Madu Untuk Suamiku

Madu Untuk Suamiku

last updateLast Updated : 2023-11-14
By:  Anis HidayahCompleted
Language: Bahasa_indonesia
goodnovel16goodnovel
10
3 ratings. 3 reviews
143Chapters
11.7Kviews
Read
Add to library

Share:  

Report
Overview
Catalog
SCAN CODE TO READ ON APP

Hadirnya keturunan merupakan idaman bagi semua keluarga. Anak-anak yang akan menjadi pelipur lara kala lelah menyapa. Namun, hal itu tak dapat diberikan Shofia kepada suami tercintanya. Hingga ia rela mencarikan istri ke dua demi hadirnya sang buah hati. Shofia memilih salah satu muridnya yang kebetulan tengah terhimpit ekonomi. Akankah pernikahan ke dua suaminya berjalan seperti harapan? Sebab tak pernah ada yang baik-baik saja ketika hati telah terbagi

View More

Chapter 1

Istri Untuk Mas Subhan

 “Sah ....”

Ketika kata itu menggema memenuhi tiap sudut ruangan. Shofia menahan sesak yang sejak tadi terasa semakin menghimpit dadanya. Ia tak kuasa melihat laki-laki yang menjadi imam hidupnya selama delapan tahun, kini mengumandangka doa di ubun-ubun wanita lain.

Padahal ia sendiri yang meminta sang suami untuk menikah lagi, karena hingga kini dirinya tak mampu melahirkan keturunan. Shofia perlahan menghilang dari keramaian, menepi di sudut kamar mandi seorang diri. Tak sanggup rasanya jika harus menyaksikan adegan selanjutnya dari prosesi sakral tersebut.

Air mata yang susah payah ia tahan, kini menganak sungai di pipinya yang tampak sedikit lebih tirus. Memandang pantulan wajahnya di cermin, Shofia melihat bayangan yang begitu mengenaskan di sana. Tampak seorang wanita dengan gamis salem dan hijab syar’i dengan warna senda tengah meratapi cintanya yang harus terbagi.

“Kak Shofi.” Terdengar suara ketukan pintu cukup keras.

Shofia tahu jika itu suara Jihan, adik perempuan satu-satunya yang ia miliki. Segera Shofia menghapus sisa-sisa air mata di kedua pipinya, lalu membasuh wajahnya yang terlihat sangat kusut.

Begitu daun pintu terbuka, tampaklah wajah Jihan yang menatapnya penuh iba. Shofia mencoba memberikan senyum terbaikny. Ia tak boleh terlihat terluka ataupun nelangsa. 

“Kak, kalau mau nangis, silakan. Nggak ada yang perlu ditutupi dari aku,” sengit Jihan sedikit sebal dengan keputusan kakaknya.

“Kamu anak kecil belajar yang benar, biar bisa cepat lulus kuliah. Kakak baik-baik saja, tidak ada yang perlu dikhawatirkan.”

“Padahal lebih kecil Kiyada daripada aku.” Jihan mendengus kasar.

“Yuk, kita temui Mas Subhan sama Kiyada. Ucapkan selamat buat mereka.” Shofia segera menggandeng tangan Jihan.

“Kakak tidak perlu mengucapkan selamat pada mereka. Aku tahu jika hati kakak sakit, karena tidak pernah ada yang baik-baik saja saat cinta harus terbagi.” Jihan menyentak kasar tangan kakaknya.

Shofia menarik napas panjang, air matanya kembali luruh begitu saja. Ia terduduk di sisi ranjang dengan bahu yang kian terguncang. Rasa cemburu yang sekuat tenaga berusaha disingkirkan, justru kian tumbuh subur tanpa bisa ia kendalikan.

“Kak.” Bergetar suara Jihan saat merengkuh pundak sang kakak yang selama ini juga berperan menggantikan umi.

Tak ada kata yang terucap, hanya terdengar isak tangis di kamar megah tersebut. Bahkan Jihan juga turut meneteskan air mata, tak kuasa membayangkan jika ia berada di posisi kakanya.

