Istri yang selalu aku tolak, ternyata wanita yang diam-diam aku cintai sejak lama. Namun, aku baru mengetahuinya setelah aku menjatuhkan talak tiga kepadanya, sementara dia langsung membuka cadarnya. Salahkah jika kini aku melakukan segala cara, agar dia memaafkan aku dan kami bisa kembali bersama? [Ravael] đđđ âMelati, ... aku mau menerima perjodohan kita. Aku mau menikahi kamu, bahkan membiayai pengobatan bapak kamu sampai beres. Namun, kamu harus mengizinkan aku menikahi kekasihku. Bapak kamu harus segera operasi, tapi BPJS yang kalian buat belum bisa dipakai, kan?â Selain meminta Melati mengizinkannya menikahi sang kekasih. Ravael juga tak mengizinkan Melati bertemu dengannya, bahkan meski sekadar melihat pria itu. âKamu juga harus tetap merahasiakan pernikahan kita. Selain kamu yang tidak usah ikut ke Jakarta. Kalau orang tua kita tanya alasannya, bilang saja kamu mau jaga bapak kamu, sementara aku mengizinkan kamu!â âTerus, ... sebenarnya status saya apa, Mas?â tanya Melati di tengah air matanya yang berjatuhan membasahi pipi. Hatinya terasa sangat sakit, seolah di dalam sana ada banyak benda tajam yang sibuk menya yat. Segala aturan yang Ravael terapkan dalam hubungan mereka, membuat keduanya tak pernah melihat wujud satu sama lain. Hingga ketika keduanya tak sengaja bertemu, baik Melati apalagi Ravael, tak mengenali satu sama lain. Fatalnya, Ravael sudah langsung jatuh cinta kepada Melati di pandangan pertama! Lantas, bagaimana jika Ravael baru mengetahui identitas Melati, setelah ia menceraikan bahkan menjatuhkan talak tiga kepada Melati? Salahkah jika ia jadi sibuk mengejar bahkan mengemis cinta mantan istrinya itu?
Lihat lebih banyakPak Dimas : Tolong jangan dijadikan beban. Jalani saja, pelan-pelan sambil tunggu kamu beres masa idah. Pak Dimas : Aku sayang banget ke kamu. Makasih banyak juga karena sudah jadi mama pilihan Chiki.Pak Dimas : Janji ya, jangan jadikan hubungan kita beban. Soalnya kamu punya tipes, dan sekadar kepikiran saja bisa jadi alasan tipes kamu kambuh. Aku enggak mau kamu sakit lagi. Aku juga enggak mau kamu sedih-sedih lagi. Yang aku mau, kamu bahagia â¤ď¸Tiga kali sudah Melati membaca pesan dari sang bos yang tampaknya memang sudah alih profesi menjadi kekasihnya. Manis, menenangkan, atau karena Melati tak pernah mendapatkan sebelumnya. Hingga lagi-lagi, Melati merasa dihargai. Sikap manis nan hangat pak Dimas menegaskan, bahwa bagi pria itu, Melati memang berharga.Pak Dimas : Dari tadi cuma diâread. Sudah ngantuk belum? Aku baru pulang dari rumah Ravael. Habis tahlilan sekaligus yasinan kematian istrinya. Kamu sudah makan belum? Aku mau nyetir, kalau kamu belum ngantuk, boleh banget teme
Ravael sedang duduk di sebelah pak Dimas. Pria yang sudah menjadi temannya sejak duduk di bangku SMA itu tengah senyum-senyum sendiri memandangi layar ponsel. Malam ini, pak Dimas yang juga sebaya dengan Ravael memang menepati janjinya untuk turut serta tahlilan sekaligus yasinan kematian Nilam. Biasanya, yang membuat Dimas senyum-senyum sendiri ialah foto maupun video Chika sang putri. Namun kini, Ravael memergoki pemandangan berbeda. Di layar ponsel Dimas, bukan dihiasi foto maupun video Chiki. Melainkan foto sosok yang menutupi wajah menggunakan buket mawar merah berukuran sedang dan sampai dihiasi tiga cokelat batang berukuran sedang. Dari yang Ravael awasi, harusnya sosok tersebut merupakan wanita berkulit putih bersih. Namun yang mencuri perhatian Ravael, selain punggung tangan kiri sosok di foto masih dihiasi bekas perban, punggung tangan kanannya pun juga dihiasi bekas lupa mirip luka karena melepuh atau tersiram cairan panas.âRasanya, aku enggak asing sama tangan itu,â pik
