Share

Tiga : Pilihan yang Sulit

Author: Rositi
last update Huling Na-update: 2025-01-16 17:40:21

Melati mengetik pesan-pesan untuk sang suami sambil berderai air mata. Ia duduk di tempat duduk yang disediakan di teras alfa. Sementara bukannya diminum, air mineral yang Melati beli, justru Melati pakai untuk membasuh wajah khususnya membasuh kedua matanya. Lagi-lagi kedua matanya jadi sembab hanya karena pengabaian yang selalu ia terima dari suaminya.

Seperti biasa, lagi-lagi pesan yang Melati kirimkan kepada sang suami, hanya dibaca.

“Mas Rava memang menganggap aku sangat tidak penting. Atau memang ada alasan lain hingga semua pesan dariku tidak pernah dia balas? Atau memang karena mas Rava sedang sakit?” Namun, Melati memutuskan untuk mencari tahu besok. Hari besok juga, Melati akan menghubungi mama mertuanya.

Di lain sisi, di tempat berbeda, pesan-pesan dari Melati membuat Ravael merenung serius. Ravael yang berdiri di ruang sebelah Nilam terbaring lemah, melongok Nilam. Nilam masih tidur, hingga Ravael kembali fokus ke ponsel. Di ponselnya masih dihiasi ruang obrolan WA dengan kontak M, dan itu kontak Melati.

Sampai detik ini, meski Melati merupakan istri pertamanya, dan Melati juga merupakan menantu idaman kedua orang tuanya. Ravael tak berniat memberi nama kontak khusus, bahkan sekadar nama Melati. Bagi Ravael yang memang telanjur membenci Melati, dirinya masih sudi menyimpan nomor ponsel Melati saja, sudah untung.

M : Bukankah lebih baik kita bercerai saja? Apa yang Mas harapkan dari hubungan ini? Tidak ada yang perlu dipertahankan, kan?

M : Jika aku harus mengembalikan semua yang sudah Mas kasih, aku akan mulai menyicilnya, Mas.

M : Supaya Mas bisa fokus hidup bahagia bersama istri Mas.

M : Karena meski Mas sudah tidak akan mengirimiku uang bulanan lagi. Kesehatan istri Mas pasti akan jauh lebih terjaga, andai dia tahu, bahwa dia satu-satunya istri sekaligus wanita yang Mas cinta.

“Cerai, ... ini memang yang terbaik. Namun, alasan apa yang bisa mama papa terima? Aku harus memiliki alasan kuat, agar papa dan mama mengizinkanku menceraikan Melati.”

“Ah, ... iya. Aku bilang saja kalau Melati selingkuh!”

Keputusan Ravael sudah bulat. Dirinya sungguh akan melakukan segala cara. Termasuk itu memfitnah Melati, asal ia bisa menceraikan wanita kampung itu.

***

“Menceraikan Melati ...? Atas dasar apa?” Ibu Irma tidak bisa untuk tidak emosi pada putranya, yang tiba-tiba saja mengutarakan niat untuk menceraikan Melati.

Acara sarapan mereka langsung terganggu setelah apa yang baru saja Ravael utarakan. Pria berusia tiga puluh tahun itu langsung ditatap sengit oleh kedua orang tuanya.

“Kamu itu anak tunggal, Rav! Kamu bukan lagi anak kecil. Istri yang kamu gadang-gadang akan menjadi sumber kebahagiaan di keluarga ini dan memberi kami banyak cucu, terkena kanker serviks dan itu stadium tiga. Sementara istri yang kamu tolak, justru selalu menerima semua ketidak adilan yang kamu berikan!” tegas pak Bagyo, selaku papa Ravael. Pria berkepala botak itu jadi tak selera makan.

Dalam diamnya Ravael berpikir, andai dirinya memberikan alasan baik-baik. Pasti sampai kapan pun dirinya tidak bisa lepas dari Melati.

“Aku dapat laporan kalau Melati selingkuh, Ma ... Pa. Kabarnya sekarang dia ada di Jakarta bareng selingkuhannya!” ucap Ravael. Niatnya menceraikan Melati sudah sangat bulat. Sementara satu-satunya cara agar dirinya bisa melakukannya ialah berdusta. Ia harus membuat istri pertamanya itu buruk di mata kedua orang tuanya. Lihatlah, kedua orang tuanya langsung terlihat marah setelah apa yang ia kabarkan tentang Melati.

