya tidak berada di sana.Pernikahan itu berlangsung cepat dan tanpa gegap gempita. Jasmine duduk di kursi kayu yang terasa dingin, matanya kosong memandangi penghulu yang sibuk mempersiapkan prosesi ijab kabul. Di sudut ruang tamu, Zora terlihat gelisah, sesekali meremas jemarinya sendiri.Dua saksi, Nikmah dan Paryono, berdiri di dekat meja penghulu. Mereka terlihat seperti dua orang asing yang terjebak dalam adegan yang bukan milik mereka. Jasmine bahkan tidak tahu siapa mereka sebenarnya, hanya nama mereka yang disebut Zora tadi pagi.Noah berdiri di depannya, tubuh tegap dan wajah datar tanpa ekspresi. Dia tidak mencoba menenangkan Jasmine atau berbasa-basi, hanya memberikan kesan tegas dan sedikit dingin."Kita mulai," katanya singkat, suaranya seperti perintah yang tak terbantahkan.Penghulu mengawali prosesi dengan doa pembuka. "Bismillahirrahman

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-19
  • Menjadi Ibu Pengganti untuk Anak CEO   8. Malam di Kamar Pengantin

    Malam itu terasa hening. Jasmine melangkah masuk ke kamar pengantin yang telah disiapkan oleh Zora. Rumah di kompleks perumahan Raflesia Hill itu terlihat megah, tetapi Jasmine merasa kecil dan terasing di dalamnya.“Kamar ini... terlalu mewah,” gumam Jasmine, mencoba menenangkan dirinya sendiri. Namun, suaranya terdengar bergetar.Kamar itu cukup luas, dengan dekorasi yang elegan. Wangi aromaterapi memenuhi udara, campuran lavender dan melati yang begitu kuat hingga membuat kepala Jasmine sedikit ringan. Cahaya lampu temaram memantul dari dinding krem, menciptakan suasana yang aneh, hampir seperti mimpi.“Noah akan datang,” gumamnya pelan. Hatinya berdebar kencang.Saat Jasmine duduk di tepi tempat tidur, pintu kamar tiba-tiba terbuka. Noah masuk dengan langkah tenang, tetapi ekspresinya tetap dingin seperti biasa. Jasmine langsung berdiri, merasa canggung.“Noah...” Jasmine mencoba berbicara, tetapi suaranya tercekat. “Aku... aku tidak tahu harus bagaimana.”Noah tidak menjawab. Dia

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-19
  • Menjadi Ibu Pengganti untuk Anak CEO   9. Jangan Bergerak, Aku Hampir Selesai

    Jasmine duduk di tepi ranjang, tangannya memeluk lutut. Tubuhnya terasa berat dan pikirannya kacau. Mata Jasmine memejam mengingat tubuh Noah yang bergerak di atasnya semalam.”Zora!” Suara Noah memangil istrinya membuat Jasmine merasa kotor dan bersalah.Saat Jasmine menyentuh bibirnya terasa benar lembut sentuhan dari Noah, yang membuatnya tengelam kembali dalam keintiman dan rasa sakit.”Jangan bergerak aku hampir selesai,” ucap Noah, yang setelahnya di ikuti erangan terngiang di benak Jassmine. Membuat Jasmine mengingat jeritan dan rasa aneh yang pertama kali dia rasakan seumur hidupnya.Jasmine mendongak, memandang ke sekeliling kamar pengantin yang sunyi. Hanya sisa aroma melati dari malam sebelumnya yang mengingatkannya pada apa yang telah terjadi.Pintu kamar terbuka perlahan. Jasmine menoleh dengan cepat dan di sana berdiri Noah, dengan kemeja yang sebagian terbuka dan wajah dingin seperti biasanya. Dia tidak berkata apa-apa, hanya berjalan menuju meja di dekat ranjang, meng

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-17
  • Menjadi Ibu Pengganti untuk Anak CEO   10. Merasa Bosan

    “Ugh!”Jasmine masih merasa sakit di sekujur badannya, padahal waktu sudah berlalu berhari-hari. Hari-hari berlalu dengan lambat bagi Jasmine.Setiap pagi dimulai dengan rutinitas yang sama: bangun, sarapan sendirian, dan menunggu kabar dari Zora atau Noah. Rumah besar itu terasa seperti penjara yang mewah, dengan tembok-temboknya yang dingin dan sunyi.“Aku bosan, mana aku belum waktunya kuliah. Kapan liburan semester ini berakhir,” gumamnya lebih memprotes diri sendiri.Pagi itu, Jasmine memutuskan untuk menghubungi rumah sakit. Dengan hati-hati, dia mengambil ponsel yang tergeletak di meja samping tempat tidur dan mengetik nomor rumah sakit. Setelah beberapa dering, suara ramah dari seorang perawat terdengar di seberang telepon.Perawat: "Selamat pagi, Rumah Sakit RSUP Candra Mulia, ada yang bisa saya bantu?"Jasmine: (menarik napas dalam sebelum berbicara) "Selamat pagi, Sus. Saya Jasmine Ayu Kartika, keluarga pasien Cahaya Dewi. Nenek saya sedang dirawat di ruang ICU. Saya ingin

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-17
  • Menjadi Ibu Pengganti untuk Anak CEO   11. Ingin di Hargai, Sentuhan tak Sengaja.