“Sayang.” Sebuah suara bariton mengejutkan keduanya.

Jihan menoleh dan menatap Ustaz Subhan penuh kebencian. Mengapa sebagai lelaki ia begitu lemah, sehingga mau menuruti keinginan istrinya begitu saja. Namun, tak menutup kemungkinan jika kakak iparnya itu memang senang jika beristri lebih dari seorang.

“Aku permisi dulu.” Jihan segera keluar kamar begitu Ustaz Subhan mendekati Shofia. 

Dengan sigap Ustaz Subhan segera merengkuh Shofia ke dalam dekapannya. Tak ada kata-kata antara keduanya. Sebab mereka tengah sama-sama terluka. Berkali-kali Ustaz Subhan mengecup puncak kepala istrinya, seolah memberi peringatan bahwa sang istri tetaplah yang terbaik.

“Mas, kenapa ke sini. Kiyada mana?” Shofia segera melepaskan diri begitu sadar jika suaminya kini bukan hanya miliknya seorang.

“Lagi di depan, nemuin para tamu undangan,” ucap Ustaz Subhan begitu lirih di depan wajah sang istri.

"Kita ke depan, yuk. Kasihan Kiyada jika harus menemui tamu undangan sendirian.” Segera Shofia mendorong tubuh kekar sang suami dari hadapannya. Ingin rasanya ia bergelayut manja seperti biasa di lengan kokoh itu, tapi kini semua tak lagi sama. Ada hati yang harus ia jaga.

Ustaz Subhan menahan pergerakan Shofia, ia sedikit mendorong pundak Shofia agar kembali duduk di sisian ranjang. “Kamu di sini saja, tidak perlu ikut ke depan.”

Kecupan hangat dan dalam kembali diberikan Ustaz Subhan pada sang istri. Laki-laki dewasa tersebut tahu, jika membawa Shofia ke depan pasti hanya akan membuat hati wanitanya kian terluka.

“Ingat, ya! Istirahat, jangan kemana-mana, besok kamu kan ke Singapura.”

Setelah memastikan kondisi Shofia lebih tenang, Ustaz Subhan beranjak menuju tempat berlangsungnya acara. Jika boleh memilih, ingin sekali ia menuruti egonya. Menemani Shofia seharian di kamar mereka.

Namun, ia harus bersikap adil. Tak etis jika membiarkan istri ke duanya hanya menemui para tamu seorang diri. Walau tak banyak yang hadir, karena acara ini digelar sederhana atas permintaan Kiyada.

Dari jarak beberapa meter Ustaz Subhan dapat melihat Kiyada tengah tersenyum pada seluruh tamu wanita yang hadir. Tak lama datang beberapa teman sebayanya juga ingin memberikan doa untuk Kiyada.

Gadis tersebut sangat pandai berkamuflase juga tampaknya, sama seperti Shofia yang tetap mampu tersenyum meski batinnya terluka. Sejurus kemudian, pandangan keduanya bertemu. Ustaz Subhan memberikan senyum pada Kiyada yang tengah tertunduk malu mendapat tatapan darinya.

“Selamat, Ustaz. Semoga dikaruniai keluarga sakinah mawadah warahmah,” ucap salah satu teman Kiyada yang juga murid Ustaz Subhan saat mengaji.

“Aaamiin.” Hanya itulah kata yang terucap dari bibir Ustaz Subhan.

Pasangan pengantin baru tersebut sekilas tampak bahagia duduk di pelaminan, padahal hati keduanya menyimpan lara. Sejak tadi pikiran Ustaz Subhan terus tertuju pada istri pertamanya yang tengah tersedu seorang diri di kamar.

Hingga acara usai, Ustaz Subhan menuju kediaman Kiyada. Tentunya setelah berpamitan kepada istri pertamanya. Sesuai ajaran Islam bila seorang laki-laki menikah lagi, maka tujuh hari pertama ia bersama istri pertama jika ia seorang perawan. 