Belum sempat mendapat hasil dari obrolan sekaligus musyawarah dadakan yang mereka lakukan. Ravael harus buru-buru pergi dari sana. ART yang Ravael tugaskan menjaga Nilam di rumah sakit mengabarkan, bahwa keadaan Nilam makin memburuk.

Ditinggal Ravael, kebersamaan di ruang sarapan jadi makin tak bernyawa. Ibu Irma dan pak Bagyo sama-sama terpukul dengan nasib putranya. Dijodohkan dengan wanita baik-baik, Ravael justru jatuh cinta kepada wanita yang penyakitan. Mereka sudah habis-habisan membiayai pengobatan Nilam. Belum lagi satu tahun lalu, kedua orang tua Nilam juga sama saja. Keduanya meninggal dengan jenis kanker yang berbeda, dan tentunya masih mereka juga yang mengurus. Mama Nilam meninggal setelah tak kuat melawan kanker serviks, sementara papa Nilam meninggal karena kanker otak.

Diam-diam, ibu Irma berinisiatif mengirimi Melati pesan singkat. Terlebih sudah sangat lama ia tak berkabar dengan menantu pilihannya itu. Alasannya tentu masih sama. Karena selain tak enak hati Melati terus Ravael tolak. Ibu Irma juga pusing sekaligus lelah jika harus mengurus Nilam secara materi sekaligus tenaga.

Ibu Irma : Assalamualaikum, Mel. Gimana kabarnya? Kabarnya sekarang di Jakarta?

Melati : Waalaikumsalam, Bu. Alhamdullilah kabar saya baik. Ibu dan Bapak bagaimana kabarnya? Iya, saya memang di Jakarta, Bu.

Tanpa meresapi balasan WA dari Melati. Juga tanpa menanyakan alasan Melati di Jakarta, ibu Irma sudah langsung percaya kepada apa yang putranya kabarkan. Bahwa alasan Melati di Jakarta karena menantunya itu sedang bersama selingkuhan.

“Pantas lah Melati selingkuh. Rava saja tidak memperhatikannya.” Pak Bagyo tak kalah putus asa. Tatapannya kosong dan ia mendadak merasa, angan-angan menghabiskan masa tua penuh bahagia bersama anak cucunya, seolah tidak akan pernah ia rasa.

“Melati bilang, dia memang di Jakarta, Pa.” Ibu Irma menunduk dalam. Tiba-tiba saja, ia kehilangan semangat hidup.

“Sekarang begini saja. Biar Melati tinggal di sini. Apa pun tanggapan Rava nanti, biarkan saja. Biarkan Melati dan Rava terbiasa bersama. Lagi pula, laki-laki mana yang tidak menyukai Melati?” ucap pak Bagyo.

“Yang sudah ya sudah. Masalah Melati selingkuh dan sebagainya, itu karena anak kita juga tidak bisa menjadi suami yang baik buat Melati.”

“Asal diarahkan, Melati pasti paham. Lagipula, Nilam juga sudah tinggal nunggu siang, malam, apa pagi. Nilam pasti sebentar lagi. Tubuhnya saja dipegang sudah sakit.” Pak Bagyo terlalu yakin, bahwa menantu yang sangat dicintai putranya, usianya tidak lama lagi. Terlebih sejauh ini, yang bisa lolos dari penyakit ganas seperti kanker memang terbilang jarang.

Keputusan diambil. Kedua orang tua Ravael mengunjungi Melati ke tempat kerja Melati. Mereka yang awalnya berburuk sangka kepada Melati karena termakan omongan Ravael, akhirnya melihat sendiri. Terlebih ibu Irma yang sempat ilfil karena memang jijik kepada pelaku selingkuh.

“Di sini tertib banget, Bu, Pak. Dalam satu bulan, saya hanya ada waktu libur sehari. Kerja dari pagi, sampai malam buat beres ini itunya. Sepadan dengan gaji sekaligus fasilitasnya yang memang bagus!” ucap Melati.