âKamu pantas bahagia. Yang semangat, ya! Sudah, jangan pernah memikirkan ... mantan suamimu lagi.â Pak Dimas merasa canggung sekaligus gugup hanya karena mengatakannya kepada Melati. Mungkin karena belum terbiasa, ditambah lagi, Melati juga justru terlihat takut pada perhatiannya yang memang sudah melewati batas.âPâPak, ... ini?â lirih Melati. Yang ia permasalahkan, tentu genggaman tangan pak Dimas. Namun, alih-alih mengakhiri, pak Dimas justru dengan sadar sekaligus sengaja membuat jemari mereka mengisi satu sama lain.âMulai sekarang ... izinkan saya membahagiakan kamu.â Sampai detik ini, pak Dimas tetap belum bisa menghilangkan rasa canggungnya. Sampai-sampai, berbicara saja ia jadi tidak lancar. Padahal yang ia hadapi karyawannya sendiri. Namun karena Melati merupakan wanita yang ia cintai, selalu ingin tampil sempurna.âIzinkan saya menghapus setiap lukamu, kemudian menggantinya dengan kebahagiaan yang akan membuatmu merasakan kedamaian.â Pak Dimas memelas, ia menganggukâmenunt
âKok aku takut, malah memang dia, ya?ââIh ... apaan, sih? Kok aku jadi parno gini?ââNilam baru meninggal. Enggak selayaknya aku langsung mikirin wanita lain.ââMeski sebelum aku menikahi Nilam, ... aku memang sudah diam-diam menyukai wanita itu. Wanita itu sangat cantik. Dari paras dan matanya yang teduh, sepertinya dia juga dipenuhi kelembutan,â batin Ravael yang jadi kepikiran sendiri.Ravael melepas kepergian Melati yang dituntun dengan sangat hati-hati oleh pak Dimas. âPapa baru tahu kalau ternyata, Melati kerja di tempatnya Dimas teman kamu.â Ucapan pak Bagyo tersebut membuyarkan renungan Ravael. Ravael ketar ketir karena lagi-lagi takut, bahwa apa yang ia duga, yaitu Melati dan wanita yang ia suka masih orang yang sama, benar adanya.âJadi, restoran happy cooking punya Dimas? Papa baru tahu ternyata itu punya Dimas, dan Melati malah kerja di sana. Kok kelihatannya si Dimas suka Melati, ya?â lirih pak Bagyo sengaja mengetes perasaan Ravael kepada Melati.Dari ekspresi Ravael
âRav, ... yang sabar. Aku turut berduka cita!â ucap pak Dimas yang menyusul ke tempat pemakaman umum Nilam dimakamkan. Acara pemakaman sudah selesai. Pusara selaku peristirahatan terakhir untuk Nilam, sudah dipenuhi kelopak bunga mawar merah. Bingkai berisi foto Nilam yang masih sangat cantik juga ada di sebelah nisan. Awalnya sebelum pak Dimas datang, Ravael masih jongkok sambil meratapi foto sang istri.Pak Dimas tak segan merangkul, menguatkan Ravael yang terlihat sangat hancur. Saking hancurnya, sekadar membalas pak Dimas saja, Ravael tak melakukannya. Hanya saja, kemarahan Ravael langsung mencuat ketika tak sengaja memergoki kehadiran Melati. Di belakang sana, wanita bergamis hitam sekaligus bercadar yang tengah ditangisi sambil dipeluk erat oleh ibu Irma, Ravael kenali sebagai Melati.âNgapain tuh orang ikut-ikutan ke sini? Setelah bikin mama benci banget ke Nilam, dan mereka jadi sering ribut gara-gara mama selalu bela Melati, dia tanpa dosa ke sini?â pikir Ravael. Tentu Rava
âKalau kamu mau mati, mati saja! Jangan meminta suami orang untuk menceraikan istrinya! Cukup, Rav! Berani kamu menceraikan Melati, Mama mati!ââLebih baik Mama mati, ketimbang punya anak, tetapi hanya diperbudak oleh wanita jahat. Sudah tahu penyakitan dan mau mati, masih saja merusak anak orang!ââSeharusnya sekarang kamu tahu, kenapa Nilam penyakitan dan keluarganya jugaââSuara ibu Irma yang amat sangat emosional mendadak tak lagi terdengar. Anggi terdiam bingung sekaligus syok menatap Melati yang tak kalah bingung. Namun dalam diamnya, baik Anggi apalagi Melati, langsung menerka-nerka.Baik Anggi apalagi Melati yakin, bahwa Ravael suami Melati, bermaksud menceraikan Melati demi wanita lain. Wanita itu bernama Nilam dan kondisinya penyakitan. Namun hanya Melati yang tahu, bahwa suaminya memang memiliki istri lain selain dirinya, dan wanita itu bernama Nilam. Selain itu, meski Melati merupakan istri pertama Ravael, Melati bukanlah istri yang Ravael cintai bahkan sekadar harapkan. Y