Mobil Pajero hitam tersebut perlahan meluncur meninggalkan pelataran rumah yang tadinya sebagai tempat acara. Dua orang yang tengah berada di dalamnya saling terdiam. Hanya suara desau mesin yang menghiasi perjalanan keduanya.

“Kamu sudah menghubungi Ibu?” Ustaz Subhan mencoba memecah kebekuan antara mereka.

“Sudah, Ustaz, tadi,” jawab Kiyada singkat.

Ustaz Subhan hanya mengangguk menanggapi jawaban Kiyada, karena ia sendiri juga tak tahu dari mana harus memulai obrolan dengan Kiyada. Gadis yang dulu adalah muridnya ketika mengaji.

Tak lama kemudian mobil telah memasuki pelataran rumah Kiyada yang tak seberapa lebar. Sehingga Ustaz Subhan harus benar-benar memposisikan mobilnya agar tak mengganggu jalan, juga nanti lebih mudah untuk mengeluarkannya.

Kiyada turun perlahan dengan kebaya putih yang masih melekat di tubuh kecilnya. Jantung gadis yang baru saja menyandang status istri tersebut bergemuruh hebat. Tidak tahu apa yang yang akan terjadi setelah ini.

Sosok laki-laki yang beberapa jam lalu mengucap jaji suci itu memang telah lama ia kagumi. Namun, tak pernah terlintas di benaknya untuk menjadi istri beliau. Apalagi Kiyada sudah tahu jika Ustaz Subhan telah memiliki sosok istri bak bidadari.

“Kamu masuk ke dalam dulu, saya masih harus menghubungi teman,” ucap Ustaz Subhan lembut.

Kiyada mengangguk kecil. Segera ia memasuki kamarnya juga berganti pakaian. Menghapus bersih make up yang masih menempel, juga mengenakan pakaian terbaik untuk menyambut suaminya malam ini.

Hampir satu jam Kiyada menunggu kedatangan suami barunya, tetapi laki-laki dewasa itu tak kunjung menampakkan diri. Kiyada kembali mengambil hijab yang telah digantung, lalu memutuskan menyusul Ustaz Subhan di depan rumah. Sebab angin malam yang tak baik bagi tubuh.

Kembali berdebar jantung Kiyada saat kakinya mendekati pintu ruang tamu. Samar-samar ia mendengar suara Ustaz Subhan seperti tengah berbicara dengan seseorang lewat sambungan telephon.

“Kamu cepat tidur, ya, sayang.”

Debaran jantung itu kini berubah menjadi nyeri tak terpatri. Ungkapan itu bukan untuknya, tapi untuk seseorang di seberang sana. Siapa lagi kalau bukan Ustazah Shofia.

Expand
Next Chapter
Download

Latest chapter

To Readers

Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.