Satu tahun tak bertemu, pak Bagyo dan ibu Irma sampai pangling kepada menantu pilihan mereka. Melati yang sekarang sungguh makin cantik. Tubuh Melati juga makin bagus, tak sekurus sebelumnya. Itu kenapa, keduanya makin mantap untuk memboyong Melati pulang. Laki-laki mana yang tidak naksir apalagi ingin memiliki Melati, jika kecantikan Melati saja, mengalahkan para artis yang akan terlihat cantik karena sederet perawatan yang dijalani?

Sore hari ini menjadi saksi kebahagiaan Melati karena akhirnya ia didatangi mertuanya. Melati yang menganggap keduanya layaknya orang tua sendiri seolah mendapatkan angin segar detik itu juga. Namun, fakta keduanya yang mengajaknya pulang dan tinggal bersama membuat Melati dilema.

Melati sangat butuh uang. Kerja di sana membuatnya bisa menutup kebutuhan pengobatan sang bapak. Melati juga cukup bekerja tanpa harus menunggu belas kasih jatah bulanan dari Ravael yang jumlahnya tidak seberapa. Lagi pula, Ravael sendiri yang memutus hubungan mereka secara halus. Tentunya Melati juga tak lupa bahwa suaminya itu sudah tidak akan memberinya jatah bulanan karena sekarang, Ravael harus fokus membiayai pengobatan istri keduanya.

Di tempat berbeda, Ravael tengah merasa sangat putus asa. Sang istri yang sangat ia perjuangkan, keadaannya makin menurun. Wajah yang dulu cantik serta tubuh yang sangat segar, kini sangat tua dan tubuh juga hanya tinggal tulang. Sementara akibat serangkaian pengobatan yang dijalani, kepala Nilam yang dulunya dihiasi rambut panjang bergelombang hitam, kini botak tanpa sedikit pun keindahan.

Patuloy na basahin ang aklat na ito nang libre
I-scan ang code upang i-download ang App

Kaugnay na kabanata

  • Istri yang Kutolak Ternyata Wanita yang Diam-Diam Aku Cintai   Empat

    Kebersamaan di bangku tunggu yang ada di depan restoran, masih berlangsung hangat. Orang tua Ravael masih menatap sang menantu penuh harap. Jejak lelah begitu kentara dari gelagat Melati. Buih keringat yang masih kerap jatuh dan sudah membuat rambut sekaligus wajah basah. Keadaan itu membuat orang tua Ravael yakin, Melati yang harusnya masih mengeyam bangku kuliah, sudah sangat bekerja keras.Hingga meski Melati tidak menyanggupi permintaan kedua mertuanya. Caranya yang santun, juga perjuangan Melati yang nyata untuk sang bapak jauh di kampung sana, membuat orang tua Ravael maklum. Terlebih, Melati berdalih akan berusaha pulang ke rumah setelah dirinya beres bekerja. Jadi, Melati tak akan tinggal di mess restoran lagi yang keberadaannya ada si lantai paling atas restoran berlantai empat di sana.“Aku kira mereka akan membahas perceraian karena kemarin, aku sudah membahasnya dengan mas Rava. Meski lagi-lagi, tidak ada balasan karena setiap pesanku memang hanya beliau baca. Namun terny

    Huling Na-update : 2025-01-16
  • Istri yang Kutolak Ternyata Wanita yang Diam-Diam Aku Cintai   Lima

    Dering tanda telepon masuk di ponselnya, membuat Melati amat sangat girang. Berdebar-debar hatinya seiring senyum di wajah lelahnya yang benar-benar lepas, hanya karena telepon masuk tersebut dari Ravael. Meski biasanya alasan suaminya itu menelepon karena untuk menjabarkan semua peraturan dalam hubungan mereka, dan semuanya merupakan larangan untuk Melati. Kali ini Melati yakin, alasan sang suami menghubunginya bukan untuk itu. Melati berpikir, bisa jadi Ravael yang sudah tahu kepulangan Melati ke rumah, akan menawarkan jemputan, maupun menawarkan perhatian lainnya.Kebahagiaan Melati juga sampai dirasakan oleh pak Dimas yang kebetulan datang. Dari luar kamar mess Melati yang tak sepenuhnya tertutup, pria berkacamata itu menyaksikan wanita muda yang diam-diam mencuri perhatiannya, terlihat sangat bahagia.“Enggak biasanya Melati begitu. Melati kelihatan bahagia banget,” batin pak Dimas.“Assalamualaikum, Mas? Mas, ... malam ini juga aku akan pulang ke rumah! Aku baru beres siap-siap