    Malam itu, Jasmine memberanikan diri mengetuk pintu ruang kerja Noah. Dia tahu pria itu mungkin akan mengabaikannya, tetapi dia tidak ingin menyerah untuk mencoba.Noah membuka pintu, tampak terkejut melihat Jasmine berdiri di sana. "Ada apa lagi?" tanyanya dengan nada dingin."Aku hanya ingin berbicara. Tidak lama," kata Jasmine dengan nada memohon.Noah menghela napas dan membuka pintu lebih lebar, mengisyaratkan agar Jasmine masuk. Ruang kerja itu besar dan penuh dengan rak buku, tetapi suasananya terasa sama dinginnya dengan Noah."Jadi, apa yang ingin kamu bicarakan?" tanya Noah sambil duduk di kursi kerjanya.Jasmine duduk di seberang meja, mencoba mencari kata-kata yang tepat. "Aku ingin tahu... apakah kita bisa mencoba menjalani ini dengan lebih baik? Maksudku, aku tahu ini semua adalah perjanjian, tapi aku ingin hubungan kita tidak terlalu tegang. Seperti manusia pada umumnya."Noah menatapnya lama sebelum menjawab. "Kamu ingin hubungan ini menjadi lebih baik? Jasmine, ini bu

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-17
  • Menjadi Ibu Pengganti untuk Anak CEO   12. Keinginan untuk Mandiri

    ”Nyonya mau sarapan apa?” tanya Nikmah.Pagi itu, Jasmine duduk di meja makan, menikmati teh hangat yang disiapkan oleh Nikmah. Sinar matahari masuk melalui jendela besar di dapur, tetapi hatinya masih terasa berat.”Nasi goreng boleh,” jawab Jasmine singkat.Dia memikirkan percakapannya dengan Noah tadi malam, serta kejadian kecupan Noah yang membuat wajahnya memerah. Meski sedikit lega, dia merasa hidupnya masih seperti berada di persimpangan tanpa arah.’Untung saja dia melepas tubuhku, sebelum matanya terbuka,’ ujarnya dalam hati sambil tersenyum simpul.Banyak hal yang Jasmine pikirkan, terutama rasa bosan. Saat ini dia masih libur kuliah. Satu hal yang jelas dalam pikirannya. dia tidak bisa terus berdiam diri di rumah ini.Jasmine adalah seorang mahasiswi yang terbiasa aktif. Menghabiskan hari-harinya tanpa tujuan membuatnya merasa sepert

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-18

Bab terbaru

  • Menjadi Ibu Pengganti untuk Anak CEO   267. Ancaman Berlanjut.

    Malam telah larut ketika Noah akhirnya tiba di rumah setelah seharian berkutat dengan pekerjaan di perusahaan. Cahaya lampu di ruang tamu masih menyala, memberikan suasana hangat yang menyambutnya. Langkah kakinya ringan ketika ia melepas jas dan menggantungnya di dekat pintu. Keheningan di rumah itu hanya ditemani oleh suara jam dinding yang berdetak pelan.Jasmine sedang duduk di sofa dengan secangkir teh di tangannya. Matanya yang semula fokus pada layar ponsel segera beralih begitu melihat Noah berjalan mendekat. Wajahnya masih menyiratkan kelelahan, tetapi ada kehangatan dalam tatapannya."Kau pulang lebih larut dari biasanya," ucap Jasmine pelan.Noah menghela napas dan duduk di sampingnya. "Ada beberapa laporan yang harus kuselesaikan. Aku ingin memastikan semuanya beres sebelum akhir pekan."Jasmine tersenyum kecil, kemudian menyandarkan kepalanya ke bahu Noah. "Jangan terlalu memaksakan diri