Comments

user avatar
Zaid Zaza
KEREN BANGEET! Rugi Kalau nggak BACAA novel di bawah ini! Izin promo ya Thor. Yok mampir di novel, ROH KAISAR LEGENDARIS.
2024-02-20 15:06:27
0
default avatar
qeenzarahijab
updatenya mana thor....
2022-12-13 21:50:33
1
user avatar
chandra nur ardiansyah
semangat terus kak...cerinya menarik
2022-06-12 19:35:02
1
143 Chapters
Istri Untuk Mas Subhan
 “Sah ....”Ketika kata itu menggema memenuhi tiap sudut ruangan. Shofia menahan sesak yang sejak tadi terasa semakin menghimpit dadanya. Ia tak kuasa melihat laki-laki yang menjadi imam hidupnya selama delapan tahun, kini mengumandangka doa di ubun-ubun wanita lain.Padahal ia sendiri yang meminta sang suami untuk menikah lagi, karena hingga kini dirinya tak mampu melahirkan keturunan. Shofia perlahan menghilang dari keramaian, menepi di sudut kamar mandi seorang diri. Tak sanggup rasanya jika harus menyaksikan adegan selanjutnya dari prosesi sakral tersebut.Air mata yang susah payah ia tahan, kini menganak sungai di pipinya yang tampak sedikit lebih tirus. Memandang pantulan wajahnya di cermin, Shofia melihat bayangan yang begitu mengenaskan di sana. Tampak seorang wanita dengan gamis salem dan hijab syar’i dengan warna senda tengah meratapi cintanya yang harus terbagi.“Kak Shofi.” Terdengar suara ketukan pintu cukup
last updateLast Updated : 2022-03-07
Read more
Demi Ibu
Perlahan Kiyada mundur menjauhi pintu. Ia mengutuk dirinya yang terlalu berharap banyak dari pernikahan ini. Harusnya ia sadar jika dirinya tak lebih dari seorang wanita murahan, yang rela menjadi istri ke dua demi uang.Di saat hatinya sedang kacau begini, Kiyada begitu merindukan dekapan sang ibu yang selalu menentramkan. Entah sedang apa ibu di sana, dan bagaimana reaksi beliau saat tahu putrinya telah menikah menjadi yang ke dua.***“Saya ingin kamu menjadi istri ke dua suami saya,” ucap Ustazah Shofia dengan suara bergetar.Bagai tersambar petir di siang bolong, kata-kata Ustazah Shofia membuat Kiyada limbung seketika. Ia tahu hingga kini Ustazah Shofia dan Ustaz Subhan memang belum dikaruniai keturunan. Namun, apakah harus dengan cara seperti ini demi mendapatkan seorang anak?“Tapi masih banyak cara lain, Ustazah. Kenapa harus memilih jalan poligami?” Kiyada menatap nanar wajah wanita yang selama bertahun-tahun menja
last updateLast Updated : 2022-03-07
Read more
Ketika Hati Harus Berbagi
Setelah menutup panggilan telephon dari sang suami, nyatanya Shofia tak bisa lekas terpejam. Bayangan bagaimana suaminya akan melakukan ritual malam pertama dengan Kiyada terus saja terlintas.Kini kehangatan juga kelembutan itu harus dibagi dengan wanita lain. Batinnya bertanya-tanya akankah Ustaz Subhan juga melontarkan kata cinta juga rayuan maut pada istri mudanya? Shofia merutuki dirinya sendiri, bukankah ia menginginkan lahirnya keturunan dari madunya? Namun, nyatanya ia belum benar-benar siap membagi kehangatan yang selalu diberikan sang suami dengan wanita selain dirinya.Jenuh dengan segala kecamuk batinnya, Shofia memutuskan untuk mengambil wudu. Menumpahkan segala resah juga gundah kepada Sang Pencipta adalah pilihan terbaik. Tersedu seorang diri di atas sajadah, berdoa agar diberikan kekuatan melewati hari-hari berikutnya.Biasanya setelah salat tahajud Shofia akan tidur kembali, lalu saat azan subuh berkumandang Ustaz Subhan akan memban
last updateLast Updated : 2022-03-07
Read more
Semua Tak Lagi Sama