    Huling Na-update : 2025-01-16
  • Istri yang Kutolak Ternyata Wanita yang Diam-Diam Aku Cintai   Enam

    “Ternyata ... dia ... dia Mas Ravael? Kami pernah bertemu, ... dia ... dia temannya pak Dimas ....” Walau hanya berbicara dalam hati, pertemuannya dengan Ravael membuatnya tak kuasa melakukannya. Iya, sekadar berkata-kata dalam hati, mendadak sangat sulit Melati jalani. Lidahnya terlanjur kelu selain rasa aneh yang membuat dadanya menghangat.Gugup Melati rasakan karena ternyata, suaminya sangat tampan. Bisa Melati pastikan, tak ada wanita yang tidak terpikat kepada suaminya, terlebih jika suaminya sampai memberikan perhatian. Pantas selama ini, Ravael selalu semena-mena kepadanya. Karena Ravael pasti merasa Melati yang hanya gadis desa, tak pantas bersanding dengannya.Dunia seorang Melati seolah berputar lebih lambat dibuatnya, menjadikan Ravael sebagai porosnya. Tiga tahun lebih dinikahi, tetapi temu di antara mereka benar-benar baru terjadi. Sungguh hubungan yang sulit dimengerti, tetapi Melati berharap, temu kali ini akan menjadi awal yang baik untuk hubungan mereka.Diam-diam, s

    Huling Na-update : 2025-01-17
  • Istri yang Kutolak Ternyata Wanita yang Diam-Diam Aku Cintai   Tujuh

    Baru beres makan dan bibir pun masih belepotan, Nilam sudah ketiduran. Nilam tidur dalam keadaan mangap. Selain itu, Nilam juga mendengkur sangat keras dan menyita keheningan di sana.Perubahan drastis tersebut membuat Melati khawatir. Bisa Melati pastikan, bahwa madunya itu sangat tersiksa. Namun kemudian Melati ingat pesan-pesan mertuanya yang selalu mengingatkannya di setiap ia putus asa pada hubungannya dan Ravael. Kedua mertuanya itu begitu yakin, bahwa usia Nilam hanya tinggal sebentar lagi. Yang dengan kata lain, kemungkinan Ravael akan fokus ke Melati sangatlah besar.“Bukannya ingin mendahului, tetapi jika keadaannya begini, memang lebih baik diikhlaskan saja,” batin Melati yang tentu tak berani mengatakannya kepada Ravael.Belum apa-apa, Ravael sudah langsung menyuruh Melati keluar. “Jangan bikin aku marah!”“Memangnya ... aku, ... ngapain, Mas? A—aku, salah?” Suara Melati tercetak di tenggorokan. Ia sungguh bingung kenapa Ravael terlihat sangat marah kepadanya. Cara pria it

    Huling Na-update : 2025-01-17
  • Istri yang Kutolak Ternyata Wanita yang Diam-Diam Aku Cintai   Delapan

    “Pak Supri,” ucap pak Dimas buru-buru keluar dari mobilnya.Pak Supri baru turun dari mobil box. Pria berkulit kuning langsat itu refleks mencari sumber suara pria yang memanggilnya, dan ia kenali sebagai suara pak Dimas sang bos. Di depan restoran sana dan merupakan tempat parkir khusus untuk pak Dimas selaku bos sekaligus pemilik restoran, pria berkacamata itu tersenyum ramah kepadanya.Pak Dimas tampak sangat bersemangat sembari menunggu sang putri turun dari mobil juga. Pak Supri segera menghadap. Ia agak berlari menghampiri pak Dimas yang sedang bertatap penuh senyum dengan bocah perempuan sangat menggemaskan dan kiranya berusia tiga tahun.Seperti biasa, hari ini pak Dimas kembali menyetir sendiri. Sementara sang putri yang sangat aktif, duduk di sebelahnya menggunakan tempat duduk kusus.“Wah ... Non Chiki ikut! Makin gemesin saja, Masya Allah ya!” ucap pak Supri kepada bocah perempuan yang baru saja digendong oleh pak Dimas.Ketika sang papa sangat ramah dan murah senyum, boca