Entah apa yang terjadi, tetapi insiden Nilam menyiram Melati membuat Ravael terus mengingat kejadian tersebut. Ravael merasa tersentuh sekaligus merasa bersalah kepada tanggapan Melati yang tetap tenang, meski tangan maupun kaki yang tersiram air sup, langsung berubah menjadi merah padam. Apalagi, kulit Melati putih bersih. Saat kejadian, perubahannya sangat mencolok.Saat itu, tiga hari lalu, Melati bahkan tak bersuara, bibir tipisnya tetap terkunci, dan hanya matanya saja yang basah. Apalagi ketika tatapan mereka bertemu. Sekadar melihat cara Melati melihatnya saja, hati Ravael terasa pedih. Seolah, mata sendu itu memiliki daya tarik tersendiri dan membuatnya untuk selalu peduli.âSudah empat hari berlalu dari kejadian itu, tetapi keadaan Nilam kembali memburuk. Lebih tepatnya, sejak terapi sinar hari kemarin, alih-alih membaik, kesehatan Nilam justru jadi memburuk.âRav ... Rav ....â Suara yang Nilam hasilkan sangatlah lemah.Kemarin, tim dokter yang menangani Nilam, sebenarnya bel
âKamu kenapa?â Ravael bertanya dengan suara lembut, dan sebisa mungkin menahan emosinya. Apalagi, melihat wajah sang istri yang masih pucat dan bibir saja kerap berdarah karena terlalu kering.âKamu kenapa perhatiin dia sampai segitunya? Dia pembantu baru kita, kan?â rengek Nilam sambil menatap sebal sang suami. Ia ngambek dan memang cemburu kepada Melati karena tadi. Nilam tak terima karena suaminya memperhatikan Melati sampai segitunya. Padahal selain di sebelah Ravael ada dirinya, status Melati tak lebih dari pelayan restoran sahabat milik Ravael.âYa ampun ... masih bahas itu,â ucap Ravael sambil menghela napas pelan sekaligus dalam. âKamu di sini saja. Aku mau minta maaf ke dia," sergah Ravael yang hendak minta maaf ke Melati.Ravael sudah sempat berdiri, dan nyaris saja pergi menyusul kepergian Melati dan sudah disusul Dimas. Namun, dengan cepat Nilam yang tetap dalam kondisi duduk, mendekapnya erat menggunakan kedua tangan. Tentu Ravael tak mungkin pergi bahkan sekadar berucap
Sampai detik ini, hati berikut pikiran Melati masih bertanya-tanya. Temannya yang mana yang Ravael maksud, dan ingin Ravael beri ucapan terima kasih? Sebab pesan darinya yang menanyakan perkara tersebut, sama sekali belum Ravael baca. Padahal sudah tiga hari berlalu, tetapi pesan darinya tetap belum dibaca.Melati sangat khawatir, takut telah terjadi hal fatal kepada Ravael hingga pria itu makin tidak ada waktu untuknya. Apalagi terakhir kali berkomunikasi saja, Ravael harus hujan-hujanan ketika mengambil sup untuk Nilam. âEfek aku yang terlalu baper. Atau karena aku yang telanjur jatuh cinta kepada suamiku sendiri? Bukankah masih menjadi hal yang normal, ketika seorang istri mengkhawatirkan suaminya sendiri, meski istri itu bukan wanita yang suaminya cintai?â Akan tetapi tiba-tiba Melati takut, bahwa cintanya kepada Ravael justru menjadi hal yang tak seharusnya Melati biarkan tumbuh apalagi makin berkembang. Karena walau Ravael merupakan suaminya dan Melati merupakan istri pertaman
âMelati, ... dengarkan aku baik-baik. Cari tempat yang banyak sinyalnya karena di kampung kamu terkenal susah sinyal!â âIya, Mas Rava. Ini saya sudah di depan rumah dekat sawah. Di sini banyak sinyal. Suara saya sudah jelas, kan?â âBaik, tetap di situ. Sekali lagi, dengarkan aku baik-baik.â âIya, Mas. Baik.â âMelati, ... aku mau menerima perjodohan kita. Aku mau menikahi kamu, bahkan membiayai pengobatan bapak kamu sampai beres. Namun, kamu harus mengizinkan aku menikahi kekasihku. Bapak kamu harus segera operasi, tapi BPJS yang kalian buat belum bisa dipakai, kan?â Selain meminta Melati mengizinkannya menikahi sang kekasih. Ravael juga tak mengizinkan Melati bertemu dengannya, bahkan meski sekadar melihat pria itu. âKamu juga harus tetap merahasiakan pernikahan kita. Selain kamu yang tidak usah ikut ke Jakarta. Kalau orang tua kita tanya alasannya, bilang saja kamu mau jaga bapak kamu, sementara aku mengizinkan kamu!â âTerus, ... sebenarnya status saya apa, Mas?â tanya M...
Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.
Komen