“Maaf, Ustazah, saya pindah ke belakang.” Kiyada berucap lirih dengan raut penuh rasa bersalah.Shofia mengangguk canggung. Ia sedikit kesal dengan sang suami, karena tak mengatakan jika membawa serta Kiyada ke rumah mereka. Padahal ia ingin menghabiskan saat-saat terakhirnya hanya berdua, sebelum mereka terpisah dalam waktu yang cukup lama.“Kamu tidak masuk ke dalam, Ki?” Ustaz Subhan berusaha memecah ketegangan yang sempat tercipta antara kedua istrinya.“Tidak, Ustaz, saya memang sengaja menunggu di mobil,” jawab Kiyada ketika sudah menemukan posisi ternyamannya di kabin belakang. Raut wajahnya masih menunjukkan rasa bersalah.Ustaz Subhan dapat menangkap dengan jelas perubahan sikap Shofia yang mendadak dingin, tidak seceria dan sehangat saat tadi mereka di dalam kamar. Kepalanya tiba-tiba terasa pening, saat pertama kalinya membawa dua istri dalam satu mobil.Suasana hening menyelimuti ketiga orang yang ber
last updateLast Updated : 2022-03-07
Read more
Saling Mengenal
sabit menggantung indah di ujung cakrawala. Di sekelilingnya tampak gemintang yang berkelap-kelip menghiasi angkasa. Langit malam yang cerah, sangat berbanding terbalik dengan kedaan hati Ustaz Subhan.Laki-laki dengan rahang tegas tersebut masih setia duduk seorang diri di teras rumah istri ke duanya. Hatinya dirundung kesal juga gelisah. Semenjak keberangkatan sang istri dari bandara internasional Batam menuju Singapura, wanita cantik itu sama sekali tak bisa dihubungi.Puluhan chat aplikasi hijau yang ia layangkan hanya berakhir centang satu abu-abu. Juga panggilan telephon seluler yang hanya dijawab oleh suara operator. Shofia seolah sengaja menghindarinya.“Ustaz, makan malamnya sudah siap.” Suara renyah seorang wanita membuyarkan lamunannya.Ustaz Subhan terkesiap. Di sampingnya telah berdiri seorang wanita bertubuh mungil dengan hijab pashmina berwarna mint. Istri mudanya tersebut tampak tertunduk malu-malu dengan kedua tangan saling te
last updateLast Updated : 2022-03-07
Read more
Antara dua hati
Shofia tengah menatap nanar layar lima inchi dalam genggamannya. Hampir 24 jam benda pipih itu ia mode pesawat. Ruangan VVIP ini terasa begitu dingin menusuk tulang, padahal Ac tengah dimatikan.Bayangan laki-laki dengan rahang tegas itu terus saja menari-nari di pelupuk mata. Sedang apakah laki-lakinya di seberang sana? “Shofi, bagaimana hasil pemeriksaan kamu?” Erlana menghampiri Shofia di ranjangnya.“Sel kankerku telah menyebar, Er. Semoga saja kemo besok memberikan hasil yang cukup memuaskan,” ujar Shofia pasrah.“Pasti. Kamu harus yakin jika bisa sembuh seperti sedia kala.” Erlana menunjukkan wajah seoptimis mungkin di hadapan sahabat kecilnya itu.Sementara di seberang sana, sosok yang tengah dirindukan Shofia tengah disibukkan dengan menata debar dalam dada. Ustaz Subhan berusaha keras untuk menerima kehadiran Kiyada dalam hidupnya.Malam ini mungkin memang waktu yang tepat untuk memberikan h
last updateLast Updated : 2022-03-16
Read more
Melupakan Kekecewaan
Meski perlakuan Ustaz Subhan semalam masih membekas, tetapi sebagai istri Kiyada sadar harus terbiasa menekan ego. Apalagi mengingat posisinya yang hanya sebagai istri ke dua. Rela dinikahi demi uang.“Ustaz, sakit? Panas sekali.” Raut kekhawatiran tampak jelas di wajah Kiyada.“Sepertinya Cuma masuk angin biasa. Nanti juga sembuh.”Kiyada mengangguk ragu. Ia membiarkan Ustaz Subhan yang bangkit secara perlahan menuju kamar mandi. Langkah laki-laki itu tampak sedikit tertatih. Ingin rasanya Kiyada membantu, tetapi peristiwa semalam kembali terngiang.Setelah Ustaz Subhan menghilang dari pandangan, segera Kiyada mempersiapkan pakaian juga sajadah sang suami. Rumah Kiyada cukup jauh dari masjid, sehingga selama berada di sini Ustaz Subhan belum pernah jamaah Subuh di masjid.Keluar dari kamar mandi, wajah layu Ustaz Subhan tampak lebih segar. Keduanya pun melaksanakan salat Subuh berjamaah di kamar sempit ini. Terhanyut dalam