    Huling Na-update : 2025-01-17
  • Istri yang Kutolak Ternyata Wanita yang Diam-Diam Aku Cintai   Sembilan

    Biasanya, tak ada hal yang tidak pernah Nilam dapatkan dari Ravael. Pria itu akan selalu menuruti semua kemauannya. Apa pun yang Nilam minta, Ravael selalu mewujudkannya. Namun khusus hari ini, sekadar minta dibuatkan sup bening seperti yang dibuatkan ART baru di rumah mereka, Ravael belum bisa melakukannya.Hampir seharian Nilam meraung-raung, meminta sup bening buatan Melati. Nilam menolak semua sajian yang disuguhkan. Beberapa sup yang ia dapatkan dan beberapa di antaranya merupakan buatan Ravael juga berakhir Nilam singkirkan.Bukan hanya tempat tidur Nilam saja yang basah oleh setiap sup untuknya. Sebab lantai berbahan kayu di sana juga bernasib serupa dan itu masih karena Nilam yang mengamuk. Ravael kewalahan. Ravael sangat emosi, tetapi lagi-lagi ia menyalahkan Melati. Bahkan walau yang membuatnya kewalahan memang Nilam. Bagi Ravael, tetap Melati yang harus disalahkan.“Cepat cari pembantu baru itu, Rav. Aku mau makan sup itu pake nasi.”Nilam masih meraung-raung. “Lama banget

    Huling Na-update : 2025-01-17
  • Istri yang Kutolak Ternyata Wanita yang Diam-Diam Aku Cintai   Sepuluh

    Mas Ravael : Jangan lupa sup untuk Nilam. Aku ke restoran Happy Cooking sekarang.Pesan WA dari Ravael membuat Melati terjaga. “Heh, ini Mas Ravael mau ke sini?” lirih Melati tak percaya.Dalam sekejap, Melati sudah ada di dapur. Melati sangat bersemangat, bahkan hatinya sampai berbunga-bunga. Sampai-sampai, Melati melakukan semuanya dengan serba cepat sekaligus gesit, seolah dirinya tengah menjalani kompetisi berhadiah fantastis. Padahal, sup buatannya sangatlah sederhana. Tak butuh waktu lama untuk membuatnya. Karena cukup menyiapkan sayuran dan bumbu dapur seperti bawang merah, bawang putih, kencur, daun salam, selain garam juga sedikit gula, sup bening khas tempat tinggal Melati, sudah jadi.“Itu pesanan siapa?” tanya salah satu teman kerja Melati.Dapur memang sedang ramai-ramainya karena menjelang jadwal makan malam.“Suami minta dibuatin,” jujur Melati yang lupa untuk merahasiakan kedatangan Ravael.Pengakuan jujur Melati langsung membuat seisi dapur heboh, baper. Selain itu, s

    Huling Na-update : 2025-01-17
  • Istri yang Kutolak Ternyata Wanita yang Diam-Diam Aku Cintai   Sebelas

    “Mulai sekarang ada peraturan wajib. Bahwa setiap karyawan harus tinggal di mess.”Apa yang baru saja pak Dimas katakan, sukses membuat Melati berpikir keras. “Jika sampai tidak tinggal di mess dan itu sudah izin—”“Tidak ada izin jika itu bukan untuk alasan karena sakit atau malah kematian. Hari bebas meninggalkan mess hanyalah ketika jatah libur.” Pak Dimas sengaja memotong ucapan Melati, agar karyawannya itu tak asal menebak apalagi membiarkan pikirannya jauh lebih berisi banyak perandaian.Melati tertegun untuk beberapa saat. Entah mengapa, peraturan baru yang baru sang bos sampaikan, dirasanya karena apa yang sudah ia lakukan. Ia yang sebelumnya sempat izin tidak tinggal di mess, mendadak izin tinggal lagi.“Melati,” ucap pak Dimas yang jadi merasa bersalah karena Melati mendadak jadi murung. Padahal sebelumnya, keceriaan Melati sukses mengalahkan keceriaan matahari pagi, hanya karena wanita yang ia taksir itu akan bertemu sang suami.“Iya, Pak?”“Saya bikin peraturan ini, agar t