  • Menjadi Ibu Pengganti untuk Anak CEO   266. Paket Misterius  

    Malam semakin larut, tetapi kediaman Noah dan Jasmine masih terang benderang. Jasmine duduk di sofa ruang tamu, menatap layar ponselnya dengan perasaan tak menentu. Sejak ancaman yang mereka terima, perasaannya menjadi tidak tenang. Sesekali ia melirik ke arah bayi mereka yang tertidur lelap di dalam boks, wajah mungilnya begitu damai seakan tidak menyadari kekacauan yang sedang terjadi di sekitar mereka.Noah yang berdiri di dekat jendela menatap ke luar dengan sorot mata tajam. Sistem keamanan rumah ini sudah diperketat sejak insiden kemarin, tetapi firasatnya tetap tidak bisa tenang. Ia tahu Zora tidak akan berhenti begitu saja, dan itu membuatnya semakin waspada."Kau masih memikirkan ancaman itu?" tanya Noah, berjalan mendekati Jasmine dan duduk di sampingnya.Jasmine mengangguk pelan. "Aku tidak bisa mengabaikannya begitu saja, Noah. Aku merasa mereka mengawasi kita setiap saat."Noah menghela

  • Menjadi Ibu Pengganti untuk Anak CEO   265. Pesan Ancaman.

    "Jasmine, kau yakin tidak ingin beristirahat lebih lama?" suara Noah terdengar lembut, tetapi ada nada kekhawatiran yang jelas dalam nada bicaranya. Ia berdiri di ambang pintu kamar mereka, melihat Jasmine yang tengah mengayun-ayunkan bayi mereka di dalam dekapan.Jasmine tersenyum kecil, tetapi ada sedikit kelelahan di matanya. "Aku baik-baik saja, Noah. Aku hanya ingin memastikan dia tidur nyenyak."Noah mendekat, duduk di sisi Jasmine di tepi tempat tidur. Matanya mengamati bayinya yang perlahan-lahan terpejam dengan napas tenang. Tangannya terulur, menyentuh lembut punggung Jasmine sebelum beralih ke kepala bayi mereka. "Aku hanya tidak ingin kau terlalu lelah. Kau baru saja melalui begitu banyak hal."Jasmine menghela napas, menyandarkan kepalanya ke bahu Noah. "Aku tahu. Tapi aku merasa lebih tenang kalau berada di dekatnya."Noah tidak membantah. Sebagai seorang ayah, ia pun merasakan hal yang

  • Menjadi Ibu Pengganti untuk Anak CEO   264. Selamat datang di neraka, Jasmine.

    Di tempat lain, seseorang duduk di dalam mobil hitam yang terparkir di seberang kediaman Noah dan Jasmine. Orang itu menyalakan ponselnya, membuka sebuah pesan dari Zora."Pastikan mereka tidak bisa bernapas lega."Orang itu tersenyum samar sebelum mengetik balasan. "Segera."Beberapa detik kemudian, ponselnya kembali bergetar. Kali ini, sebuah instruksi tambahan muncul. "Kita buat mereka takut dulu. Aku ingin mereka tahu bahwa mereka tidak akan pernah bisa hidup tenang."Pria itu mengangkat kamera kecilnya, mengarahkannya ke rumah Noah dan Jasmine, lalu menekan tombol rekam. Dengan wajah tanpa ekspresi, ia mengirimkan video itu langsung ke nomor Zora.Zora menerima video itu dan tersenyum puas. Ia menatap layar dengan mata penuh kelicikan, lalu menekan tombol play. Video itu menampilkan Jasmine yang sedang menimang anaknya di ruang tamu, sementara Noah tampak berbicara dengan seseorang di telepon.Zora memiringkan kepala, jemarinya menelusuri layar ponselnya perlahan. “Lihat betapa b

  • Menjadi Ibu Pengganti untuk Anak CEO   263. ”Tuan Noah, Anda harus berhati-hati.”  

    “Kau pikir ini sudah berakhir, Jasmine?” bisiknya sambil meraih ponselnya.Ia mengetik sebuah pesan singkat dan mengirimnya ke nomor misterius. Beberapa detik kemudian, ponselnya bergetar, dan sebuah balasan muncul."Target dikunci. Siap eksekusi kapan saja." Zora menatap layar dengan senyum penuh kemenangan.Pertarungan ini baru saja dimulai, dan kali ini, ia akan memastikan Jasmine tidak punya tempat untuk bersembunyi.Malam telah larut ketika Jasmine duduk di tepi ranjangnya, menatap layar ponselnya dengan tatapan kosong. Berita mengenai konferensi pers Noah masih terus menjadi sorotan utama di berbagai media. Reaksi publik mulai terpecah; ada yang mulai memahami situasi sebenarnya, tetapi tak sedikit pula yang masih memihak Zora.Noah masuk ke kamar dengan ekspresi serius. Ia meletakkan jasnya di sandaran kursi lalu mendekati Jasmine. “Kau harus tidur, Jas.