last updateLast Updated : 2022-03-16
Read more
Membuka Hati
Kiyada memang telah lama mengagumi sosok laki-laki di hadapannya. Namun, sedikitpun tak pernah terpikir untuk menjadi istri ke duanya. Bagi Kiyada Ustaz Subhan adalah sosok laki-laki saleh idaman kaum hawa.Bagaimana tidak, wajah menawan sedikit ketimuran, juga ditunjang dengan samudra ilmu yang begitu luas. Sangat serasi dengan Ustazah Shofia. Wanita dengan tubuh tinggi semampai, dan jejak karir di bidang akademi yang patut diperhitungkan. “Kalau Ustaz tidak rida saya ke kampus, maka saya tidak akan berangkat.”“Pergilah jika memang itu sangat penting bagi pendidikan kamu.”Jawaban Ustaz Subhan membuat Kiyada bimbang. Ia sangat ingin merawat sang suami yang tengah sakit di rumah. Namun, dirinya juga takut jika tiba-tiba ada panggilan dari Ustazah Shofia, lalu ia kembali diabaikan.“Berkas itu bisa diserahkan besok, saya akan merawat Ustaz saja,”  pungkas Kiyada pada akhirnya.Ustaz Subhan terse
last updateLast Updated : 2022-03-16
Read more
Hadirnya Masa Lalu
Angin pagi berembus perlahan. Memisahkan dedaunan kering dari ranting. Meniup lembut ujung jilbab biru muda yang dikenakan Kiyada. Dua pasang mata saling beradu, tatapan yang dulu sempat menjadi candu, kini kembali bertemu.Senyuman laki-laki itu masih sama. Lesung pipi yang menawan, juga deretan geligi rapi yang menjadi penyempurna. Kiyada tertunduk, tak mampu berlama-lama menikmati keindahan yang sudah bukan haknya lagi.“Kamu beneran kuliah di sini lagi? Mau pindah jurusan atau melanjutkan yang kemarin?” Laki-laki pemilik mata teduh tersebut memberondong Kiyada dengan sederet pertanyaan.“Iya, Kak. Aku mau pindah jurusan.” Kiyada tersenyum canggung.Farhan mengangguk beberapa kali. Laki-laki itu kembali tersenyum menatap Kiyada. Sorot matanya menyiratkan sebuah kerinduan yang mendalam.“Mmm ... kalau begitu aku duluan, Kak,” pamit Kiyada, ia tak ingin berlama-lama terjebak dalam situasi seperti ini.&ld
last updateLast Updated : 2022-03-16
Read more
Sebuah Pengakuan
[Saya titip Mas Subhan, ya. Layani dia sebaik mungkin] Pesan masuk dari Ustazah Shofia tadi pagi kembali terngiang. Sementara laki-laki di hadapan Kiyada masih menatapnya lekat. Seolah tak ingin terlewat setiap gerak gerik Kiyada. “Siapa? Kok nggak diangkat?” Farhan menaikkan satu alisnya. “Aku keluar sebentar, ya, Kak. Di sini terlalu bising,” tukas Kiyada beralasan. Beruntung keadaan cafe sedang benar-benar ramai pengunjung. Farhan mengangguk, mempersilakan Kiyada untuk menerima panggilan tersebut.  Mencari tempat yang cukup sepi, Kiyada menekan tombol untuk menghubungi kembali nomor sang suami. Setelah dua kali panggilan tak terjawab, Ustaz Subhan tak lagi mengulangi panggilan telephonnya. Perasaan bersalah menyelemuti hati Kiyada. Ia merasa seperti istri yang sedang selingkuh secara sembunyi-sembunyi. “Assalamualaikum,” ucap Kiyada lirih begitu dering pertama lansung tersambung. “Waalaikumsalam. Kamu masih belu
last updateLast Updated : 2022-03-18
Read more
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status