    Huling Na-update : 2025-01-17

Pinakabagong kabanata

  • Istri yang Kutolak Ternyata Wanita yang Diam-Diam Aku Cintai   Bonus Bab 2 (Cinta Habis Di Orang Lama)

    “Cintaku habis di Melati. Maaf kalau aku ... mengatakan ini kepadamu, Dim.” Susah payah Ravael menahan tangis sekaligus kesedihannya. Namun pada akhirnya, air matanya tetap mengurai cerita.“Aku tidak bermaksud buat jadi duri dalam rumah tangga kalian. Apalagi kamu begitu memuliakan Melati. Hubungan kalian pun makin hari makin–”Dimas yang berdiri di sebelah Melati sengaja berkata, “Melati lagi hamil lagi. Kami kebobolan.”Seperti yang Dimas yakini, pengakuanya barusan sukses membungkam Ravael. Sahabatnya itu tampak sangat terkejut, tak percaya, sedih, tapi juga bahagia. Senyum bercampur dengan air mata, buyar di wajahnya.Dimas tahu, cinta Ravael habis di Melati selaku mantan istri yang ternyata telah mencuri hati sahabatnya itu. “Aku tahu, cinta kamu sudah habis di istriku. Aku beneran tahu, Rav.” Bukan hanya Ravael yang menangis karena ucapan Dimas barusan. Karena Dimas yang mengatakannya juga berderai air mata hanya karena mengatakannya.“Entah sampai kapan penyesalan itu akan te

  • Istri yang Kutolak Ternyata Wanita yang Diam-Diam Aku Cintai   Bonus Bab

    Suasana nyaris terbilang hening, jika suara anak-anak tak sesekali terdengar. Langkah Melati tertuju ke ruang keluarga, suami dan anak-anak mereka berada. Di sana, Dimas dan kedua anak mereka tengah fokus memasang puzzle milik Chiki.“Serius banget? Kirain mama ditinggal, soalnya kedengerannya sepi banget," ucap Melati sembari membawa nampan berisi potongan buah semangka dan juga melon.Hanya Abimana yang tidak begitu merespons Melati. Bocah yang mulutnya disumpal empeng warna biru muda itu tampak sangat tertarik ke puzzle di meja. Lain halnya dengan Dimas yang langsung menyambut kedatangan istrinya dengan senyum hangat. Senyum Dimas terus terukir sempurna, meski Abimana yang bertubuh gemoy dan tengah ia pangku, benar-benar tak mau diam.“Aku mau semangka!” ucap Chiki sangat antusias. Ia sampai menghampiri mama sambungnya, kemudian mengambil sebuah garpu untuk memakan potongan buah.“Dek Abi serius banget sih?” Melati tidak bisa untuk tidak menertawakan kehebohan putranya. “Pa, lihat

  • Istri yang Kutolak Ternyata Wanita yang Diam-Diam Aku Cintai   49. Berdamai Dengan Kenyataan (TAMAT)

    Air mata Dimas berjatuhan membasahi pipi, mengiringi langkahnya yang kali ini terasa sangat berat. Andai tidak dikuatkan oleh Melati sang istri, mungkin Dimas sudah berakhir meraung-raung sesuka hati. Sebab meski kabar kematian nyonya Filma, sudah Dimas dengar tiga hari setelah dirinya siuman. Mengunjungi peristirahatan terakhir mamanya, teramat membuat Dimas tak berdaya.Ketika Dimas tak kuasa menahan air matanya sambil mendekap nisan mamanya. Di sebelah kirinya, pemandangan berbeda dilakukan oleh istrinya. Di sana, istrinya mendekap nisan pak Sulaiman penuh ketenangan. Air mata Melati memang berlinang, tetapi Melati tampak sangat tegar. Meski dari ketegaran Melati, Dimas merasa bahwa apa yang istrinya lakukan, justru teramat menyakitkan.Meski harus sempat membuatnya merangkak, Dimas berhasil mendekat kemudian mendekap Melati. Tanpa kata, ia melanjutkan tangisnya kemudian membenamkan wajah di punggung istrinya.“Roda kehidupan terus berjalan. Anak-anak butuh kita. Aku butuh Sayang,

  • Istri yang Kutolak Ternyata Wanita yang Diam-Diam Aku Cintai   48. I LOVE YOU!