  • Menjadi Ibu Pengganti untuk Anak CEO   262. Konfrensi Pers Mengungkap ke Bohongan Zora  

    Noah menatap layar ponselnya dengan rahang mengeras. Berita tentang pernyataan pers yang dibuat oleh Oma Dursilla telah menyebar dengan cepat. Media menggempur keluarga Dirgantara dengan berbagai pertanyaan. Tak hanya itu, berbagai spekulasi mulai bermunculan mengenai kebenaran hubungan Noah dan Jasmine."Kita harus segera bertindak," ucap Noah tegas, meletakkan ponselnya di meja.Jasmine yang duduk di sampingnya menatapnya dengan cemas. "Apa yang bisa kita lakukan sekarang?""Kita perlu memperkuat posisi kita di hadapan media. Oma Dursilla sudah mengambil langkah besar dengan mengungkapkan semuanya, sekarang tugas kita adalah memastikan publik tahu siapa yang sebenarnya berbohong."Jasmine mengangguk, meski di dalam hatinya ada sedikit kekhawatiran. Semua ini terasa terlalu cepat dan mendadak. Namun, ia sadar bahwa tidak ada jalan lain selain maju ke depan.Di tempat lain, Zora

  • Menjadi Ibu Pengganti untuk Anak CEO   261. Pertarungan Menuju Kebenaran

    Suasana di kediaman Dirgantara kembali memanas setelah konferensi pers yang dilakukan oleh Oma Dursilla. Pengungkapan besar-besaran itu membuat media geger, publik heboh, dan yang paling terpukul adalah Zora. Wanita itu kini berada dalam pusaran masalah yang semakin sulit ia kendalikan.Zora berjalan mondar-mandir di dalam kamarnya, tangannya mengepal kuat hingga buku-buku jarinya memutih. Pikirannya berputar cepat, mencoba mencari jalan keluar dari kekacauan yang kini menelannya."Tidak! Ini tidak boleh terjadi!" gumamnya dengan suara bergetar. Ia mengangkat ponselnya dan menekan nomor Juan. "Kau harus membantuku, Juan. Kita harus membalikkan keadaan sebelum semuanya terlambat."Juan yang berada di apartemennya hanya mendengus kecil. "Zora, aku sudah memperingatkanmu sejak awal. Kau bermain terlalu jauh, dan sekarang, kau mulai kehilangan kendali.""Aku tidak peduli!" Zora berteriak frustrasi. "Aku

  • Menjadi Ibu Pengganti untuk Anak CEO   260.  Pukulan Balik yang Mematikan

    Oma Dursilla duduk di ruang konferensi pers dengan ekspresi tenang namun berwibawa. Di hadapannya, puluhan wartawan dari berbagai media bersiap dengan kamera dan alat rekam.Hari ini, kebenaran yang selama ini tersimpan rapat akan diungkapkan ke publik.Sementara itu, di kediaman Dirgantara, Noah dan Jasmine duduk di depan layar televisi, menyaksikan siaran langsung yang akan mengubah segalanya. Ketegangan terasa di antara mereka, tetapi ada kepercayaan yang kuat bahwa ini adalah langkah yang harus diambil.“Para hadirin sekalian, saya Dursilla Dirgantara, akan memberikan klarifikasi terkait polemik yang selama ini beredar,” ujar Oma Dursilla dengan nada mantap. “Selama bertahun-tahun, keluarga Dirgantara menyembunyikan kebenaran mengenai pernikahan cucu saya, Noah Dirgantara, dengan Zora.”Para wartawan langsung berbisik-bisik, beberapa bahkan mulai mencatat dengan cepat.Oma Dursil

  • Menjadi Ibu Pengganti untuk Anak CEO   259. Konferensi Pers Oma Dursilla: Kebenaran yang Terungkap

    Sore itu, semua media besar berkumpul di aula konferensi Dirgantara Corp. Para jurnalis sudah menyiapkan kamera dan alat perekam mereka. Suasana tegang menyelimuti ruangan, semua orang menunggu sosok yang akan berbicara di depan publik.Saat akhirnya pintu terbuka, Oma Dursilla melangkah masuk dengan langkah tegap dan wajah penuh wibawa.Para wartawan langsung menyerbu dengan berbagai pertanyaan. Namun, Dursilla mengangkat tangannya, memberi isyarat agar mereka diam. Dengan tenang, ia berdiri di depan mikrofon dan mulai berbicara."Saya adalah Dursilla Dirgantara, dan hari ini saya akan mengungkapkan kebenaran yang selama ini tersembunyi."Ruangan langsung hening. Semua mata tertuju pada wanita tua yang penuh kharisma itu."Selama ini, saya membiarkan beberapa hal terjadi karena saya ingin melihat bagaimana mereka bertindak. Namun, kini sudah waktunya kebenaran terungkap. Zora tidak pernah men

Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status