    Hari ke tujuh Dimas koma. Sekitar hampir pukul dua belas malam. Melati masih terduduk di ruang tunggu. Ia memakai kain khusus untuk menutupi tubuhnya karena tengah memompa ASI.Kini, di sana Melati tidak sendiri. Ia bersama enam orang selaku keluarga pasien ICU yang baru datang. Selain itu, Melati juga ditemani oleh ibu Irma. Di kasur lantai sebelah, wanita itu sudah lelap, memakai bantal dan juga selimut milik Melati.Keluarga Ravael masih menjadi satu-satunya pihak yang membantu Melati secara langsung. Sekarang saja, Chiki dan Abimana, dijaga oleh Ravael maupun pak Bagyo. Keduanya menginap di rumah Dimas, untuk merawatnya. Sementara ibu Irma sengaja keduanya tugaskan untuk menemani Melati, agar Melati tak merasa canggung, layak ya setiap ditemani Ravael.Sebenarnya beberapa sahabat nyonya Filma maupun Dimas, banyak yang mendekat. Banyak dari mereka yang mengirim ini itu, dan ada juga yang sampai berkunjung ke rumah sakit. Namun karena Melati tidak begitu paham apalagi kenal, Melati

  • Istri yang Kutolak Ternyata Wanita yang Diam-Diam Aku Cintai   47. Surat Wasiat Suamiku

    Di tengah kerapuhan yang Melati rasakan, kedatangan pengacara keluarga suaminya ke rumah sakit, malah memupus harapan yang susah payah Melati susun.Surat wasiat, seolah sudah tahu bahwa cepat atau lambat, kepergiannya untuk selama-lamanya akan tiba, seorang Dimas sungguh meninggalkan surat wasiat untuk Melati.Semua aset milik Dimas, sudah dipindah nama menjadi milik Melati. Semua itu sudah disetujui oleh nyonya Filma. Sungguh mulianya mama dan anak itu. Melati yang mendengarnya nyaris pingsan karena dari cara suaminya menyiapkan semua kemudahan untuknya, justru menegaskan bahwa niat pria itu meninggalkannya, sudah sangat matang.“Biaya pendidikan untuk anak-anak juga sudah disiapkan—” Pak Hakim, selaku pengacara keluarga Dimas masih menjelaskan.Di bangku tunggu, Melati yang terduduk loyo, makin kesulitan mengendalikan tangisnya. Surat wasiat itu sengaja dikabarkan ke Melati karena berlangsungnya koma yang Dimas alami, sudah hampir empat hari.“Suamiku, di saat hatiku bahkan kehidup

  • Istri yang Kutolak Ternyata Wanita yang Diam-Diam Aku Cintai   46. Ucapan Adalah Doa

    “Aku mau suamiku. Berilah beliau jalan, biarkan kali ini aku yang mengabdi sekaligus membahagiakannya. Andai—” Melati tak kuasa melanjutkan ucapannya yang bahkan ia lakukan dalam hati.“Kamu istri terbaikku, ... sampai kapan pun, kamu wanita yang selalu membuatku bahagia. Walau sebelumnya aku pernah bersama mamanya Chika, tetap saja semuanya terasa berbeda.” Mendadak, Melati teringat ucapan dari suaminya.“Walau kamu bukan wanita pertama dalam hidupku, percayalah ... kamu tetap menjadi yang utama. Bahkan aku selalu berdoa.”“Bahwa jika memang setelah ini masih ada kehidupan untuk aku jalani. Aku maunya dipertemukan sekaligus berjodoh denganmu sejak awal!”“Aku melakukan semua cara untuk bisa mendapatkan kesempatan kemudian mewujudkan harapan itu. Salah satunya, ... aku yang menjadi orang yang lebih baik lagi, dari sebelum-sebelumnya. Selain, ... aku yang akan selalu mencintaimu. Bahkan itu ketika aku sedang berada di titik paling rendah.”Teringat semua ucapan sekaligus petuah dari su

  • Istri yang Kutolak Ternyata Wanita yang Diam-Diam Aku Cintai   45. Duka yang Begitu Tiba-Tiba

    “Saya benar-benar minta maaf!” sergah Ravael yang menghampiri Salwa berikut orang tuanya.Ravael sudah mengakhiri sambungan teleponnya. Ponselnya pun sudah ia kantongi di saku sisi celana sebelah kanan. Namun, Ravael yang kali ini berpenampilan kasual, tetap tidak bisa tenang, apalagi baik-baik saja.Dalam diamnya, Salwa yang memakai pakaian santun sekaligus merias wajah, jadi tidak bisa berpikir jernih. Kondisi Ravael, juga alasan pria itu mendadak kacau, dirasa Salwa menjadi pertanda tidak baik untuk hubungannya dengan atasannya itu.Tentu Salwa tidak lupa, siapa Melati, yang menjadi alasan Ravael berikut orang tuanya, sangat kacau layaknya kini. Melati, wanita yang sangat Ravael cintai. Mantan istri Ravael yang justru telah dinikahi sahabat baik Ravael sendiri. Namun kendati demikian, cinta Ravael kepada Melati, tak pernah luntur. Buktinya, foto-foto Melati masih Ravael simpan baik-baik di setiap laci meja maupun lemari kerja. Salwa mengetahui semua itu. Karena sebagai sekretaris R

  • Istri yang Kutolak Ternyata Wanita yang Diam-Diam Aku Cintai   44. Kabar Kecelakaan

    Demi menjaga perasaan Ravael dan orang tuanya, Melati baru menempel manja kepada suaminya, ketika mereka keluar dari ruang VIP.Setelah agak jauh dari ruang VIP, Melati sengaja mendekap pinggang suaminya menggunakan kedua tangan. Ia bersiap minta difoto kepada mama mertuanya. Nyonya Filma sudah langsung menertawakannya karena permintaannya.Posisinya, Dimas masih menggendong Abimana di depan dadanya. Sementara pak Sulaiman masih menemani Chiki menghabiskan makanan di dalam ruang VIP.“Ma, kalau gambarnya kurang cerah, tolong jangan sungkan minta kami buat pindah posisi,” ucap Melati tak segan merengek.Sikap Melati yang jadi menggemaskan sekali, membuat Dimas terpesona. Dimas tak hentinya tersipu dan berakhir menekan sakelar lampu di sebelahnya. Hingga suasana di sana jadi lebih terang benderang.“Nah ... gini!” ucap nyonya Filma langsung menemukan angel yang tepat. Namun, kali ini justru giliran dirinya yang tersipu. Sebab untuk kali pertama dalam kebersamaan mereka, menantunya tak s

  • Istri yang Kutolak Ternyata Wanita yang Diam-Diam Aku Cintai   43. Cinta Dan Bahagia yang Telanjur Habis

    “Menikahlah dengan saya, dan saya akan melunasi semua hutang keluarga kamu!” ucap Ravael, tenang tanpa benar-benar menekan.Di hadapan Ravael, Salwa langsung kebingungan. Shalwa berangsur mendekat karena kedua tangannya butuh pegangan. Kedua tangan Salwa berpegangan kepada pinggir meja kerja Ravael yang kokoh. Napasnya menjadi tak karuan dan jantungnya pun deg-degan parah. Sempat mendadak tak berani menatap kedua mata Ravael sang bos. Kali ini, Salwa berangsur melakukannya. “P—pak?” Suaranya tercekat. Ia menatap tak percaya kedua mata tajam bosnya yang memang memiliki wajah sangat tampan.“Kamu jangan berharap saya bisa mencintai kamu. Pernikahan kita, tak lebih agar Amira berhenti mengganggu saya. Saya hanya butuh teman hidup!” ucap Ravael mematahkan kegugupan Salwa.“Jadi, kamu lebih memilih menikah dengan anak rentenir itu. Daripada kamu menerima tawaran saya, dan menjadi teman hidup saya?” sergah Ravael lantaran Salwa malah seolah melupakan tawarannya.“Tentu saya pilih tawaran P

Galugarin at basahin ang magagandang nobela
Libreng basahin ang magagandang nobela sa GoodNovel app. I-download ang mga librong gusto mo at basahin kahit saan at anumang oras.
Libreng basahin ang mga aklat sa app
I-scan ang code para mabasa sa App
DMCA.com Protection Status